PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan hingga saat ini masih dianggap sebagai upaya penting dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam perkembangan
masyarakat yang semakin dinamis, pendidikan memegang peranan penting
dalam kemajuan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan secara terus menerus
dibangun dan dikembangkan agar pelaksanaannya menghasilkan lulusan yang
unggul dan berkualitas baik dari segi intelektual karakter maupun moral.
Tujuan dan cita-cita yang diharapkan dari suatu pendidikan akan mampu
terwujud manakala setiap komponen-komponen pendidikannya mampu
terpenuhi dan terlaksana dengan baik. Komponen tersebut meliputi tujuan
intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru, dan siswa yang
harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis
kegiatan yang dilakukan,serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang
tersedia.Lingkungan fisik dan sosial pun turut mempengaruhi proses
pembelajaran yang sedang berlangsung.1
Dari seluruh komponen pendidikan yang ada, gurulah yang merupakan
pemegang kendali utama yang paling vital untuk kesuksesan dalam proses
pendidikan. Dalam ini dapat dimafhumkan berhasil atau tidaknya proses dan
tujuan suatu pendidikan semuanya dibawah kendali guru.
Namun pada kenyataanya, akhir- akhir ini komponen utama dalam
sebuah pendidikan menjadi sorotan publik, yaitu dengan banyaknya kasus yang
terjadi. Adanya kasus-kasus yang dilakukan guru seperti korupsi, pemukulan,
serta tidakan-tindakan amoral yang tidak sesuai yang sering kali diberitakan
dalam media masa.
1
Nur Fuad dan Roqib, Kompetensi Kepribadian, (Yogyakarta: CV. Cinta Buku, 2020), Cet.
1, h. 3.
1
2
Salah satu kasus yang cukup disorot media masa adalah kasus
Pemerkosaan yang dilakukan seorang guru Tahfidz tepatnya pada akhir tahun
2021 dirumah Tahfidz Bandung Jawa Barat, diberitakan oknum guru tersebut
dengan tega memperkosa belasan santri yang belajar dan menuntut Ilmu
dengannya, disebutkan juga sejumlah delapan korban diantaranya telah
melahirkan dan dua orang santri diantaranya tengah mengandung.2 Selain
menyalahgunakan wewenangnya sebagai pengajar, Tindakan yang dilakukan
ini menjadikan citra guru di masyarakat menjadi semakin buruk. Apalagi yang
bersangkutan merupakan pendidik dalam bidang agama.
Kasus serupa datang dari Detik Jatim yang memberitakan seorang guru
SD di Banyuwangi yang tak segan-segan mencabuli 5 siswanya yang sedang
les di kediamannya, Pencabulan tersebut dilakukan saat rumah sepi dan
peristiwa tersebut dilakukan pada bulan ramadhan.3 Sungguh sangat miris, dan
disayangkan guru yang seharusnya menjadi teladan atas setiap tingkah lakunya
dan juga untuk memperbaiki kepribadian murid malah menjadi seorang yang
menghancurkan mental serta psikis dari muridnya.
Belum lama ini juga kasus serupa tentang guru yang melakukan
pencabulan kembali terjadi, tepatnya di Depok Jawa Barat, seorang oknum
guru ngaji tega mencabuli santriwatinya sebanyak 10 orang, disebutkan
pencabualan tersebut dilakukan di sebuah ruangan Majlis Ta’lim tempat ia
mengajarkan ngaji.4 Dan masih banyak lagi tindakan-tindakan asusila dan
2
Rachmawati,"Sosok Herry, Guru Pesantren di Bandung yang Perkosa 12 Santri Sejak
Tahun 2016, Ternyata Bukan Pimpinan Ponpes", Kompas.com, 9 Desember 2021,
https://amp.kompas.com/regional/read/2021/12/09/175500678/sosok-herry-guru-pesantren-di-
bandung-yang-perkosa-12-santri-sejak-tahun, h. 1
3
Andhika Akbarayansyah,”Sungguh Bejatnya Guru SD di Banyuwangi Cabuli 5
Siswa Saat Les”, Detikjatim, 21 April 2022, https://www.detik.com/jatim/hukum-dan-
kriminal/d-6043060/sungguh-bejatnya-guru-sd-di-banyuwangi-cabuli-5-siswa-saat-les, h. 1.
4
Tim Detikcom,”Terkuak Jejak Digital Guru Ngaji di Depok Cabuli 10 Santri”,
Detiknews, Rabu 1 Juni 2022, https://news.detik.com/berita/d-6104817/terkuak-jejak-digital-
guru-ngaji-di-depok-cabuli-10-santri, h.1
3
kepribadian yang telah dipaparkan Hafid Hasan Al-Mas'udi dalam salah satu
karyanya tersebut terdapat kesinambungan dengan kasus kepribadian yang
sedang terjadi masa kini. Dapat disimpulkan bahwa kepribadian yang
dipaparkan oleh Hafidz Hasan Al-Mas'udi dapat menjadi pegangan bagi para
guru dan juga dapat memperbaiki kerusakan kepribadian guru yang sedang
merajalela saat ini.
Oleh karena itu, peneliti akan melihat lebih jauh tentang kompetensi
kepribadian guru dalam kitab Taisirul Kholaq karangan Hafidz Hasan Al-
Mas'udi dengan judul penelitian yaitu " Kompetensi Kepribadian Guru
menurut Hafidz Hasan Al-Mas'udi dalam Kitab Taisirul Kholaq".
B. Penegasan Istilah
Agar pembahasan tema skripsi ini menjadi lebih terarah, jelas dan
mengena pada sasaran yang dimaksud pada judul diatas, maka perlu
dikemukakan istilah-istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut.
Adapun penegasan istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi
Pengertian kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) kompetensi adalah kewenangan,kekuasaan atau kemampuan
memutuskan atau menentukan atas sesuatu. Lebih lanjut, kompetensi juga
dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
dikuasai oleh seseorang pada bidangnya.7.
2. Kepribadian Guru
Kepribadian berasal dari kata pribadi yang berarti manusia sebagai
perseorangan (diri manusia atau diri sendiri), keadaan manusia sebagai
perseorangan, keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang.8
Menurut Moh. Roqib dan Nurfuadi, kepribadian adalah keseluruhan
dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Berdasarkan
7
Janawi, Kompetensi Guru:Citra Guru Profesional, (Bandung: ALFABETA, 2019),
Cet. 4, h. 35.
8
Dedi Sahputra Napitupulu, Kompetensi Kepribadian Guru, (Pati: Eskol Media Kreasi,
2017), h. 15.
5
9
Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru: Upaya Mengembangkan Kepribadian
Guru yang Sehat di Masa Depan, (Yogyakarta: Cinta Buku, 2020), h. 161.
10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), h. 509.
11
Dedi Sahputra Napitupulu, Kompetensi Kepribadian…, h. 9.
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka permasalahan dari penelitian ini dapat dirumuskan:
1. Bagaimana kompetensi kepribadian guru menurut Hafid Hasan Al-Masudi
dalam Kitab taisirul kholaq?
2. Bagaimana relevansi kompetensi kepribadian guru dalam Kitab Taisirul
Khalaq terhadap dunia pendidikan saat ini?
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Sumber Data
Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitinan ini adalah
sumber data yang diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-
kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian.Yang terdiri dari
dua sumber:
1. Sumber Primer
Merupakan sumber pokok yang digunakan dalam penelitian atau
sumber informasi yang secara langsung berkaitan dengan tema yang
menjadi pokok pembahasan.Adapun yang menjadi sumber data primer
dalam penelitian ini adalah kitab Taisirul Kholaq karya Hafid Hasan Al-
Masudi.
2. Sumber Sekunder
Merupakan sumber penunjang yang dijadikan sebagai alat bantu
menganalisa masalah-masalah yang diangkat oleh penulis, Sumber data
sekunder dalam penelitian ini adalah semua hal yang berkaitan dengan
tema yang diangkat peneliti, baik yang bersumber dari buku seperti buku
Kepribadian Guru: Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru yang Sehat
di Masa Depan karya Moh. Roqib dan Nurfuadi, buku Kompetensi Guru:
Citra Guru Profesional karya Janawi, dan juga berbagai sumber yang ada
di media seperti internet yang mendukung objek penelitian.
8
G. Metode Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah studi pustaka atau penelitian
kepustakaan (library research). Disebut penelitian kepustakaan karena data-
data atau bahan-bahan yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian
tersebut berasal dari perpustakaan baik berupa buku, ensiklopedia, kamus,
jurnal, dokumen, majalah dan lain sebagainya. Objek penelitian dalam
penelitian ini adalah kitab Taisirul kholaq. Sehingga data-data yang
dikumpulkan peneliti berkaitan dengan apa saja yang dibahas dalam kitab
Taisirul Kholaq. Adapun teknik yang diterapkan peneliti meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis terdapat dua
metode yaitu:
a. Metode Historis
12
Kata pendekatan adalah usaha perihal mendekati suatu hal.
Sedangkan arti dari kata historis adalah berkenaan dengan sejarah;
bertalian atau ada hubungannya dengan masa lampau.13
Dengan demikian, penelitian dengan metode historis merupakan
metode penelitian yang meliputi pengumpulan data dan penafsiran
gejala peristiwa yang timbul dimasa lalu yang menggambarkan secara
kritis seluruh kebenaran kejadian atau fakta untuk membantu
mengetahui apa yang harus dikerjakan dimasa datang. Metode ini
digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan data tentang sejarah,
biografi dan karya-karya Hafid Hasan Al-Mas’udi.
b. Metode Deskriptif
Arti dari kata deskriptif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah bersifat menggambarkan atau menguraikan suatu hal apa
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia…,h. 333.
13
Ibid., h. 552.
9
H. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kajian tentang teori-teori dan penelitian-
penelitian yang diperoleh dari pustaka-pustaka yang berkaitan dengan
penelitian dan yang mendukung penelitian ini dilakukan. Adapun kajian yang
berkaitan dengan masalah ini antara lain sebagai berikut :
14
Ibid., h. 347.
10
2. Skipsi Akhlaq Pendidik dan Peserta Didik dalam kitab Taisirul Khalaq
karya dari Syaikh Hafid Hasan Al-Masudi.Penelitian ini datang dari Dewi
Rohmawati Mahasiswa dari Jurusan Pendidikan Agama Islam,Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Insitut Agama Islam Salatiga.Skripsi ini
merupakan penelitian pustaka tentang Akhlaq Pendidik dan Peserta Didik
apa saja yang ada pada kitab Taisirul Khalaq karya dari Syaikh Hafid
Hasan Al-Masudi. Skripsi ini memiliki objek penelitian yang sama dengan
yang penulis ambil, yaitu Taisirul Khalaq karya dari Syaikh Hafid Hasan
Al-Masudi, namun untuk skripsi ini penulis berfokus pada kompetensi
kepribadian atau Akhlak yang harus ada pada guru, sedangkan skripsi
tesebut berfokus pada Akhlak Pendidik dan Peserta Didik.
I. Kerangka Teori
11
UU No.14 2005
1. Mantap
2. Stabil
3. Dewasa
4. Arif
5. Berwibawa,
6. Teladan Taisirul Kholaq
7. Akhlak mulia
Kompetensi
PERMENDIKNAS 1. Taqwa
Kepribadian 2. Tawadhu
Guru 3. Lemah lembut
1. Bertindak sesuai
4. Kasih sayang
dengan norma
5. Santun dan tenang
2. Jujur, berakhlak
6. Menasehati
mulia dan teladan.
7. Memahami murid
3. Mantap, stabil,
dewasa, arif dan
berwibawa.
4. menjunjung tinggi
kode etik guru.
15
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al- Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Beirut: Daar
al-Kutub Ilmiyah, 2008), Juz 1,h. 79.
12