Disusun oleh :
D.IV Tingkat II A
Sarmaliana PO.71.4.221.19.1.040
Aelizah Rahmasary PO.71.4.221.19.1.003
Karnina PO.71.4.221.19.1.018
Ulfa Dwi Yanti PO.71.4.221.19.1.047
Andi Ayu Indriani Batari PO.71.4.221.19.1.005
St Fatimah PO.71.4.221.19.1.043
Restu Rahmadhany PO.71.4.221.19.1.034
Elva Irsani Damayanti P PO.71.4.221.19.1.012
Sarmaliana PO.71.4.221.19.1.040
Nurul Ainun Nadila Bahar PO.71.4.221.19.1.031
Eko Saputra Tandiara PO.71.4.221.19.1.011
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan
baik tumbuhan, hewan maupun manusia. Air memiliki fungsi yang beragam
seperti untuk memasak, mencuci, mandi dan sebagainya. Kehidupan manusia
tidak terlepas dari kebutuhan akan air bersih terutama air minum. Sumber
pemenuhan kebutuhan air minum berbagai macam diantaranya berasal dari air
tanah, sungai, air pegunungan dan air laut. Air bersih secara umum yaitu air yang
tidak berwarna, berbau dan tidak memiliki rasa.Pemenuhan kebutuhan air minum
yang bersih oleh masyarakat di kota besar semakin meningkat, sehingga produk
air minum dalam kemasan banyak dikonsumsi. Akan tetapi air minum dalam
kemasan cukup mahal, sehingga muncul produk yang dihasilkan oleh depot air
minum isi ulang yang relatif terjangkau. Menurut Radji (2008), usaha depot air
minum isi ulang berkembang pesat sejak tahun 2002 dengan harga yang relatif
lebih murah jika dibandingkan dengan air minum dalam kemasan.
Air minum isi ulang adalah air yang mengalami proses pemurnian baik
secara penyinaran ultraviolet, ozonisasi, ataupun keduanya melaluiberbagai
tahapfiltrasi untuk mendapatkan air bersih yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan. Pada era sekarang ini kesadaran masyarakat untuk mendapatkan air
yang memenuhi syarat kesehatan semakin meningkat.Seiring dengan hal tersebut
maka dewasa ini semakin menjamurpula Depot Air Minum Isi Ulang yang
menyadiakan air siap minum. Selainmurah, air minum isi ulang juga bisa di
jumpai di berbagai tempat, tetapi kemungkinan besar bisa di tumbuhi bakteri.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Cara pemeriksaan E Coli pada Air Minum isi ulang.
2.Untuk mengetahui perkiraan jumlah E Coli pada Air Minum isi ulang.
BAB II
DASAR TEORI
Air minum isi ulang merupakan salah satu minuman paling sering
dikonsumsi oleh masyarakat. Kebersihan air minum adalah salah satu syarat
utama bagi kesehatan. Masyarakat menganggap bahwa air minum isi ulang sudah
aman dikonsumsi langsung Karena sudah melalui proses sterilisasi.Seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan akan air khususnya air minum
juga semakin meningkat. Perkembangan bisnis depot air minum isi ulang
berkebang pesat namun sejauh mana keamanan air minum isi ulang bagi
kesehatan masyarakat sebagai konsumen belum diketahui baik dari segi kualitas
air maupun pengelolaan di depot air minum isi ulang.
Air minum isi ulang adalah air yang mengalami proses pemurnian baik
secara penyinaran ultraviolet, ozonisasi, ataupun keduanya melalui berbagai tahap
filtrasi. Air minum isi ulang harus memenuhi persyaratan kualitas yang telah
ditetapkan. Namun kualitas air minum isi ulang masih diragukan karena diduga
dapat terkontaminasi oleh berbagai cemaran yang dapat membahayakan kesehatan
manusia jika penanganan dan pengolahannya kurang baik. Pemeriksaan kualitas
bakteriologis air minum isi ulang harus dilakukan secara berkala. Pemeriksaan
kualitas bakteriologisair baku untuk air minumharus dilakukan setiap 3 bulan
sekali sedangkan untuk air minum yang siap dimasukkan ke dalam kemasan
minimal 1 kali setiap bulan.
METODE PRAKTIKUM
A. Jenis Praktikum
D. METODE PEMERIKSAAN
b) Pemeriksaan Sampel
1. Alat :
• Pipet ukur
• Tabung reaksi
• Rak Tabung
• Ose
• Spiritus / korek api
• Tabung durham
• Autoclave
• Oven
• Incubator
• Balp
• Petridis
• Spidol
• Gelas ukur
• Beacker gelas
• Timbangan analitik
2. Bahan :
• Lactosa Broth
• Ec Medium
• EMB Agar
• Sampel Air
• Aquades
• Kapas
F. Cara Kerja
1. Pengambilan sampel
• Siapkan alat dan bahan
• Alirkan air selama 3 detik untuk mengeluarkan air yang terendap
pada kran air.
• Bersihkan lubang pada kran menggunakan kapas dan alcohol.
• Buka penutup botol tanpa melepaskan pembungkus botol
• Plambir mulut botol menggunakan korek api.
• Masukkan sampel kedalam botol hingga ¾ dari botol.
• Plambir kembali mulut botol dan tutup botol dengan rapat
• Bungkus kembali botol sampel dan berikan label.
• Bawa botol sampel ke Laboratorium untuk pemeriksaan.
2. Pembuatan bahan :
Untuk porsi 7 dan 15 menggunakan Lactosa Broth
1. TSL
Untuk jumblah tabung keseluruhan = 50 tabung
1 tabung = 5 ml
39
50 tabung x 5 ml = 250 x 1000 = 9, 75 gr / 250 ml aquades
2. SSL
Untuk jumlah tabung keseluruhan = 70 tabung
1 tabung = 10 ml
13
70 tabung x 10 ml = 700 x 1000 = 9,1 gr / 700 ml aquades
3. Ec Medium
Untuk jumlah tabung keseluruhan = 110 tabung
1 tabung = 8 ml
37
110 tabung x 8 ml = 880 x 1000 = 32, 56 gr / 880 ml aquades
4. Test Penegasan
• Setelah test perkiraan amati tabung reaksi apabila ada gelembung pada
tabung durham maka dinyatakan positif mengandung E Coli dan
dilanjutkan pada test penegasan.
• Tabung yang positif kemudian disiapkan untuk test penegasan
• Plambir kawat ose sampe merah menggunakan spiritus diamkan
hingga dingin
• Buka kapas pada tabung sampel dan tabung media Ec Medium dan
plambir mulut tabung yang positif kemudian celupkan kawat ose pada
sampel.
• Kemudian angkat kawat ose dan celupkan ke media Ec Medium dan
lakukan sebanyak 2 kali dan plambir kembali dan tutup mulut tabung
menggunakan kapas.
• Masukkan kedalam inkubator dengan suhu 35˚C – 37˚C selama 1 x 24
jam.
5. Test Lengkap
• Setelah test penegasan amati tabung reaksi apabila ada gelembung
pada tabung durhm maka dinyatakan positif dan dilanjutkan pada test
lengkap menggunakan EMB Agar
• Plambir kawat ose hingga merah menggunakan spiritus diamkan
hingga dingin
• Buka penutup Petridis kemudian gores EMB Agar menggunakan
kawat ose sesuai intruksi.
• Tutup kembali Petridis dan masukkan kedalam inkubator dengan suhu
BAB IV
A. Hasil
No Jenis Test Hasil Jumlah
Positif Negatif Tabung
positif
1. Test Perkiraan Ya - 7 Tabung
2. Test penegasan Ya - 7 Tabung
3. Test Lengkap - Ya 0 petridis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap air minum isi ulang
diperoleh hasil bahwa persyaratan kualitas air minum untuk kandungan
maksimum bakteri Coliform yang diperbolehkan adalah 0 / 100 ml sampel. Maka
dinyatakan bahwa sampel air minum isi ulang kami periksa tidak memenuhi
syarat dan tidak sesuai dengan standar kualitas air minum.
B. Saran
Berdasarkan pemeriksaan pada air minum isi ulang Sebaiknya air baku
yang digunakan adalah air yang terjamin mutunya dan Pengolah air minum isi
ulang agar lebih memperhatikan masa penggantian alat penyaring (filter) serta
hygine para karyawan dan sanitasi disekitar depot air minum isi ulang sebaiknya
lebih diperhatikan dan Bagi para konsumen untuk lebih teliti dalam memilih air
minum untuk dikonsumsi misalnya melihat dari ciri-ciri air sebelum dikonsumsi.
Jika air keruh, atau berbau sebaiknya jangan dikonsumsi. Disarankan juga kepada
konsumen sebelum mengkonsumsi air minum isi ulang ada baiknya sebelum
diminum air isi ulang di didihkan agar bakteri-bakteri yang terkandung dalam air
tersebut mati.
DOKUMENTASI
Mata Kuliah : Penyehatan Air - A
Dosen : 1. Dr. H. Ronny, SKM., M. Kes
2. Rafidah, S.ST., M.Kes
LAPORAN PEMERIKSAAN KADAR BESI, TDS, KESADAHAN, ZAT
ORGANIK, dan pH PADA AIR SUMUR BOR
Disusun oleh :
D.IV Tingkat II A
Sarmaliana PO.71.4.221.19.1.040
Aelizah Rahmasary PO.71.4.221.19.1.003
Karnina PO.71.4.221.19.1.018
Ulfa Dwi Yanti PO.71.4.221.19.1.047
Andi Ayu Indriani Batari PO.71.4.221.19.1.005
St Fatimah PO.71.4.221.19.1.043
Restu Rahmadhany PO.71.4.221.19.1.034
Elva Irsani Damayanti P PO.71.4.221.19.1.012
Sarmaliana PO.71.4.221.19.1.040
Nurul Ainun Nadila Bahar PO.71.4.221.19.1.031
Eko Saputra Tandiara PO.71.4.221.19.1.011
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan senyawa sederhana yang penting bagi kehidupan umat
manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal tersebut di dukung dengan fakta bahwa
70% permukaan bumi tertutup air dan dua per tiga tubuh manusia terdiri dari air.
Air merupakan salah satu komponen pembentuk lingkungan sehingga tersedianya
air yang berkualitas mengidentifikasikan lingkungan yang baik.
Kualitas air meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi harus sesuai
dengan batas syarat yang tercantum dalam pengawasan dan syarat-syarat kualitas
air yang dituangkan dalam Peraturan Menteri KesehatanRI No. 32 Tahun 2017.
Air yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah air bersih yang dapat dikonsumsi
secara langsung maupun tidak langsung. Sumur gali (sumur dangkal) adalah satu
kontruksi sumur paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air
tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum
dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air
yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh
karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya
rembesan yang berasal dari tempat pembuangan kotoran manusia dan hewan
yakni kakus/jamban, juga dari limbah sumur itu sendiri karena lantainya atau
saluran air limbahnya yang tidak kedap air.
Air sumur gali yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dengan
kedalaman ± 15 m di bawah tanah. Kualitas air sumur galiharus di perhatikan
karena masyarakat menggunakannya sebagai kebutuhan sehari-hari, baik untuk air
minum maupun untuk keperluan masak.
Penggunaan air sumur gali sebagai sumber air minum harus memenuhi
standart kualitas kesehatan. Sumber daya air baru dapa tdikatakan layak air bersih
apabila unsur dikandungannya sudah memenuhi standard baku mutu air bersih.
Untuk pemeriksaan uji kualitas air dapat ditinjau dari beberapa parameter yaitu
Besi(fe), Ph, Kesadahan, TDS, dan Zat organik. Kelima parameter tersebut jika
kadarnya melebihi batas pada air , maka akan menimbulkan dampak yang serius,
utamanya bagi kesehatan dan lingkungan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan besi
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan Ph
3. Untuk mengetahui cara pemeriksaan Kesadahan
4. Untuk mengetahui cara pemeriksaan TDS
5. Untuk mengetahui cara pemeriksaan Zat Organik
BAB II
DASAR TEORI
1. BESI (FE)
Besi (Fe) merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan
batuan induk yang banyak ditemukan di perairan umum. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 tentang standar baku mutu kesehatan
lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higiene sanitasi, batas
maksimal kandungan besi di dalam air adalah 1mg/L.Di dalam air bersih
Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa,
pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam
pembentukan hemoglobin. Senyawa besi (Fe) dalam jumlah kecil di dalam tubuh
manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh
memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air. Banyaknya Fe di
dalam tubuh dikendalikan pada fase absorpsi.
Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/Lakan menyebabkan terjadinyairitasi pada
mata dan kulit sedangkankadar Fe yang terus menumpuk didalam tubuh dapat
menimbulkan masalah kesehatan. Air minum yang mengandung sedikit zat besi
(Fe) akan menyebabkan sakitperut yang berupa mual-mual serta mendukung
pertumbuhan bakteri besi, dan akan menimbulkan bau amis dalam air. Apabila
kandungan Fe dalam air melebihi 10 mg/L akan menyebabkan air berbau seperti
telur busuk (Slamet danSoemirat, 2007). Sedangkan tubuh manusia tidak dapat
mengekskresikan besi (Fe) sehinggamereka yang sering mendapat transfusi darah,
warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan
oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Rusaknya
dinding usus ini dapat menimbulkan kematian.
2. pH
3. KESADAHAN
Kesadahan berasal dari kata sadah yang berarti mengandung kapur, jadi kalau
kesadahan airadalah adanya kandungan kapur yang berlebih pada air yang
disebabkan oleh lapisan tanah kapur yang dilaluinya. Jenis sumber air yang yang
banya mengandung sadah air tanah khususnya air tanah dalam.
Pada umumnya kesadahan menunjukkan jumlah kalsium karbonat dalam
mg/Latauppm. Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk
penggunakan rumah tangga maupun untuk penggunaan industri.Berdasarkan
PERMENKES No. 32 Tahun 2017 tentang standar baku mutu kesehatan
lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higiene sanitasi,
kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum, untuk standar kesadahan
pada air bersih adalah 500 mg/l.
4. TDS
Total Dissolved solidsalias disingkat TDS. Arti dari TDSadalah “benda
padat yang terlarut” yaitu semua mineral, garam, logam, serta kation-anion yang
terlarut di air. Termasuk semua yang terlarut diluar molekul air murni (H2O).
Secara umum, konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan jumlah antara
kation dan anion didalam air. TDS terukur dalam satuan Parts per Million(ppm)
atau perbandingan rasio berat ion terhadap air.Benda-benda padat di dalam air
tersebut berasal dari banyak sumberorganikseperti lumpur, plankton, serta limbah
industridan kotoran. Sumber lainnya bisa berasal dan limbah rumah tangga,
pestisida, dan banyak lainnya. Sedangkan, sumber anorganikberasal dari batuan
dan udara yang mengandung kasium bikarbonat, nitrogen, besi fosfor, sulfur, dan
mineral lain. Semua benda ini berbentuk garam, yang merupakan kandungannya
perpaduan antara logam dan non logam. Garam-garam ini biasanya terlarut di
dalam air dalam bentuk ion, yang merupakan partikel yang memiliki kandungan
positifdannegatif. Air juga mengangkut logam seperti timah dan tembaga saat
perjalanannya di dalam pipa distribusi air minum.
5. Zat Organik
Zat organik merupakan zat yang banyak mengandung unsur karbon, zat
yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang atau tumbuh-tumbuhan
dengan komponen utamanya adalah karbon, protein, dan lemak lipid. Zat organik
ini sangat mudahmengalami pembusukan olehbakteri dengan menggunakan
oksigen terlarut. Kandungan zat organik yang tinggi di dalam air menunjukkan
bahwa air tersebut telah tercemar, terkontaminasi rembesan dari limbah dan tidak
aman sebagai sumber air minum.
A. Jenis Praktikum
Jenis praktikum ini adalah pemeriksaan kadar besi, TDS, zat organik, pH,
dan kesadahan pada air bersih.
B. Hari/Tanggal Praktikum/Jam
Metode : Spektrofotometri
Alat :
- Tabung nesler - Pipet Ukur
- Gelas ukur - Beaker gelas
Bahan :
- NH4SCN 20% - KmnO4 0,1 N
- H2SO4 4 N - Larutan standar besi
0,1 mg/ ml
Prosedur Kerja :
• Sediakan sampel yang akan diukur keasamannya
secukupnya saja. Masukkan kedalam beaker gelas
• Buka tutup elektroda pada alat Ph
• Hidupkan alat pH , lalu celupkan elektroda ke dalam cairan
yangakan diukur.
• Kemudian tekan tombol yang bertulisakan MEAS lantas
akan muncul kata HOLD dilayar. Lalu tunggu beberapa saat
hingga muncul angka pH yang menunjukkan kadar pH pada
sampel tersebut. Setelah itu matikan alat tersebut.
c) Pemeriksaan Kesadahan
Metode : Titrimetri
Alat :
- Pipet volum / ukur 10 ml - Gelas piala
- Erlenmeyer 250 ml - Gelas ukur 100 ml
- Buret 50 ml + statif
Bahan :
- Indikator EBT
- Buffer amonia
- Larutan EDTA 0,01 N
Prosedur Kerja :
• Masukkan sampel sebanyak 50 ml ke dalam 250 ml
Erlenmeyer
• Tambahkan 1 ml buffer ammonia
• Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 N sampai berubah
warna menjadi biru tua.
• Catat hasil titrasi.
d) Pemeriksaan TDS
Metode : Gravimetri
Alat dan Bahan :
- Cawan Goch, kapasitas 25 ml
- Alat penyaring membrane
- Filter kertas biasa, atau fiber glass
- Bejana isap (suction flask) kapasitas 500-1000
ml
- Alat pompa vakum
- Oven
- Desikator
- Timbangan analitik
Prosedur kerja :
• Cawan penguapan yang telah dibersihkan
dengan aquades dipanaskan ke dalam oven
dengan suhu 180˚C Selma satu jam. Dinginkan
di desikator sampai waktu yang akan
digunakan. Timbang segera bila akan
digunakan.
• Sampel yang lolos dari kertas filter dituangkan
dalam cawan penguapan.Cawan yang berisi
sampel tsb, diuapkan dipenangas air hingga
kering dan keringkan dalam oven suhu 180˚C
selama satu jam. Dinginkan didesikator lalu
timbang hingga mendapatkan berat yang
konstan (peubahan berat ≤ 4 % ≤ 0,5 mg dari.
e) Pemeriksaan Zat Organik
Metode : Permanganometri
Alat :
- Buret + statif - Pipet ukur
- Erlenmeyer - Corong
- Gelas ukur - Kompor pemanas
- Balp
Bahan :
- Asam Oksalat C2H2O4 0,01 N
- KMNSO4 0,01 N
- H2SO4 4 N
Prosedur Kerja :
• Sebelum erlemeyer digunakan dilakukan pencucian
terlebih dahulu dengan cara 100 ml aquades + 2.5 ml
asam sulfat 4N + KMNO4 0,01 N sampai warna merah
jambu lalu dipanaskan sampai mendidih. Buang
• Ukur sampel sebanyak 50 ml, masukkan ke erlemeyer
• Tambahkan asam sulfat 4 N sebanyak 5 ml
• Tambahkan KMNO4 0,01 N betetes hingga warn merah
muda dan tidak hilang dalam waktu 5 – 10 menit.
• Panaskan sampai mendidih, warna merah muda tidak
boleh hilang
• Setelah mendidih tambhakan KMNO4 sebanyak 10 ml
• Biarkan mendidih selama 10 menit
• Tambahkan asam oksalat sebanyak 10 ml sampai warna
berubah menjadi jernih
• Angkat, hangat dititrasi dengan KMNO4 saampai
berubah mejadi merah muda
• Baca hasil titrasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Hasil pemeriksaan pH
3. Kesadahan
( 𝑎 − 𝑏 ) × 1000
=
𝑐
( 54210 − 54200 ) × 1000
=
50
10 × 1000
=
50
10000
=
50
= 200 mg/l
5. Zat Organik
1000
= × ((10 + 𝑡 × 𝑓) − 10) × 0,01 × 31,6
𝐶𝐴
1000
= × ((10 + 1,7 × 0,98) − 10) × 0,01 × 31,6
50
1000
= × ((10 + 1,7 𝑥 0,98) − 10) × 0,01 × 31,6
50
Dari hal tersebut menurut standar Permenkes No. 32 tahun 2017 tentang
standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk
keperluan higiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum,
untuk standar pH pada air bersih adalah 6,5 – 8,5 . Hal ini menyatakan bahwa
pH yang didapatkan pada sampel air bersih masuk dalam kriteria standar
Permenkes No. 32 tahun 2017 karena pH yang di peroleh dari sampel air kami
adalah 6,89 dan masuk dalam kisaran 6,5 – 8,5.
Dampaknya air yang bersifat asam yaitu hujan asam membuat danau dan
aliran air menjadi bersifat asam, menghasilkan kondisi yang berbahaya bagi
makhluk hidup di dalam air. Permasalahan akibat hujan asam akan sedikit
berkurang jika terdapat batu gamping / batu kapur (limestone) di aliran air
tersebut dikarenakan batu kapur tersebut bersifat basa (alkali) dan dapat
menetralisir tingkat keasaman di dalam air.
2. Besi (Fe)
Besi atau ferrum (Fe) merupakan metal berwarna putih keperakan yang
pada umumnya sukar larut di dalam tanah. Unsur besi terdapat hampir pada
semua air tanah (Kurniawan, 2014). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan sampel air sumur bor diperoleh hasil yaitu 1,4 mg/l dari
hasil tersebut menurut standar Permenkes No. 32 Tahun 2017 tentang standar
baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratankesehatan air untuk keperluan
higiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum, untuk
standar besi pada air bersih adalah maksimum 1mg/l. sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel air ini tidak memenuhi standar air bersih. Tingginya
kandungan Besi yang terdapat pada sampel diduga karena adanya faktor alami
dikarenakan tidak adanya sektor industri ataupun aktivitas yang dapat
menimbulkan limbah maupun menyumbang kandungan Besi ke dalam air tanah.
Faktor alami tersebut dihasilkan oleh jenis tanah dan batuan yang menyusun
wilayah tersebut. Faktor penyebab tingginya kandungan besi yang terdapat
dalam air tanah di wilayah tersebut. Kadar Besi yang tinggi dapat menyebabkan
timbulnya karat pada peralatan logam, serta dapat memudarkan warna pada
pakaian, selain itu air yang memiliki kadar besi lebih dari 1 mg/L dapat
menimbulkan gangguan kesehatan berupa iritasi pada mata maupun kulit.
3. Kesadahan
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar kesadahan pada sampel air sumur
gali dengan metode EDTA 0,01 N, apabila sampel mengindikasikan kesadahan
maka hasil titrasi terjadi perubahan warna menjadi biru tua diperoleh hasil yaitu
238,17 mg/l.
Dari hasil pemeriksaan Berdasarkan PERMENKES No. 32 Tahun
2017tentang standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan
air untuk keperluan higiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan
pemandian umum, untuk standar kesadahan pada air bersih adalah 500mg/l.Maka
dapat disimpulkan bahwa air tersebut memenuhi standar kesadahan untuk air
bersih.
Dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan jika air mengandung
kesadahan yang berlebih adalah Pemakaian sabun yang meningkat karena sabun
sulit larut dan sulit berbusa, air sadah bila didihkan akan membentuk endapan dan
kerak pada cerek (boiler).Sedangkan dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan
jika kesadahan air tidak sesuai dengan standar,dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah dan batuginjal
4. TDS
5. Zat Organik
LAPORAN
“Inspeksi Sanitasi Sumur Bor”
Disusun oleh :
D.IV Tingkat II A
Sarmaliana PO.71.4.221.19.1.040
Aelizah Rahmasary PO.71.4.221.19.1.003
Karnina PO.71.4.221.19.1.018
Ulfa Dwi Yanti PO.71.4.221.19.1.047
Andi Ayu Indriani Batari PO.71.4.221.19.1.005
St Fatimah PO.71.4.221.19.1.043
Restu Rahmadhany PO.71.4.221.19.1.034
Elva Irsani Damayanti P PO.71.4.221.19.1.012
Sarmaliana PO.71.4.221.19.1.040
Nurul Ainun Nadila Bahar PO.71.4.221.19.1.031
Eko Saputra Tandiara PO.71.4.221.19.1.011
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inspeksi sanitasi sebagai salah satu rangkaian kegiatan surveilans kualitas air
minum dan sanitasi, pada dasarnya merupakan kegiatan penilaian sarana air bersih
seperti sumur gali, sumur pompa tangan, dan lainnya.. Kegiatan inspeksi sanitasi
dimulai dengan pemetaan Sarana Air Minum dan Sanitasi. Pemetaan ini bertujuan
untuk menggambarkan distribusi atau penyebaran sarana air minum dan sanitasi.
Pemetaan dilakukan oleh sanitarian atau petugas kesehatan lingkungan Puskesmas
beserta kader kesehatan dengan menggunakan metoda MPA-PHAST. Sasaran
pemetaan adalah sarana air minum dan sanitasi yang telah ada di masyarakat dan
sekolah.
Sumur bor adalah jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan tanah yang
lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari permukaan dapat dicapi
sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran
mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air
tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin. Penggunaan
air bersih yang merata pada seluruh penduduk di Indonesia merupakan bagian
integral dari program penyehatan air. Agar sumur terhindar dari pencemaran maka
harus diperhatikan adalah jarak dengan jamban, lubang galian untuk limbah
(cesspool, seepage pit), dan sumber – sumber pengotoran lainnya.
B. Tujuan
C. Waktu Praktikum
Hari/Tanggal : Senin, 03 Mei 2021
Tempat : Rumah Warga (Pallapao , Desa Baringeng , Kecamatan
Lilirilau, Kabupaten Soppeng)
BAB II
1. HASIL
Berdasarkan survei inspeksi sanitasi air sumur bor yang dilakukan
di salah satu rumah warga yaitu ibu Hj. Nurhana di desa Baringeng pada
tanggal 03 Mei 2021 didapatkan hasil yaitu :
• Tingkat resiko kualitas air fisik dari sumur bor tersebut dinyatakan Keruh
• Tingkat Risiko Sarana : 5
• Penggolongan Tingkat Risiko Sarana : Sedang (S)
• Nomor-nomor yang penting dari risiko pencemaran sehingga
membutuhkan tindakan perbaikan yaitu nomor 1,2,3,5,6.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil survei inspeksi sanitasi air sumur bor yang dilakukan di
salah satu rumah warga yaitu Ibu Hj.Nurhana di Desa Baringeng pada hari Senin,
tanggal 03 Mei 2021, setelah dilakukan inspeksi sanitasi air sumur bor didapatkan
hasil kualitas fisik air di rumah ibu HJ. Nurhana yaitu tidak berbau, tidak
berwarna,dan tidak berasa tetapi air tersebut keruh, Hal ini sering terjadi ketika
musim hujan air yang keluar dari sumur bor tersebut menjadi keruh karena Ketika
hujan turun mengakibatkan tanah menjadi basah. Tanah yang basah ini
selanjutnya menjadi lumpur yang mengandung zat besi (Fe) dan Mangan (Mn)
yang cukup besar. Adanya kandungan Fe dan Mn dalam air menyebabkan warna
air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat kontak dengan
udara. Oleh karena itu menurut PP No.20 Tahun 1990 tersebut, kadar (Fe) dalam
air minum maksimum yang diperbolehkan adalah 0,3 mg/lt, dan kadar Mangan
(Mn) dalam air minum yang diperbolehkan adalah 0,1 mg/lt. Untuk
menanggulangi masalah tersebut, perlu dilakukan upaya penyediaan sistem alat
pengolah air skala rumah tangga yang dapat menghilangkan atau mengurangi
kandungan besi dan mangan yang terdapat dalam air sumur atau tanah. Salah satu
cara untuk meningkatkan kualitas air tanah yakni dengan menggunakan Teknologi
rekayasa engineering pengolahan air atau filter.Banyak cara untuk memperbaiki
kualitas air dari masalah kandungan besi atau mangan. Contohnya dengan
penggunaan kaporit, tawas, dan klorin.
Pada diagnosa tingkat resiko pencemaran sumur air bor di rumah ibu Hj.
Nurhana terdapat tingkat risiko sarana adalah 5 dan hal tersebut masuk didalam
penggolongan tingkat risiko sarana yang Sedang (S) yang terdiri dari nomor
1,2,3,5,6.dan hal tersebut membutuhkan tindakan perbaikan. Penjabaran dari
risiko tersebut antara lain yaitu
1. Antara sumur bor dengan sumber pencemar yaitu jamban berada dalam jarak 10
m sehingga sangat memungkinkan air sumur bor dapat tercemar dari jamban
tersebut.
2.Antara sumur bor dengan sumber pencemar lainnya seperti kotoran hewan,
sampah, genangan air dan lainnya berada dalam radius 10 m sehingga juga sangat
memungkinkan air sumur bor dapat tercemar dari sumber pencemar tersebut
seperti kotoran hewan, sampah dan lain sebagainya.
3. Pada sumur bor sewaktu waktu terdapat genangan air dalam jarak 2 meter dari
sumur bor sehingga memungkinkan genangan air tersebut dapat merembes masuk
ke dalam sumur bor dan dapat mencemari air sumur bor tersebut.
5.Lantai semen di sekitar sumur bor mempunyai radius kurang dari 1 m dari
sumur sehingga air sumur bor dapat dengan mudah tercemar dari sumber
pencemar seperti genangan air dan lain sebagainya.
6.Sewaktu-waktu terdapat genangan air diatas lantai semen sekeliling sumur bor
sehingga genangan air.
Dari 5 tingkat risiko pencemaran sumur bor di rumah Ibu Hj. Nurhana
yang termasuk dalam golongan tingkat risiko pencemaran yang Sedang (S) maka
perlu adanya tindakan perbaikan untuk mencegah terjadinya pencemaran pada air
sumur bor tersebut sehingga tidak menimbulkan penyakit. Upaya perbaikan yang
perlu dilakukan yaitu :
1. Membuat jarak antara jamban dan sumur bor harus lebih dari 11 meter.
2. Membuat sumur bor yang jauh dari tempat pembuangan sampah, tempat
banyak kotoran hewan, tempat genangan air dan lain sebagainya dengan
jarak lebih dari 10 m.
3. Membuat saluran air disekitar sumur bor agar tidak ada genangan air
dalam jarak sekitar 2 m disekitar sumur bor.
4. Kemudian membuat lantai semen sumur bor lebih tinggi dari 1 meter
untuk mencegah kontaminasi dari bakteri
5. Terakhir memperhatikan sumur bor beserta lantai semennya Sebisa
mungkin terhindar dari genangan air yang memungkinkan untuk masuk
kedalam sumur bor.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei inspeksi sanitasi air sumur bor yang dilakukan di
salah satu rumah warga yaitu Ibu Hj.Nurhana pada hari Senin, tanggal 03 Mei
2021, setelah dilakukan inspeksi sanitasi air sumur bor didapatkan hasil kualitas
fisik air di rumah ibu Hj.Nurhana yaitu tidak berbau, tidak berwarna,dan tidak
berasa tetapi air tersebut keruh. Hal ini mungkin disebabkan Ketika hujan turun
mengakibatkan tanah menjadi basah. Tanah yang basah ini selanjutnya menjadi
lumpur yang mengandung zat besi (Fe) dan Mangan (Mn) yang cukup besar.
Adanya kandungan Fe dan Mn dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah
menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara. Menurut
penilaian skor risiko kualitas air fisik pada air sumur bor rumah Ibu Hj.Nurhana
dinyatakan tidak baik yaitu memiliki skor < 4.
Sedangkan pada diagnosa tingkat resiko pencemaran sumur air bor di rumah
Ibu Hj.Nurhana terdapat tingkat risiko sarana adalah 5 dan hal tersebut masuk
didalam penggolongan tingkat risiko sarana yang Sedang (S) yang terdiri dari
nomor 1,2,3,5,6. Dan hal tersebut membutuhkan Hal-hal yang harus dilakukan
perbaikan.
B. Saran
http://www.indonesian-publichealth.com/indonesia-sanitation-and-environmental-
health/ ( Diaskes 04 Mei 2021)
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/b8d322f8cdab8110043a3d9
bfad5012e.pdf (Diakses 10 Mei 2021)
Aldi Rizaldi November 10, 2020 Air sumur keruh disaat Hujan.