Anda di halaman 1dari 3

Menolong Sahabat Tak Bernyawa

Bumi kita sekarang ini tengah sekarat. Hal ini terlihat jelas dari fenomena-
fenomena alam, yang terajadi akibat pengrusakan bumi oleh karena tindakan
eksploitasi manusia untuk pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia itu sendiri.
Fenomena-fenomena tersebut antara lain:

1. Pemasanasan global, yang mana adalah kondisi makin panasnya suhu


bumi akibat efek rumah kaca. Menurut IPPC (Intergovernmental Panel On
Climate Change) temperature global semenjak tahun 1901 mencapai 0,89
derajat celcius. Dikawasan asia tenggara untuk jangka menengah ditahun-
tahun mendatang (2046-2065) akan terjadi pada rentang 1,5- 2 derajat
celcius sementara untuk jangka panjang (2081-2100) kenaikan tempertur
akan berada direntang 2-4 derajat celcius yang akan menyebar keseluruh
daratan secara merata.
2. Kenaikan muka air laut yang mana adalah fenomena yang terjadi akibat
pemanasan global. Dalam data dan temuan IPCC yang dikuatkan oleh
laporan bank dunia dengan judul “”Turn Down the Heat – Climate
Extremes, Regional Impacts and the Case for Resilience” yang dirilis pada
bulan Juni 2013, menyatakan bahwa kawasan pantai pesisir asia tenggara
akan mengalami kenaikan muka air laut 10%-15%lebih tinggi dibanding
dengan rata-rata kenaikan muka air alut global. Pada tahun 2050 akan
mencapai 50- 100cm.
3. Sampah plastik yang merongrong ekosistim laut dunia. Produksi sampah
plasitk terus meningkat dimana diperkirakan sekitar 300 juta ton sampah
plastik diproduksi setiap tahunnya ( plastics Europe, op, cit, note 1:
European House-Ambrosette,op, cit, note 7 seperti dikutip pada
Gourmelon, G. (2015)). Saat ini tercatat 150 juta ton plastic lautan dunia.
Jumlah ini akan bertambah sebesar 250 juta ton lagi jika tren urbanisasi,
produksi dan konsumsi terus bertambah.

Sebenarnya kondisi bumi tidak akan sekarat apabila kondisi lingkungan dan
alamnya tetap lesatari, faktaya terbalik seperti yang terlihat pada Negara kita.
Indonesia dahulu diyakini sebagai salah satu daerah penyangga Bumi. Namun
kini mulai berubah menjadi penyumbang polutan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
data kerusakan lingkungan Indonesia, seperti:

1. Jumlah polutan sampah plastic di wilayah lautan Indonesia adalah nomor 2


setelah China. Pada tahun 2010 indonesia memiliki populasi pesisir
sebanyak 187,2 juta yang tinggal dalam jarak 50 Km dari pesisir an setiap
tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah yang tidak terkelola dangan
baik dan diperkirakan mengakibatkan kebocoran 0,48 – 1,29 juta ton metric
sampah plastic per tahun kelautan.
2. Dari persoalan emisi gas rumah kaca, Indonesia menempati urutan ke 3
negara penghasil emisi gas rumah kaca dunia dari emisi perubahan tata
guna lahan dan deforestasi. Emisi tahunan Indonesia dari sector energi,
pertanian dan sampah seluruhnya mencapai 457 juta ton co2 ekuivalen.
Sementara dari perubahan tata guna lahan dan kehutanan menghasilkan
emisi sebesar 2.563 juta ton co2 ekuivalen.

Salah satu daerah di Indonesia yang tidak terlepas dari permasalahan


lingkungan adalah provinsi Nusa Tenggara Timur. Provinsi ini merupakan provinsi yang
tengah berkembang, pada berbagai sector yang mana meliputi industry jasa pariwisata,
makanan dan minuman, konstruksi, Tekstil serta perdagangan, Perkembangan ini
menimbulkan hadirnya berbagai infrastruktur dan fasilitas pedukung untuk
menopangnya. Namun kadang kala kebijakan dan tindakan untuk mewujudkannya
dapat tidak mengindahkan efeknya terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini begitu
terlihat dari persoalan sampah perkotaan, Misalnya sampah di pesisir pantai kota
Kupang, disepanjang kecamatan kelapa lima. Dengan maraknya pembangunan
dipesisir pantai tanpa memperhatikan sepadan pantai menghasilkan sampah dan
limbah. Yang mana berdasarkan perhitungan, timbulan sampah m3/hari pada
kecamatan kelapa lima adalah terbanyak ke-2 setelah kecamatan oebobo yakni
sebesar 20% dari keselurahan sampah Kota kupang atau setara dengan 21,106.6
m3/hari.
Perkembangan suatu daerah juga ditandai dari perkembangan arsitektur yang
hadir pada daerah tersebut, baik itu dari segi jumlah maupun kualitasnya, yang mana
pada akhirnya perkembangan ini juga akan mempengaruhi lingkungan sekitar
terbangunnya arsitektur tersebut. Perkembangan arsitektur yang terjadi pada wilayah
kota-kota di Provinsi NTT dari segi jumlah di dominasi oleh jenis arsitektur kurang
ramah terhadap lingkungan hal ini dikarenakan penggnaan material berat semisal beton
pada dinding bangunan dan bahan metal pada atap bangunan. Hal ini akan membuat
temperature udara, baik dalam maupun luar bangunan dapat naik, oleh karena bahan-
bahan jenis ini dapat menerima, menyerap, serta melepaskan kalor (panas). Untuk
menangani masalah ini akhirnya, penggunaan AC menjadi kewajiban. Tetapi justru hal
ini memperparah keadaan oleh karena AC memiliki kandungan Freon yang dapat
merusak lapisan ozon bumi.

Melihat beberapa hal diatas, maka himpunan mahasiswa arsitektur dibawah


naungan program studi arsitektur Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang
megadaka diskusi public untuk membahas isu lingkungan dalam lingkup
Kota/kabupaten di wilayah provinsi NTT dengan tujuan untuk menyatukan pemikiran
dan strategi baru guna melestarikan dan menyelamatkan sahabat kita, bumi kita
tercinta.

Anda mungkin juga menyukai