Anda di halaman 1dari 8

Volume 2, Nomor 1 (2021)

PERENCANAAN IPAL KAWASAN INDUSTRI


DI JAWA TENGAH
Praditya Sigit Ardisty Sitogasa, Rizka Novembrianto dan Euis Nurul Hidayah
Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
Email: theardisty@yahoo.com

ABSTRAK

Perkembangan industri dewasa ini telah memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian
Indonesia. Tetapi, Pembangunan industri pada suatu lokasi dapat menimbulkan dampak biogeofisik
kimia terhadap lingkungan. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan diperlukan
suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sehingga limbah yang dibuang ke lingkungan dapat
memenuhi persyaratan baku mutu sebagai pengendalian terhadap pencemaran lingkungan. Tahapan
proses pengolahan yang direncanakan guna memenuhi baku mutu buangan air limbah direncanakan
beberapa tahapan pengolahan yaitu: unit bak ekualisasi, unit koagulasi-flokulasi, bak sedimentasi,
unit aerasi sistem terlekat (MBBR), unit pengentalan lumpur (clarifier dan sludge thickener), dan
pengeringan lumpur (SDB). Hasil efluen dari pengolahan tersebut direncanakan memenuhi Peraturan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Perda Jateng No. 10 Tahun 2004
tentang Baku Mutu Air Limbah, dimana paramater utama memiliki 12 mg/l untuk TSS, 24 mg/l
untuk BOD, 58 mg/l untuk COD dan 3 mg/l untuk Amonia.

Kata kunci: IPAL, Air Limbah, Baku Mutu Lingkungan Hidup

ABSTRACT

Industrial development has contributed to the Indonesian economy. However, industrial development
can have a chemical biogeophysical impact on the environment. To prevent pollution to the
environment, a wastewater treatment plant (WWTP) is needed so that the waste discharged can
comply with the quality standard requirements as a control against environmental pollution. The
treatment process is planned to comply with the quality standards of wastewater effluent, therefore
planned for several processing steps, namely: equalization tank, coagulation-flocculation unit,
sedimentation tank, aeration unit (MBBR), sludge thickening (clarifier and sludge thickener), and
sludge drying (SDB). The treatment process is planned to be able to treat wastewater to comply with
the government regulations for pollutant parameters in Central Java as in Peraturan Gubernur
Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 tentang
Baku Mutu Air Limbah. It is designed that the parameters of the processing effluent are 12 mg/l for
TSS, 24 mg/l for BOD, 58 mg/l for COD, and 3 mg/l for Ammonia.

Keywords: WWTP, Wastewater, Environmental quality standards

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 43


P-ISSN: 2798-6268
PERENCANAAN IPAL KAWASAN INDUSTRI “…” (P. S. ARDISTY SITOGASA, ET AL.)

PENDAHULUAN Untuk pemenuhan baku mutu dan


Perkembangan industri dewasa ini telah perlindungan terhadap lingkungan harus
memberikan sumbangan besar terhadap dilakukan pengolahan limbah sebelum limbah
perekonomian Indonesia. Di lain pihak hal tersebut dibuang ke badan air setempat.
tersebut juga memberi dampak pada Kawasan industri di Provinsi Jawa Tengah,
lingkungan akibat buangan industri maupun saat ini belum memiliki unit Instalasi
eksploitasi sumber daya yang semakin Pengolahan Air Limbah (IPAL), oleh karena
intensif dalam pengembangan industri itu diperlukan suatu unit IPAL yang
(Damayanti dkk, 2004). direncanakan memiliki kapasitas pengolahan
2500 m3/hari. Jenis pengolahan air limbah
Pendekatan yang digunakan untuk yang direncanakan adalah secara fisik, kimia
mengembangkan sistem untuk mengolah dan dan biologi.
membuang limbah industri jelas berbeda dari
pendekatan yang digunakan untuk limbah METODE PENELITIAN
kota. Ada banyak kesamaan karakteristik Perencanaan dilakukan dengan
sampah dari satu kota, atau satu daerah, mengidentifikasi kondisi eksisting daerah
dengan yang lain (Woodard, 2001). rencana dan juga kondisi kawasan industri
Berdasarkan WEF (2008), setiap industri sejenis. Hal ini dilakukan sebagai acuan atau
menghasilkan jenis limbah yang berbeda- pedoman dalam melakukan perencanaan IPAL
beda, dan hal ini sangat berpengaruh terhadap pada objek perencanaan. Dalam
lingkungan jika limbah tersebut tidak diolah pelaksanaannya selain studi literatur dan
terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air peraturan terkait juga dilakukan survei lokasi
setempat. Setiap fasilitas industri harus dan pengumpulan data dengan tujuan untuk
meninjau peraturan yang berlaku untuk air data analisis dan dilanjutkan pengolahan data
limbah spesifik dan prosedur pembuangan untuk mendapatkan rekomendasi proses yang
limbah untuk memastikan bahwa semua tepat untuk mengolah air limbah hasil kegiatan
persyaratan terpenuhi. Oleh karena itu, dari kawasan industri.
buangan industri perlu mengikuti perundang-
undangan yang terkait yaitu pengelolaan Perencanaan ini diawali dengan analisis
lingkungan. Peraturan terkait yang perlu karakteristik kualitas limbah cair industri yang
menjadi acuan adalah Undang-Undang No. 11 merupakan salah satu informasi dasar yang
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan diperlukan dalam proses perencanaan secara
Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun detail terkait kapasitas unit pengolahan yang
2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan diperlukan untuk dapat mengantisipasi
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dimana timbunan limbah cair yang dihasilkan dan
dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 pemilihan proses pengolahan air limbah secara
Tahun 2021 mengatur salah satunya terkait tepat dan efisien. Dalam perencanaan instalasi
perlindungan dan pengelolaan mutu air. pengolahan air limbah di Kawasan Industri di
Jawa Tengah menggunakan standar baku mutu
Berdasarkan Undang-Undang No. 11 berdasarkan Pergub Jateng Nomor 5 Tahun
Tahun 2020 menguraikan bahwa 2012 tentang Perubahan Perda Jateng No. 10
perlindungan dan pengelolaan lingkungan Tahun 2004 tantang Baku Mutu Air Limbah.
hidup adalah upaya sistematis dan terpadu Peraturan tersebut sebagai acuan dalam
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi menentukan effluent standard yang harus
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya dicapai dalam pengolahan air buangan.
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup yang meliputi perencanaan, HASIL DAN PEMBAHASAN
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, Pembangunan industri pada suatu lokasi
pengawasan, dan penegakan hukum. Selain dapat menimbulkan dampak biogeofisik kimia
itu di dalamnya berdasarkan pasal 20 ayat (3) terhadap lingkungan (Ginting, 2007). Untuk
Setiap orang diperbolehkan untuk membuang mencegah terjadinya pencemaran terhadap
limbah ke media lingkungan hidup dengan lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan
persyaratan memenuhi baku mutu lingkungan aktivitas manusia, maka diperlukan
hidup. pengendalian terhadap pencemaran lingkungan
dengan menetapkan baku mutu lingkungan.

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 44


P-ISSN: 2798-6268
PERENCANAAN IPAL KAWASAN INDUSTRI “…” (P. S. ARDISTY SITOGASA, ET AL.)

Baku mutu lingkungan adalah batas mengganggu efisiensi penyisihan parameter


kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan BOD dan COD.
pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk Tabel -1: Baku Mutu Kualitas Air Limbah
hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Secara Baku Baku Baku
objektif, baku mutu merupakan sasaran ke arah Parameter Satuan Mutu Mutu Mutu
mana suatu pengelolaan lingkungan ditujukan. Inlet1 Outlet2 Outlet3
0
Setelah mengetahui nilai polutan yang perlu Temperatur C 400C - -
mg/l
disisihkan, maka dapat diketahui tahapan Warna 300 - -
Pt-Co
pengolahan yang diperlukan.
Total
Dissolved
Daerah pelayanan Instalasi Pengolahan mg/l 4000 - -
Solids
Air Limbah (IPAL) direncanakan untuk (TDS)
kawasan industri dengan kapasitas rencana Total
2500 m3/hari. Parameter pencemar sebagai data Suspended
mg/l 400 150 150
dasar pada perencanaan ini menggunakan data Solids
inlet kawasan industri sejenis dari PT. Kawasan (TSS)
Industri Intilan di Ngoro Industri Persada (NIP) pH - 6-9 6–9 6,0-9,0
(2018). BOD5 mg/l 1000 50 50
COD mg/l 2000 100 100
Sesuai dengan Undang-Undang no 11 Besi (Fe) mg/l 30 - -
Mangan
tahun 2020 ketentuan terkait baku mutu mg/l 10 - -
(Mn)
selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Barium
Oleh karena itu, dalam studi ini baku mutu mg/l 5 - -
(Ba)
yang digunakan berdasarkan Pergub Jateng Tembaga
Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Perda mg/l 5 2 2
(Cu)
Jateng No. 10 Tahun 2004 tantang Baku Mutu Zinc (Zn) mg/l 20 10 10
Air Limbah. Selain itu diuraikan juga baku Krom
mutu pembanding berdasarkan Peraturan Heksavalen mg/l 2 0,5 0,5
Gubernur Jawa Timur Nomor 52 Tahun 2014 (Cr6+)
Tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Total
Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Krom mg/l 2 1 1
Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau (T0tal Cr)
Kegiatan Usaha Lainnya. Hal ini dilakukan Kadmium
mg/l 1 0,2 0,1
(Cd)
untuk mengetahui baku mutu yang harus
Merkuri
dipenuhi di Provinsi Jawa Timur sebagai lokasi (Hg)
mg/l 0,01 - -
PT. Kawasan Industri Intilan di Ngoro Industri Timbal
Persada (NIP) (2018) beroperasi. Untuk lebih mg/l 3 1 1
(Pb)
jelasnya mengenai parameter acuan dan baku Stannum
mutunya dapat dilihat pada tabel-1. mg/l 1 - -
(Sn)
Arsen (As) mg/l 1 - -
Karakteristik air limbah yang biasanya Selenium
mg/l 1 - -
diukur antara lain temperatur, pH, alkalinitas, (Se)
padatan-padatan, kebutuhan oksigen, nitrogen Nikel (Ni) mg/l 2 0,5 0,5
dan Fosfor (Siregar, 2005). Berdasarkan Cobalt
mg/l 1 - -
parameter pencemar pada Tabel-1, semua (Co)
parameter akan menjadi fokus pengolahan, Sianida
mg/l 1 - -
(CN)
khususnya parameter minyak lemak, BOD,
Sulfur (S) mg/l 1 - -
COD, TSS dan TDS. Hal ini disebabkan karena
Fluoride
parameter tersebut memerlukan efisiensi (F)
mg/l 30 - -
pengolahan yang tinggi untuk mencapai nilai Klorida
baku mutu yang disyaratkan. Parameter minyak mg/l 1 - -
(Cl2)
dan lemak menjadi pertimbangan karena Amonnia
keberadaan minyak lemak akan mengganggu mg/l 20 20 20
(NH3-N)
kinerja pengolahan biologis, dalam hal ini akan Nitrat mg/l 50 - -

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 45


P-ISSN: 2798-6268
PERENCANAAN IPAL KAWASAN INDUSTRI “…” (P. S. ARDISTY SITOGASA, ET AL.)

Baku Baku Baku selanjutnya akan diolah di unit belt press untuk
Parameter Satuan Mutu Mutu Mutu menghasilkan padatan yang kering atau padatan
Inlet1 Outlet2 Outlet3 dengan kadar air yang sangat rendah.
(NO3-N)
Nitrit Dari data yag diperoleh direncanakan
mg/l 5 - -
(NO2-N)
debit pada perencanaan Instalasi Pengolahan
Deterjen mg/l 15 10 10
Air Limbah (IPAL) di Kawasan Industri
Fenol mg/l 2 1 1
Minyak
diuraikan sebagai berikut:
mg/l 20 15 15 Kapasitas (Q) = 2500 m3/ hari
Lemak
Hidrogen = 104,4 m3/jam
Sulfida mg/l - 1 1 = 1,74 m3/menit
(H2S) = 0,029 m3/det
Sumber: 1) Data Teknis PT. Kawasan Industri Intiland di Berdasarkan debit rencana selanjutnya dapat
Ngoro Industri Persada (NIP), 2018 diperhitungkan dimensi rencana untuk masing-
2) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 52
masing unit sesuai dengan perencanaan
Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 kebutuhan unit pengolahan pada Gambar-1.
Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Perhitungan dimensi rencana
Lainnya ditentukan berdasarkan debit dan efisiensi
3) Pergub Jateng Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Perubahan Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 penyisihan hingga mencukupi baku mutu yang
tantang Baku Mutu Air Limbah ada. Untuk lebih jelasnya mengenai dimensi
rencana IPAL dapat dilihat pada Tabel-2, dan
Tahapan proses pengolahan yang gambar denahrencana desain IPAL dapat
direncanakan, dijelaskan pada Gambar-1. dilihat pada Gambar-2. Persentase rencana
Unit pengolahan yang direncanakan akan efisiensi penyisihan dan hasil penyisihan
berintegrasi dengan unit pengolahan parameter pencemar pada masing-masing unit
eksisting, dimana unit pengolahan rencana disajikan pada Tabel-3.
memiliki kapasitas pengolahan yang berbeda-
beda.

Unit ekualisasi digunakan untuk


menghomogenkan konsentrasi pencemar,
khususnya parameter BOD, COD dan TSS.
Unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi
merupakan unit pengolahan kimiawi dengan
menggunakan penambahan koagulan alum
dan PAC. Proses ini digunakan untuk
menyisihkan TSS, TDS, senyawa anorganik
dan logam-logam melalui pembentukan flok
dan pengikatan logam menjadi senyawa
kompleks. Unit aerasi dengan sistem lumpur
aktif dengan menggunakan injeksi oksigen
merupakan proses pengolahan biologis.
Proses aerasi digunakan untuk menyisihkan
parameter organik, yaitu BOD,

COD, nitrit, nitrat. Unit clarifier Gambar-1: Diagram Alir IPAL Kawasan Industri di
digunakan untuk membantu kinerja proses Jawa Tengah
aerasi melalui sirkulasi lumpur yang
mengandung mikroorganisme dan menyisihkan Unit bak pembubuh koagulan
padatan tersuspensi dari proses biologis yang diinjeksikan di unit bak koagulasi, dengan
tidak diperlukan atau berlebih. Pengolahan memperhitungkan kandungan bahan organik
limbah padat berupa lumpur dari proses dan anorganik yang terkandung di dalam air
sedimentasi dan clarifier akan diolah di unit limbah. Jenis koagulan yang digunakan pada
pengental lumpur atau thickener dan perencanaan ini adalah menyesuaikan dengan

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 46


P-ISSN: 2798-6268
PERENCANAAN IPAL KAWASAN INDUSTRI “…” (P. S. ARDISTY SITOGASA, ET AL.)

kondisi eksisting IPAL yang ada, agar pengadukan. Bak flokulasi berfungsi untuk
meminimalkan biaya operasional. Jenis membentuk flok yang diharapkan mampu
koagulan adalah Poly Cation dan PAC (Poly mengikat partikel tersuspensi, mengikat
Aluminium Chloride). parameter pencemar berupa logam atau
senyawa anorganik dan organik. Unit bak
Bak koagulasi berfungsi untuk pengaduk direncanakan menggunakan 2 unit
mencampur bahan koagulan kimia dengan air agitator paddles untuk memaksimalkan
limbah. Unit bak pengaduk menggunakan 1 pengadukan.
unit agitator paddles untuk memaksimalkan

Tabel-3: Persentase dan Hasil Penyisihan Parameter Pencemar


Baku
Baku Koagulasi-Flokulasi-
No Satu Grease Trap Ekualisasi Aerasi Clarifier Mutu
Parameter Mutu Sedimentasi
. an Outlet2
Inlet1
in out3 in out3 in out3 in out3 in out3
0
1. Temperatur C 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 -
mg/l 32
2. Warna 300 300 300 160 160 160 32 32 32 32 -
Pt-Co (80%)
Total
300 30
3. Dissolved mg/l 4000 4000 4000 3000 3000 3000 300 300 300 -
(90%) (90%)
Solids (TDS)
Total
240 96 48 12
4. Suspended mg/l 400 400 320 320 320 96 48 150
(15%) (70%) (50%) (75%)
Solids (TSS)
5. pH - 6-9 6-9 6-9 6-9 6-9 6-9 6-9 6-9 6-9 6-9 6-9
6–9
720 648 80 24
6. BOD mg/l 1000 1000 1000 800 720 648 80 50
(10%) (10%) (87%) (70%)
1440 1296 129 160 58
7. COD mg/l 2000 2000 2000 1600 1440 160 100
(10%) (10%) 6 (87%) (70%)
10
8. Besi (Fe) mg/l 30 30 30 24 10 0 (100%) 0 0 0 0 -
(60%)
3
9. Mangan (Mn) mg/l 10 10 10 8 3 0 (100%) 0 0 0 0 -
(60%)
10. Barium (Ba) mg/l 5 5 5 4 4 4 0 (100%) 0 0 0 0 -
11. Tembaga (Cu) mg/l 5 5 5 4 4 4 0 (100%) 0 0 0 0 2
16
12. Zinc (Zn) mg/l 20 20 20 16 16 3 (80%) 3 3 3 3 10
Krom
13. Heksavalen mg/l 2 2 2 1.1 1.1 1.1 0 (100%) 0 0 0 0 0,5
(Cr6+)
Total Krom
14. mg/l 2 2 2 1.1 1.1 1.1 0 (100%) 0 0 0 0 1
(Tptal Cr)
Kadmium
15. mg/l 1 1 1 0.8 0.8 0.8 0 (100%) 0 0 0 0 0,2
(Cd)
16. Merkuri (Hg) mg/l 0,01 0,01 0,01 0.008 0.008 0.008 0 (100%) 0 0 0 0 -
17. Timbal (Pb) mg/l 3 3 3 2.4 2.4 2.4 0 (100%) 0 0 0 0 1
18. Stannum (Sn) mg/l 1 1 1 0.8 0.8 0.8 0 (100%) 0 0 0 0 -
19. Arsen (As) mg/l 1 1 1 0.8 0.8 0.8 0 (100%) 0 0 0 0 -
20. Selenium (Se) mg/l 1 1 1 0.8 0.8 0.8 0 (100%) 0 0 0 0 -
21. Nikel (Ni) mg/l 2 2 2 1.1 1.1 1.1 0 (100%) 0 0 0 0 0,5
22. Cobalt (Co) mg/l 1 1 1 0.8 0.8 0.8 0 (100%) 0 0 0 0 -
23. Sianida (CN) mg/l 1 1 1 0.8 0.8 0.8 0 (100%) 0 0 0 0 -
24. Sulfur (S) mg/l 1 1 1 0.8 0.8 0.8 0 (100%) 0 0 0 0 -
25. Fluoride (F) mg/l 30 30 30 24 24 24 0 (100%) 0 0 0 0 -
26. Klorida (Cl2) mg/l 1 1 1 0.8 0.8 0.8 0 (100%) 0 0 0 0 -
Amonnia 3
27. mg/l 20 20 20 16 16 16 16 16 3 3 20
(NH3-N) (80%)
Nitrat (NO3- 0
28. mg/l 50 50 50 40 40 40 40 40 0 0 -
N) (100%)
Nitrit (NO2- 0
29. mg/l 5 5 5 4 4 4 4 4 0 0 -
N) (100%)
2.5
30. Deterjen mg/l 15 15 15 12 12 12 2.5 2.5 2.5 2.5 10
(80%)
0
31. Fenol mg/l 2 2 2 1.6 1.6 1.6 0 0 0 0 1
(100%)
Minyak 5 0
32. mg/l 20 5 2.5 2.5 2.5 0 0 0 0 15
Lemak (50%) (100%)
Hidrogen
33. mg/l - - - - - - - - - - - 1
Sulfida (H2S)

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 47


P-ISSN: 2798-6268
PERENCANAAN IPAL KAWASAN INDUSTRI “…” (P. S. ARDISTY SITOGASA, ET AL.)

Sumber: 1) Data Teknis PT. Kawasan Industri Intiland di Ngoro Industri Persada (NIP), 2018
2) Pergub Jateng Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 tantang Baku Mutu Air
Limbah
3) Persentase penyisihan berdasarkan: Tchobanoglous et al., 2013; Qasim, 1985; dan Said, 1995.

Tabel-2: Dimensi Rencana IPAL


Panjang Lebar Dia. Kedalaman (m)
Unit Bangunan
(m) (m) (m) Hair Fb Htotal
Bak Penampung 4 2 - 2 0,5 2,5
Bak Ekualisasi 6 4 - 2 0,5 2,5
Unit Pembubuhan Koagulan
- profil tank efektif (PAC) - - 1,05 - - 1,595
- profil tank efektif (Polycation) - - 0,98 - - 1,450
- storage tank - - 3
Unit Bak Pengaduk Cepat/
Koagulasi 1 1 - 2 0,5 2,5
Unit Bak Pengaduk Lambat/
Flokulasi 3 3 - 2 0,5 2,5
Zona Transisi 3 0,5 - 1 0,5 1,5
Bak Pengedap/Sedimentasi
-Zona Pengendapan 14 3 - 2 0,5 2,5
-Saluran Pembawa 3 0,5 - 1 0,5 1,5
-Zona Lumpur atas 5 3 -
1,5 - 1,5
-Zona Lumpur bawah 3 2 -
Moving Bed Biofilm Reactor 8 8 - 3 0,5 3,5
Unit Sedimentasi II
-Zona Pengendapan - - 6 3 0,5 3,5
-Zona Lumpur (Datas) - - 2
1 - 1
-Zona Lumpur (Datas) - - 1
Sludge Thickener - - 4,5 3 - 3
Sludge Drying Bed 8 8 - 0,5 - 0,5
Sumber: Hasil Analisis, 2021

Gambar-2: Denah Rencana IPAL Kawasan Industri di Jawa Tengah

Bak pengendapan berfungsi untuk pengolahan yang sederhana dan membutuhkan


mengendapkan flok/partikel padatan yang telah luas lahan yang lebih sedikit. Teknologi MBBR
berikatan dengan parameter polutan yang akan menggunakan beribu biofilm dari polyethylene
disisihkan dan menampung pengendapan yang tercampur di dalam suatu reaktor dengan
partikel padatan tersebut pada ruang aerasi terus menerus (PermenPUPR RI, Nomor
pengendapan yang berbentuk trapesium. Outlet 04/PRT/M/2017). Desain aerator yang
air limbah hasil pengendapan akan dialirkan digunakan adalah berbentuk tube diffuser,
menuju bak aerasi secara gravitasi. Bak aerasi dimana gelembung udara berukuran kecil akan
pada perencanaan ini menggunakan sistem naik dari dasar ke permukaan. Selanjutnya Air
terlekat atau attached growth. Moving Bed limbah dari unit MBBR akan dialirkan menuju
Biofilm Reactor (MBBR) merupakan proses bak clarifier.

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 48


P-ISSN: 2798-6268
PERENCANAAN IPAL KAWASAN INDUSTRI “…” (P. S. ARDISTY SITOGASA, ET AL.)

Bak pengendapan II atau unit clarifier DAFTAR PUSTAKA


berfungsi untuk pengendapan lanjutan partikel Jurnal
padat organik air limbah. Dimensi unit clarifier Damayanti, A., Hermana, J., dan Masduqi, A.
adalah lingkaran dan dilengkapi dengan 2004. Analisis Resiko Lingkungan Dari
scrapper untuk meningatkan kuantitas lumpur Pengolahan Limbah Pabrik Tahu Dengan
yang terkumpul dan membantu memekatkan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.). Jurnal
kualitas padatan lumpur. Jumlah unit clarifier Purifikasi, Vol.5, No.4, Oktober 2004:
sebanyak 1 unit. Unit pengolahan lumpur pada 151-156
perencanaan ini menggunakan Sludge
Thickener dan dilanjutkan pengeringan lumpur Buku
dengan unit Sludge Drying Bed Amerika Serikat. 2008. Industrial Wastewater
Management, Treatment dan Disposal,
KESIMPULAN Third Edition, Manual of Practice No.
Kesimpulan hasil perencanaan Instalasi FD-3. Virginia, USA: Water Environment
Pengolahan Air Limbah Kawasan Industri di Federation (WEF) Press.
Jawa Tengah diuraikan sebagai berikut: Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan
Lingkungan dan Limbah Limbah Industri.
1. Sebagai wujud tanggung jawab manajemen/
Bandung: Yrama Widya.
pemilik usaha untuk senantiasa menjaga
Woodard, F. 2001. Industrial Waste Treatment
lingkungan hidup perlu mengolah limbah
Handbook. Butterworth – Heinemann:
yang dihasilkan hingga memenuhi baku
Wildwood Avenue.
mutu efluen air limbah berdasarkan
Qasim, Syed R.; 1985; Wastewater Treatment
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 5
Plants, Planning, Design and Operation;
Tahun 2012 tentang Perubahan Perda Jateng
CBS College Publishing; Japan
No. 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air
Said, Nusa Idaman. 2019. Teknologi
Limbah.
Pengolahan Air Limbah: Teori dan
2. Guna memenuhi baku mutu buangan air
Aplikasi. Jakarta: Erlangga
limbah direncanakan IPAL dengan beberapa
Siregar, S. A. 2005. Instalasi Pengolahan Air
tahapan pengolahan yaitu: unit bak
Limbah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
ekualisasi, unit koagulasi-flokulasi, bak
Tchobanoglous, G., Stensel, H. D.,
sedimentasi, unit aerasi sistem terlekat
Tsuchihashi, R. and Burton, F. 2013.
(MBBR), unit pengentalan lumpur (clarifier
Wastewater Engineering: Treatment and
dan sludge thickener), dan pengeringan
Resource Recovery. New York, USA:
lumpur (SDB).
McGraw-Hill Education
3. Hasil efluen dari IPAL direncanakan
memenuhi Peraturan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan/Kebijakan Pemerintah
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Gubernur
Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 tentang
Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012
Baku Mutu Air Limbah. Adapun parameter
tentang Perubahan Perda Jateng No. 10
efluen direncanakan sebesar 12 mg/l untuk
Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air
TSS, 24 mg/l untuk BOD, 58 mg/l untuk
Limbah. Semarang.
COD dan 3 mg/l untuk Amonia.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Gubernur
Jawa Timur Nomor 52 Tahun 2014
UCAPAN TERIMA KASIH
Tentang Perubahan Atas Peraturan
Penulis mengucapkan terima kasih
Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun
kepada Kawasan Industri Jawa Tengah yang
2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah
telah bekerjasama, membantu, dan memberi
Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha
data untuk terlaksananya perencanaan ini. Serta
Lainnya. Surabaya.
kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri
Kepada Masyarakat Universitas Pembangunan
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nasional "Veteran" Jawa Timur, Indonesia,
Republik Indonesia Nomor
yang mendukung terwujudnya artikel ini.
04/PRT/M/2017 Tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik. Jakarta.

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 49


P-ISSN: 2798-6268
PERENCANAAN IPAL KAWASAN INDUSTRI “…” (P. S. ARDISTY SITOGASA, ET AL.)

Republik Indonesia. 2020. Undang-Undang


Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerja. Jakarta. 59-79
Republik Indonesia. 2021. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jakarta. 13-14

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 50


P-ISSN: 2798-6268

Anda mungkin juga menyukai