INFORMASI UMUM
Fase / Kelas : E / X
Kode : M.4.1_Yekti2_A.4.1_Yekti1
Elemen : Proses bisnis menyeluruh bidang pengembangan perangkat lunak dan gim
Capaian Pembelajaran : Pada akhir fase E, peserta didik mampu mendeskripsikan proses
perencanaan, analisis, desain, implementasi, integrase,
pemeliharaan, pemasaran, dan distribusi perangkat lunak dan
gim termasuk di dalamnya adalah penerapan budaya mutu,
Keselamatan dan Kesehatan kerja serta Lingkungan hidup
(K3LH), manajemen proyek, serta pemahaman terhadap
kebutuhan pelanggan, keinginan pelanggan, dan validasi sesuai
dengan user experience (UX)
Kompetensi Awal : Sebelum mempelajari modul ini peserta didik harus memahami :
∙ Pernah menggunakan aplikasi perangkat lunak dan gim di
kehidupan sehari-hari
Profil Pelajar Pancasila : ∙ Berpikir Kritis dalam menganalisis dari perencanaan
sampai maintenance perangkat lunak dan gim
∙ Kreatif dalam mempresentasikan perencanaan sampai
maintenance perangkat lunak ada gim.
∙ Berkebinekaan Global dalam menerima pendapat, kritik
dan saran dari teman dan guru
2
KOMPONEN INTI
A. Tujuan Pembelajaran : 4. Menjelaskan konsep K3LH di tempat kerja menggunakan kata-
kata sendiri
5. Menerapkan konsep K3LH di tempat kerja/belajar dan
mempresentasikan.
B. Pemahaman Bermakna : 1. Peserta didik memahami K3LH pada perangkat lunak dan
gim
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
a. Kegiatan Pendahuluan b. Kegiatan Inti
E. ASESMEN
Jenis Bentuk
Profil Pelajar Pancasila Tertulis Performa
Sumatif
Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan, diberikan pembelajaran
pengayaan sebagai berikut:
i. Peserta didik yang mencapai nilai n (ketuntasan) > n > n (maksimum) diberikan
materi masih dalam cakupan CP dengan pendalaman sebagai pengetahuan
tambahan.
ii. Peserta didik yang mencapai nilai n > n (maksimum) diberikan materi melebihi
cakupan CP dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan. Soal-soal
yang diberikan untuk mereka jawab adalah soal-soal yang belum mampu
mereka
tuntaskan pada saat mengikuti Penilaian Harian dan soal lainnya yang relevan
yang diberikan oleh guru. Nilai yang diberikan sebagai nilai akhir pada CP ini
bagi para peserta didik yang menempuh perbaikan adalah nilai akhir yang
berhasil diraih dan dengan pertimbangan lainnya dari guru.
REMIDIAL
Program remidial diberikan kepada peserta didik yang belum tuntas atau belum
mencapai nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Bagi para peserta didik
ini, bila memungkinkan akan diberikan “review” pembelajaran atau bahkan
pembelajaran ulang sehingga lebih memantapkan mereka untuk menempuh
perbaikan pada tahap remedial. Soal-soal yang diberikan untuk mereka jawab
adalah soal-soal yang belum mampu mereka tuntaskan pada saat mengikuti
Penilaian Harian. Nilai yang diberikan sebagai nilai akhir pada CP ini bagi para
peserta didik yang menempuh remedial adalah nilai akhir yang berhasil diraih dan
dengan pertimbangan ainnya dari guru
3
LAMPIRAN
GLOSARIUM
K3LH adalah pengertian tentang Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup
pada suatu perusahaan atau instansi lain yang memiliki banyak pekerja atau karyawan
DAFTAR PUSTAKA
http://genacaesar12.blogspot.com/2018/09/penerapan-k3-dalam-bidang-
it komputer.html
http://octianaeni.blogspot.com/2011/05/keselamatan-kerja-dalam-bidang-ititc.html
RINGKASAN MATERI
Materi 1
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Tentang K3
A. Pengertian K3
Laboratorium dan bengkel kerja merupakan sarana yang digunakan untuk
bekerja, meneliti/ eksperimen atau menggali dan meningkatkan keterampilan teknik. Dalam lembaga
pendidikan, laboratorium dan bengkel merupakan sarana berupa tempat untuk melaksanakan kegiatan ilmiah,
dimana dengan segala kelengkapan peralatan dan bahan teknik yang disediakan merupakan tempat
berpotensi menimbulkan bahaya bagi para pengguna dan lingkungannya, jika tidak dkelola dengan benar dan
para pekerja dan pengelolanya di dalamnya tidak dibekali dengan pengetahuan mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) secara filosofi adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3), maka para pengguna diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan
nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, aspek resiko yang
mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat
melakukan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah bosan, lelah atau capek.
Dari segi ekonomi pemakaian alat yang berkapasitas besar adalah lebih
menguntungkan, akan tetapi bahaya yang mungkin ditimbulkan juga akan besar. Dengan demikian penentuan
ukuran reaktor harus didasarkan pada keuntungan dari segi ekonomi dan bahaya yang mungkin ditimbulkan.
Alat pengendali harus lebih canggih dan lebih dapat diandalkan. Alat pengamanan yang terkait dengan alat
produksi dan alat perlindungan bagi pekerja harus ditingkatkan. Biaya untuk
membangun keselamatan dan kesehatan kerja, biaya untuk membeli alat-alat
pengamanan memang cukup besar. Akan tetapi kesehatan dan keselamatan kerja (K3)juga akan lebih
terjamin. Kemampuan dan keterampilan pekerja harus
d
itingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan sehingga dapat mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Alat penanggulangan musibah harus ditingkatkan agar malapetaka yang diakibatkan oleh
penerpan teknologi maju tidak sampai meluas dan merusak. Pengawasan terhadap alat maupun terhadap
pekerja harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
p
erencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, produk
teknis, dan alat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan. Tujuan umum dari dikeluarkannya undang-undang ini adalah agar
setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja mendapat
perlindungan atas keselamatannya, dan setiap sumber-sumber produksi dapat
dipakai dan digunakan secara aman dan efisien sehingga akan meningkatkan
produksi dan produktifitas kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-01/MEN/1979 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-02/MEN/1979 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-01/MEN/1976 tentang kewajiban
latihan Hiperkes bagi dokter perusahaan.
6. Undang-undang nomor 7 tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagaan dan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 03/MEN/1984 tentang mekanisme
pengawasan ketenagakerjaan.
Berdasarkan undang-undang tersebut diatas, maka definisi "tempat kerja" ialah
tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau
sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya.
Yang termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan
bagian-bagian atau berhubung dengan tempat kerja tersebut.
Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja serta tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian.
Pada dasarnya keselamatan dan kesehatan dalam pembahasan materi K3 ini
tidak terpisah satu dengan lainya. Akan tetapi untuk memudahkan pemahaman,
s
ebelum masuk ke pembahasan utama, alangkah baiknya kita mencermati beberapa langkah penting yang
diuraikan dibawah ini.
(predictable). Sebagian besar kecelakaan muncul akibat dari faktor-faktor yan dapat diidentifikasi. Itulah
sebabnya investigasi dan identifikasi alasan-alasan terjadinya
k
ecelakaan menjadi signifikan dalam rangka menghindari kecelakaan serupa di kemudian hari.
penuh dari semua tingkatan manajemen, maka setiap usaha ke arah pengurangan tindakan-tindakan yang
tidak aman yang dilakukan karyawan akan kurang
membuahkan hasil. Supervisor atau penyelia lini pertama merupakan bagian krusial dari mata rantai
manajemen. Jika para supervisor tidak menganggap keselamatan kerja sebagai hal yang serius, maka orang-
orang yang ada di bawahnya juga akan berbuat hal yang sama.
3. Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan (K3)
Proses produksi dengan mengoperasikan berbagai peralatan pada umumnya
tidak sama sekali terbebas dari resiko bahaya. Hal ini harus mejadikan perhatian dari pihak manajemen dan
unit-unit teknis dan secara khusus bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja. Dengan demikian
keselamatan kerja akan merupakan bagian yang selalu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dan
penetapan kebijakan sehingga upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah dimulai sejak
perencanaan.
C. Sasaran Manajemen K3
Secara umum sasaran keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1) Bagi Pengusaha: Untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
2) Bagi Tenaga Kerja: tenaga kerja adalah asset yang sangat penting dalam
elemen produksi. Tenaga kerja yang paling bersinggungan langsung dengan
kegiatan utama proses produksi, mulai dari pengelolaan bahan baku, proses
pembuatan dan proses penyimpanan, Semua lini kegiatan tersebut sangat
berdekatan dengan factor penyebab terjadinya kecelakaan. Oleh sebab itu
memahami arti pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja
dalam keseharian aktivitasnya sangat penting baik untuk diri sendiri secara
sadar atau diminta untuk menjaga hal-hal tersebut agar mampu
meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan.
3) Bagi Lingkungan: Lingkungan kerja yang aman dan sehat serta kondusif
adalah asset lain yang sangat penting bagi perusahaan dan setiap orang
yang bekerja dalam lingkungan perusahaan, oleh sebab itu siappun dan
apaun yang ada dan terkait dengan proses produksi harus menjadi target dan
bahan pertimbangan dalam pengelolaan K3 terlebih lagi pada asset yang
D. Organisasi K3
Pada setiap perusahaan diharuskan membentuk Panitia Pembinaan Kesehatan
dan keselamatan kerja (K3)(P2K3), berdasarkan pada undang-undang nomor 1
tahun 1970. Dengan pendekatan demikian, maka diharapkan manajemen
perusahaan mengambil sikap nyata yang mencakup:
1) mengidentifikasi setiap proses dan peralatan pengendalian kerugian sebagai
sumber resiko bahaya,
2) mengestimasi rencana program pengendalian kecelakaan dan penyakit akibat
kerja,
3) menyusun rencana program pengendalian kecelakaan dan penyakit akibat
kerja,
4) menyusun sistem komunikasi yang diperlukan, dan
5) menyiapkan sarana dan peralatan beserta personil yang terlatih dan
profesional.
Pengelolaan keselamatan kerja harus mampu mencari dan mengungkapkan
kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya dan penyakit akibat kerja
dan kecelakaan. Kebijaksanaan manajerial yang dijabarkan dalam pelaksanaan
operasional dengan tingkat segi manajemen yang sangat esensial bagi
kelangsungan proses produksi dan keselamatan kerja yang mengarahkan pada
partisipasi semua pihak dalam sistem manajemen dan organisasi, akan dapat
menciptakan suasana kerja yang nyaman sebagai landasan kuat untuk
kontinuitas usaha dan pengaman investasi dalam pembangunan.
Implementasi Hiperkes dan keselamatan kerja pada lingkungan haruslah
dipandang sebagai upaya teknis manajerial yang sangat besar fungsi dan
peranannya dalam:
1) Mengamankan investasi.
2) Memelihara kelestarian dan kontinuitas usaha.
3) Mengembangkah potensi ekonomi.
4) Meningkatkan manfaat perangkat produksi.
Kalau kita mengamati suatu kejadian kecelakaan di lingkungan kerja, maka ada
tiga alasan terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:
1. Terjadi secara kebetulan.
Dianggap sebagai kecelakaan dalam arti asli (genuine accident) sifatnya tidak
dapat diramalkan dan berada di luar kendali manejemen perusahaan. Misalnya,
seorang karyawan tepat berada di depan jendela kaca ketika tiba-tiba seseorang
melempar jendela kaca sehingga mengenainya.
2. Kondisi kerja yang tidak aman.
Kondisi kerja yang tidak aman merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
kecelakaan. Kondisi ini meliputi faktor-faktor sebagai berikut:
a. Peralatan yang tidak terlindungi secara benar.
b. Peralatan yang rusak.
c. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau di sekitar mesin atau peralatan
gudang yang tidak aman (sumpek dan terlalu penuh).
d. Cahaya tidak memadai, suram, dan kurang penerangan.
e. Ventilasi yang tidak sempurna, pergantian udara tidak cukup, atau sumber
udara tidak murni.
3. Kelalaian Manusia
Berdasarkan data-data yang dikumpulkan, penyebab kecelakaan terbesar
banyak disebabkan oleh faktor kelalaian manusia. Kelalaian tersebut dapat
diindikasikan karena melanggar prosedur kerja, kecerobohan pekerja, kurangnya
pengawasan dalam menggunakan APD serta kondisi fisik dan mental pekerja
yang tidak fit.
Pemulihan terhadap faktor-faktor ini adalah dengan meminimalkan kondisi yang
tidak aman, misalnya dengan cara membuat daftar kondisi fisik dan mekanik
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Pembuatan cheklist ini akan
membantu dalam menemukan masalah yang menjadi penyebab kecelakaan.
Meskipun kecelakaan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, akan tetapi ada
tempat-tempat tertentu yang mempunyai tingkat kecelakaan kerja tinggi. Kira-kira
sepertiga dari kecelakaan industri maupun laboratorium terjadi di sekitar truk
forklift, kereta dorong, dan tempat-tempat angkat junjung barang.
Di samping kondisi kerja yang tidak aman masih ada tiga faktor lain yang
mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Ketiga faktor tersebut yaitu sifat dari kerja itu
sendiri, jadwal kerja, dan iklim psikologis di tempat kerja.
1. Sifat kerja.
Menurut kajian para ahli keselamatan, sifat kerja mempengaruhi tingkat
kecelakaan. Sebagai contoh, karyawan yang bekerja sebagai operator crane
(derek) akan memiliki resiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi dibandingkan
mereka yang bekerja sebagai supervisor/ penyelia.
2. Jadwal kerja.
Jadwal kerja dan kelelahan kerja juga mempengaruhi kecelakaan kerja. Tingkat
kecelakaan kerja biasanya stabil pada jam 6 – 7 jam pertama di hari kerja. Akan
tetapi pada jam-jam sesudah itu, tingkat kecelakaan kerja akan lebih tinggi. Hal
ini dimungkinkan karena karyawan atau tenaga kerja sudah melampaui tingkat
kelelahan yang tinggi. Kenyataan di lapangan juga membuktikan bahwa kerja
malam mempunyai resiko kecelakaan lebih tinggi dari pada kerja pada siang hari.
3. Iklim psikologis tempat kerja.
Suasana psikologis di tempat kerja juga berpengaruh pada kecelakaan kerja.
Karyawan atau tenaga kerja yang bekerja dibawah tekanan stres atau yang
merasa pekerjaan mereka terancam akan mengalami lebih banyak kecelakaan
kerja dari pada mereka yang tidak mengalami tekanan .
H. Tindakan Tidak Aman yang Dilakukan oleh Tenaga Kerja.
Sesuatu yang tidak mungkin menghilangkan kecelakaan kerja,upayanyan adalah
hanya dengan mengurangi keadaan yang tidak aman, karena pelaku kecelakaan kerja adalah manusia. Para
ahli belum dapat menemukan cara yang benar-benar jitu untuk menghilangkan tidakan karyawan yang tidak
aman. Tindakan-tindakan tersebut adalah:
1. Melempar atau membuang material sembarang.
2. Mengoperasikan dan bekerja pada kecepatan yang tidak aman, apakah itu terlalu cepat ataupun terlalu
lambat.
3. Membuat peralatan keselamatan dan keamanan tidak beroperasi dengan cara memindahkan, mengubah
setting, atau memasangi kembali.
5
. Menggunakan prosedur yang tidak aman saat mengisi, menempatkan, mencampur, dan mengkombinasikan
material.
6. Berada pada posisi tidak aman di bawah muatan yang tergantung. Menaikkan lift dengan cara yang tidak
benar.
7. Pikiran kacau, gangguan penyalah-gunaan, kaget, dan tindakan kasar lain.
Tindakan-tindakan seperti ini dapat menyebabkan usaha perusahaan atau
tempat kerja meminimalkan kondisi kerja yang tidak aman menjadi sia-sia. Oleh
karena itu kita harus mengidentifikasi penyebab tindakan-tindakan di atas.
Hal-hal berikut ini dapat dipakai sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi
tindakan-tindakan di atas:
a. Karakteristik pribadi karyawan.
b. Karyawan yang mudah mengalami kecelakaan (accident prone).
c. Daya penglihatan karyawan.
d. Usia karyawan
e. Persepsi dan keterampilan gerak karyawan
f. Minat karyawan.
I. Pertolongan Pertama Akibat Kecelakaan Listrik
A. Pengertian
Seperti disebutkan pada kegiatan belajar sebelumnya,kecelakaan biasanya
datang ketika kita tidak siap menghadapinya. Oleh karena itu kita harus menghindari kecelakaan tersebut
sebelum dia datang. Ada pepatah yang mengatakan ”mencegah adalah lebih mudah dan murah dari pada
mengobati ”. Menyadari bahaya bukanlah berarti takut dan mungkin lebih tepat kalau dikatakan waspada,
sehingga jika bahaya itu datang maka akibat yang ditimbulkannya tidak separah dibandingkan jika kita
melanggar atau lalai. Sebagai contoh misalkan dalam penggunaan helm dijalan raya bagi pengendara sepeda
motor,jika kita lalai mungkin cederanya tidak separah jika kita patuh dan menyadari akan fungsi helm tersebut.
Yang menjadi pokok dari tindakan pertolongan pertama (First Aid) bagi penolong adalah :
1. Jangan panik, namun bukan berarti boleh lamban dalam bereaksi
4
. Perhatikan jika ada pertanda ”shock”
5. Jangan memindahkan si korban secara terburu –buru sebelum dapat
dipastikan.
6. Jenis serta keparahan cedera yang diderita.
Shock adalah suatu keadaan yang timbul dimana sistem peredaran darah dalam
tubuh terganggu sehingga tidak dapat memenuhi keperluannya bagian vital tubuh akan kehilangan cairan dan
zat-zat yang diperlukan sehingga fungsi bagian vital Ini akan terganggu.
1. Tanda-tandapenderita shock :
✔ Kesadarannya menurun
✔ Nadi berdenyut cepat, melemah, lamban dan menghilang
✔ Mual-mual
✔ Kulit dingin, lembab dan pucat
✔ Nafas dangkal, kadang tak beratur
✔ Pupil mata melebar
sumbatan
⮚ Selimuti tubuhnya
⮚ Hentikan pendarahan jika ada,
⮚ Jika ada tulang yang patah, pasang bidai sebelum diusung.
Hal tersebut akan diketahui setelah kita periksa pernafasannya dengan cara
meletakkan kedua telapak tangan kita dibawah lekukan tulang rusuk si korban.
Melalui naik dani turunnya dinding perut, kita dapat mengamati korban apakah dia masih bernafas atau tidak.
Jika pernafasnnya masih ada, si korban dapat
diposisikan miring secara stabil. Tapi jika si korban pernafasnnya terhenti, maka
baringkan secar terlentang, kemudian periksa rongga mulutnya karena kemungkinan ada benda atau sesuatu
yang menghalangi jalannya pernafasan dan jika ada,
singkirkan segera. Setelah itu atur lagi pernafasannya dan baringkan dalam posisi
miring. jika dengan cara ini pernafasannya tetap tidak ada, maka kita bantu dia
dengan pernafasan buatan.
E. Menolong Korban Luka Bakar
Luka bakar merupakan salah stu akibat dari sengatan arus listrik.setiap luka
bakar yang luas dapat diikuti oleh shock, diman sebagian besar cairan tubuh
dialirkan kedaerah yang terbakar sehingga volume darah yang mengalir keotak dan jantung akan berkurang.
Pada orang dewasa luka bakar selebar 20% dari luar permukaan tubuh dapat
mengakibatkan shock sedangkan pada anak-anak dapat terjadi pada selebar 10%.
∙ Luas permukaan seluruh kepala = 9% ∙
Luas permukaan setiap lengan (sampai
tangan ) =9%
∙ Luas permukaan dada =95
∙ Luas permukaan perut = 9%
∙ Luas permukaan punggung = 9%
∙ Luas permukaan pinggang (dinding
belakang perut ) =9%
Gambar 5 : Daerah rumus
∙ Luas permukaan paha = 9% sembilan
∙ Luas permukaan betis = 9%
Luas permukaan daerah kemaluan =9%
Gambar diatas memperlihatkan ”rumus sembilan”untuk luas daerah luka bakar dengan pedoman sebagai
berikut :
Pengetahuan tentang luas permukaan ini penting, karena pokok-pokok tndakan
o
Mengurangi rasa sakit,
o Mencegah infeksi.
Jika pernafasan buatan diperluka pada korban, maka hal ini harus dilakukan
terlebih dahulu sedangkan pertolongan terhadap luka bakarnya dikerjakan kemudian.
Berikut ini adalah tindakan pertolongan padaluka bakar dengan variasi luas:
a. Luka bakar kurang dari 20 % (tanpa luka terbuka )
Tindakan pertolongan : Rendam bagian yang terbakar kedalam air es atau air
dingin atau dapat juga dikompres dengan handuk yang telah direndam dalam air
dingin. Tindkan ini dilakukan hingga rasa sakit tidak terasa lagi. Hal ini dapat
dilakukan antara30 menit dan kadang-kadang sampai 5 jam.
Tindakan ini selain mengurangi rasa sakit juga memperkecil akibat lanjutan dari
luka bakar tersebut. Bagian yang melepuh jangan dikupas, biarkan sampai kelah
sembuh sendiri.
b. Luka bakar yang luas
Tindakan pertolongan : Tutup bagian-bagian yang terbakar dengan lembaran
sofratulle dan kain yang bersih sedemikian rupa hingga bagian itu tidak
berhubungan langsung dengan udara. Hal ini guna mencegah kuman-kuman
yang ada diudara.
Baringkan korban dengan kepal lebih rendah dari bagian tubuh lainnya,kemudian
kirim kerumah sakit terdekat. Apabila korban tetap sadar dan dapat menelan, beri
minuman sebanyak mungkin.
c. Luka bakar akibat zat kimia
Tindakan pertolongan : Luka bakar akibat basa keras lebih merusak daripada
akibat asma keras.Kecepatan mengguyur dan membasuh luka bakar akibat zat
kimia sangat menentukan dalam usaha membatasi akibat-akibatnya.
Sambil melepaskan pakaian korban, siramlah bagian yang terbakar dengan air
yang mengalir. Untuk luka bakar yang diakibatkan oleh asam keras ( air
keras,asam cuka pekat etc) cukup diguyur dengan air mengalir atau dengan
larutan soda kue (kadar 5%) .Sedangkan pada luka bakar akibat basa keras,
selain diguyur dengan air diberi juga larutan cuka dapur untuk menetralkan basa
penyebabnya. Luka bakar akibat fosfor harus segera direndam air.
Perhatian:
Kecuali dalam hal terbakar oleh sinar matahari, luka bakar akibat apapun tidak
boleh diobati dengan zat-zat yang berminyak (misal minyak gemuk,mentega dan sebagainya ).Luka bakar yang
terbuka sebaiknya ditutp dengan lembaran sofratulle dan didesinfeksi dengan larutan Betadine 10 %.
Di dalam instalasi listrik (gardu) dengan tegangan nominal diatas 1kV, paling
sedikit harus tersedia sebuah selimut untuk memadamkan pakaian yang terbakar. Selimut ini sebaiknya terbuat
dari bahan woll atau asbest dan jangan terbuat dari bahan sintetis.
Pada pabrik-pabrik, tempat kerja (workshop) harus selalu tergantung
”PETUNJUK PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN” yang dilengkapi dengan PPPK dikarenakan arus
listrik. Selain itu dianjurkan agar dicantumkan :
3. Apa saja yang dapat kamu lakukan untuk menciptakan kenyamanan lingkungan
belajar di rumah?
4. Apa yang kamu rasakan saat menggunakan aplikasi perangkat lunak dan gim?
5. Apa harapanmu saat kamu mempelajari tentang perangkat lunak dan gim?
Nama Anggota Kelompok
1. _________________
2. _________________
3. _________________
4. _________________
TUGAS Kelompok ;
1. Lihat presentasi yang
ditayangkan oleh guru!
2. Baca dan carilah literatur yang
mendukung presentasi yang
anda amati!
3. Diskusikan dengan kelompok
tentang K3!
4. Buat hasil diskusi di lembar
presentasi
5. Presentasikan di depan kelas!
7 8 9 10
1 Persiapan :
Referensi tentang perkembangan perangkat lunak
dan gim
2 Proses Kerja :
Sistematika kerja
3 Hasil :
a. Pelaporan / makalah
b. Presentasi simulasi
4 Waktu :
Ketepatan waktu penyampaian laporan
Skor Perolehan
Skor Maksimal
Bobot 15 30 40 15 100
Total
Nilai Total =∑ ( )
Keterangan :
Siswa yang belum kompeten maka harus mengikuti pembelajaran remediasi.
Siswa yang cukup kompeten diperbolehkan untuk memperbaiki pekerjaannya
sehingga mencapai level kompeten
11 – 13 hari 8
PEMBELAJARAN REMEDIASI
PEMBELAJARAN PENGAYAAN
a. Belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik diberi tugas pengayaan untuk
dikerjakan Bersama pada dan/atau di luar jam-jam pelajaran sekolah.
b
. Belajar mandiri, yaitu peserta didik diberi tugas pengayaan untuk dikerjakan
sendiri/individual.
c. Pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi/materi yang belum diketahui
peserta didik. Dengan demikian tersedia waktu bagi peserta didik untuk
memperoleh kompetensi/materi baru atau bekerja dalam proyek secara mandiri
sesuai dengan kemampuan masing-masing