Anda di halaman 1dari 2

Nama : Winda Kusuma Wardani

NIM. : 22027125

Mahasiswa menulis waktu yang dibutuhkan untuk membaca dua teks sebelum dan
setelah materi diberikan. Dari perbedaan waktu yang di dapatkan, mahasiswa
ditugaskan untuk menulis evaluasi diri.

Waktu yang dibutuhkan untuk membaca :


Waktu artikel 1 : 4 menit 13 detik
Waktu artikel 2 : 4 menit 45 detik

Setelah membaca tulisan 1 setelah itu materi lalu tulisan ke dua, perubahan apa yang
terjadi?
ceritakan pengalaman Saudara !

Pada masa Pandemi Covid – 19 ini pembelajaran di Indonesia atau bahkan hampir
diseluruh dunia pasti mengalami gangguan. Mulai dari gangguan teknis pembelajaran
sampai gangguan pada psikologis guru dan peserta didik.Nah, gangguan-gangguan ini
tentu saja menimbulkan permasalahan baru dalam kehidupan. Tak terkecuali dengan
dunia pembelajaran di sekolah, semua kalang kabut sehingga terkesan tak siap
menerima perubahan mendadak ini. Virus corona datang tiba-tiba saja tak diundang
menyeruak menjangkiti manusia. Termasuk menjangkiti dunia pendidikan di
Indonesia
Selama wabah corona menjangkit hampir di seluruh dunia pembelajaran secara dalam
jaringan (daring) dianggap menjadi solusi kegiatan belajar mengajar. Meski berbagai
instansi pendidikan telah menyepakati, cara ini menuai banyak kontroversi di
masyarakat. Bagi tenaga pengajar, sistem pembelajaran daring hanya efektif untuk
penugasan. Mereka menganggap untuk membuat siswa memahami materi, cara daring
dinilai sulit.
Selain itu, kemampuan teknologi dan ekonomi setiap siswa berbeda-beda. Tidak
semua siswa memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan belajar jarak jauh ini.
Koneksi lemah, alat penunjang yang tidak mumpuni, dan kuota internet yang mahal
menjadi hambatan nyata. Ini juga berlaku bagi para pendidik atau guru yang
mengemban tugas negara.
Meskipun begitu, pembelajaran harus terus berlanjut. Setiap sekolah termasuk para
stafnya tak kehilangan akal untuk mencari solusi segala kekurangan di tengah
mewabahnya pandemi. Para guru memiliki cara masing-masing dalam menyikapi
kekurangan ini. Contohnya seperti sekolah yang saya tempati dulu mengabdi di salah
satu SMK Negeri di Kinali, Pasaman Barat , untuk mengakali pembelajaran di tengah
pandemi ini kebijakan merombak jadwal mata pelajaran diberlakukan demi
menunjang kenyamanan dan kemampuan para siswa setiap harinya. Mata pelajaran
yang diberikan dalam satu hari hanya ada beberapa jenis saja. Hal ini diharapkan
dapat mengurangi kejenuhan dalam belajar, selain itu juga dapat menjadi solusi
efektif agar siswa memiliki waktu lebih lama dengan gurunya.Harapannya adalah
agar para siswa bisa memahami materi lebih baik lagi, meskipun dalam kasus ini
dapat menyita banyak kuota internet bagi siswa maupun guru.Meskipun begitu bukan
hal baru namanya jika tidak menemui banyak masalah. Contohnya pendapat yang
dikemukakan oleh Ilham Efendi, S.Pd. salah seorang guru di SMK Negeri di Kinali
Pasaman Barat mengaku jika kegiatan pembelajaran daring ini tidak efektif seperti
kegiatan belajar mengajar secara luar jaringan (luring). Menurutnya, di dalam kelas
dengan proses belajar secara tatap muka saja masih banyak yang bingung dan
bertanya berulang-ulang apalagi jika harus melalui daring. Pada kenyataannya internet
sering lemah dan smartphone para siswa yang kadang tidak mumpuni. Memang
beberapa materi harus dijelaskan secara langsung, jelasnya. Seperti itu pula yang saya
rasakan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kali ini dengan
materi debat. Pada materi ini idealnya para siswa saling bersemuka dan
berkomunikasi dengan suara untuk melaksanakan proses debatnya. Hal ini tentu
membutuhkan kuota internet yang lumayan banyak, sementara tidak semua orang tua
siswa adalah orang yang mampu. Seperti yang kita tahu bahwa kuota internet begitu
mahal, apalagi melihat faktor ekonomi di tengah pandemi ini sungguh dapat membuat
krisis tiap rumah tangga bahkan perusahaan besar.Nah berdasarkan beberapa
pengalaman belajar secara daring selama ini, sistem pembelajaran memang efektif
tapi menurut pendapat saya hanya efektif untuk memberi penugasan saja. Melihat
banyaknya faktor yang dialami oleh para guru maupun siswa. Selain itu tugas yang
diberikan kepada siswa seringkali menumpuk dan membuat para siswa dapat menjadi
stres.

Anda mungkin juga menyukai