Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

PENGEMBANGAN KANTIN PKWU


“YASA WASKITHA” DI SMA NEGERI 1
TUNJUNGAN
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 1 TUNJUNGAN
Jl. Gatot Subroto km. 4 Blora Telp. (0296) 531564
E-mail : sman1tunjungan.blora@gmail.com - (0296) 531564
BLORA
2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

Kewirausahaan dalam pendidikan merupakan kerja keras yang


terus-menerus yang dilakukan pihak sekolah terutama kepala sekolah
dalam menjadikan sekolahnya lebih berkualitas (Sarina dkk 2019).
Konsep kewirausahaan meliputi usaha melihat dengan cermat peluang-
peluang, melihat setiap unsur institusi sekolah adanya sesuatu yang baru
atau inovatif, menggali sumber daya secara realistik dan dapat
dimanfaatkan, mengendalikan resiko, mewujudkan kesejahteraan
(benefits) dan mendatangkan keuntungan financial (profits). Benefits
danprofits ini terutama dilihat untuk kepentingan peserta didik, guru-guru
dan kepala sekolah.
Unit usaha dan unit produksi merupakan bagian dari
kewirausahaan yang perlu diwujudkan dan dikembangkan di lembaga
pendidikan tingkat sekolah, agar bisa memberikan bekal dan kemandirian
bagi siswa yang menjadi tanggung jawab bersama antara kepala sekolah
dan guru. Unit usaha merupakan bentuk kegiatan yang mampu
menghasilkan keuntungan, misalnya menjahit, penjualan, koperasi, dan
sebagainya.Sedangkan unit produksi adalah kegiatan yang mampu
mengolah dan menghasilkan suatu barang, seperti beternak ayam petelur
dan pedaging, bertanam sayuran, menjahit, dan sebagainya.
Kewirausahaan yang dapat dikembangkan di SMAN 1 Tunjungan, antara
lain : unit usaha dan unit produksi. Unit usaha berupa koperasi siswa, dan
koperasi guru, sedangkan unit produksi berupa bertanam sayuran dan
pengolahan limbah plastik. Dari kedua unit kewirausahaan tersebut
dapat dikembangkan sesuai dengan visi dan misi
sekolah, tidak mengganggu kegiatan rutin sekolah.
Tujuan umum penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang
pengembangan kewirausahaan SMAN 1 Tunjungan. Sedangkan tujuan
khusus penelitian, yaitu mendeskripsikan tentang : 1) Bagaimana
pengembangan kewirausahaan unit usaha di SMAN 1 Tunjungan; 2)
Bagaimana pengembangan kewirausahaan unit produksi di SMAN 1
Tunjungan.

Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan biasa disebut juga kewiraswastaan. Dari dua
istilah itu dapat dijelaskan bahwa makna wira berarti berani atau berjiwa
kepahlawanan, swa artinya sendiri, usaha artinya cara-cara yang
dilakukan dan sta artinya berdiri. Jadi kewiraswastaan dapat diartikan
seorang kepala sekolah yang berjiwa kewirausahaan adalah mereka yang
memiliki keberanian, berjiwa kepahlawanan dan
mengembangkan cara-cara kerja yang mandiri.
Menurut Lupiyodi dan Wacik (1998) yang dikutip dalam buku
manajemen pendidikan kejuruan karangan tim dosen administrasi
pendidikan universitas pendidikan Indonesia (2008) menyatakan bahwa
memang realitasnya wiraswasta itu sama dengan wirausaha yakni
berusaha keras menunjukkan sifat-sifat keberanian, keutamaan dan
keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan
sendiri. Meskipun demikian, wirausaha dan wiraswasta dapat
dibedakan, yaitu wirausaha memiliki visi pengembangan usaha,
kreativitas dan daya inovasi, sedangkan wirasasta tidak memilikinya
(Kristiawan dkk, 2018).
Menjadi wirausahawan berarti memiliki kemauan dan
kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang, mengumpulkan
sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh
keuntungan dari peluang itu.Mereka berani mengambil risiko yang telah
diperhitungkan dan menyukai tantangan dengan risiko
moderat.Wirausahawan percaya dan teguh pada dirinya dan
kemampuannya mengambil keputusan yang
tepat.Kemampuan mengambil keputusan inilah yang merupakan ciri
khas dari wirausahawan. Menurut Febrianto (2012), mengemukakan
bahwa ciri-ciri kewirausahaan antara lain 1) Ingin mengatasi
sendiri kesulitan dan persoalan- persoalan yang timbul pada dirinya; 2)
Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan
dan kegagalan; 3) Memiliki tanggungjawab personal yang tinggi; 4)
Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan; dan 5) Menyukai
tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.
Karakteristik kewirausahaan meliputi tiga dimensi, yakni inovasi,
pengambilan risiko dan proaktif. Sifat inovatif berorientasi pada
pengembangan produk dan jasa yang meliputi upaya sadar untuk
menciptakan tujuan tertentu, memfokuskan perubahan pada potensi sosial
ekonomi organisasi berdasarkan pada kreativitas dan intuisi individu.
Pengambilan risiko mengacu pada kemauan aktif untuk mengejar
peluang.Sedangkan dimensi proaktif mengacu pada sifat asertif dan
implementasi teknik pencarian peluang “pasar” yang terus-menerus dan
bereksperimen untuk mengubah lingkungannnya.
Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan memiliki ciri-ciri yakni:1)
penuh percaya diri, dengan indikator penuh keyakinan, optimis, disiplin,
berkomitmen dan bertanggungjawab; 2) memiliki inisiatif, dengan
indikator penuh energi, cekatan dalam bertindak dan aktif; 3) memiliki
motif berprestasi dengan indikator berorientasi pada hasil dan
berwawasan ke depan; 4) memiliki jiwa kepemimpinan dengan indikator
berani tampil beda, dapat dipercaya dan tangguh dalam bertindak; dan 5)
berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan.
Menurut Hakim (1998), ada empat unsur yang membentuk pola
dasar kewirausahaan yang benar dan luhur, yaitu:1) sikap mental;
2)kepemimpinan; 3) ketatalaksanaan dan 4) keterampilan. Dengan
demikian, wirausahawan harus memiliki ciri atau sifat tertentu sehingga
dapat disebut wirausahawan. Secara umum, seorang wirausahawan
perlu memiliki ciri percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani
mengambil risiko, memiliki jiwa kepemimpinan, orisinalitas dan
berorientasi masa depan.
Dengan demikian, wirausaha dalam konteks persekolahan adalah
seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem
kegiatan suatu lembaga yang bebas dari keterikatan lembaga lain.
Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan dinamika
kegiatan di sekolah akan datang dari kepala sekolah yang memiliki jiwa
wirausaha. Wirausaha adalah orang yang mempunyai tenaga dan
keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif.Wirausaha juga
memiliki kemauan menerima tanggung jawab pribadi dalam
mewujudkan keinginan yang dipilih.
Seorang wirausaha memiliki daya inovasi yang tinggi, dimana
dalam proses inovasinya menunjukkan cara-cara baru yang lebih baik
dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan tugas kepala
sekolah, kebanyakan di antaranya tidak menyadari keragaman dan
keluasan bidang yang menentukan tindakannya guna memajukan
sekolah.Mencapai kesempurnaan dalam melakukan rencana
merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan
merupakan sasaran yang realistik bagi kebanyakan kepala sekolah yang
berjiwa wirausaha.Bagi kepala sekolah yang realistik hasil yang dapat
diterima lebih penting daripada hasil yang sempurna.Setiap orang
termasuk kepala sekolah yang kreatif dan inovatif adalah individu yang
unik dan spesifik.

Peran kantin sekolah terhadap kesehatan

Setiap peserta didik berada di sekolah untuk waktu yang cukup


lama. Bagi sekolah reguler, mereka berada di sekolah antara 5 s.d
8 jam. Selama berada di sekolah, tentu mereka membutuhkan asupan
makanan yang cukup. Di sinilah peran kantin sekolah menjadi
fasilitas pendukung yang sangat penting. Keberadaan kantin,
warung, atau apapun namanya yang mendukung proses pendidikan
di sekolah, mutlak dibutuhkan. Tanpa kehadiran kantin sekolah, maka
warga sekolah akan mencari tempat lain untuk memenuhi
kebutuhan makanannya.

Asupan makanan tentunya sangat menentukan kesehatan siswa dan


kesiapan fisiknya dalam mengikuti proses pembelajaran. Terlebih
karakteristik kesehatan peserta didik SMA menunjukkan

2
kebutuhan khusus. Usia peserta didik tingkat SMA adalah usia
remaja. Indikator kesehatan remaja bukan hanya dilihat dari fisik,
melainkan juga kognitif, psikologis, dan sosial. Periode remaja ini
merupakan windows of opportunity kedua yang sangat sensitif
dalam menentukan kualitas hidup saat menjadi individu dewasa,
termasuk dalam melahirkan generasi selanjutnya.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, dari


remaja usia 16 s.d. 18 tahun, diketahui 8,1 % memiliki kondisi kurus
dan sangat kurus, dan 13,5% memiliki prevalensi berat badan lebih
dan obesitas. Dari aspek gizi, diketahui 26,9% memiliki status gizi
rendah dan sangat rendah. Pada Riskesdas tahun 2018 juga
disebutkan, anemia pada remaja putri mencapai 48,9%, dengan
proporsi paling besar terjadi pada kelompok umur 15 s.d. 24 tahun
dan 25 s.d. 34 tahun.

Remaja usia SMA lebih banyak menghabiskan waktu siang


harinya di sekolah. Oleh karena itu, pemenuhan gizi harian mereka
bergantung pada ketersediaan makanan di kantin sekolah atau di
lingkungan sekitar sekolah. Dengan mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang kemudian diperbarui dengan PP No. 32 Tahun
2013 Pasal 42 A y a t 2, sekolah wajib menyediakan ruang kantin.

Kantin di SMA harus dapat menyediakan makanan yang dibutuhkan


siswa sesuai dengan kebutuhan gizi harian remaja. Mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 Tahun 2014 tentang Pedoman
Gizi Seimbang, dijelaskan mengenai anjuran jumlah porsi menurut
kecukupan energi untuk kelompok umur 16 s.d. 18 tahun adalah
sebagai berikut:

3
Tabel 1.1 Tabel Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi Kelompok
Usia 16-18 Tahun

Anak Remaja laki- Anak Remaja Pe-


Bahan Makanan
laki (2675 kkal) rempuan (2125 kkal)
Nasi 8 p 5 p
Sayuran 3 p 3 p
Buah 4 p 4 p
Tempe 3 p 3 p
Daging 3 p 3 p
Minyak 6p 5p
Gula 2p 2p
Keterangan: p = Porsi. Rincian porsi dapat dilihat pada sumber.
Sumber: Permenkes No. 41 Tahun 2014

Selain aspek kecukupan gizi, kantin sekolah juga memiliki


peran untuk menyediakan makanan dan minuman yang
sehat dan baik bagi seluruh warga sekolah. Kehadiran
kantin sehat di sekolah dapat mengontrol penyediaan
makanan sehat bagi warga sekolah. Hal ini akan lebih
sulit dilakukan apabila sekolah tidak memiliki kantin yang
memadai karena warga sekolah akan mencari alternatif
sumber makanan mereka di luar sekolah yang belum
terjamin sebagai makanan sehat.

Peran kantin sekolah dalam proses pendidikan

Selain perannya sebagai tempat penyediaan makanan


sehat sebagai pemenuhan gizi harian warga sekolah, kantin
juga dapat menjadi sumber belajar bagi siswa, baik dalam
penguatan karakter

maupun pencapaian kompetensi mata pelajaran yang relevan.


Peran kantin dalam aspek pendidikan, yaitu di antaranya:

• Kantin dapat digunakan sebagai sumber dan bahan belajar


tentang makanan dan minuman yang baik dan sehat ;

• Kantin dapat digunakan sebagai sumber dan media


pembelajaran bagaimana transaksi keuangan berjalan;

• Kantin dapat digunakan sebagai laboratorium pendidikan


kewirausahaan untuk peserta didik;

• Kantin menjadi tempat penerapan pendidikan karakter di


antaranya perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, hidup
bersih, dan lain sebagainya;

• Kantin dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk


menguatkan pencapaian kompetensi peserta didik pada
berbagai mata pelajaran, di antaranya ekonomi, akuntansi,
kimia, biologi, pendidikan jasmani dan kesehatan, dan mata
pelajaran lainnya.

Selain hal-hal tersebut di atas, tentu masih banyak lagi peran


kantin dalam aktivitas pendidikan di sekolah. Setiap sekolah dapat
menjadikan kantin sebagai fasilitas pendidikan dalam bentuk
praktik kehidupan nyata dan sebagai sarana pembelajaran bagi
peserta didik.

Hal ini jelas menunjukkan bahwa kantin memiliki peran yang


sangat strategis dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Kondisi kantin sekolah saat ini

Fakta bahwa kantin memiliki peran penting sebagai


penyedia asupan gizi warga sekolah dan sebagai
fasilitas pendidikan, memang tak terbantahkan. Namun,
pada kenyataannya tidak semua sekolah memiliki kantin.
Kendatipun memiliki kantin, akan tetapi belum memadai.
Baik dari segi sarana prasarana, ketersediaan makanan dan
minuman, maupun sistem pengelolaan kantin sekolah yang
baik.
Kantin Sehat SMA

Bagi sekolah yang tidak memiliki kantin, persoalan yang


mereka hadapi, antara lain:
• Tidak tersedia tempat lagi di lahan sekolah yang
dapat digunakan sebagai kantin;
• Keterbatasan prasarana ruang yang dapat digunakan
sebagai kantin;
• Keterbatasan dana pengelolaan dan operasional kantin;
• Keterbatasan sumber daya manusia untuk mengelola kantin.

7
Pengembangan kewirausahaan unit usaha di SMAN 1 Tunjungan
Kewirausahaan hendaknya diberikan sejak dini dengan cara melihat dunia nyata di luar ruang
kelas, seperti melihat proses produksi di pabrik, bengkel, bank, atau sentra kerajinan. Naluri
kewirausahaan harus dibangun sejak dini dari keluarga.Kepala sekolah dan guru bekerja keras untuk
mencapai keberhasilan dan guru sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
Unit usaha kantin PKWU “Yasa Waskitha” di SMAN 1 Tunjungan adalah kantin yang didirikan
oleh sekolah. Kantin “PKWU “Yasa Waskitha” SMAN 1 Tunjungan mempunyai struktur organisasi:
Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab, Guru PKWU sebagai koordinator dan dibantu oleh Guru
BK, serta 1 orang pegawai. Kantin PKWU “Yasa Waskitha” menyediakan makanan sehat selain makan
berat dan minuman sehat, seperti roti, bakso, dimsum, aneka jus buah, dan lain-lain. Selain itu, kantin
PKWU “Yasa Waskitha” sebagai wadah untuk menyalurkan hasil praktik pengolahan murid. Secara rutin
dan terjadwal, murid menitipkan makanan dan minuman hasil praktiknya untuk dijual di kantin ini. Untuk
pendapatan dari kantin Kantin PKWU “Yasa Waskitha” antara 1-2 juta per bulan.

Gambar . Kantin PKWU SMAN 1 Tunjungan


DAFTAR PUSTAKA
1. Agus, Nurtanio P. 2012. Optimalisasi Kinerja Kepala Sekolah. http://staff.uny.ac.id.pdf
2. Aidis, Ruta, Saul Estrin, dan Tomasz Mickiewicz. 2008. Institutions andEntrepreneurship.
Development in Russia: A Comparative Perspective.http://igup.urfu.ru
3. Anonim. 2012. Manajemen- Kewirausahaan. http://www.sarjanaku.com.html.
4. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:Rineka
Cipta.
5. Babson. 2012. Develop Your Skills as a Passionate, Self-Motivated Entrepreneur Within A
Close-Knit Driven Community. http://www.babson.edu

Anda mungkin juga menyukai