Abstract
Planning is the first function in management as a first step before moving to the
next action. Planning as a guide in the implementation of education.
Educational planning is very important and urgent that must be applied to
Christian educational institutions. Planning provides direction for the institution
to achieve the vision. In fact, in the observed Christian educational institutions,
educational planning has not been made as a necessity that should be carried out
before implementing educational programs at the institution. One of the reasons
is that educational planners at these institutions still do not understand the
planning process comprehensively. The stages of conducting educational
planning are: (1) determine the goals, (2) researching the problem to be carried
out, (3) collect the necessary data and information, (4) determine a series of
actions to be taken, (5) formulating ways to solve problems, (6) determine the
human resources that will be involved, and (7) determine how to control and
evaluate the plan. Therefore, educational planning must be used as a key factor
for Christian educational institutions in determining their goals as an
educational institutions that are characterized by Bible teachings as the
foundation.
Keywords: planning, educational planning, christian educational institutions
Abstrak
Perencanaan merupakan fungsi pertama dalam manajemen sebagai langkah
awal yang harus dilakukan sebelum melangkah ketahap selanjutnya.
Perencanaan sebagai pedoman dan petunjuk dalam penyelenggaraan pendidikan
pada setiap institusi pendidikan. Perencanaan pendidikan merupakan sesuatu
yang sangat penting dan urgen yang harus diterapkan pada lembaga pendidikan
Kristen. Perencanaan memberikan arah bagi lembaga mencapai visi dan tujuan
yang telah ditetapkan. Perencanan akan menjadi matang dan baik jika
memenuhi tahapan yang harus diterapkan dalam membuat perencanaan.
Kenyataanya pada lembaga pendidikan Kristen yang diobservasi, perencanaan
pendidikan belum dijadikan sebagai keharusan yang semestinya dilakukan
sebelum dilaksanakan program pendidikan di lembaga tersebut. Salah satu
penyebabnya para perencana pendidikan di lembaga tersebut masih kurang
memahami proses perencanaan secara komprehensif. Adapun tahapan
melakukan perencanaan pendidikan adalah: (1) menentukan tujuan yang akan
dicapai, (2) meneliti masalah yang akan dilakukan, (3) mengumpulkan data dan
informasi yang diperlukan, (4) menentukan serangkaian tindakan yang akan
dilakukan, (5) merumuskan cara pemecahan masalah, (6) menentukan SDM
yang akan terlibat, dan (7) menentukan cara pengendalian dan evaluasi rencana.
Oleh karena itu, perencanaan pendidikan haruslah dijadikan sebagai key faktor
bagi lembaga pendidikan Kristen dalam menentukan tujuannya dan
JURNAL DINAMIKA PENDIDIKAN
Vol.14, No.3, November 2021
Pendahuluan
Pada sebuah lembaga pendidikan, perencanaan adalah langkah strategis dari seluruh proses
pendidikan yang dilakukan. Demikian juga halnya pada lembaga pendidikan Kristen
seharusnya menempatkan perencanaan sebagai prioritas sebelum melanjutkan ke tahap
pelaksanaan program-program pendidikan. Perencanaan pendidikan itu menuntun kepada
arah yang lebih jelas dalam usaha proses penyelenggaraan pendidikan, maka manajemen dari
lembaga pendidikan itu akan dapat terlaksana secara lebih efektif dan efisien (Sahnan, 2017).
Mutu lembaga pendidikan dapat dilihat dari ketercapaian delapan komponen Standar
Pendidikan Nasional sebagaimana yang tertera pada Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20
Tahun 2003 Bab IX pasal 35 ayat 1. Kedelapan komponen tersebut meliputi standar isi,
strandar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.
Setiap lembaga pendidikan Kristen juga menjadikan kedelapan komponen tersebut sebagai
acuan dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam rangka mencapai agar mutu lembaga
sesuai dengan standar nasional pendidikan maka haruslah terlebih dahulu diawali dengan
adanya sebuah perencanaan. Perencanaan menjadi pedoman tentang hal-hal apa saja yang
harus dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan Kristen untuk mencapai visi dan tujuan
serta menunjukkan tingkat pencapaian mutu pendidikan sesuai standar nasional pendidikan.
Berdasarkan pengamatan dan kondisi yang terjadi di beberapa daerah di wilayah Sumatera
Utara khususnya, beberapa lembaga pendidikan Kristen kurang diminati oleh masyarakat.
Ketika dilakukan wawancara dengan orangtua yang hendak mendaftarkan anaknya ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mereka mengatakan lebih memilih sekolah swasta lain
yang lebih bagus kualitasnya dibandingkan sekolah Kristen yang menurut mereka kurang
bagus secara kualitas. Padahal seharusnya, lembaga pendidikan Kristen menjadi wadah yang
tepat bagi anak-anak yang beragama Kristen, dimana mereka dapat diajari dan diperlengkapi
secara akademik dan terlebih lagi dalam pembinaan karakter secara Kristiani.
Selain itu, pada lembaga pendidikan Kristen yang dikelola oleh negara maupun yang dikelola
oleh swasta, sering terjadi kegiatan-kegiatan yang dinilai kurang efektif dan efisien. Ketika
akan dilakukan pelaksanaan satu kegiatan terkadang terburu-buru dan kurang dipersiapkan
secara matang jauh-jauh hari sebelumnya. Kondisi ini menyebabkan pelaksanaan kegiatan
tidak berjalan dengan baik, ada saja kendala-kendala yang terjadi. Seharusnya kendala
tersebut dapat diminimalisir dengan membuat perencanaan dengan matang dan detail. Dari
hasil observasi lapangan dan wawancara yang dilakukan ditemukan bahwa ada beberapa
sekolah yang tidak memiliki Renstra (Rencana Strategis) maupun RPS (Rencana
Pengembangan Sekolah) atau RPPS (Rencana Pengembangan Program Sekolah) dan bahkan
ada sekolah yang tidak memiliki visi dan misi. Kondisi ini sesuatu yang cukup
memprihatinkan. Padahal seharusnya visi harus ada memberikan arah yang jelas kepada
organisasi. Jika visi tidak ada, maka dapat diasumsikan bahwa lembaga itu tidak memiliki
arah dalam menjalankan organisasinya. Hal ini menjadi sebuah indikasi bahwa sekolah
maupun lembaga tidak melakukan perencanaan yang matang di awal tahun ajaran. Padahal
dokumen perencanaan tersebut menjadi acuan di dalam melaksanakan program-program
pendidikan di lembaga tersebut.
Tahap pengontrolan, pengendalian dan evaluasi juga sering sekali diabaikan. Begitu selesai
tahap pelaksanaan kegiatan, tidak dilakukan evaluasi terhadap perjalanan dan pelaksanaan
kegiatan. Padahal seharusnya kegiatan evaluasi itu sangat penting untuk dilakukan yang
tujuannya memberikan masukan terhadap pencapaian sasaran yang telah ditetapkan yang
tentunya dokumen perencanaan dijadikan sebagai indikator hasil evaluasi. Hasil evaluasi
akan memberikan penilaian apakah sasaran tercapai atau tidak. Selain itu hasil evaluasi juga
akan menjadi feed back dan cerminan untuk melakukan kegiatan-kegiatan selanjutnya. Untuk
memaksimalkan peran kehadiran lembaga pendidikan Kristen di tengah masyarakat perlu
dilakukan terobosan baru sehingga lembaga tersebut dapat menjadi rujukan mendampingi
masyarakat menjawab permasalahan-permasalah pendidikan yang ada. Oleh karena itu
lembaga pendidikan Kristen harus mengevaluasi diri apakah tujuan, visi dan misinya sudah
seperti yang seharusnya yaitu bercirikan karakter Kristus menjadikan ajaran Alkitab sebagai
dasar menjalankan kegiatan operasional lembaga. Terkait hal itu sangatlah perlu dilakukan
perencanaan yang benar-benar matang yang mengarahkan lembaga pendidikan Kristen
kepada pencapaian visi yang seharusnya. Satu hal yang paling perlu adalah semua komponen
SDM (Sumber Daya Manusia) yang terlibat di dalamnya haruslah memiliki pemahaman
yang sama tentang visi dan misi lembaga sehingga setiap orang melakukan bagian masing-
masing dengan satu gerakan untuk mewujudkan visi lembaga secara bersama-sama.
Karya tulis ini dibuat dengan tujuan untuk mengeksplorasi tentang urgensi perencanaan
pendidikan pada lembaga pendidikan Kristen. Selain itu juga bertujuan untuk menguraikan
langkah-langkah dalam melakukan perencanaan pendidikan sebelum dilakukan pelaksanaan
program-program pendidikan pada lembaga pendidikan Kristen. Karya tulis ini akan
bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, dapat menambah pengetahuan
tentang bagaimana melakukan perencanaan pendidikan pada lembaga pendidikan Kristen.
Secara praktis, dapat meningkatkan keterampilan pimpinan sekolah maupun pengelola
lembaga pendidikan Kristen dalam melakukan perencanaan pendidikan. Melalui hasil studi
ini diharapkan khususnya pengelola, pimpinan lembaga pendidikan Kristen dapat
meningkatkan mutu atau kualitas sekolah yang dipimpinnya sehingga dapat bertahan
menjadi sekolah favorit bagi masyarakat pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan agar efektif dan efisien,
perencanaan adalah sesuatu yang sangat penting dilakukan. Perencanaan memberikan
arahan dan pedoman dalam mencapai suatu tujuan (Rusdiana dan Nasihudin, 2019).
Merencanakan mempunyai arti membuat rencana. Merencanakan pada dasarnya
menentukan kegiatan yang hendak dilaksanakan pada waktu yang akan datang. Perencanaan
yang baik adalah perencanaan yang paling mungkin untuk dilaksanakan (Somantri, 2014).
Perencanaan adalah langkah pertama dan utama yang harus dilakukan dalam fungsi
manajemen. Tanpa adanya perencanaan fungsi manajemen yang lain tidak dapat dilakukan.
Perencanaan ini memberikan arahan yang jelas, sehingga pada waktu yang ditentukan tujuan
yang sudah ditetapkan dapat tercapai dan terealisasi. Dalam perencanaan mencakup
komponen-komponen seperti (1) sesuatu yang berhubungan dengan masa depan, (2)
seperangkat kegiatan, (3) proses yang sistematis, dan (4) hasil serta tujuan tertentu yang
hendak dicapai. Perencanaan merupakan serangkaian proses menuju satu tujuan yang
hendak dicapai (Sarbini dan Neneng Lina, 2011). Dalam perencanaan ada tiga kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya yaitu: (a) perumusan yang ingin
dicapai, (b) pemilihan program untuk mencapai tujuan, dan (c) identifikasi dan pengarahan
sumber yang jumlahnya selalu terbatas (Aedi, 2015). Konsep ini menjelaskan bahwa
perencanaan adalah sesuatu yang wajib, harus, dan urgent untuk dilakukan untuk
mengarahkan lembaga kepada pencapaian tujuan.
Aedi juga mengemukakan beberapa tujuan dari perencanaan yaitu (1) sebagai upaya
optimalisasi atau pemetaan sumber daya sesuai hasil analisis internal maupun eksternal, (2)
sebagai panduan pelaksanaan, (3) sebagai gambaran komprehensif kegiatan-kegiatan dan
keterkaitannya, (4) sebagai tolak ukur atau arahan dalam pencapaian tujuan, (5) sebagai alat
untuk meminimalisir atau mengantisipasi berbagai kemungkinan kesulitan atau
permasalahan yang timbul, (6) untuk mendeterminasi pembiayaan, waktu dan tenaga kerja
yang diperlukan, dan (7) sebagai standar pengawasan. Dengan menyempurnakan fungsi
perencanaan dalam manajemen, tentunya yang diharapkan adalah supaya tujuan maupun
visi dari lembaga pendidikan Kristen dapat tercapai secara efektif dan efisien. Perencanaan
pendidikan sangatlah penting karena berfungsi sebagai arah kegiatan dan target-targetnya di
masa depan sehingga kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan tersebut berjalan dengan
tertib dan tujuan dari organisasi atau lembaga dapat tercapai (Permana, 2019).
Melakukan perencanaan pada sebuah lembaga pendidikan bukanlah hal yang mudah. Untuk
menentukan hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam rangka mencapai visi lembaga
memerlukan daya analisis yang kuat dari perencana. Perencana juga harus mengetahui segala
sesuatu kondisi yang terjadi terkait dengan topik yang sedang direncanakan. Dalam
Perencanaan pendidikan merupakan acuan, arahan, petunjuk dan pedoman dalam membuat
suatu keputusan, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan pendidikan, mengarahkan
dalam mengembangkan kualitas pendidikan, memenuhi akuntabilitas lembaga pendidikan
serta mempersiapkan alternatif kebijaksanaan untuk kegiatan masa depan dalam
pembangunan pendidikan (Rahmadani, 2019). Perencanaan pendidikan memberikan
kejelasan arah dalam usaha proses penyelenggaraan pendidikan. Dengan kejelasan arah ini
manajemen usaha pendidikan akan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien.
Demikian juga halnya pada lembaga pendidikan Kristen, perencanaan pendidikan
memegang peranan penting dalam mengarahkan lembaga dan menuntun membuat
kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaan setiap kegiatan yang direncanakan yang tujuannya
adalah merealisasikan tujuan lembaga.
Peran penting dari pencanaan adalah memberikan kemampuan dalam membuat keputusan.
Pengambilan keputusan merupakan memilih salah satu alternatif diantara alternatif lainnya
(Nababan, 2020). Dengan perencanaan ada sebuah kesempatan untuk memilih berbagai
alternatif atau pilihan yaitu solusi paling baik atau memilih kombinasi cara yang terbaik
(Kasmawati, 2019). Dalam membuat keputusan, perencana memerlukan informasi-informasi
yang akurat terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan. Sehingga, dengan beberapa
informasi yang diperoleh, akan membantu dalam membuat keputusan. Keputusan yang
dibuat menjadi keputusan yang sangat tepat, dan hal itu menjadi acuan dalam melaksanakan
kegiatan yang sedang direncanakan.
Fungsi perencanaan dalam manajemen pendidikan merupakan master plan yang digunakan
sebagai alat ukur keefektifan, keefisienan, dan produktivitas dari suatu institusi pendidikan
tersebut, sehingga keberadaannya sangat krusial dalam menentukan kualitas pendidikan itu
sendiri (Aedi, 2015). Pernyataan ini menegaskan bahwa dokumen perencanaan sebagai
master plan dari lembaga pendidikan Kristen digunakan untuk mengevaluasi apakah program-
program yang dilakukan terlaksana secara efektif dan efesien, tepat guna dan tepat sasaran.
Maksudnya adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh lembaga harus dilakukan evaluasi
dan penilaian, meninjau ulang dan menilai serta memastikan bahwa setiap kegiatan adalah
tepat dilakukan dalam rangka mencapai keberhasilan merealisasikan tujuan atau visi dari
lembaga tersebut. Oleh karena itu, program yang dilakukan bukan merupakan kegiatan yang
hanya sekedar memenuhi tuntutan kurikulum yang berlaku secara nasional maupun regional,
tetapi setiap program haruslah diarahkan kepada pencapaian tujuan lembaga yang ditetapkan
di awal tahun ajaran maupun tujuan atau visi yang ditetapkan dalam masa periode tertentu.
Dari sekian banyak fungsi perencanaan yang dikemukakan oleh Udin Syaifudin dan Abin
Syamsuddin dalam bukunya dikatakan bahwa perencanaan pendidikan berfungsi sebagai alat
untuk memusatkan perhatian pada kehidupan masyarakat yang lebih luas (Syaefuddin, Udin
dan Abin Syamsuddin, 2011). Pernyataan ini sangat menarik, karena perencanaan dibuat
tidak hanya untuk mencapai tujuan pribadi atau kelompok tetapi mencapai tujuan yang
dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Hal ini merupakan point penting yang
harus menjadi perhatian pada lembaga pendidikan Kristen. Rumusan visi atau tujuan yang
ditetapkan dituntut tidak hanya sekedar mencakup tujuan internal lembaga tetapi merupakan
visi global yang tujuannya adalah memberikan manfaat dan dampak yang besar bagi
masyarakat pendidikan maupun masyarakat umum.
Lembaga pendidikan Kristen adalah lembaga sekolah yang bercirikan berkarakter Kristen.
Pada umumnya, lembaga-lembaga pendidikan Kristen yang ada di Indonesia memiliki ciri
khas tersendiri yaitu menjadikan ajaran Kristus yang ada dalam kitab suci Alkitab menjadi
fondasi dalam menjalankan segala kegiatan yang ada di lembaga tersebut. Sebagai sebuah
lembaga pendidikan yang merupakan bentuk organisasi tentunya lembaga pendidikan
Kristen memiliki visi yang akan dicapai. Untuk mencapai visi tersebut maka harus ada misi
yang dilakukan. Misi adalah langkah-langkah konkret yang akan dilakukan dalam rangka
mencapai visi. Dalam menentukan misi sangat diperlukan kemampuan dalam
merencanakan. Misi merupakan perencanaan dalam rangka mencapai visi/ tujuan yang
sudah ditentukan dalam jangka waktu tertentu.
Perencanaan dalam lembaga pendidikan Kristen dapat menjadikan Nehemia sebagai panutan
(Alkitab, 2015). Proses perencanaan yang dilakukan oleh Nehemia dijelaskan dalam Kitab
Nehemia pasal 1 dan pasal 2. Dalam pasal 1 ayat 2-3 dikatakan bahwa Nehemia memperoleh
informasi dari saudaranya Hanani tentang tembok Yerusalem yang sudah terbongkar dan
pintu-pintu gerbangnya telah terbakar serta orang-orang yang tinggal di Yerusalem
mengalami penderitaan. Lalu di pasal 2 ayat 5b dikatakan Nehemia “utuslah aku ke Yehuda,
ke kota pekuburan nenek moyangku, supaya aku membangunnya kembali. Membangun kota
yang sudah tidak utuh lagi dengan kondisi tembok-tembok yang sudah rusak itulah menjadi
visi dan tujuan dari Nehemia. Visi ini adalah menyangkut kehidupan dan keberlangsungan
orang banyak atau masyarakat yang tinggal di dalam kota Yerusalem.
Nehemia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi ia memiliki visi global. Dari posisi
atau jabatan yang sudah dimilikinya seharusnya ia dapat menikmati hidup yang sudah
tenang di istana raja Artahsasta (Nehemia 2: 1). Namun, ia begitu prihatin dengan kondisi
kampung halamannya yang sudah hancur serta saudara-saudaranya yang mengalami
penderitaan di kota itu. Visi global yang dimiliki berasal dari kesadarannya bahwa ia hidup
adalah untuk memberikan manfaat atau dampak bagi orang lain atau masyarakat. Maka,
sejak didengarkannya situasi tentang kotanya, Nehemia menyusun sebuah perencanaan
penting tentang apa yang akan dia lakukan untuk membangun kota Yerusalem yang sudah
rusak.
Ketika Nehemia membuat perencanaan itu, ia terlebih dahulu melakukan doa dan puasa
(Nehemia 1:1-11). Nehemia melibatkan campur tangan Tuhan Yang Maha Kuasa dalam
setiap perencanaan dan tahapan selanjutnya. Nehemia melakukan itu dengan kesadaran
bahwa ia sendiri tidak akan sanggup memperbaiki kembali tembok Yerusalem yang sudah
hancur, sehingga ia memohon pertolongan Tuhan yang akan memampukannya dan
menuntunnya memberikan solusi terhadap segala kesulitan yang akan terjadi. Tindakan
Nehemia ini menjadi satu teladan bagi perencana maupun pengelola yang ada di lembaga
pendidikan Kristen. Dalam melakukan tahap perencanaan haruslah melibatkan campur
tangan Tuhan yang memampukan setiap pengelola membuat perencanaan yang matang
dalam rangka merelasisasikan visi dan tujuan lembaga yang berkarakter Kristen.
Pemulihan kembali tembok Yerusalem tidak hanya sekedar mencapai tujuan memperbaiki
atau membangun kembali tembok yang sudah hancur. Namun, pembangunan tembok itu
akan diikuti dengan perbaikan sistem kehidupan yang ada di kota Yerusalem. Masyarakat
akan merasa nyaman tinggal di dalam kota tanpa ada gangguan dari pihak lain. Selain itu
penduduk dapat beribadah di bait Allah dengan tenang dan damai. Perencanaan yang
dilakukan oleh Nehemia sangatlah berdampak luas dan memberikan manfaat penting bagi
kelangsungan hidup masyarakat Yerusalem pada waktu itu. Tuhan ingin supaya umatNya
merasakan hidup damai, tenteram, dan masyarakat dapat menikmati hidup yang lebih
berkualitas.
Demikian juga halnya pada lembaga pendidikan Kristen yang memiliki kekhasan dan
keunikan yang membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya. Lembaga pendidikan
Kristen tentulah yang bercirikan dengan nilai-nilai kristiani dimana ajaran Kristus lah yang
menjadi landasan dalam menjalankan setiap kegiatan operasional lembaga. Perencanaan
yang dilakukan adalah mewujudkan visi global. Lembaga pendidikan Kristen haruslah
mengarahkan tujuannya kepada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Tidak hanya
sekedar memiliki tujuan untuk memiliki siswa-siswa atau guru-guru yang berprestasi, tetapi
lebih dari itu adalah menjadikan siswa-siswa generasi bangsa sebagai agen perubahan yang
kelak akan menjadi pemimpin di tengah-tengan masyarakat maupun bangsa dan negara.
Selain itu, lembaga pendidikan Kristen juga dituntut sebagai fasilitator ditengah masyarakat,
mampu memberikan solusi mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Lembaga pendidikan Kristen berperan memperkenalkan karakter Kristus bagi siswa-siswi
yang dipercayakan oleh orangtua untuk dididik di lembaga tersebut. Selain itu, setiap
komponen yang ada pada lembaga Kristen baik pimpinan, guru, pegawai maupun komite
sekolah dituntut untuk berperilaku seperti karakter Kristus. Hal ini harus terlihat jelas dalam
rumusan visi dan misi yang dimiliki oleh lembaga pendidikan Kristen. Selanjutnya langkah-
langkah apa saja yang akan dilakukan oleh lembaga dalam rangka merealisasikan visi nya
harus terlihat dengan jelas dalam strategi-strategi yang direncanakan.
Perencanaan harus dilakukan sebagai tahap permulaan yang harus dilakukan mengawali
aktivitas selanjutnya. Perencanaan dilakukan dengan memikirkan dan memilih serangkaian
tindakan yang ditujukan dalam rangka merealisasikan maksud dan tujuan yang ingin dicapai.
Sahnan mengutip pendapat H.A.R Tilaar disampaikan bahwa langkah-langkah melakukan
perencanaan adalah sebagai berikut: (1) menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak
dicapai; (2) meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan; (3)
mengumpulkan data-data atau informasi-informasi yang diperlukan, (4) menentukan
tahapan-tahapan atau rangkaian tindakan, (5) merumuskan bagaimana masalah-masalah
akan dipecahkan dan bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu harus diselesaikan, (6) menentukan
siapa yang akan melakukan dan apa yang mempengaruhi pelaksanaan dari tindakan
tersebut, dan (7) menentukan cara bagaimana mengadakan perubahan dalam penyusunan
rencana (Sahnan, 2017).
Tahapan proses perencanaan yang diuraikan di atas dapat menjadi rujukan dalam melakukan
perencanaan pada lembaga pendidikan Kristen. Hal ini bertujuan supaya lembaga benar-
benar diarahkan kepada pencapaian suatu tujuan yang bercirikan kekristenan. Didalam
pernyataan tujuan (vision statement) haruslah menjadikan ajaran Alkitab sebagai ciri khas yang
didalamnya secara tersirat maupun tersurat keinginan untuk melakukan apa yang
dikehendaki oleh Tuhan. Selain ajaran Alkitab sebagai dasar penentuan tujuan juga didukung
oleh undang-undang yang mengatur tentang tujuan pendidikan nasional. Tujuan yang
dirumuskan haruslah berupa satu pernyataan, masuk akal, dapat dicapai, serta dapat diukur
dalam batas waktu tertentu. Pernyataan tujuan ini sering disebut dengan visi. Pernyataan visi
dibuat berdasarkan keinginan yang akan terjadi di masa depan. Keinginan itu dapat timbul
dari keadaan yang terjadi sekarang ini. Pengelola lembaga tentulah menghendaki adanya
peningkatan kualitas pendidikan di masa mendatang dibandingkan yang sudah ada sekarang
ini.
Penetapan tujuan ini sejalan dengan pendapat Udin Syaifudin dan Abin Syamsuddin yang
mengemukakan empat hal yang menyangkut perencanaan pendidikan, yaitu: (a) tujuan yang
akan dicapai dalam perencanaan, (b) keadaan yang terjadi sekarang, (c) alternatif pilihan
kebijakan dan prioritas dalam mencapai tujuan, dan (d) strategi penentuan cara yang terbaik
untuk mencapai tujuan (Syaefuddin, Udin dan Abin Syamsuddin, 2011). Sehingga sangat
jelas sekali bahwa keadaan yang terjadi sekarang ini sangat menentukan tujuan apa yang
akan dicapai di masa depan. Selanjutnya dalam mencapai tujuan tersebut, ditentukanlah
langkah-langkah stategis. Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mencapai tujuan
atau visi sering disebut dengan misi. Misi atau strategi yang akan dilakukan dipilih
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti kemampuan lembaga dalam melakukannya
dan pihak-pihak yang akan terlibat dalam mencapai tujuan yang telah dibuat.
Sedangkan menurut Banghart dan Trull sebagaimana yang dikutip oleh Udin Syaeifudin dan
Abin Syamsuddin (2011) diuraikan secara sederhana beberapa tahapan yang semestinya
dilalui dalam penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain:
1) Tahap need assesment, yaitu melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau taksiran
yang diperlukan dalam proses pembangunan atau pelayanan pembelajaran di setiap
satuan pendidikan. Dengan kata lain tahap ini adalah melakukan analisa kebutuhan
terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan tujuan dari lembaga. Kajian awal ini
sangat penting dan harus dilakukan secara teliti. Kajian yang dilakukan terkait dengan
pencapaian program-program sebelumnya, sumber daya atau fasilitas-fasilitas yang
tersedia, hal apa saja yang akan dilakukan, dan memperkirakan tantangan atau kesulitan
apa saja yang kemungkinan dapat terjadi di masa mendatang.
2) Tahap formulation of goals and objective, yaitu melakukan dan merumuskan dalam bentuk
pernyataan tentang tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Dalam tahap ini lembaga
pendidikan Kristen menetapkan visinya, tujuan dan sasarannya berdasarkan hasil kajian
awal tentang analisa kebutuhan layanan pendidikan yang diperlukan.
3) Tahap policy and priority setting, yaitu membuat rancangan prioritas kebijakan-kebijakan
yang akan dilakukan dalam merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan. Kebijakan
yang diprioritaskan dapat dirumuskan sebagai strategi dasar layanan pendidikan yang
jelas dan real serta dapat dilaksananakan.
4) Tahap program and project formulation, yaitu merumuskan program-program real dan
proyek pelaksanaan kegiatan operasional perencanaan pendidikan, yang menyangkut
layanan pedidikan pada aspek akademik dan non akademik.
5) Tahap feasibility testing, yaitu melakukan uji kelayakan terhadap setiap sumber daya yang
tersedia yang meliputi sumber daya internal dan eksternal, sumber daya manusia, dan
juga sumber daya material. Apabila perencanaan disusun berdasarkan sumber daya yang
tersedia secara cermat dan akurat, akan menghasilkan tingkat kelayakan rencana
pendidikan yang baik.
6) Tahap plan implementation, yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan. Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusianya seperti kepala sekolah, guru, komite sekolah, karyawan, dan
siswa. Selain komponen SDM tersebut, keberhasilan juga ditentukan oleh sistem atau
pola kerjasama antar unsur dalam satuan pendidikan sebagai suatu tim kerja (team work)
yang handal. Melakukan kontrol atau pengawasan dan pengendalian kegiatan selama
proses pelaksanaan atau implementasi program layanan pendidikan haruslah dilakukan
secara periodik. Sangat perlu dipastikan bahwa seluruh komponen SDM yang ada di
lembaga pendidikan Kristen memiliki pemahaman yang sama tentang tujuan, visi dan
misi dari lembaga. Sehingga seluruh komponen akan melakukan bagian masing-masing,
memiliki satu kesatuan dan kegerakan mencapai visi dan misi dari lembaga. Pimpinan
lembaga dapat melakukan sosialisasi dan mendengung-dengungkan secara terprogram
tentang visi dan misi kepada seluruh komponen SDM yang ada di dalam lembaga
tersebut.
7) Tahap evaluation and revision for future plan, yaitu kegiatan untuk menilai (mengevaluasi)
tingkat keberhasilan pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan. Tahapan ini
dilakukan sebagai feedback (masukan atau umpan balik), dan selanjutnya dilakukan revisi
program untuk rencana layanan pendidikan berikutnya yang lebih baik. Kegiatan
evaluasi dilakukan setelah selesai pelaksanaan atau implementasi dari perencanaan
program. Hasil evaluasi akan bermanfaat memberikan penilaian apakah tujuan atau visi
yang telah ditetapkan semula telah tercapai. Jika sudah tercapai perlu dipertahankan
atau ditingkatkan program-program yang sangat bermanfaat, jika visi tidak tercapai
sepenuhnya perlu dilakukan analisa kendala-kendala apa saja yang menjadi penghambat
dalam mencapai visi lembaga.
Dalam membuat perencanaan lembaga pendidikan Kristen harus didasarkan dengan tujuan
yang jelas, sederhana, realistis, dapat terukur dan praktis. Perencanaan yang dibuat juga
harus dibuat secara rinci dan menguraikan secara jelas kegiatan dan rangkaian tindakan yang
akan dilakukan. Hal ini dilakukan supaya ada arahan untuk dipedomani dengan mudah dan
dijalankan. Dalam pengimplementasian kegiatan lembaga harus bersifat fleksibel dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi dan situasi yang terjadi.
digitalisasi sekarang ini, serta turut serta berperan secara aktif mempersiapkan generasi
manusia yang cerdas, berintelektual dan berkarakter. Supaya semua harapan itu dapat
terwujud tentulah harus ada perencanaan matang yang dilakukan sebagai pedoman dan
ketentuan melaksanakan semua kegiatan yang mengarah kepada pencapaian visi dan tujuan
lembaga.
Perencanaan pendidikan adalah langkah awal yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan
kegiatan pendidikan pada lembaga pendidikan Kristen. Perencanaan menjadi acuan, arahan,
petunjuk dan pedoman dalam membuat keputusan, mengarahkan dan mengendalikan
kegiatan pendidikan. Perencanaan pendidikan memberikan kejelasan arah dalam usaha
proses penyelenggaraaan pendidikan. Pada lembaga pendidikan Kristen perencanaan
pendidikan memegang peranan penting dalam mengarahkan lembaga dan menuntun
membuat kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaan setiap kegiatan yang tujuannya adalah
merealisasikan tujuan lembaga. Tanpa perencanaan yang baik dan matang adalah sebuah
kemustahilan untuk mencapai dan merealisasikan visi dan tujuan dari lembaga secara efektif
dan efesien. Perencanaan pendidikan harus dijadikan sesuatu yang urgen dan sangat penting.
Perencanaan menolong lembaga pendidikan Kristen untuk mampu mengikuti perkembangan
teknologi di era digitalisasi sehingga lembaga pendidikan Kristen berdampak luas bagi
internal dan eksternal lembaga. Oleh karena itu, sangat disarankan agar pimpinan lembaga
dapat melakukan perencanaan pendidikan dengan mengikuti tahapan-tahapan dalam
membuat perencanaan, sehingga apa yang direncanakan dapat memberi arah dan pedoman
yang jelas dalam mewujudkan visi dan tujuan lembaga. Lembaga pendidikan Kristen secara
khusus dapat menjadikan kisah Nehemia yang melibatkan Tuhan Yang Maha Kuasa dalam
melakukan perencanaan. Hal yang penting juga harus diperhatikan bahwa dalam menyusun
perencanaan harus melibatkan seluruh komponen SDM yang ada dalam lembaga sebagai
suatu tim kerja yang secara bersama-sama mewujudkan visi, misi dan tujuan dari lembaga.
Referensi
Permana, dkk. (2019). Perencanaan Pendidikan, Konsep dan Kajian Pendekatan Manpower
Planning. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://digilib.univetbantara.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=4255
Rahmadani, dkk. (2019). Siklus Perencanaan Pendidikan. Jurnal Sabilarrsyad. 4(1), 13-23.
https://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/sabilarrasyad/article/view/708
Ropianto, Muhammad, dkk. (2017). Optimization of Strategic Planning Organization in the
Framework of Achievement Objectives of Education. Advances in Social Science,
Education and Humanities Research (ASSEHR). In the proceedings of 2nd International
Conference on Education, Science, and Technology (ICEST 2017), 149 (2). pp. 149-151.
https://www.atlantis-press.com/proceedings/icest-17/25884936