Anda di halaman 1dari 31

INSTITUT

TEKNOLOGI
INDONESIA

PERANCANGAN REVITALISASI MIXED-USE BUILDING


(PASAR TRADISIONAL – APARTEMEN- STASIUN KERETA)
FOKUS PEMECAHAN KUANTITAS: PENGHAWAAN

GHEA ULWIATU ZAHRA


1221800025

DOSEN PEMBIMBING :
REFRANISA,ST,MT

ASISTEN DOSEN :
TITIEANDY LIE, S.Ars.,M.T
ANALISA
TAPAK
LATAR BELAKANG
● LATAR BELAKANG
Bogor sebagai salah satu penyangga Ibu Kota Jakarta merupakan wilayah yang
strategis dan memiliki daya tarik tersendiri bagi sebagaian orang hal ini bisa
dibuktikan dari kian maraknya pertumbuhan pemukiman dari kaki Gunung
Salak hingga masuk Bogor kota.Provinsi Jawa Barat dengan luas 35.377,76
Km2 menurut Data SIAK Provinsi Jawa Barat didiami penduduk sebanyak
46.497.175 Juta Jiwa. Penduduk ini tersebar di 26 Kabupaten/Kota, 625
Kecamatan dan 5.899 Desa/Kelurahan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di
Kabupaten Bogor sebanyak 4.966.621 Jiwa (11,03 %), sedangkan penduduk
terkecil terdapat di Kota Banjar yaitu sebanyak 192.903 Jiwa (0,43 %).
PASAR TRADISIONAL
Penyebab utama kalah bersaingnya pasar tradisional
dengan pasar modern adalah lemahnya manajemen dan
buruknya infrastruktur pasar tradisional, bukan sepenuhnya
karena keberadaan pasar modern.
Perancangan fisik bangunan menjadi salah satu
penyebab pasar tradisional yang terbangun akhirnya sepi
(Sitompul, 2012: ). Akibat adanya kegagalan revitalisasi
yang terjadi, rencana pembangunan pada pasar yang akan
direvitalisasi selanjutnya, Guna mewujudkan fungsi pasar
tradisional yang lebih baik dan akomodatif, dibutuhkan suatu
Pasar tradisional lmerupakan salah satu penggerak inti aplikasi yang lebih modern. Perwujudan dari aspek tersebut
perekonomian di Indonesia. Pedagang menduduki urutan untuk mendapatkan hasil perancangan pasar tradisional
kedua dari pekerjaan yang paling banyak dianut oleh seluruh dengan konsep modern, perlu dilakukan pendekatan pada
rakyat Indonesia (BPS RI, 2010) dan bergantung pada pasar sistem bangunan masa kini dan penggunaan material pada
bangunan yang memberi citra khas sehingga diharapkan
tradisional di seluruh Indonesia (Kemendag, 2007). Pasar
dengan kerangka acuan dan konsep perancangan pasar
modern tumbuh 31.4% per tahun sehingga pasar tradisional tradisional dengan konsep modern ini dapat mengembalikan
kalah saing dengan pasar modern dengan menyusutnya daya saing pasar tradisional terhadap menjamurnya pasar-
pertumbuhan pasar tradisional 8 persen per tahun (Koran pasar modern saat ini.
SINDO, 2015).
STASIUN KERETA

Meski tak terlih at ada tan da-tanda dimulain y a p r o y e k


pembangunan TOD di dalam Stasiun Bogor, Direktur
Perencanaan Tata Ruang Nasional Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan (ATR/BPN) Dwi Hariyawan
menegaskan, tak semua transportasi publik mengedepankan
konsep Transit Oriented Development (TOD). "Jadi, belum tentu
seperti itu. Selama ini, kita salah mengartikan bahwa setiap
stasiun itu (sudah pasti) TOD," tutur Dwi dalam webinar, Kamis
(15/10/2020). TOD merupakan kawasan kota yang didesain untuk
Upaya pemerintah pusat melalui Kementerian Badan Usaha mengintegrasikan transportasi publik dengan kegiatan masyarakat,
Milik Negara (BUMN) membantu Pemerintah Kota (Pemkot) bangunan, dan ruang publik (public space). Prinsip
Bogor dalam menata kota dengan membangun kawasan pengembangan TOD yakni, terdapat kebijakan pembatasan
Transit Oriented Development (TOD) di Stasiun Bogor sangat penggunaan kendaraan bermotor, penataan parkir, dan memiliki
dinantikan masyarakat dan investor yang ingin menanamkan jaringan jalur pejalan kaki atau memiliki aksesibilitas tinggi.
modal di sekitar kawasan stasiun.
APARTEMEN

Adanya tempat alun alun terbengkalai di dekat stasiun bogor


untuk itu demi menciptakan suasana baru, juga Rencana
pengembangan mengadaptasi tata cuang campuran (mixed use)
dan memaksimalkan pengguna angkutan umum massal serta
dilengkapi dengan penunjang lainnya , perlu adanya apartement
sebagai tetapi tetap ada integrasi/ tidak menghilangkan alun alun
bogor. Hal ini sangat perlu di bangun melihat meningkatnya
populasi penduduk, terutama untuk pendatang, selain itu juga
daerah yang akan di bangun ini terintegrasi stasiun bogor ,
berhubung sudah banyak bangunan di sekelilingnya oleh karna
itu di bangun di alun alun bogor dengan tidak menghilangkan
sejarahnya
ISSUE
Isu tentang tinkat kemacetan sepanjang Isu tentang PKL (pedagang kaki lima)
jalan pasar antar hingga stasiun bogor pasar anyar- stasiun bogor

Kendaraan dari arah Jalan Sudirman menuju arah Pasar Anyar dan
stasiun bogor padat merayap.Bahkan kemacetan terjadi dari ke dua Ratusan PKL di bahu jalan, Satpol PP Kota Bogor
arah hingga ke Simpang Denpom dan depan pintu masuk Pusdikzi. melakukan pembongkaran lapak PKL sepanjang
Kendaraan yang melintas hanya bisa melaju dengan kecepatan 20
Km/jam. Kawasan Pasar Anyar Kota-stasiun bogor. Pasar ini
sempat viral dipadati warga berbelanja beberapa
waktu lalu. Namun masih ada yang nekat untuk
membuka lapak kembali.
ISSUE
Isu tentang parkir pada bahu jalan dan kepadatan Isu stasiun bogor belum berbasis TOD
pengunjung

Pada gambar tersebut tampak lautan manusia disaat Belum terlihat tanda-tanda dimulainya proyek
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Pasar Anyar, pembangunan TOD di dalam Stasiun Bogor, kawasan
Bogor, Jawa Barat. Terlihat di video tersebut pengunjung stasiun kota bogor nantinya didesain untuk
pasar dan pengendara motor saling berdesakan. mengintegrasikan transportasi publik dengan kegiatan
masyarakat, bangunan, dan ruang publik (public space).
ISSUE

Isu kepadatan penduduk dan kebutuhan


fasilitas

Kepadatan penduduk disebabkan oleh semakin meningkatnya


pendatang hal ini juga menyebabkan semakin butuhnya
fasilitas tentunya di kawasan stasiun bogor. Fasilitas seperti
apartemen di butuhkan sebagai penunjang kehidupan seorang
pekerja/ pendatang.
TUJUAN DAN SASARAN
TUJUAN SASARAN
 Menciptakan pasar tradisional berbasis modern yang dapat
Masyarakat yang ada di daerah bogor, tentunya
menampung pedagang sesuai kapasitas.
sekitar pasar anyar bogor - stasiun bogor juga
 Merevitalisasi pasar tradisional berkonsep modern. masyarakat pendatang atau pekerja. Agar
masyarakat mendapatkan kenyaman dalam jual beli,
 menyediakan kios-kios bagi pedagang kaki lima (PKL) yang
bertransportasi juga terpenuhinya fasilitas
rencananya ditata dan difasilitasi untuk berjualan di dalam
pasar. penunjang krehidupan seperti apartemen, hal ini
tentunya jadi sisi positif bagi masyarakat bogor,
 Pelayanan parkir yang teratur. untuk memenuhi kebutuhannya.
 Memperbaki sirkulasi pejalan kaki untuk pengunjung agar
tidak terjadi tingkat kepadatan

 Menciptakan kawasan stasiun kota bogor berbasis TOD guna


mengintegrasikan transportasi publik dengan kegiatan jual beli,
tranportasi, penunjang fasilitas kehidupan
LITERATUR REGULASI

 . Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512)

 . Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 4

 . Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

 . Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883);

 Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Moderen;

 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 66 Tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir Untuk Umum;

 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 4 Tahun 1994 tentang Tata Cara Parkir Kendaraan di Jalan;

 . Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/M/PRT/ 2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
LITERATUR REGULASI
LITERATUR REGULASI

 . Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

 . Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

 . Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

 . Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

 . Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5252)

 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);
DAFTAR REFRENSI
DAFTAR REFRENSI
•https://www.tribunnews.com/metropolitan/2013/10/22/pedaga •https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-
ng-pasar-anyar-bogor-tolak-revitalisasi 5020175/bima-arya-tertibkan-pasar-anyar-yang-viral-
gegara-lautan-manusia

•https://news.detik.com/foto-news/d-5020918/akhirnya-satpol-pp- •https://regional.kompas.com/read/2017/06/20/1552538
bongkar-lapak-pkl-pasar-anyar-bogor 1/maraknya.parkir.liar.di.pasar.anyar.bima.arya.evaluasi
.juru.parkir
•https://www.beritasatu.com/megalopolis/448985/konsep-tod-kurangi-beban-transportasi#!

DAFTAR REFRENSI

•https://metro.sindonews.com/berita/1385947/171/realisasi-
 https://www.beritasatu.com/megalopolis/448985/
konsep-tod-stasiun-bogor-dinantikan
konsep-tod-kurangi-beban-transportasi#!
DATA TAPAK
LOKASI :
Pasar Anyar Bogor, Jl. Pabaton No.24-20 RT.02/ RW.01, pabaton kecamatan
bogor tengah, Kota Bogor, Jawabarat 16121

LUASAN :
285.133 M²

TIPOLOGI :
PASAR TRADISIONAL – PUBLIC SPACE – STASIUN KERETA

KONDISI TANAH :
TANAH PADA TAPAK MEMILIKI KELEMBABAN TINGGI

KONTUR :
PADA TAPAK TIDAK MEMILIKI KONTUR

IKLIM :
Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26’ C dengan suhu terendah
21,8’ C dengan suhu tertinggi 30,4’ C. Kelembaban udara 70 %, Curah hujan rata-
rata setiap tahun sekitar 3.500 – 4000 mm dengan curah hujan terbesar pada
bulan Desember dan Januari.
MATAHARI
FAKTOR :
Orientasi tapak menghadap ke arah timur laut, arah bangunan di tapak tersebut
memiliki alur yang tidak beraturan sehingga membuat cahaya matahari tidak
tersebar merata, dan berakibat terjadinya kelembaban yang tinggi.

SOLUSI :
jika ingin cahaya matahari tersebar merata ke seluruh bangunan , maka bangunan
tersebut perlu di desain dengan beraturan, tidak berdempetan, juga perlu adanya
ruang terbuka hijau .dan meletakan vegetasi di tepi bangunan untuk menyaring
udara, sehingga kenyamanan pada ruang hunian tetap terjaga.
REGULASI

LUASAN:
285.133 M²

KDB : 60% X 285.133 M² = 228 M²


KLB : 1,5 X 285.133 M² = 427 M²
RTH : 30%

SOLUSI :
jika ingin cahaya matahari tersebar merata ke seluruh bangunan , maka bangunan
tersebut perlu di desain dengan beraturan, tidak berdempetan, juga perlu adanya
ruang terbuka hijau .dan meletakan vegetasi di tepi bangunan untuk menyaring
udara, sehingga kenyamanan pada ruang hunian tetap terjaga.
VEGETASI
BANGUNAN SEKITAR
AKSESIBILITAS

AKSESIBILITAS melalui jl. AKSESIBILITAS melalui jl.


Cibogor menuju pasar anyar Pengadilan menuju pasar
bogor anyar bogor
KEBISINGAN

WARNA MERAH: TINGKAT KEBISINGAN TERTINGGI


PADA STASIUN KERETA

WARNA KUNING :
TINGKAT KEBISINGAN SEDANG PADA PASAR
TRADISIONAL PASAR ANYAR BOGOR

WARNA HIJAU: TINGKAT KEBISINGAN RENDAH PADA


ALUN ALUN TAMAN TOPI BOGOR
ANALISA
TAPAK
MAKRO
IKLIM

Seperti wilayah lain di Indonesia, Bogor memiliki iklim tropis


dengan tipe Hutan Hujan Tropis. Kondisi iklim di Kota Bogor
suhu rata-rata tiap bulan 26°C dengan suhuu terendah
21,8°C dan suhu tertinggi 30,4°C.
Kelembaban udara ≥70%, curah hujan rata-rata setiap tahun
di Kota Bogor sangatlah tinggi, yaitu sekitar 3.500-4000 mm
dengan curah hujan terbesar pada bulan Januari, karenanya
Kota Bogor dijuluki sebagai "Kota Hujan".
TOPOGRAFI

Kondisi topografi wilayah Kota Bogor pada dasarnya bervariasi antara datar dan berbukit (antara 0-200 mdpl sampai dengan >300 mdpl).
Wilayah Kota Bogor yang mempunyai ketinggian >300 mdpl sebagaian besar berada di wilayah selatan yang merupakan kaki Gunung
Salak. Perbedaan ketinggian yang relatif sedikit ini membuat Kota Bogor menjadi wilayah yang sangat cocok untuk pengembangan
perkotaan dimana hal ini tercermin dari kota bogor merupakan kota yang telah dibangun sejak lama. Kemiringan lereng di Kota Bogor
sebagian besar berada pada klasifikasi datar dan landai (25%) hanya seluas 884,9 ha atau sekitar 7,45%. Kondisi topografi dan kemiringan
lereng tersebut, menjadikan Kota Bogor memiliki variasi pola/tema pengembangan dalam pemanfaatan ruangnya, pada beberapa lokasi
memiliki pemandangan (view) yang indah (ke arah Gunung Salak dan Gunung Pangrango) dan udara yang sejuk. Kondisi topografi dan
kemiringan lereng ini menjadi potensi dalam pengembangan Kota Bogor. Untuk lebih jelasnya, uraian luas wilayah berdasarkan
kemiringan Kota Bogor menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.
FUNGSI LAHAN

Penggunaan Lahan Dari segi pola penggunaan lahan, dengan luas wilayah Kota Bogor 11.696,05 ha. Kawasan tersebut dapat dibagi
menjadi dua kategori yaitu kawasan terbangun dan kawasan tidak terbangun. secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut. 
Kawasan terbangun yang mencakup kawasan perumahan, permukiman, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan,
fasilitas olahraga, fasilitas umum, industri, komplek militer, kantor pemerintahan, jasa, perdagangan campuran. Luas kawasan terbangun
adalah 5.340,40 ha. Luas kawasan permukiman dan perumahan adalah 4.617,26 ha atau sekitar 39,47%, fasilitas sosial dan fasilitas
lainnya menempati luas 250,25 ha atau 2,14%. Kawasan indutri, jasa, dan perdagangan campuran menempati luas 362,35 ha atau sekitar
3,10%. kompleks militer dan kantor pemerintahan menempati luas 110,54 ha atau 0,95 %.
FUNGSI LAHAN

Kawasan tidak terbangun yang mencakup hutan kota, kebun, ladang, sawah,
semak, taman, tanah kosong, TPU, kolam, situ, dan sungai. Luas kawasan
tidak terbangun ini adalah 6.355,65 ha. Kawasan tidak terbangun yang
merupakan kawasan hijau yang mencakup hutan kota, kebun, ladang, sawah,
semak, taman menempati luas 5.111,31 ha atau 45,12%. Sedangkan untuk
kawasan tidak terbangun yang berbentuk kawasan biru yang mencakup kolam,
situ dan sungai menempati luas 235,32 ha atau 2,01%. Sedangkan sisanya
adalah tempat pemakaman umum yang menempati luas 141,76 ha atau 1,21%
dan tanah kosong seluas 867,27 ha atau 7,42%.
LETAK GEOGRAFIS
Letak Geografis
Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten
Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan
jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata.

KETINGGIAN
Kota Bogor memiliki rata-rata ketinggian minimal 190 m serta maksimum 330 m dari permukaan laut.
Simak juga: tempat wisata populer di Bogor
IKLIM
Keadaan iklim di Kota Bogor suhu rata-rata setiap bln. 26’ C dengan suhu paling rendah 21, 8’ C dengan suhu paling tinggi 30, 4’ C. Kelembapan
hawa 70 persen, Curah hujan rata-rata tiap-tiap th. sekitaran 3. 500 – 4000 mm dengan curah hujan paling besar pada bulan Desember serta Januari.
WILAYAH ADMINISTRASI
Luas Lokasi Kota bogor sebesar 11. 850 Ha terbagi dalam 6 kecamatan serta 68 kelurahan. Lalu Dengan cara Administratif kota Bogor terbagi
dalam 6 lokasi kecamatan, 31 kelurahan serta 37 desa (lima salah satunya termasuk juga desa ketinggalan yakni desa Pamoyanan, Genteng,
Balungbangjaya, Mekarwangi serta Sindangrasa), 210 dusun, 623 RW, 2. 712 RT serta dikelilingi oleh Lokasi Kabupaten Bogor yakni seperti
berikut :
Samping Utara bersebelahan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, serta Kec. Sukaraja Kabupaten Bogor.
Samping Timur bersebelahan dengan Kec. Sukaraja serta Kec. Ciawi, Kabupaten Bogor.
Samping Barat bersebelahan dengan Kec. Darmaga serta Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor.
Samping Selatan bersebelahan dengan Kec. Cijeruk serta Kec. Caringin, Kabupaten Bogor.
HIDROGEOLOGI

Kondisi Sumber Daya Air Potensi sumber daya air permukaan wilayah Kota Bogor diidentifikasi dari adanya 2 sungai besar dan 7 anak sungai. Secara
keseluruhan anak-anak sungai itu membentuk pola aliran pararel-subpararel sehingga mempercepat waktu mencapai debit puncak (time to peak) pada
2 sungai besar yaitu sungai Ciliwung dan Cisadane. Kota Bogor memanfaatkan potensi kedua sungai ini sebagai sumber air baku bagi Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM). Selain potensi dari dua sungai besar di atas terdapat beberapa sungai lain yang ada diantaranya Sungai Cipakancilan,
Sungai Cidepit, Sungai Ciparigi, dan Sungai Cibalok. Sungai-sungai tersebut memiliki permukaan air yang jauh di bawah permukaan tanah. Karenanya,
Kota Bogor terbilang relatif aman dari bahaya banjir. Pada umumnya, aliran sungai-sungai tersebut dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Kota
Bogor sebagai sarana MCK, usaha perikanan keramba, serta sumber air baku bagi PDAM.
ANALISA
TAPAK
MIKRO
AKSESBILITAS DAN KONEKTIVITAS
Thank you !

Anda mungkin juga menyukai