KMK: TLMST.643
MANAJEMEN KEUANGAN
3. Rasio Keuangan
◦ Informasi Manajemen dan Keuangan
4. Penilaian Investasi
◦ Studi Kelayakan Keuangan
1. Latar Belakang
q Tujuan keuangan perusahaan/Tujuan keuangan utama adalah memaksimalkan
kekayaan pemegang saham
qButuh parameter untuk mengukur kesuksesan kita
üLaporan Penjualan / laporan pendapatan
üBiaya Pemasaran
üBiaya produksi
üMargin Keuntungan
qPerlu melaporkan kepada pemangku kepentingan (pemegang saham dan
pemerintah dan lainnya)
qMemungkinkan pemangku kepentingan eksternal untuk memahami dan
membandingkan hasil
qMenghasilkan laporan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
internal
2. Laporan Keuangan
qLaporan keuangan adalah cara kuantitatif untuk menunjukkan bagaimana
kinerja perusahaan.
Tiga cara berbeda untuk merepresentasikan keadaan keuangan perusahaan:
◦ Cash Management (dapatkah perusahaan memenuhi kewajibannya?)
◦ Profitabilitas (Apakah menghasilkan uang?)
◦ Aset versus Liabilitas (apa nilai perusahaan? Siapa yang memiliki apa?) -
neraca
Setiap pertanyaan ini dijawab oleh Laporan Keuangan kami.
qLaporan keuangan adalah laporan akuntansi dengan informasi kinerja
masa lalu yang diterbitkan perusahaan secara berkala (biasanya triwulanan
dan tahunan).
Laporan tentang kinerja perusahaan harus dapat dimengerti dan akurat.
Jenis Laporan Keuangan
◦Neraca keuangan
Laba kotor
§ Biaya Operasional Dikurangi / Beban Umum dan Administrasi
Batas
• Rp 51,7 juta; % Rev: 7,2%; % +: -12,1%
pemasukan
Beda Opex dan Belanja modal ??
ALIRAN
UANG Pengoperasian Pembiayaan
TUNAI Kegiatan Berinvestasi Kegiatan
Kegiatan
Uang vs Untung
q Uang tunai dan keuntungan tidak sama.
q Perusahaan yang merugi dapat bertahan selama memiliki uang
tunai.
q Perusahaan yang menguntungkan tidak dapat bertahan tanpa uang
tunai.
q Dalam bisnis, uang tunai adalah raja.
q Keuntungan terjadi setiap kali pendapatan melebihi biaya dalam
suatu periode.
q Tidak semua biaya yang dicatat dalam laporan laba rugi adalah
biaya tunai - misalnya depresiasi dan amortisasi niat baik adalah
biaya non tunai
q Tidak semua biaya dicatat dalam laporan laba rugi - misalnya,
pengeluaran modal dicatat (mis huruf besar) di neraca
3. Analisis Rasio Keuangan
§ Rasio keuangan adalah perbandingan matematis dari akun atau kategori
laporan keuangan.
§ Hubungan antara akun laporan keuangan ini membantu investor, kreditor, dan
manajemen internal perusahaan memahami seberapa baik kinerja bisnis dan
area yang memerlukan perbaikan.
§ Rasio mudah dipahami dan mudah dihitung. Mereka juga dapat digunakan
untuk membandingkan perusahaan yang berbeda di industri yang berbeda.
§ Karena rasio hanyalah perbandingan matematis berdasarkan proporsi,
perusahaan besar dan kecil dapat menggunakan rasio untuk membandingkan
informasi keuangan mereka.
Macam-macam Rasio Keuangan dan Rumusnya
Rasio Keuangan atau Financial Ratio dikenal sebagai alat analisis keuangan
yang digunakan untuk menilai kinerja suatu organisasi bisnis dan dilihat dari
perbandingan data keuangan
Ada beberapa jenis rasio yang termasuk dalam rasio likuiditas, di antaranya:
a. Current Ratio
Current Ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar
dengan utang lancaram
Dari rumus tersebut, ketika nilai Current Ratio mencapai 100% atau setara
dengan nilai 1, artinya perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk
menutup utang lancar dengan aktiva lancar yang nilainya sama. Maka,
semakin besar nilai Current Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan
yang juga semakin besar dan mampu dalam menutup utang lancar
b. Quick Ratio
Disebut juga dengan Rasio Cair atau Acid Ratio. Quick Ratio adalah
perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang
lancar yang dimiliki. Rasio ini lebih melihat pada komponen aktiva lancar
yang lebih likuid seperti kas, surat berharga, dan piutang
Jika Nilai Quick Ratio mencapai 100% atau = 1, dapat dikatakan sebagai perusahaan
yang kuat karena memiliki aktiva lancar yang bisa menutup utang lancar. Semakin
besar nilai Quick Ratio yang didapat menunjukkan kekuatan perusahaan tersebut.
Perusahaan yang nilai Quick Ratio-nya sudah mendekati 100% juga bisa
mencerminkan kekuatan perusahaan dalam menutup utang lancar mereka dengan
aktiva lancar yang dimiliki
c. Cash Ratio
Cash Ratio adalah perbandingan antara kas dan aktiva lancar dengan utang
lancar. Rumus menghitung nilai Cash Ratio adalah sebagai berikut:
Nilai Cash Ratio yang baik adalah mencapai 100% atau lebih, karena nilai ini
akan menggambarkan kekuatan perusahaan dalam menutup utang lancar
mereka menggunakan kas dan harta setara kas. Nilai Cash Ratio yang
mendekati 100% juga bisa dianggap menggambarkan kekuatan perusahaan
yang cukup baik dalam menutup utang lancar mereka.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas adalah rasio atau perbandingan yang
menggambarkan kemampuan sebuah perusahaan dalam
memenuhi kewajiban finansial mereka.
Termasuk kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek.
Perusahaan yang tergolong solvable adalah perusahaan yang
memiliki harta atau aktiva yang relatif cukup membayar semua
utang yang dimilikinya.
Ketika perusahaan tersebut tidak mampu membayar semua utang
dengan semua aktivanya, perusahaan tersebut dikatakan
insolvable. Ada dua jenis rasio yang termasuk dalam rasio
solvabilitas, yaitu
a. Total Debt to Total Assets Ratio
Total Debt to Total Assets Ratio atau yang lebih dikenal dengan nama Debt
Ratio ini adalah perbandingan yang mengukur persentase besar dana yang
asalnya dari utang, baik utang jangka pendek maupun utang jangka
panjang. Mengukur Debt Ratio ini menggunakan rumus berikut:
Dari rumus tersebut, ketika nilai Debt Ratio semakin kecil, maka nilai
tersebut menggambarkan keamanan dana perusahaan. Rumus tersebut
mengkomunikasikan bahwa kemampuan perusahaan bisa menutup utang
dengan aktiva.
b. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio adalah perbandingan antara utang perusahaan
dengan modal yang dipunyainya. Ketika nilai rasio ini relatif tinggi
(mencapai 100% atau lebih dari itu), artinya perusahaan memiliki modal
yang relatif sedikit dibandingkan dengan total utangnya.
Padahal, perusahaan yang sehat memiliki tingkat utang yang tidak melebihi
modal sendiri agar beban perusahaan tidak terlampau tinggi. Dari
penjelasan tersebut bisa kita buat rumus sederhana Debt to Equity Ratio ini
sebagai berikut:
Ketika kita mendapatkan nilai mendekati 100% pada rasio ini, bisa dikatakan
perusahaan memiliki kemampuan yang relatif tinggi untuk mengumpulkan
laba bersih
b. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin adalah perbandingan yang mengukur laba kotor terhadap
penjualan bersih yang dilakukan perusahaan. Rasio ini mengukur sejauh mana
laba kotor yang bisa diraup perusahaan pada setiap penjualannya.
Nilai Gross Profit Margin yang semakin tinggi mencerminkan kondisi
keuangan perusahaan tersebut yang semakin baik.
Rumus Gross Profit Margin adalah sebagai berikut:
Dari rumus tersebut, jika nilai rasio perputaran piutang tinggi (lebih dari
1) maka artinya perusahaan tersebut memiliki efektivitas pengelolaan
piutang yang tinggi pula
b. Perputaran Persediaan
Perputaran Persediaan adalah rasio yang juga mencerminkan
likuiditas suatu perusahaan dengan mengukur tingkat efisiensi
pengelolaan yang dilakukan perusahaan dan juga penjualan
persediaan yang mereka miliki. Jika hasil perhitungan rasio ini tinggi
(biasanya akan lebih dari 1), maka perusahaan tersebut diyakini
memiliki efektivitas perputaran persediaan dan juga kinerja
manajemen perusahaan.
Rumus rasio ini adalah:
Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan
Rata-rata Persediaan
c. Perputaran Aktiva Tetap
Adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan penjualan yang didasarkan pada aktiva tetap
perusahaan. Rasio ini menilai efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan aktiva tetap mereka. Ketika nilai rasionya tinggi,
perusahaan tersebut direfleksikan memiliki efektivitas proporsi aktiva
tetap yang tinggi.
Rumus Perputaran Aktiva Tetap adalah:
Keterangan:
1. PBP < Umur ekonomis usaha maka usaha layak untuk dilaksanakan.
2. PBP > Umur ekonomis usaha maka usaha tidak layak untuk
dilaksanakan.
Kelemahan Metode PBP
Keterangan:
Bt = penerimaan total (benefit) pada tahun ke-t
Co = biaya (cost) investasi awal
Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t
N = umur proyek (tahun)
i = discount rate (%)
NPV memiliki 3 kriteria dengan arti sebagai berikut:
1. NPV > 0; proyek dinilai menguntungkan dan dapat dilaksanakan
2. NPV = 0; proyek dinilai tidak untung dan tidak rugi, sehingga penilaian subjektif tergantung
pengambil keputusan
3. NPV < 0; proyek dinilai merugikan karena keuntungan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan
4.4. Benefit – Cost Rasio (Net B/C Rasio)
B/C rasio merupakan angka perbandingan antara nilai arus manfaat dengan
nilai arus biaya saat ini. Nilai Net B/C rasio juga menunjukkan nilai
tambah manfaat dari setiap biaya yang ditambahkan. Rumus dari B/C rasio
adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Bt = penerimaan (benefit) pada tahun ke-t
Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t
N = umur proyek (tahun)
i = discount rate (%)
Net B/C Rasio memiliki 2 kriteria dengan arti sebagai berikut:
1. Net B/C ≥ 1, maka proyek dinyatakan menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan
2. Net B/C < 1, maka proyek dinilai merugikan dan tidak layak untuk dilaksanakan.
Kelebihan Net B/C Rasio adalah :
• Memberikan Persentase arus kas masa depan (percentage future cash
flows) dengan kas awal (cash initial)
• Sudah mempertimbangkan biaya modal (cost of capital)
• Sudah mempertimbangkan nilai waktu uang (time value of money)
• Mempertimbangkan semua arus kas (cash flow)
Mencari IRR dilakukan dengan prosedur coba2 (Try and error) Jadi, jika
nilai saat ini terlalu rendah maka kita menurunkan IRR nya.
Jika nilai PV terlalu tinggi, kita menaikkan IRRnya
Keterangan :
i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
Ada 3 kriteria kelayakan dalam metode IRR dengan arti sebagai berikut:
1. IRR > tingkat discount rate, artinya proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan
2. IRR = tingkat discount rate,artinya proyek tidak mendapatkan untung maupun
kerugian, sehingga tergantung kepada subjektifitas pengambil keputusan
3. IRR < tingkat discount rate,artinya proyek tidak menguntungkan dan tidak layak untuk
dilaksanakan
Metode Tingkat Pengembalian Internal (IRR)