Anda di halaman 1dari 17

Dosen Pembimbing : H. Hamsir Ahmad., SKM., M.

Kes

Mata Kuliah : PVBP – B

MAKALAH PVBP – B

“Pestisida”

Oleh :

Aelizah Rahmasary
(PO714221191.003)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIV/IIIA
2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji hanya milik Tuhan yang telah mengkaruniakan berbagai nikmat
dan karuniaNya kepada penulis. Terutama nikmat akan iman. Dalam kesempatan
ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terkira kepada para pembimbing
dan pihak-pihak yang telah memberi sumbangsinya yang berupa saran-saran dan
binaan serta doa yang senantiasa dipanjatkan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah


ini. Namun demikian, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan
demi terciptanya makalah yang sempurna yang dapat dijadikan sebagai bahan
ajaran di kehidupan kita.

Akhirnya, penulis hanya dapat berharap semoga makalah ini bermanfaat,


serta menjadi amal baik bagi penulis.

Makassar, November 2021.

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .......................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 2

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH .................................................................. 2

D. MANFAAT PENULISAN MAKALAH .............................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. SEJARAH PESTISIDA ........................................................................................ 3

B. KONSEP PESTISIDA .......................................................................................... 6

C. JENIS-JENIS PESTISIDA ................................................................................... 8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................................................... 13

B. SARAN ............................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food
and Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan bahwa pestisida adalah
setiap zat yang diharapkan sebagai pencegahan, menghancurkan atau
pengawasan setiap hama termasuk vektor terhadap manusia atau penyakit pada
binatang, dan tanaman yang tidak disukai atau binatang yang menyebabkan
kerusakan selama proses produksi berlangsung, penyimpanan atau pemasaran
makanan, komiditi pertanian, kayu dan produksi kayu, atau bahan makanan
binatang (Sutarni, 2007).

Manfaat yang dimiliki pestisida mendorong petani untuk menggunakan


pestisida dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pestisida
tidak hanya dapat membunuh organisme sasarannya saja melainkan dapat
membunuh bukan sasarannya, seperti manusia. Hal ini dikarenakan masih
banyak petani yang menggunakan pestisida tanpa memperhatikan segi ekologi
dan kesehatan, meskipun sudah banyak peraturan mengenai pemakaian
pestisida yang dikeluarkan oleh pemerintah (Alsuhendra dan Ridawati, 2013).

Menurut WHO (2012), dipperkirakan bahwa rata-rata 4429 ton bahan


aktif organoklorin, 1375 ton organofosfat, 30 ton karbamat, dan 414 piretroid
digunakan setiap tahun untuk pengendalian vektor global selama periode 2000-
2009 di enam wilayah. Pestisida golongan organofosfat merupakan pestisida
inhibitor cholinesterase, sehingga asetilkolin tidak terhidrolisa. Asetilkolin
yang berlebihan merupakan penyebab keracunan pestisida organofosfat.

Apabila paparan pestisida dihubungkan dengan pelestarian lingkungan


maka penggunaan pestisida perlu diwaspadai karena dapat membahayakan
lingkungan serta kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya.
Banyaknya jenis pestisida, mengakibatkan korban keracunan pestisida banyak
dilaporkan baik dengan sengaja maupun tidak sengaja. Keracunan pestisida

1
dengan tidak sengaja banyak dilaporkan terjadi pada petugas penyemprot hama
tanaman pada lahan pertanian (Darmono, 2009).

Dampak pada lingkungan akibat penggunaan pestisida berkaitan dengan


efektivitas pestisida. Pestisida yang memiliki sifat beracun dapat
mempengaruhi seluruh taksonomi biota, termasuk makhluk hidup. Beberapa
pestisida tahan terhadap degradasi lingkungan, sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi ekosistem alamiah dalam jangka panjang (Connel dan Miller,
2006).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, yang menjadi pokok pembahasan yaitu:

1. Bagaimana sejarah awal dari munculnya pestisida?


2. Bagaimana konsep pestisida?
3. Apa saja jenis-jenis pestisida?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui sejarah awal munculnya pestisida.
2. Untuk mengetahui konsep pestisida.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pestisida.

D. Manfaat Penulisan Makalah


1. Agar menambah wawasan masyarakat terkait sejarah awal kemunculan
pestisida.
2. Agar menambah wawasan masyarakat terkait konsep pestisida.
3. Agar menambah wawasan masyarakat terkait jenis-jenis pestisida.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pestisida

Indonesia termasuk negara tropis. Karena hal inilah, tingkat


keanekaragaman hayatinya menjadi tinggi. Termasuk hewan dari jenis
serangga, misalnya saja nyamuk. Di Indonesia, berbagai macam jenis serangga,
hidup subur di mana-mana. Jadi tak heran jika produsen pestisida dan berbagai
produk pest control, termasuk obat nyamuk juga banyak di Indonesia.

1. Bangsa Mesir

Pestisida sudah digunakan sejak 500 tahun SM. Pestisida tersebut


mencakup pestisida insektisida (pembasmi serangga), rodentisida (pembasmi
pengerat) dan mitisida (pembasmi rayap). Pestisida-pestisida ini digunakan
dalam mengendalikan hama tikus, tungau, dan juga serangga umum.

Bangsa Mesir dipercaya sebagai orang pertama yang membuat


pestisida. Hal itu berawal dari penggunaan kucing sebagai pemburu tikus. Akan
tetapi karena terlalu sering memburu tikus liar, si kucing malah diserang kutu
tikus. Beruntunglah, seorang berkebangsaan Mesir yang tidak diketahui siapa
namanya mempunyai ide brilian dalam membasmi kutu. Ya dia kemudian
menciptakan suatu ramuan yang akhirnya bisa membasmi kutu tikus yang hidup
di tubuh kucing.

2. Pestisida Pertama

Sulfur atau belerang merupakan pestisida yang pertama dipakai dalam


sejarah pestisida. Zat ini dipakai karena baunya yang cukup menyengat. Saat
itu, bau belerang yang menyengat diduga mempunyai zat berkhasiat. Dan benar
saja, belerang mampu membasmi hama yang ada saat itu. Belerang yang
digunakan didapat dari gunung berapi, air panas, meteorit, gips, garam epson,
dan juga barit. Bukti penggunaan belerang sebagai pestisida saat itu (sekitar

3
1000 tahun SM) bisa dilihat dari karya-karya penulis Yunani yang bernama
Homer.

Setelah Homer yang menyebutkan penggunaan belerang sebagai


pestisida, di Yunani, seorang penulis lain dari negeri Romawi juga
mengemukakan hal yang sama. Namun, penulis yang bernama Cato ini tidak
menyebutkan belerang. Dalam beberapa karyanya, dia menyebutkan bahwa saat
itu (sekitar 200 tahun SM) ada banyak petani anggur yang membakar aspal guna
mengusir serangga hama dari kebunnya.

Di awal tahun 1700, seorang ahli herbal yang juga seorang ahli
tumbuhan (botanis), John Parkinson, menggunakan jenis pestisida baru.
Pestisida ini bersifat alami karena terbuat dari campuran cuka, kotoran sapi, dan
juga urin sapi. Campuran semuanya John pakai dalam membasmi hama-hama
tanaman yang ada di kebunnya. Sejak saat itulah, banyak para pakar tumbuhan
yang memakai pestisida alami (organik) dalam mengendalikan hama. Hal ini
tentu saja karena pestisida jenis ini dirasakan relatif aman terhadap organism
lain selain hama. Pestisida alami yang digunakan itu misalnya saja ramuan
pohon tertentu dan juga campuran air tembakau.

Pestisida modern mulai berkembang di tahun 1867. Saat itu ada sejenis
hama yang susah sekali dikendalikan yang menyerang tanaman kentang.
Namanya adalah kumbang Colorado. Untuk membasminya, pemerintah
Amerika Serikat menggunakan pestisida berbahan dasar Arsen. Arsen
kemudian dikenal sebagai racun yang tak hanya membasmi kumbang Colorado
saja. Manusia juga bisa mati dengan at yang bernama Arsen ini.

Pestisida sintetik (buatan) modern yang pertama kali dikenalkan di


pasaran adalah kalium dinitro-2-cresylate. Pestisida ini pertama kali dijual di
Jerman. Beberapa waktu berselang, pestisida ini kemudian menyebar di
berbagai Negara. Sejak saat itulah, pestisida sintetik muncul di pasaran dengan
berbagai merek dan dengan berbagai bahan dasar. Jenis-jenisnya pun semakin

4
khusus, yaitu insektisida (pembasmi serangga), fungisida (pembasmi jamur),
dan herbisida (pembasmi gulma).

3. DDT

DDT atau Dikloro Difenil Trikloroetana adalah pestisida yang paling


terkenal dari semua pestisida yang pernah ada. Hal ini karena DDT diketahui
kemudian sebagai pestisida yang berbahaya. Tak hanya bagi hewan lain yang
dibasminya. DDT juga bisa mengakibatkan penumpukan di tubuh tumbuhan,
hewan lain yang bukan merupakan target basmi, bahkan bisa menumpuk di
tubuh manusia. Hal yang paling parah, di dalam tubuh manusia, DDT bisa
menjadi at pemicu berbagai penyakit, termasuk kanker. DDT sendiri dibuat
pada abad ke-19. Tepatnya pada tahun 1939. Pembuatnya adalah seorang pria
bernama Dr Paul Muller.

Sekarang ini, ada banyak sekali jenis pestisida. Pestisidanya ada yang
modern atau pestisida sintetik dan juga pestisida alami (pestisida organik).
Salah satu jenis pestisida yang banyak dikenal adalah kapur barus. Kapur barus
ini digunakan sebagai pestisida yang bisa membasmi ngengat pada pakaian. Tak
hanya karena itu, kapur barus juga digunakan karena mempunyai wewangian
yang bisa mewangikan pakaian. Penggunaannya yang sederhana, yang cukup
disimpan di dalam lemari juga menjadi kelebihannya.

5
Pestisida modern lainnya yang kini dikenal adalah pestisida semprot
dengan berbagai merk. Pestisida-pestisida ini digunakan di rumah-rumah. Tak
hanya itu saja, sekarang ini tersedia juga pestida yang dibakar dan elektrik
dengan berbagai jenis wewangian.

B. Konsep Pestisida
1. Pengertian Pestisida
a. Pengertian Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan
sida berasal dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat
diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama.
b. Menurut Food Agriculture Organization (FAO) 1986 dan peraturan
pemerintah RI No. 7 tahun 1973, Pestisida adalah campuran bahan
kimia yang digunakan untuk mencegah, membasmi dan
mengendalikan hewan/tumbuhan penggangu seperti binatang
pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit, dengan tujuan
kesejahteraan manusia.
c. Pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat
pengatur tubuh atau perangsang tumbuh, bahan lain, serta
mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan
tanaman (PP RI No.6 tahun 1995).
2. Mekanisme Kerja Pestisida
a. Contact poison / Eradicant: pestida mengenai/ kontak dengan tubuh
hama
b. Stomach poison / Protective: hama memakan umpan/ daun tanaman
yang telah disemprot pestisida.
c. Fumigant: hama menghirup fume pestisida yang disemburkan ke
udara.
3. Alat Aplikasi Pestisida
a. Pressurized caniter dispensers – aerosol
b. Ultra Low Volume (ULV) generators dan small ULV electric - cold
aerosol
c. Thermal aerosol generator/ foger - thermal aerosol

6
d. Mist blower- misting
e. Hand sprayers, knapsack sprayers, power operated compression
sprayers – spraying
f. Dusters, high pressure dusters – dusting
g. Shallow containers- baits
h. Tungku, special equipment – fumigation
4. Toksisitas Pestisida

Toksisitas pestisida sangat bervariasi, dari toksisitas yang tinggi


(dieldrin dan parathion) sampai toksisitas yang relative tidak berbahaya
(Abate). Pencegahan dan dan pengamanan dalam penggunaan pestisida
sebaiknya harus dipahami terlebih dahulu konsep tentang toksisitas dan hazard
dari pestisida.

Toksisitas (Toxicity) pestisida diartikan sebagai kemampuan


membunuh kehidupan biologis, sedangkan hazard lebih diartikan sebagai
halnya yang mungkin timbul akibat pemaparan (exposure) pestisida di
lingkungan. Keduaduanya sering digunakan secara bergantian untuk
menyatakan tingkat bahaya suatu pestisida.

Konsep toksisitas ini untuk mengukur kekuatan pestisida. Pengukuran


toksisitas dilakuakan pada binatang percobaan, dan sering dinyakan sebagai
Lethal Dosis 50 (LD 50) dalam satuan mg/Kg berat badan. LD 50 adalah dosis
pestisida yang dapat membunuh 50% binatang percobaan yang dinyatakan
dalam satuan mg/Kg berat badan pemberian pestisida melalui dermal atau oral.
LD 50 dapat dipakai sebagai ukuran memilih keampuhan/ toksisitas pestisida.

7
C. Jenis-jenis Pestisida

Ada berbagai macam pestisida, yakni :

1. Insektisida

Insektisida merupakan zat kimia yang berfungsi sebagai pemberantas


serangga pengganggu (Kamus Pertanian Umum, 2013). Insektisida banyak
digunakan di dalam kehidupan sehari-hari terutama di Indonesia yang
merupakan negara tropis dimana kejadian penyakit melalui vektor tinggi, salah
satu insektisida yang terdapat di dalam rumah tangga ialah obat nyamuk
(Kemenkes, 2012). Obat nyamuk merupakan jenis insektisida untuk
mengendalikan jumlah nyamuk terutama nyamuk yang menyebabkan penyakit
pada manusia, seperti Aedes agepty sebagai vektor penyebab demam berdarah.
Di dalam kehidupan sehari-hari obat nyamuk dapat digunakan dengan berbagai
cara seperti dibakar, elektrik, pengasapan, lotion atau oles, dan semprot
(Wudianto, 2007).

Penggunaan senyawa kimia untuk mengendalikan hama tersebut sangat


banyak digunakan sekarang. Dunia menggunakan pestisida hingga dua juta ton
pertahunnya dengan jenis pestisida yang terbanyak digunakan, yaitu herbisida,
insektisida, dan fungisida (De et al, 2014). Sementara di Jakarta, penggunaan
insektisida dalam rumah tangga sekitar 80% yang menunjukkan bahwa

8
masyarakat dominan menggunakan insektisida untuk mengendalikan
nyamuk/serangga. Jenis obat nyamuk aerosol atau semprot merupakan
penggunaan yang terpopuler di Jakarta dibandingkan dengan jenis bakar, oles,
elektrik dan penggunaan kombinasi jenis bakar, semprot, dan oles yaitu 36.6%
(Depkes, 2009). Zat aktif yang telah dibuktikan sebagai pengendali nyamuk
ialah piretroid, organofosfat, karbamat, dan N,N-diethyl-meta-toluamide
(DEET) dimana zat-zat aktif tersebut memiliki kerja yang berbeda dan bersifat
racun atau toksik terhadap serangga, nyamuk khususnya. Insektisida tersebut
dapat masuk melalui kulit, sistem pernapasan, sistem pencernaan, bahkan dapat
melalui lebih dari satu cara (Raini, 2009).

2. Nematisida

Nematisida adalah jenis pestisida kimia yang digunakan untuk


membunuhnematoda parasit tanaman. Nematisida berasal dari kata latin
nematoda atau bahasa yunani berarti benang (semacam cacing yang hidup di
akar). Hama jeniscacing biasanya menyerang akar dan umbi tanaman.
Nematisida bersifat dapatmeracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu
sebelum musim tanam. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi
atau lada.. Selainmemberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas
serangga dan jamur. Nematisida cenderung menjadi toksisitas spektrum luas
yang memilikivolatilitas tinggi atau sifat lain yang mendorong migrasi melalui
tanah

3. Rodentisida

Rodentisida adalah racun untuk membasmi hama tikus, baik tikus di


sawah atau kebunmaupun di permukaan. Dalam pengendalian hama tikus kita
memerlukan strategi dan waktu yangtepat, didunia pertanian tikus biasanya
akan menyerang bila penanaman padi tidak berselang ataudiistirahatkan dulu
pada fase vegetatif dan fase generatif, cara pengendalian yang biasa
dilakukanoleh para petani dilakukan gropyokan dan pengemposan dengan
menggunakan rodensida.

9
Berdasarkan cara penggunaannya rodentisida terdiri dari dua jenis yaitu
rodentisida yangharus dicampurkan dengan umpan yang disenangi tikus
(seperti; beras, jagung, ketela pohon danubi jalar) dan rodentisida siap pakai
yaitu umpan yang telah mengandung racun. Penggunaanrodentisida didasarkan
atas adanya aktivitas tikus yaitu dengan adanya pengamatan atas jejak
tikus,kotoran tikus atau gejala serangan tikus.Masalahnya tikus sangat terampil
menghindar terhadap setiap tindakan pengendalian. Oleh karena itu rodentisida
yang efektif biasanya dalam bentukumpan beracun.

Rodentisida digolongan menajdi dua berdasarkan cara kerjanya, yaitu


rodentisida akut(kontak) dan rodentisida kronis (antikoagulan/sistemik).
Rodentisida akut akan menyebabkankematian secara cepat, kematian biasanya
terjadi 3-14 jam setelah peracunan. Sedangkanrodentisida kronis menyebabkan
kematian secara lambat, kematian terjadi beberapa hari kemudiansetelah
memakan umpan racun kronis tersebut. Kelebihan rodentisida akut yang cepat
membunuhtikus juga memiliki kelemahan rodentisida akut yaitu dapat
menimbulkan jera umpan, ketika satuatau beberapa tikus mati karena memakan
umpan tikus maka gerombolan tikus sudah salingmengkode sehingga tikus
tidak akan memakan umpan racun tersebut lagi. Rodentisida kronismenyerang
secara sistemik sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama, namun
rodentisidakronis memiliki beberapa keunggulan dibandingkan rodentisida
akut. Rodentisida kronis tidakmenyebabkan jera umpan karena serangan yang

10
lambat sehingga tikus tidak menyadari penyebabkematiannya dan saat diberi
umpan racun tersebut tidak akan memiliki efek jera. Tingkatefektifitas
pengendalian rodentisida kronis cukup tinggi dan bersifat spesifik sehingga
mengurangi bahaya bagi jasad bukan sasaran. Jadi, penggunaan rodentisida
yang bersifat sistemik lebih baikdibandingkan dengan rodentisida kontak (akut)
karena tidak menimbulkan efek jera umpan.

4. Fungisida

Secara bahasa, fungisida berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa
Yunani, yakni fungus yang berarti jamur dan sida yang berarti racun. Secara
istilah umum, fungisida dapatdiartikan sebagai suatu senyawa kimia yang dapat
digunakan untuk menghambat danmengendalikan pertumbuhan atau bahkan
membunuh jamur penyebab penyakit tanaman.Senyawa dalam fungisida yang
bersifat menghambat pertumbuhan tanpa membunuh jamurdisebut sebagai
senyawa fungistatik, sedangkan pada virus atau mikroplasma antibiotik
yangmemiliki sifat menghambat pertumbuhan jamur lebih tepat disebut
remission. Fungisidamampu mengendalikan serangan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi jamur pada tanamankarena memiliki kemampuan
proteksi/ melindungi, imunisasi /mencegah infeksi, terapi/perawatan, eradikasi
/mengobati, dan sistemik /mencegah perkembangan penyakit (Juliansyah,
2013).

5. Herbisida

Herbisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk


mengendalikan, mematikan, atau menghambat pertumbuhan gulma tanpa
mengganggu tanaman pokok (Sukman, 2002; Tjitrosoedirdjo et al, 1984).
Sedangkan menurut Riadi (2011) herbisida merupakan suatu bahan atau
senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau
mematikan tumbuhan.

Herbisida ini dapat mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti


pada proses pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil,

11
fotosintesis, respirasi, metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya)
yang sangat diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Di samping itu herbisida bersifat racun terhadap gulma atau
tumbuhan penganggu juga terhadap tanaman. Herbisida yang diaplikasikan
dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian dari jenis tumbuhan. Pada
dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan dan tidak
merusak tumbuhan yang lainnya (Riadi, 2011).

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pestisida merupakan


campuran bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hewan sebagai
binatang pengganggu. Ada 5 jenis pestisida yakni insektisida, herbisida,
fungsida, nematisida, dan rodentisida. Masing-masing jenis ini memiliki
sasaran yang berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya.

B. Saran

Disarankan bagi masyarakat yang ingin menggunakan suatu pestisida,


agar lebih mengenali dahulu binatang pengganggu apa yang menjadi penyebab
masalah, sehingga saat membeli pestisida/membuat pestisida, hewan yang
hendak dibunuh tepat sasaran. Masyarakat juga perlu tahu takaran yang
digunakan, agar tak berlebihan. Sebab pestisida tetap saja racun, yang jika
digunakan berlebihan bisa salah sasaran.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Modul Bahan Ajar PVBP-B. http://winbonang.com/wp-


content/uploads/2019/12/MATERI-modul-Bahan-Ajar-PVBP-B.pdf. Di akses
20 November 2021.

Anonim. Bab I. http://scholar.unand.ac.id/20569/2/BAB%201.pdf. Di akses 20


November 2021.

Anonim. Bab I Pendahuluan. http://eprints.ums.ac.id/45038/3/BAB%20I.pdf. Di akses


20 November 2021.

Bibba, Whelly Masola. 2017. Makalah Herbisida.


https://id.scribd.com/document/367708244/makalah-herbisida. Di akses 20
November 2021.

Dharma, Hary Prawira. 2018. Rodentisida Makalah.


https://id.scribd.com/document/374322661/rodentisida-makalah. Di akses 20
November 2021.

Fitri. 2017. Makalah Nematisida.


https://id.scribd.com/document/351657413/makalah-nematisida. Di akses 20
November 2021.

Haryanto, Nia. 2016. Sejarah dan Perkembangan Pestisida dari Masa Ke Masa.
https://www.niaharyanto.com/2016/01/sejarah-dan-perkembangan-pestisida-
dari.html. Di akses 20 November 2021.

Setiawan, Samhis. 2021. Pengertian Herbisida – Klasifikasi, Jenis, Keracunan,


Patofisiologi, Penanggulangan dan Penanganan.
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-herbisida/. Di akses 20
November 2021.

Sundari, Sri. 2019. Makalah Fungisida - SriSundari – 230110164001.


https://id.scribd.com/document/430393935/Makalah-Fungisida-SriSundari-
230110164001. Di akses 20 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai