Anda di halaman 1dari 24

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN DI ACEH TIMUR PADA

MASA KONFLIK INTERNAL 1998-2005

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan


MemenuhiSyarat-Syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : NURUL

FADLILAH

Nomor Induk Mahasiswa : 17.04.01.046


Jurusan : IPS
Progam Studi : Pendidikan Sejarah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SAMUDRA
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah

memberikan kesempatan, kesehatan, cinta, rahmat dan hidayah-Nya kepada

penulis. Hanya atas karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan proposal ini

dengan judul, “Perkembangan Pendidikan Pesantren di Aceh Timur Pada Masa

Konflik Internal 1998-2005”.

Shalawat beriring salam tak lupa pula kita sanjung sajikan kepada junjungan

kita, Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta para sahabat dan penerusnya

yang telah setia, tulus, serta ikhlas untuk meneruskan dan menjaga kemurnian

agama Islam.

Dalam penulisan Proposal ini, penulis banyak mendapat bantuan, saran,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-sebesarnya terutama kepada

kedua orang tua saya yang selalau mendukung dan memberikan semangat serta

doa kepada saya dan juga kepada teman-teman saya yang selalu

memberikan motivasi pada saya selama pengerjaan proposal ini.

Kemudian terimakasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan pula yang

terhormat kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Hamdani, M.T. selaku Rektor Universitas Samudra yang

telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu

sebagai Mahasiswa Pendidikan Sejarah.

i
2. Bapak Drs. Muhammad Yakob, M.Pd.,QIA. Selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Samudra yang telah berkenan

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

3. Bapak Madhan Anis, S. Pd. M. Pd selaku Ketua Jurusan IPS Universitas

Samudra

4. Ibu Reni Nuryanti, S.pd., M.A selaku koordinator Program Studi

pendidikan Sejarah Universitas Samudra.

5. Bapak Madhan Anis, S. Pd. M. Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan arahan selama peneliti menempuh pendidikan di

Universitas Samudra.

6. Seluruh Dosen prodi Pendidikan Sejarah yang telah membimbing saya

selama menempuh pendidikan di Universitas Samudra.

7. Bapak saya Alm. Sofiyan, Ibu saya Nurfadila Wati, Kakak, Dan Adik

saya yang saya sayangi.

Dalam penulisan proposal ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa

proposal ini masih banyak kekurangannya, oleh sebab itu penulis mengharapkan

adanya saran-saran dan kritik dari semua pihak, guna lebih sempurnanya proposal

ini. Mudah-mudahan tulisan ini ada manfaatnya bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan pendidikan.

Langsa,November 2022
Penulis

Nurul Fadlilah

170401046

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ..... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3

E. Kajian Pustaka ......................................................................................... 4

F. Penelitian yang Relevan........................................................................... 8

G. Kerangka Berpikir................................................................................... 11

H. Metode Penelitian.................................................................................... 12

I. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 16

J. Teknik Analisis Data ............................................................................. 18

iii
A. Latar Belakang

konflik merupakan suatu kenyataan kehidupan yang tidak dapat

dihindarkan dan sering bersifat kreatif, konflik juga merupakan salah satu realitas

yang tersebar di mana-mana dan pasti ada dalam setiap struktur sosial masyarakat.

konflik sering terjadi ketika tujuan masyarakat tidak dapat berjalan dengan baik

atau tidak sejalan (Amin, 2018:164). adapun dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia Konflik artinya adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan (KBBI,

2008:746). demikian pula halnya dengan konflik yang terjadi antara kelompok

masyarakat Aceh yang tergabung dalam Gerakan Aceh Merdeka dengan Republik

Indonesia.

Konflik internal yang terjadi di Aceh atau yang dikenal dengan Gerakan

Aceh Merdeka dimulai sejak tahun 1976 dengan nama resmi AM atau Aceh

Merdeka dengan diproklamasikannya kemerdekaan Aceh pada 4 Desember 1976

di Pidie yang dipelopori oleh Hasan Tiro (Jayanti, 2013:50). pergerakan ini

dilakukan oleh Hasan Tiro dan anggotanya dengan keinginan bukan hanya

menjadikan Aceh sebagai daerah dengan syariat Islam, tetapi juga ingin

melepaskan Aceh dari kesatuan Negara Indonesia karena mereka menyadari

bahwa tak ada gunanya untuk melakukan perundingan dengan Jakarta. Jakarta

dianggap hanya ingin mengeruk dan menguasai sumber daya alam Aceh serta

banyaknya ketimpangan sosial. (Ilhamsyah, 2018:19). Atas dasar inilah

kemerdekaan Aceh kemudian dikumandangkan dengan tujuan melepaskan diri

dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kemudian mengakibatkan konflik

1
panjang nan dramatis antara kelompok Gerakan Aceh Merdeka dengan Republik

Indonesia.

Dalam perkembangannya kemudian Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

melalui tiga fase penting. Adapun pada fase pertama (1976-1989) GAM

merupakan organisasi kecil yang anggotanya didominasi dari kaum terpelajar dan

GAM menjadi gerakan bawah tanah. Fase kedua (1989-1998), pada fase ini lebih

dikenal oleh rakyat Aceh sebagai era Aceh berstatus Daerah Operasi Militer

(DOM). Fase ketiga pasca 1998, dalam fase ini pemerintah pusat masih tetap

menggunakan kekerasan (Jayanti, 2013:51). Adapun dalam penelitian ini peneliti

mengambil rentang waktu penelitian pada fase ketiga yakni tahun 1998-2005.

Pada fase ketiga dari Gerakan Aceh Merdeka, pergerakan bergejolak

semakin memanas dan eksis seiring dengan berkahirnya rezim orde baru dan

lahirnya era reformasi. Selama pergerakan ini memanas, banyak sekolah-sekolah

yang mengalami gangguan karena kerap kali terjadi kerusuhan di sekolah-sekolah

tersebut. (Amin, 2018:163) menyatakan bahwa konflik secara langsung juga

berdampak pada dinamika pendidikan di Aceh, infratsruktur pendidikannya

hancur, jam sekolah dibatasi, bayang-bayang konflik dan kekerasan selalu

menghantui peserta didik pada masa konflik sehingga pendidikan yang diterima

tidak memadai. Membuat para orang tua merasa takut untuk mengirimkan anak-

anak mereka berangkat ke sekolah untuk mengenyam pendidikan. Hal ini tentu

sangat merugikan dinamika perkembangan pendidikan di Aceh. Kejadian serupa

juga terjadi di Kabupaten Aceh Timur sehingga dinamika pertumbuhan

pendidikan di Aceh Timur sangat terganggu.

2
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti merasa perlu untuk

meneliti perkembangan pendidikan pesantren di Aceh Timur, untuk meninjau

apakah pendidikan pesantren di Aceh Timur pada masa konflik internal juga

mengalami hal yang serupa seperti yang dialami sekolah-sekolah pada umumnya

atau tidak. Maka peneliti menulis proposal ini dengan judul "Perkembangan

Pendidikan Pesantren di Aceh Timur pada Masa Konflik Internal 1998-2005.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi pendidikan pesantren di Aceh Timur sebelum masa

konflik internal 1998-2005?

2. Bagaimana kondisi pendidikan pesantren di Aceh Timur pada masa

konflik internal 1998-2005.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kondisi pendidikan pesantren di Aceh Timur sebelum

masa konflik internal 1998-2005.

2. Untuk mengetahui kondisi pendidikan pesantren di Aceh Timur pada masa

konflik internal 1998-2005.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang baik, haruslah mempunyai manfaat tidak hanya bagi sang peneliti

tetapi juga bagi pembacanya. Oleh karenanya, dalam melakukan penelitian ini

peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun

secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

3
1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi kajian ilmu pengetahuan khususnya

dibidang sejarah.

b. Mengkaji perkembangan pendidikan pesantren di Aceh Timur pada

masa konflik internal 1998-2005.

c. Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai referensi untuk

penelitian yang sejenis dimasa yang akan datang.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk

mengimplementasikan pengetahuan peneliti mengenai perkembangan

pendidikan pesantren di Aceh Timur pada masa konflik internal 1998-

2005.

b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat

Aceh untuk memahami perkembangan pendidikan pesantren di Aceh

Timur pada masa konflik internal 1998-2005.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pendidikan

Ki Hajar Dewantara (dalam Jannah, Dkk, 20118: 129) berpendapat

bahwa pendidikan dapat menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada

setiap diri manusia. Apabila Pendidikan berjalan sesuai dengan tujuan

pendidikan, maka tentu saja dapat memajukan kehidupan Bangsa.

Pendidikan sebagai wadah untuk menyalurkan ilmu pengetahuan sangatlah

penting kehadirannya di dalam sendi-sendi kehidupan sebab lewat

4
pendidikan sifat, nasib, bentuk manusia maupun masyarakat dapat

dibentuk.

Ki Hajar Dewantara kemudian telah menciptakan sebuah istilah

yang menjadi sangat terkenal karena perilaku guru dalam mendidik murid

atau anak bangsa menjadi pegangan dan modal utama, adapun istilah

tersebut antara lain yaitu: Ing ngarsa sung tulada (di muka memberi

contoh), Ing madya mangun karsa (di tengah membangun cita-cita), Tut

wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya) (Wiryopranoto, dkk.

2017:34).

Pada fase ketiga dari Gerakan Aceh Merdeka, konflik internal

bergejolak semakin memanas dan eksis seiring dengan berakhirnya rezim

orde baru dan lahirnya era reformasi. Selama pergerakan ini memanas,

banyak sekolah-sekolah yang mengalami gangguan karena kerap kali

terjadi kerusuhan di sekolah-sekolah tersebut. (Amin, 2018:163)

menyatakan bahwa konflik secara langsung juga berdampak pada

dinamika pendidikan di Aceh, infrastruktur pendidikannya hancur, jam

sekolah dibatasi, bayang-bayang konflik dan kekerasan selalu menghantui

peserta didik pada masa konflik sehingga pendidikan yang diterima tidak

memadai. Membuat para orang tua merasa takut untuk mengirimkan anak-

anak mereka berangkat ke sekolah untuk mengenyam pendidikan.

2. Pesantren

Secara etimologis, pondok pesantren berasal dari kata pondok dan

pesantren. Kata pondok berasal dari kata funduk dalam bahasa arab yang

5
berarti rumah penginapan atau hotel. Istilah pondok diartikan dengan

asrama (Halik, 2019:48). Berdasarkan pemikiran KH. Abdurrahman Wahid

menyatakan bahwa pesantren adalah sebuah kehidupan yang unik, sebagai

mana dapat disimpulkan dari gambaran lahirnya seperti, komplek dengan

lokasi yang pada umumnya terpisah dari kehidupan sekitar, struktur

atau sistematika pengajaran yang diberikan (Sufyan&Warid, 2021:41).

Bedasarkan Nurcholish menegaskan bahwa pondok pesantren

merupakan artefak peradaban Indonesia yang di bangun sebagai institusi

pendidikan keagamaan yang bercorak tradisional, unik,dan indiegenous.

Pondok pesantren juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan sejarah dan

budaya yang berkembang pada awal pesantren didirikan. Pesantren juga

mempunyai hubungan historis dengan lembaga pra Islam yang sudah ada

semenjak kekuasaan Hindu-Budha sehingga berkembang melalui proses

Islamisasi dengan segala bentuk penyesuaian dan perubahan (Neliwati,

2019:8).

Sehingga dapat disimpulkan pondok pesantren adalah sebuah

lingkungan pendidikan yang berajaran keagamaan, pesantren mirip dengan

akademi militer atau biara dalam hal pengalaman dan kemungkinanya

untuk sebuah totalitas. Dari sekian banyak pesantren di Indonesia setiap

pesantren mengembangkan kurikulumnya sendiri dan menetapkan

institusi-institusi pendidikannya sendiri dalam rangka merespon tantangan

zaman, meskipun dalam konteks tertentu pesantren juga berfungsi sebagai

lembaga pendidikan formal. Pesantren berbeda dengan madrasah, salah

6
satu hal yang membedakanya yaitu dapat kita lihat dari kurikulum yang

tidak sama. M. Arifin menyatakan bahwa tujuan terbntuknya pesantren

yaitu untuk membimbing santri untuk menjadi manusia yang

berkepribadian Islam dan mempunyai ilmu agama, sehingga sanggup

menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan

amalnya (Wardah & Halik, 2019:53).

3. Konflik

Konflik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah

percekcokan; perselisihan; pertentangan (KBBI, 2008:746). Sedangkan

internal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebelah dalam; di

kalangan sendiri; di lingkungan sendiri (KBBI, 2008:560). Maka demikian

dapat disimpulkan bahwa konflik internal artinya adalah sebuah

percekcokan, perselisihan atau pertentangan yang terjadi di dalam atau di

lingkungan sendiri. Konflik internal yang terjadi di Aceh Timur pada

tahun 1998-2005 mengacu pada konflik yang terjadi antara GAM

(Gerakan Aceh Merdeka) dengan RI (Republik Indonesia).

Lewis Coser memandang konflik sebagai situasi yang dapat

berdampak positif dimana konflik dapat membantu struktur sosial (Alwi,

2016:65). Adapun fungsi dari adanya konflik menurut Coser antara lain:

a. Sebagai katup penyelamat untuk membersihkan kekacauan

b. Indikator kekuatan dan stabilitas hubungan

c. Memperkuat kohesi internal

d. Tidak selalu berakhir dengan permusuhan

7
e. Terakumulasi dalam interaksi lainnya (Santoso, 2019:11).

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai proses sosial konflik

antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok), salah satu pihak

berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau

membuatnya tidak berdaya. Konflik dapat terjadi karena dilatarbelakangi

oleh adanya perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu

interaksi. Perbedaan tersebut menyangkut ciri fisik, kepandaian,

pengetahuan, adat istiadat, keyakian, dan sebagainya. Konflik merupakan

warisan kehidupan sosial yang berlaku dalam berbagai keadaan akibat

bangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi, dan pertentangan

diantara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan (Rusdiana, 2013:68).

Berdasarkan posisi pelaku yang berkonflik, konflik terbagi ke

dalam konflik vertikal, horizontal dan diagonal. Adapun konflik yang

terjadi antara GAM dan RI termasuk ke dalam konflik vertikal. Alwi

(2016:13) menyatakan bahwa konflik vertikal adalah konflik yang terjadi

antara komponen masyarakat di dalam satu struktur yang memiliki hierarki

atau urutan tingkatan. Djaelangkara (2010:386) menyatakan bahwa konflik

vertikal adalah konflik yang melibatkan antara pemerintah dengan

masyarakatnya, terutama akibat dari kebijakan yang dikeluarkan.

F. Penelitian yang Relevan

Untuk menghindari terjadinya plagiasi, maka diperlukan adanya penelitian

yang relevan untuk membandingkan penelitian yang sudah ada sebelumnya baik

berupa skripsi, tesis, maupun jurnal. Dengan tema yang berkaitan dengan

8
penelitian yang akan dilakukan agar penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan

sepenuhnya. Selain sebagai perbandingan, penelitian yang relevan juga dapat

dijadikan sebagai acuan dalam pengerjaan penelitian ini. Adapun penelitian yang

relevan dengan penelitian Perkembangan Pendidikan Pesantren di Aceh Timur

Pada Masa Konflik Internal 1998-2005 antara lain sebagai berikut:

1. Skripsi yang ditulis oleh Nasruddin, Mahasiswa Sejarah dan Kebudayaan Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta tahun 2014 dengan judul

Pengaruh Konflik GAM-RI Terhadap Kehidupan Beragama, Sosial dan Politik

Rakyat Aceh. Secara garis besar skripsi ini menjelaskan bahwa konflik GAM-

RI memberikan dampak atau pengaruh yang cukup signifan dalam kehidupan

beragama, sosial dan politik rakyat Aceh. Adapun perbedaan skripsi ini dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian skripsi yang ditulis oleh

Nasruddin mengkaji pengaruh konflik secara umum dalam bidang beragama,

sosial dan politik, sedangkan penelitian ini akan lebih fokus mengkaji pengaruh

GAM-RI terhadap perkembangan pendidikan pesantren di Aceh Timur pada

masa konflik internal 1998-2005.

2. Jurnal yang ditulis oleh Khairul Amin dengan judul Pengaruh Konflik

Terhadap Pembangunan Pendidikan di Aceh yang diterbitkan dalam Nazhruna:

Jurnal Pendidikan Islam, Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018. Dalam jurnal ini

Khairul Amin mengkaji tentang bagaimana pengaruh konflik terhadap

pengenbangan pendidikan di Aceh. Adapun perbedaan jurnal yang ditulis oleh

Khairul Amin dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu jurnal Khairul

Amin mengkaji pembangunan pendidikan secara umum, sedangkan penelitian

9
yang akan dilakukan oleh peneliti akan mengkaji perkembangan pendidikan

secara khusus yaitu perkembangan pendidikan pesantren di Aceh Timur.

3. Jurnal yang ditulis oleh Safriadi dengan judul Dayah dan Resolusi Konflik di

Aceh (Suatu Kajian Terhadap Penguatan Perdamaian di Aceh) yang diterbitkan

dalam Jurnal Geuthee: Penelitian Multidisiplin, Volume 5 Nomor 2 Agustus

2022. Dalam jurnal ini, Safriadi menjelaskan peranan Dayah atau pesantren di

Aceh dalam menyelesaikan konflik di Aceh yaitu dengan menerjunkan para

da’i-da’i yang handal dan telah dilakukan pelatihan dan pembinaan ke daerah-

daerah basis konflik, menerima anak korban konflik serta para lansia untuk

dibina dan diajarkan ilmu agama secara gratis, dan para pemimpin dayah atau

pesantren dengan berbagai metode melakukan pendampingan dan menjadi

mediator dari pihak-pihak yang bertikai di Aceh. Adapun perbedaan jurnal ini

dengan penelitian yang akan dilakukan adalah, jurnal yang ditulis oleh Safriadi

lebih memfokuskan kajian terhadap peran dayah atau pesantren pada masa

konflik, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengkaji

mengenai perkembangan dayah atau pesantren pada masa konflik.

10
G. Kerangka Berpikir

Pendidikan Pesantren di Aceh Timur

Konflik Internal antara GAM-


RI Eksis kembali

Pendidikan pesantren Pendidikan Pesantren di


di Aceh Timur sebelum Aceh Timur pada masa
masa Konflik Internal Konflik Internal 1998-
2005

Kondisi
Kondisi Pesantren
Pesantren Perkembangan

Perkembangan Pesantren
Kondisi Pesantren pada masa Konflik Internal

Konflik internal antara GAM-RI bermula dari banyaknya kekecewaan

yang dirasakan oleh rakyat Aceh, seperti janji yang tak kunjung ditepati yakni

mengizinkan Aceh menjalankan syariat Islam dan memuncak ketika rakyat Aceh

kemudian merasa sumber daya alam Aceh telah dieksploitasi pada masa

pemerintahan presiden Soeharto. Konflik ini kemudian mulai berdampak pada

sendi-sendi kehidupan rakyat Aceh tak terkecuali dalam bidang pendidikan.

Banyak sekali sekolah yang terdampak konflik dan membuat rakyat Aceh tidak

berani mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah. Selain itu konflik juga

membuat jam sekolah menjadi berantakan. Namun apakah hal serupa juga terjadi

kepada pesantren, apakah pesantren yang merupakan pendidikan keagamaan yang

sangat melekat dengan Aceh juga terdampak oleh adanya konflik antara GAM-

RI.

11
Hal ini membuat penulis merasa perlu untuk meneliti bagaimana kondisi dan

perkembangan pesantren sebelum dan sesudah konflik internal eksis kembali pada

tahun 1998-2005 di Aceh.

H. Metode Penelitian

metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah cara yang

teratur yang terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud (diilmu pengetahuan

dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

untuk mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 2008:952). Adapun metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis atau

metode sejarah. Metode sejarah adalah sebuah rekonstruksi imajinatif yang

menggambarkan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dimasa lampau secara

kritis dan analisis dengan berdasarkan bukti-bukti serta data-data peninggalan

masa lampau yang disebut dengan sumber sejarah (Ismaun, 2005:34).

Penelitian ini menggunakan pendekatan interdisipliner, yaitu penelitian

yang menggunakan ilmu bantu lainnya dalam suatu rumpun ilmu. Dalam hal ini

peneliti menggunakan pendekatan dalam satu rumpun ilmu sosial yaitu ilmu

sosiologi agar lebih memudahkan dalam proses penelitian. Selain menggunakan

ilmu sejarah sebagai alat analisis maka ilmu bantu lainnya akan membantu

mempertajam analisis tersebut. Pendekatan ilmu sosiologi dalam penelitian ini

digunakan dalam menguraikan pengaruh yang diberikan oleh adanya konflik

GAM-RI terhadap perkembangan pendidikan pesantren di Aceh Timur. Untuk

mempermudah peneliti agar penelitian mempunyai batasan-batasan penelitian,

maka penelitian ini terbagi ke dalam tiga skope antara lain:

12
a. Skope Temporal

Sjamsudin (2017:227) Menyatakan bahwa kajian sejarah terikat pada

waktu (temporal), terutama pada kelampauan (past). Adapun skope

temporal pada penelitian ini akan difokuskan pada masa Konflik Internal

1998-2005.

b. Skope Spasial

Sjamsuddin (2017:227) menyatakan bahwa kajian sejarah terikat pada

tempat (spasial) tertentu karena suatu peristiwa atau kejadian-kejadian

yang berhubungan dengan manusia pasti terjadi di suatu tempat tertentu.

Adapun skope spasial dalam Penelitian ini akan difokuskan pada wilayah

Aceh Timur.

c. Skope Tematikal

Adapun tema dari penelitian ini adalah mengkaji perkembangan

pendidikan pesantren di Aceh Timur pada masa Konflik Internal 1998-

2005.

Di dalam melaksanakan metode penelitian sejarah, ada empat langkah

yang harus dilakukan dalam penulisan penelitian antara lain Heuristik, Kritik

sumber, Interpretasi dan yang terakhir adalah Historiografi.

1. Heuristik

Heuristik adalah langkah awal yang harus dilakukan dalam

melakukan sebuah penelitian historis atau penelitian sejarah. Heuristik

adalah sebuah kegiatan untuk mencari sumber-sumber untuk mendapatkan

data-data dan materi sejarah atau evidensi sejarah Carrard dalam

13
Sjamsuddin, 2017:67). Adapun pengertian dari heuristik ini adalah

pencarian atau pengumpulan sumber sejarah berupa buku maupun

dokumen. Sumber sejarah ialah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk

menggali serta mengumpulkan informasi atas peristiwa yang terjadi di

masa lampau (Ismaun, 2005:35).

Tahap heuristik ini banyak menyita waktu, biaya, tenaga, pikiran

dan juga perasaan karena ketika kita sudah susah payah mencari sumber

sejarah seperti yang kita inginkan kita belum tentu akan mendapatkannya

(Sjamsuddin, 2017:67).

2. Kritik

Sebagai langkah kedua dalam melakukan penelitian historis atau

penelitian sejarah adalah melakukan kritik sumber. Kritik sumber ini

dilakukan untuk memilah-milah yang mana sumber yang asli serta

kredibel dan mana yang palsu. Ada dua langkah dalam melakukan kritik

sumber yakni kritik intern dan kritik extern.

Kritik intern merupakan kegiatan analitis terhadap sumber-sumber

yang telah diperoleh guna mendapatkan kebenaran atas sumber-sumber

tersebut. Kritik intern ini menyangkut dengan isi sumber atau dokumen

(Sjamsuddin, 2017: 104). Kritik intern dilakukan dengan mempersoalkan

isinya, tanggung jawab, moralnya dan kemampuan pembuatannya guna

menilai kredibilitas sumber tersebut (Ismaun, 2005:50). Sedangkan kritik

extern dilakukan dengan memverivikasi keaslian dan segala hal yang

berkaitan dengan fisik sumber atau dokumen (Sjamsuddin, 2017:112).

14
Adapun hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan kritik

ekstern adalah terbuat dari bahan apakah dokumen tersebut, dengan

menggunakan alat tulisan tersebut dibuat serta dengan menggunakan

bahan apa dan bagaimana menulisnya, kemudian menggunakan aksara apa

serta bagaimana pula bentuk huruf-hurufnya dan bahasa apa yang

digunakan (Ismaun, 2005:51). Kritik sumber perlu untuk dilakukan guna

memastikan keaslian sumber sejarah yang akan digunakan agar hasil

penelitian yang dilakukan tidaklah menyimpang dari fakta sejarah.

3. Interpretasi

Langkah ketiga yang harus dilakukan selanjutnya adalah

Interpretasi. Interpretasi adalah kegiatan menafsirkan permasalahan yang

dikaji dalam penelitian berdasarkan fakta sejarah yang dapat

dipertanggung jawabkan. Ketika sejarawan menulis disadari atau tidak

mereka berpegang pada salah satu atau kombinasi beberapa filsafat searah

tertentu yang menjadi dasar penafsirannya (Sjamsuddin, 2017: 123).

Interpretasi menurut Gottschalk dalam (Ismaun, 2005:56)

mempunyai tiga aspek penting, yang pertama adalah analisis kritis yakni

menganalisis struktur intern atau struktur ruang dan waktu kemudian pula

hubungan antar fakta, gerak dinamika dalam sejarah dan lain-lain, lalu

aspek yang kedua adalah historis-substantif yakni menyajikan uraian

prosesual dengan adanya dukungan faktar yang cukup, dan yang ketiga

adalah aspek sosial budaya yakni memperhatikan manifestasi insani dalam

interaksi dan interrelasi sosial-budaya.

15
Dalam melakukan interpretasi peneliti harus sebisa mungkin

bersifat objektif, jujur, cermat dan hati-hati agar penafsiran terhadap fakta

sejarah nantinya dapat mendekati kebenaran dan kisah sejarah yang

dihasilkan jauh dari subjektifitas. Karena kisah sejarah haruslah bersifat

objektif dan mendekati kebenaran.

4. Historiografi

Langkah terakhir dalam metode sejarah adalah historiografi yakni

penyusunan dan penulisan fakta sejarah yang berasal dari pemikiran serta

kajian pustaka yang diperoleh dari berbagai sumber. Historiografi

bertujuan untuk menyajikan peristiwa sejarah yang bisa dipertanggung

jawabkan kebenarannya. Sejarah yang diceritakan oleh para sejarawan

menurut ahli filsafat sejarah Arthur C. Danto, adalah cerita-cerita yang

sebenarnya menurut topik-topik atau masalah-masalah yang mereka pilih

(Sjamsuddin, 2017: 123). Adapun fakta sejarah yang akan ditulis oleh

peneliti dalam penelitian ini adalah Perkembangan Pendidikan Pesantren

di Aceh Timur Pada Masa Konflik Internal 1998-2005.

I. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah penting di dalam suatu penelitian,

semakin banyak data yang berhasil dikumpulkan maka akan semakin baik pula.

Teknik yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian ini adalah studi

lapangan atau Field Research. Dalam sebuah penelitian sejarah langkah

pengumpulan data ini disebut juga dengan heuristik, yakni langkah awal yang

harus dilakukan dalam melakukan sebuah penelitian historis atau penelitian

16
sejarah. Heuristik adalah sebuah kegiatan untuk mencari sumber-sumber untuk

mendapatkan data-data dan materi sejarah atau evidensi sejarah (C arrard dalam

Sjamsuddin, 2017:67).

Langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam upaya pengumpulan sumber

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab antara peneliti dengan subjek

dalam situasi sosial untuk mendapatkan sejumlah informasi atau data yang

dibutuhkan. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak

terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan

menggunakan telepon. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa

instrument sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpulan data juga

dapat menggunakan alat bantu seperti brosur, dan gambar (Sugiyono,

2017:194-195). Wawancara dilakukan penulis kepada kepala masyarakat

setempat.

2. Observasi

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi adalah suatu proses

yang kompleks suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

psikologis. Dimana yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan, teknik pengumpulan data observasi digunakan bila penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2017:203).

17
Observasi adalah proses keterlibatan penelitian dalam sosial, kemudia

sipenulis mengungkapkan semua apa yang dilihat, dialami dan dirasakan

langsung oleh peneliti. Observasi dilakukan penulis di Aceh Timur dengan

batas wilayah sezaman. Observasi merupakan suatu kegiatan yang harus

dilakukan dalam pengumpulan data yang langsung terlibat dalam lapangan

dengan bertujuan melihat secara menyeluruh keadaan yang reality yang

berada dilapangan dalam melakukan penelitian. Observasi dalam penelitian

ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang perkembangan pendidikan

pesantren di Aceh Timur pada masa konflik internal 1998-2005.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data-data tertulis atau gambar yang ada pada

situasi sosial yang dibutuhkan peneliti, sebagi pendukung data dalam

mengkemas laporan penelitian. Tujuan sebuah dokumentasi dalam penelitian

ini adalah untuk memudahkan penulis dalam mencari informasi khususnya

tentang perkembangan pendidikan pesantren di Aceh Timur pada masa

konflik internal 1998-2005 yang dibuktikan dengan foto, video, maupun

arsip tertulis lain dalam bentuk buku, jurnal dan sebagainya.

J. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan langkah yang amat penting dalam suatu

penelitian karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian.

Fakta-fakta sejarah yang berhasil dikumpulkan dari sumber-sumber yang

dikumpulkan peneliti tentunya masih berupa data yang mentah sehingga

18
dibutuhkan langkah-langkah tertentu guna menganalisis data tersebut. Dalam

penelitian sejarah, analisa data dikenal juga dengan istilah interpretasi.

Interpretasi dilakukan agar fakta-fakta atau data-data yang sudah

didapatkan dapat diketahui makna sebenarnya sehingga ketika disajikan dalam

sebuah bentuk penelitian data atau fakta tersebut valid serta dapat dipertanggung

jawabkan. Oleh karenanya, tahapan ini tidak dapat dilewatkan maupun

dihilangkan dalam sebuah penelitian sejarah.

Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis data yang dikumpulkan

dari penelitian lapangan atai Field Reseach meliputi:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses berfikir yang memerlukan kecerdasan

dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Reduksi data menunjukkan

proses penyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan

mentransformasi data mentah yang muncul dalam penulisan catatan lapangan.

Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis. Reduksi data

merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis

yang tajam, ringkas, terfokus, membuang data yang tidak penting, dan

mengorganisasikan data sebagai cara untuk menggambarkan dan memverifikasi

kesimpulan akhir (Sugiyono, 2017:249).

2. Display Data

Display data merupakan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, phie

chard, pictogram dan sejenisnya. Display data juga merupakan usaha merangkai

informasi yang terorganisir dalam upaya menggambarkan kesimpulan dan

19
mengambil tindakan. Biasanya bentuk display atau penampilan data kualitatif

menggunakan teks narasi. Sebagaimanan reduksi data, kreasi dan penggunaan

display juga bukan merupakan suatu yang terpisah dari analisis, akan tetapi

merupakan bagian dari analisis (Sugiyono, 2017:249).

3. Verifikasi

Tahap ini adalah tahap yang dilakukan untuk melihat hasil reduksi data

apakah sesuai dengan tujuan analisis yang hendak dicapai dengan mencari

hubungan, persamaan atau perbedaan data. Verifikasi diperlukan agar data yang

terkandung dalam konsep analisis lebih tepat dan obyektif.

4. Kesimpulan

Tahap ini dilakukan dengan melakukan penarikan kesimpulan sebagai

jawaban dari permasalahan yang ada.

20

Anda mungkin juga menyukai