Anda di halaman 1dari 17

TOR Biskuit (Biskuit Daun Torbangun) Sebagai MP-ASI Dalam Percepatan Penanganan

Stunting

Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang memerlukan
perhatian serius dan penanganan berkelanjutan. Saat ini di dunia terdapat sekitar 162 juta anak
balita yang mengalami stunting (WHO, 2013). Menurut Dana Darurat Anak-anak Perserikatan
Bangsa-Bangsa (UNICEF) lebih dari separuh anak-anak yang stunting (56%) berada di ASIA
(UNICEF, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan perkembangan pada
anak yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi yang berulang, dan simulasi psikososial yang tidak
memadai. Apabila seorang anak memiliki tinggi badan lebih dari -2 standar deviasi median
pertumbuhan anak yang telah ditetapkan oleh WHO, maka ia dikatakan mengalami stunting.

Sejak masa kehamilan, baru lahir, dan periode emas (golden age), anak membutuhkan asupan
gizi seimbang dan nutrisi lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Bukan hanya
untuk kesehatan otak, namun juga kesehatan fisik, mental, emosional, dan kognitif.
Maka dari itu, orang tua harus memenuhi kebutuhan gizi anak dengan lengkap, yaitu berikan si
Kecil makanan sehat setiap hari, susu, vitamin, dan suplemen makanan bila perlu. Orang tua juga
harus waspada pada penyebab anak tidak mau makan. Jangan sampai anak tidak nafsu makan
hingga memicu kurang gizi atau malnutrisi.

Kekurangan gizi kronis pada anak dalam waktu lama akan berisiko stunting dan
wasting. Bayi berisiko terpapar banyak penyakit berbahaya, penyakit menular, infeksi akibat
mikroorganisme, kerusakan usus, diare, atau gangguan pertumbuhan lainnya tanpa gejala pada
usia 3-5 bulan hingga semakin terlihat pada usia 6-18 bulan.
Bila tidak segera mendapat penanganan medis atau dibiarkan, itu dapat berdampak buruk pada
pertumbuhan anak. Dapat memicu gizi buruk, stunting, atau wasting, terlebih lagi akibat
penyakit tanpa gejala yang mungkin anak alami.

Masalah stunting di Indonesia adalah ancaman serius yang memerlukan penanganan yang
tepat. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun
2019, prevelensi stunting di Indonesia mencapai 27,7%. Artinya, sekitar satu dari empat anak

1
balita (lebih dari delapan juta anak) di Indonesia mengalami stunting. Angka tersebut masih
sangat tinggi jika dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu 20%.

Dalam upaya penanganan stunting di Indonesia, pemerintah sendiri sudah menargetkan


Program Penurunan Stunting menjadi 14% pada tahun 2024 mendatang. Memenuhi target
tersebut merupakan sebuah tantangan besar bagi pemerintah dan rakyat Indonesia di tengah
pandemi ini. Terlebih lagi, aktivitas di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) kurang maksimal saat
ini. Padahal, Posyandu adalah tonggak utama pemantau tumbuh kembang balita pada lingkup
wilayah yang lebih kecil.

Selain itu, kondisi ekonomi di Indonesia selama pandemi berlangsung sedang tidak baik-baik
saja. Di tengah angka kemiskinan dan pengangguran yang kian meningkat, tak dapat dipungkiri
bahwa peningkatan terhadap prevelensi stunting di Indonesia mungkin saja terjadi. Faktor
ekonomi keluarga berkaitan erat dengan terjadinya stunting pada anak. Hal ini karena kondisi
ekonomi seseorang memengaruhi asupan gizi dan nutrisi yang didapatkannya.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2018), prevalensi balita pendek di Sumatera Utara
sebesar 32,4%. Angka ini lebih tinggi dari standar nasional yaitu sebesar 30,8%. Sementara
prevalensi stunting di Kota Medan sebesar 17,4%. Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan
Belawan, stunting pada anak balita merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat.
Proporsi anak stunting di Kelurahan Bagan deli sebesar 10,37%, dan anak dengan gizi buruk
(bawah garis merah) sebesar 2,9%. Angka ini cukup tinggi dan perlu mendapat perhatian serius.
Faktor risiko yang mendasari terjadinya stunting bersifat multifaktorial, dan penyebab terbesar
adalah malnutrisi khronis pada 1000 hari kehidupan.

Sebanyak 550 anak di Kota Medan terdata mengalami stunting. Dari jumlah itu, Kecamatan
Medan Belawan tercatat sebagai kecamatan yang paling banyak menyumbangkan status stunting.
Pasalnya, dari 550 anak stunting di Kota Medan, 142 diantaranya berada di Kecamatan Medan
Belawan. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya yang dapat menekan angka stuting. Salah satu
upay yang dapat dilakukan ialah Pemanfaatan Biskuit Daun Torbangun sebagai MP-ASI Dalam
Upaya Penanganan Stunting Pada Bayi 12-18 Bulan. Diharapkan dengan upaya ini,
permasalahan stunting dapat teratasi.

2
A. Apa Itu TOR Biskuit?
Masalah stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan
dengan meningkatnya risiko kesakitan,kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik
monorik maupun mental. Berdasarkan angka kejadian Stunting yang terdata di
Kecamatan Medan Belawan yang sangat tinggi maka pemerintah menetapkan suatu
upaya untuk menangani tingginya angka stunting dengan Pemanfaatan Biskuit Daun
Torbangun sebagai MP-ASI dalam upaya penanganan stunting pada bayi 12-18 bulan.

1. Pengertian TOR Biskuit


TOR Biskuit (Biskuit Daun Torbangun) adalah sejenis kue kering yang terbuat dari
hasil ekstrak daun torbangun yang sudah menjadi bubuk yang dipadukan dengan
beberapa bahan pilihan berkualitas lainnya.

2. Manfaat TOR Biskuit


Adapun manfaat TOR Biskuit (Biskuit Daun Torbangun) ini antara lain :

1) Membantu meningkatkan daya tahan tubuh atau anti body pada Balita
2) Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak/balita
3) Membantu mencukupi nutrisi yang dibutuhkan anak/balita.

B. Apa Hubungan TOR Biskuit Dengan Penanganan Stunting?


Pada Progream Matching Fund 2022, pemerintah telah menyetujui program
pemanfaatan TOR Biskuit (Biskuit Daun Torbangun) dalam upaya penanganan stunting
di daerah yang menjadi sasaran penelitian oleh Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
yang bekerja sama dengan Nurjannah Bakery.
Dalam program ini, daerah Kecamatan Medan Belawan menjadi sasaran karena
Kecamatan tersebut tercatat sebagai kecamatan yang paling banyak menyumbangkan
status stunting. Pasalnya, dari 550 anak stunting di Kota Medan, 142 diantaranya berada
di Kecamatan Medan Belawan. Faktor lain yang menjadi alasan mengapa belawan
menjadi target sasaran dalam program ini salah satunya adalah faktor sanitasi yang buruk

3
(tingakat kepadatan,jumlah anggota keluarga,dan pengetahuan)serta pengetahuan ibu
dalam pemenuhan gizi bayi.
Berdasarkan data diatas, diperlukan upaya untuk menekan angka kejadian
stunting, namun masih terdapat tingginya angka stunting. Oleh karena itu, Universitas
Sari Mutiara Indonesia Medan ikut serta berpartisipasi dalam penanganan Stunting
dengan memanfaatkan bahan alam yaitu Daun Torbangun yang diolah menjadi biskuit
sebagai MP-ASI pada bayi 12-18 bulan untuk memenuhi kecukupan nutrisi yang
dibutuhkaan dalam tumbuh kembang pada bayi.

4
Pelatihan Pembuatan TOR Biskuit (Daun Torbangun)

Pembuatan Biskuit dari Daun Torbangun merupakan salah satu inovasi yang
dikembangkan dari hasil uji penelitian pengusul. Masyarakat sudah sangat mengenal daun
Torbangun yang popular dikonsumsi pada ibu paska melahirkan yang dipercaya mampu
meningkatkan jumlah ASI. Setelah diteliti kandungan daun torbangun ternyata memiliki
manfaat lain untuk meningkatkan status nutrisi pada anak-anak.

Masyarakat perlu mendapatkan pemahaman lebih lengkap tentang kandungan dan


pengolahan daun torbangun menjadi biskuit. Biskuit merupakan produk makanan yang
digemari oleh anak-anak. Diharapkan biskuit dari bahan alami yaitu Daun Torbangun dapat
dioptimalkan manfaatnya. Masyarakat dan khususnya karyawa pembuat kue dari Nurjannah
Bakery mampu megngolah daun torbangun menjadi biskuit.

Dalam pelaksanaan pemanfaatan Daun Tor Bangun ini, Universitas Sari Mutiara Indonesia
Medan bekerja sama dengan Nurjannah Bakery untuk melakukan pelatihan pembuatan biskuit
dari daun torbangun guna menambah wawasan untuk kelangsungan proses pembuatan dan
membantu kelancaran target Tim Pelaksana dalam penanganan Stunting pada bayi 12-18
Bulan. Kegiatan ini juga dibarengi dengan pembagian biskuit dari daun torbangun kepada bayi
12-18 bulan di empat wilayah pilihan (Belawan I, Belawan II, Sicanang, Bagan Deli) dari
wilayah Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara.

Hal inilah yang menjadi latar belakang pelaksanaan Pelatihan Pembuatan Biskuit
dari Daun Torbangun Sebagai MP-ASI Dalam Upaya Penanganan Stunting Pada
Bayi 12-18 Bulan di empat wilayah pilihan (Belawan I, Belawan II, Sicanang, Bagan
Deli) dari wilayah Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara Tahun 2022.

Dalam rangka mencegah stunting pada bayi 12-18 bulan tersebut, pelatihan
pembuatan biskuit dari daun torbangun sangat penting. Karyawan Nurjannah Bakery
diharapkan mampu membantu mencegah Stunting pada bayi 12-18 bulan dan
meningkatkan perilakunya dalam hal pemahaman dalam pemberian makanan bergizi
yang membantu tumbuh kembang anak khususnya bagi para Ibu dan bayi 12-18
bulan. Adapun beberapa hal yang perlu diketahui oleh para ibu menyusui adalah
sebagai berikut:

5
1. Ibu menyusui memahami tentang apa yang dimaksud dengan Stunting.

2. Ibu menyusui memahami apa saja pengaruh perilaku, makanan, lingkungan, dan
ekonomi bagi kesehatan bayi 12-18 bulan.
3. Ibu menyusui memahami masalah-masalah kesehatan bayi yang sering terjadi
atau dihadapi oleh bayi salah satunya Stunting.
4. Ibu menyusui memahami faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kesehatan bayi
usia 12-18 bulan.
5. Ibu menyusui memahami apa saja pengaruh daun torbangun dalam upaya
penanganan stunting pada bayi 12-18 bulan.
6. Ibu menyusui memahami bagaimana cara pembuatan biskuit daari daun
torbangun.

Adapun target dari pelaksanaan pelatihan pembuatan biskuit dari daun


torbangun ini diharapkan sasaran mampu memahami dan mampu mengolah daun
torbangun menjadi biskuit.

Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan biskuit dari daun torbangun


ini diharapkan sasaran mampu memahami tentang cara memproduksi (pembuatan)
biskuit dari daun torbangun, yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah karyawan
Nurjannah Bakery, elemen masyarakat umum, populasi kunci, bayi 12-18 Bulan di
empat wilayah pilihan (Belawan I, Belawan II, Sicanang, Bagan Deli) dari wilayah
Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara.
Pelaksanaan kegiatan Pelatihan Pembuatan Biskuit dari Daun Torbangun Sebagai MP-
ASI Dalam Upaya Penanganan Stunting Pada Bayi 12-18 Bulan di empat wilayah pilihan
(Belawan I, Belawan II, Sicanang, Bagan Deli) dari wilayah Belawan, Kota Medan,
Sumatera Utara Tahun 2022 yaitu pembuatan biskuit dari daun torbangun secara langsung
bersama tim mitra kerja Nurjannah Bakery disajikan pada hasil di bawah ini.

6
Pembuatan Biskuit dari Daun Torbangun secara langsung bersama tim mitra kerja
Nurjannah Bakery

Pada tahapan ini, tim pelaksana bersama dengan mitra kerja nurjannah bakery
menjelaskan tahapan – tahapan pada proses pembuatan biskuit daun torbangun
dan mempraktikkan secara langsung kepada sasaran kegiatan

Gambar 1. Proses mencampurkan seluruh adonan hingga kalis biskuit daun torbangun

Gambar 2. Proses pencetakan adonan biskuit daun torbangun

7
Gambar 3. Proses pemanggangan adonan biskuit daun torbangun

Gambar 4. Proses pengemasan biskuit daun torbangun

Workshop Pangan Lokal

Workshop pangan lokal bagi masyarakat menjadi kegiatan yang dibutuhkan untuk
memberikan pemahaman bagi masyarakat bahwa pangan lokal dapat menjadi sumber Makanan
Pendamping ASI yang sangat membantu status gizi dan mengatasi stunting. Masyarakat menjadi
mampu mengolah dan mengkonsumsi pangan lokal yang menjadi makanan tinggi kandungan
gizi terutama wilayah Sumatera Utara dengan beragam hasil pangan lokal yang lebih ekonomis.

Salah satu pangan lokal yang terkenal di Sumatera Utara yaitu Daun Torbangun.
Sehingga hasil olahan daun torbangun dapat meningkatkan konsumsi makanan sehat yang
membantu mencegah stunting pada bayi usia 12-18 tahun. Dengan dilakukannya kegiatan
pelatihan Workshop Pangan Lokal ini, diharapkan masyarakat menyadari dan mengolah pangan
lokal, serta adanya peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengenal pangan lokal yang
berpotensi sebagai makanan pengganti ASI.

Berikut perencanaan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan kegiatan


Pelatihan Workshop Pangan Lokal antara lain :

1. Melakukan observasi dan studi pendahuluan di daerah yagn ditentukan


2. Bekerjasama dengan Mitra dalam merekrut dan mendata calon peserta
3. Melakukan pre-test untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang pangan lokal yang
dapat menjadi MP-ASI
4. Menjelaskan dan mengajarkan tentang pangan lokal sebagai MP-ASI

8
5. Menjelaskan potensi daun torbangun sebagai pangan lokal yang bisa menjadi MP-ASI
6. Melakukan post-test.
7. Melakukan survey kepuasan terhadap pelatihan.
8. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan.

Narasumber pada pelatihan ini adalah ahli gizi dari Universitas Negeri Medan dengan
peserta yang diperlukan sebanyak 15 orang.

Berikut Gambaran Kegiatan Pelatihan Workshop Pangan Lokal yang sudah terlaksana dengan
Narasumber Ahli Gizi dari Universitas Negeri Medan.

9
10
11
Lokakarya Masyarakat Pemanfaatan Biskuit Daun Torbangun sebagai MP-ASI

Lokakarya bagi masyarakat tentang Biskuit dari Daun Torbangun yang merupakan salah
satu inovasi yang dikembangkan dari hasil uji penelitian pengusul. Masyarakat sudah sangat
mengenal daun Torbangun yang popular dikonsumsi pada ibu paska melahirkan yang dipercaya
mampu meningkatkan jumlah ASI. Setelah diteliti kandungan daun torbangun ternyata memiliki
manfaat lain untuk meningkatkan status nutrisi pada anak-anak.

Masyarakat perlu mendapatkan pemahaman lebih lengkap tentang kandungan dan


pengolahan daun torbangun menjadi biskuit. Biskuit merupakan produk makanan yang digemari
oleh anak-anak. Diharapkan biskuit dari bahan alami yaitu Daun Torbangun dapat dioptimalkan
manfaatnya. Masayarakat dan khususnya karyawa pembuat kue dari Nurjannah Bakery mampu
megngolah daun torbangun menjadi biskuit.

Dengan dilakukannya kegiatan Pelatihan Lokakarya Pemanfaatan Biskuit Daun


Torbangun ini, diharapkan masyarakat memahami manfaat biskuit daun torbangun, serta adanya
peningkatan pengetahuan peserta tentang manfaat dan pentingnya konsumsi biskuit daun
torbangun.

Berikut perencanaan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan kegiatan


Pelatihan Lokakarya Pemanfaatan Biskuit Daun Torbangun antara lain :

1. Melakukan observasi dan studi pendahuluan di daerah yagn ditentukan


2. Bekerjasama dengan Mitra dalam merekrut dan mendata calon peserta
3. Melakukan pre-test untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang biskuit daun
torbangun
4. Menjelaskan manfaat dan kandungan biskuit daun torbangun
5. Melakukan post-test tentang biskuit daun torbangun
6. Melakukan survey kepuasan terhadap pelatihan
7. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan

Narasumber pada pelatihan ini adalah ahli gizi dari Puskesmas Sunggal dengan peserta
yang diperlukan sebanyak 25 orang.

12
Berikut Gambaran Kegiatan Pelatihan Lokakarya Pemanfaatan Biskuit Daun Torbangun
yang sudah terlaksana dengan Narasumber Ahli Gizi dari Puskesmas Sunggal :

13
Antropometri Deteksi Dini Stunting

Pada tahun 2022 ini, pemerintah sedang gencar untuk melakukan menurunkan prevalensi
stunting hingga 14% pada tahun 2024 mendatang. Salah satu aspek penting untuk mendeteksi
stunting pada anak adalah dengan mengukur tinggi badan, dan melakukan tes antropometri. Maka
penting untuk program ini sangat penting untuk mengindentifikasi kondisi kejadian stunting dan
resiko stunting pada bayi usia 12-18 bulang.

Antropometri akan dilakukan sebelum pemberiaan biskuit daun torbangun dan setelah
pemberian biskuit daun torbangun selama 3 bulan. Pada kegiatan ini juga termasuk pembagian
biskuit daun torbangun dan pemantauan konsumsi biksuit daun torbangun. Tujuan dilakukannya
kegiatan Pengukuran Antropometri Deteksi Dini Stunting ini yaitu mendeteksi dan memantau
kondisi stunting pada bayi usia 12-18 bulan, serta mengidentifikasi pengaruh pemberian biskuit
daun torbangun pada bayi usia 12-18 bulan.

Berikut perencanaan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan kegiatan


Pengukuran Antropometri Deteksi Dini Stunting antara lain :

1. Melakukan diskusi dan persiapan bersama tim Puskesmas yang telah ditentukan
2. Bekerjasama dengan kader posyandu untuk menginformasikan kegiatan deteksi stunting pada
bayi 12-18 bulan
3. Menjelaskan tentang stunting dan penanganannya kepada ibu dan masyarakat
4. Melakukan pemeriksaan Berat Badan, Panjang Badan/Tinggi Badan, dan klinis serta tumbuh
kembang bayi usia 12-18 bulan
5. Ahli gizi/ dokter menyimpulkan status stunting

14
6. Memberikan biskuit daun torbangun kepada ibu
7. Menjelaskan manfaat dan tujuan konsumsi biskuit daun tobangun
8. Meminta ibu memberikan biskuit secara teratur kepada bayi
9. Memantau konsumsi biskuit daun torbangun setiap 1 bulan
10. Monitor dan Evaluasi kembali setelah konsumsi biskuit selama 3 bulan
11. Melaporkan hasil antropometri
12. Mengirimkan artikel dari hasil Antropometri dan Pemberian biskuit pada jurnal International
Bereputasi

Narasumber dan tenaga ahli pada pengukuran antropometri ini adalah Dokter dari
Puskesmas Payageli dengan peserta yang diperlukan 60 bayi usia 12-18 bulan, dan Ibu dengan
bayi usia 12 bulan.

Berikut Gambaran Kegiatan Pengukuran Antropometri Deteksi Dini Stunting yang sudah
terlaksana dengan Narasumber Dokter dari Puskesmas Payageli :

15
16

Anda mungkin juga menyukai