Anda di halaman 1dari 1

Jika merujuk pada peraturan pemerintah No. 26/2008 dan peraturan pemerintah Jateng No.

6/2010
tentang tata ruang, jelas kawasan Pesisir Ujungnegoro-Roban sebagai kawasan konservasi laut.
Pembangunan PLTU ini akan menyebabkan hujan asam di sekitar PLTU. “Ini juga akan berdampak
buruk kepada petani.”

Pembangunan PLTU bertenaga batu bara ini bertentangan dengan visi Presiden Joko Widodo dalam
Nawacita, yaitu mencapai kedaulatan pangan dan mewujudkan kedaulatan energi. Sudah saatnya
Presiden Joko Widodo memimpin revolusi energi dengan memilih sumber energi terbarukan yang
lebih aman dan lebih hijau berkelanjutan, bukan memilih batu bara yang merupakan kontributor
terbesar perubahan iklim dan penyebab utama polusi udara mematikan di dunia.

PLTU Batang akan memiliki kapasitas 2000 megawatt, dan akan mengeluarkan sekitar 10,8 juta ton
karbon ke atmosfer – yang setara dengan emisi karbon seluruh negara Myanmar pada tahun 2009.

Menurut Desriko, polutan seperti SOx, NOx, dan merkuri yang dihasilkan PLTU Batang tidak hanya
merusak ekosistem dan tatanan iklim, dampak yang di timbulkan dari penggunaan bahan bakar batu
bara ini sangat mempengaruhi kesehatan manusia. Adapun tingkat partikel dari polutan batu bara
ialah PM 2,5 sehingga sangat mudah diserap oleh tubuh sehingga akan sangat mudah untuk terserap
oleh tubuh manusia dan menyebabkan berbagai penyakit seperti stroke, kanker paru, dan penyakit
pernapasan lainnya (Nugraha, 2014). Jumlah polutan berbahaya akibat pembangunan dan proyek
PLTU Batang terus mengalami peningkatan. Kondisi semacam inilah yang menyebabkan Negara
Indonesia sebagai Pasar Teknologi Kotor pasalnya setiap tahun PLTU Batang mengeluarkan zat emisi
sekitar 10,8 juta ton (Florence, 2016).

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Satya Widya Yudha menilai harus ada penelitian lebih lanjut dan
menjadikan rujukan temuan Greenpeace bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang,
Kabupaten Batang, Jawa Tengah akan mengeluarkan sekitar 10,8 juta ton karbon (lebih dari seluruh
emisi karbon yang dihasilkan oleh Myanmar di tahun 2009) dan 226 kg merkuri setiap tahunnya.

Politisi F-Golkar ini menjelaskan bahwa pembangkit listrik yang berbasis batubara mempunyai resiko
kandungan emisi karbon yang besar dan hal ini yang harus menjadi perhatian utama yakni dari aspek
lingkungan. “Banyak aspek lingkungan yang harus dilihat. Termasuk debu atau fly ash yang muncul
akibat tertimbunnya batubara selama dalam posisi perpindahan dari satu tempat ke tempat lain.
Aktivitas loading ini bisa menimbulkan debu, dibawa angin dan bisa menimbulkan pencemaran
udara,” jelas Yudha.

https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/19965/t/javascript
https://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/KINERJA/article/view/7422/1061
https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers/2307/dukung-nelayan-tolak-pltu-koalisi-lsm-aksi-
di-lepas-pantai-batang/

Anda mungkin juga menyukai