Anda di halaman 1dari 2

FASAL MENJELASKAN SHULUH (PERDAMAIAN)

Kata “shuluh menurut bahasa artinya “memutuskan perselisihan atau perdamaian”. Sedangkan
menurut syara’ ialah suatu bentuk akad yang dapat menyelesaikan perselisihan atau
pertengkaran.
Akad Shuluh/damai dihukumi sah beserta adanya iqrar (pengakuan), “yakni pengakuan orang
yang di dakwa”, dalam urusan harta. Dan urusan harta suatu perkara yang jelas, demikian pula
sah, suatu akad damai terhadap sesuatu yang dapat mendatangkan harta. Seperti orang yang
punya hak qisahs atas diri seseoran, kemudian mereka berdamai dengan minta ganti harta
melaluiperkataan “perdamaian”, maka shuluh atau perdamaian ini hukumnya sah atau dengan
perkataan “membeli” maka hukumnya tidak sah.
Akad shuluh dibagi menjadi 2 macam yaitu shuluh Ibra’ dan Shuluh Mu’awadlah. Shuluh Ibra’
yaitu suatu bentuk perdaamaian dimana seseorang yang mendakwa telah bersedia merngurangi
dari haknya (berupa menghutangkan), atas sebagiannya. Ketika orang tersebut melakukan
perdamaian uang sebanyak Rp.1.000, yang berada didalam tanggungan seseorang, dengan
mengurangi Rp. 500 dari 1000, seakan akan dia berkata kepada orang( yang mempunyai hutang)
berilah aku Rp. 500.-saja dan aku membebaskab kepadamu Rp. 500.-
Tidak sah mengantungkan akad Shuluhdengan maksud Shuluh Ibra’ atas sebuah syarat. Seperti
ucapanya “jika telah datang awal bulan, maka aku akan berdamai denganmu.
Shuluh Mu’wadlah ialah berpindahnya seseorang dari haknya krepada hak yang lain, seperti
pendakwaan seseorang terhadap sebuah rumah atau separonya atas yang didakwa, dan terdakwa
telah iqrar (menyatakan)terhadap hal tersebut, yang kemudian pendakwa berdamai dengan
terdakwa tentang masalah rumah itu, diganti dengan benda yang kelihatan seperti pakaian. Maka
Shuluh ini hukumnya sah.
Dan terhadap Shuluh macam ini (shuluh mu’wadlah) berlaku hukum jual beli maka seolah olah
dalam contoh tersebut pendakwa telah menjual terhadap terdakwa sebuah rumah yang dibeli
dengan pakaian. Ketika dalam keadaan yang demikian itu, maka bagi terdakwa berlaku hukum
jual beli dalam berbagai prrdamaian, seperti hak mengembalikanbarang sebab terdapat aib(cacat)
dan tercegah mentasarrufkan sebelum barang diterima.
Jika pendakwa berdamain terdakwa atas sebagian benda yang didakwakan, maka dinamakan
“hibbah” (pemberian) dari pihak pendakwauntuk sebagian benda yang ditinggalkan. Didalam
status Hibbah (pemberian) ini berlaku hukum-hukum Hibbah sebagaimana keterangan yang akan
dijelaskan didalam bab Hibbah. Dan perdamaian semacam ini dinamkan dengan Shuluh
“Khathithah” (mengurangi). Tidak sah Shuluh khathithah dengan menggunakan lafadz “jual
beli” untuk sebagian benda yang ditinggalkan, seperti bila pendakwa menjual benda yang
didakwakan kepada terdakwa dibeli dengan sebagian benda itu.
Boleh hukumnya bagi islam mengeluarkan rausyan (jendela yang ada pada ataprumah), lafadz
“yusyri’a” terbaca dhommahnya huruf awalnya dan dikasroh sebelum huruf akhir. Dan ini
(rausysan) dinamakan juga sering “sayap rumah”. Dan yang dimaksud mengeluarkan kayu dari
atas dinding/pagar rumah,menuju diatas jalan tembus. Dan jalan tembus ini dinamakan “jalan
umum”. Sekiranya orang yang berjalan (lewat) tidak merasakan bahaya sebab adanya Rausyan
(jendela atau atap dinding samping yang menonjol kejalan umum), bahkan keberadaan Rausyan
tersebut ditiggikan, sekira orang lewat yang postur tubuhnya sangat tinggi bisa melewati dengan
posisi tegak.
Apabila jalan tembus (jalan umum) itu biasa menjadi tempat lewatnya kuda atau unta, maka
hendaknya Rausyan ditinggikan, sekiranya sekedupnya unta dapat lewat dibawahnya beserta
kayu-kayu yang dibuat berteduh diatas sekedup unta tersebut. Adapun yang kafir dzimmi, maka
dia dilarang mengeluarkan Rausyan dana tap meskipun baginya booleh melewati jalan tersebut.
Tidak boleh mengeluarkan Rausyan dijalan lorong yang buntu (yang tanahnya) milik bersama,
kecuali mendapat izin mereka yang mempunyai jalan lorong tersebut. Adapun yang dimaksud
dengan “orang-orang yang mempunyai hak bersama” yaitu orang-orang yang pintu rumahnya
tembus kejalan lorang (gang). Dan yang dimaksudkan dengan mereka bukan orang yang pagar
rumahnya bertemu denghan jalan lorong (gang) tersebut, tanpa tembusnya pintu jalan lorong itu.
Masing-masing dari mereka mempunyai hak menggunakan mulai dari pintu rumahnya sampai
pada awal jalan lorong (gang) itu (pintu gerbang), tidak berhak atas lahan yang
mendampingiakhir jalan lorong.
Boleh memajukan posisi (kearah gerbang) didalam jalan lorong yang milik bersaama. Dan tidak
boleh membelakangi pintu (kea rah ujung jalan lorong), kecuali memperoleh izin orang-orang
yang sama mempunyai hak jalan. Maka sekiramereka melarang pembelakangan pintu itu, maka
hukumnya tidak boleh membelakangkan pintu itu. Dan lemudian jika mereka yang punya hak
jalan lorog melakukan damai dengan ganti rugi harta, maka sah akad damainya.

Anda mungkin juga menyukai