Semen 7,30 - 7, 60
Cairan 7,4
serebrospinal
pH cairan tubuh adalah antara 7,35-7,45. Jadi bila kurang dari 7,35 disebut asidosis, dan di atas 7,45
disebut alkalosis. Perubahan konsentrasi ion H+ mengganggu fungsi sistem enzim dan hormon. Misalnya
asidosis menghambat fungsi epinefrin. Konsentra si ion H' juga mempengaruhi fungsi neurologis dan
distribusi ion-ion lain.
Dalam proses metabolisme selular, asam secara kontinu dibentuk. Kelebihan hidrogen yang diproduksi
harus dikeluarkan dari tubuh untuk mempertahankan status mantap. Asam yang dibentuk ini sering
digambarkan sebagai asam volatil, asam yang dapat diekskresikan oleh jal. paru-paru dan asam non-
volatil, asam yang diekskresikan oleh ginjal
pH <7,35 (asidosis)
pH>7,45 (alkalosis)
4 HCO3 22 - 26 mEq/L Konsentrasi HCO, dalam plasma darah yang telah diseimbangkan
standar pada PaCO2 40 mm Hg dan dengan O2 sampai saturasi
hemoglobin penuh
Karena konsentrasi ion hidrogen darah akhirnya mempengaruhi konsentrasi ion hidro gen cairan tubuh
dan karena darah mudah diambil untuk analisis kimia, darah arteri digunakan sebagai contoh cairan
tubuh dalam mengkaji keseimbangan asam-basa. Eva luasi klinis terhadap status asam-basa individu
mencakup penentukan pH darah arteri, PCO2, dan HCO,
Sistem bufer
Bufer mencakup asam lemah dan garam dari asam tersebut, yang berfungsi sebagai basa lemah. Sistem
bufer berfungsi menangkap atau memberi ion hidrogen agar pH tetap dalam batas normal. Sistem bufer
untuk mengatur keseimbangan asam-basa ada lah sistem asam karbonat-bikarbonat, bufer protein, dan
bufer fosfat.
Sistem asam karbonat-bikarbonat. Ini adalah sistem bufer paling penting karena dapat diatur oleh paru
maupun ginjal. Normalnya rasio asam karbonat:bikarbonat ada lah 1:20. Pada rasio ini pH sama dengan
7,40. Jika terjadi retensi CO, dan sebagai kompensasi juga retensi bikarbonat, maka rasio CO2:HCO,
tetap (2:40, sama dengan 1:20), dan pH tetap 7,40. Paru dapat dengan cepat mengeluarkan atau
menahan CO2, sementara ginjal berfungsi jauh lebih lambat menahan atau mengeluarkan HCO3.
Sistem bufer protein. Bufer paling banyak dalam tubuh adalah bufer protein, me liputi sel dan plasma.
Bufer intrasel ini mempengaruhi cairan ekstrasel karena H, CO₂, dan HCO, berdifusi ke dalam sel.
Hemoglobin adalah bufer protein efektif, yang mengikat CO2.CO₂ yang berdifusi memasuki sel darah
merah membentuk H,CO,, yang kemudian pecah menjadi H+HCO,. HCO, diperlukan untuk bufer dalam
plasma.
Sistem bufer fosfat. Fungsi bufer fosfat dilakukan ginjal, yaitu mengembalikan pH ke normal dengan
meningkatkan atau mengurangi jumlah ion bikarbonat dalam cairan eks traşel. Ini berlangsung lebih
lambat dari mekanisme paru. Mekanisme ini meliputi eks kresi ion hidrogen dan resorpsi HCO,. Bufer
fosfat terdiri atas HPO,, yang mengikat ion hidrogen berlebihan dan menjadi H,PO,. Setiap ion hidrogen
yang disekresi, maka satu ion natrium diserap, berakibat naiknya Na-Bikarbonat dalam cairan ekstrasel.
2. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik diakibatkan oleh akumulasi abnosmal fixed acid atau kehilangan basa. pH
darah arteri di bawah 7,35, dan bikarbonat plasma biasanya menurun di bawah 22 mEq/L (lihat
Bagan 4-3).
Asidosis metabolik dapat diakibatkan dari akumulasi sistemik baik asam hidroklori da maupun
non-hidroklorida. Gejala asidosis metabolik berat mencakup pernapasan dalam dan cepat
(Kussmaul), disorientasi, dan koma. Manifestasi klinis asidosis meta bolik bergantung pada kadar
pH.
3. Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik diakibatkan dari kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan
tubuh. Ini didefinisikan sebagai gangguan yang mengakibatkan peningkat an primer, bukan
sekunder HCO, plasma. Bikarbonat plasma meningkat sampai di atas 26 mEq/L, dan pH darah
arteri meningkat di atas 7,45. Peningkatan sekunder pada HCO, plasma sering terlihat pada
asidosis respiratori kronis sebagai kompensasi untuk mempertahankan pH pada atau kira-kira
nilai normal
Salah satu penyebab alkalosis metabolik adalah mencerna sejumlah besar basa (mis., BaHCO,
atau soda kue) untuk mengatasi ulkus lambung dan rasa kembung. Mani festasi klinis dari
alkalosis metabolik mencakup apatis, kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing.
Beberapa gambaran klinis dihubungkan dengan hipokalemia atau hipokalsemia. Gejala
neurologis mencakup parestesia dan sakit kepala.
4. Asidosis respiratori
Asidosis respiratori disebabkan oleh kegagalan sistem pernapasan untuk membuang
karbondioksida dari cairan tubuh secepat ia diproduksi dalam jaringan. Intinya, kondisi apa pun
yang merusak atau mempengaruhi pernapasan dapat mengakibatkan asidosis pernapasan.
Kerusakan pernapasan menimbulkan peningkatan PCO, arteri di atas 45 mm Hg, dengan
penurunan pada nilai pH sampai 7,35 atau kurang. Penyebab asidosis respiratori mencakup
penyakit obstruktif dan restriktif paru, gang guan gerakan rangka torakal (mis., polimielitis),
penurunan aktivitas pusat pernapasan (karena trauma otak, hemoragi, narkotik, anestetik, dll.)
dan penyakit neuromuskular (mis., miastenia gravis, sindrom Guillain Barré).
5. Alkalosis respiratori
Alkalosis respiratori disebabkan oleh kehilangan karbon dioksida dari paru-paru pada kecepatan
yang lebih cepat daripada produksinya di dalam jaringan. Hal ini menimbul kan penurunan PCO,
arteri di bawah 35 mm Hg. dengan pH lebih besar dari 7.45
Beberapa kondisi yang mengakibatkan kehilangan karbon dioksida berlebihan kare na
hipervenilasi alveolar akan menyebabkan alkalosis respiratori. Alkalosis respiratori mudah
terjadi karena pernapasan berlebihan yang disengaja.
Penyebab lain mencakup ketinggian yang sangat tinggi, ansietas, demam, meningitis, keracunan
aspirin, pneumo nia, emboli paru, dan faktor lain yang meningkatkan aktivitas pusat
pernapasan.