1
BAB I
PENDAHULUAN
Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan biasa disebut juga kewiraswastaan. Dari dua
istilah itu dapat dijelaskan bahwa makna wira berarti berani atau berjiwa
kepahlawanan, swa artinya sendiri, usaha artinya cara-cara yang
dilakukan dan sta artinya berdiri. Jadi kewiraswastaan dapat diartikan
seorang kepala sekolah yang berjiwa kewirausahaan adalah mereka yang
memiliki keberanian, berjiwa kepahlawanan dan
mengembangkan cara-cara kerja yang mandiri.
Menurut Lupiyodi dan Wacik (1998) yang dikutip dalam buku
manajemen pendidikan kejuruan karangan tim dosen administrasi
pendidikan universitas pendidikan Indonesia (2008) menyatakan bahwa
memang realitasnya wiraswasta itu sama dengan wirausaha yakni
berusaha keras menunjukkan sifat-sifat keberanian, keutamaan dan
keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan
sendiri. Meskipun demikian, wirausaha dan wiraswasta dapat
dibedakan, yaitu wirausaha memiliki visi pengembangan usaha,
kreativitas dan daya inovasi, sedangkan wirasasta tidak memilikinya
(Kristiawan dkk, 2018).
Menjadi wirausahawan berarti memiliki kemauan dan
kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang, mengumpulkan
sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh
keuntungan dari peluang itu.Mereka berani mengambil risiko yang telah
diperhitungkan dan menyukai tantangan dengan risiko
moderat.Wirausahawan percaya dan teguh pada dirinya dan
kemampuannya mengambil keputusan yang
tepat.Kemampuan mengambil keputusan inilah yang merupakan ciri
khas dari wirausahawan. Menurut Febrianto (2012), mengemukakan
bahwa ciri-ciri kewirausahaan antara lain 1) Ingin mengatasi
sendiri kesulitan dan persoalan- persoalan yang timbul pada dirinya; 2)
Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan
dan kegagalan; 3) Memiliki tanggungjawab personal yang tinggi; 4)
Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan; dan 5) Menyukai
tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.
Karakteristik kewirausahaan meliputi tiga dimensi, yakni inovasi,
pengambilan risiko dan proaktif. Sifat inovatif berorientasi pada
pengembangan produk dan jasa yang meliputi upaya sadar untuk
menciptakan tujuan tertentu, memfokuskan perubahan pada potensi sosial
ekonomi organisasi berdasarkan pada kreativitas dan intuisi individu.
Pengambilan risiko mengacu pada kemauan aktif untuk mengejar
peluang.Sedangkan dimensi proaktif mengacu pada sifat asertif dan
implementasi teknik pencarian peluang “pasar” yang terus-menerus dan
bereksperimen untuk mengubah lingkungannnya.
Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan memiliki ciri-ciri yakni:1)
penuh percaya diri, dengan indikator penuh keyakinan, optimis, disiplin,
berkomitmen dan bertanggungjawab; 2) memiliki inisiatif, dengan
indikator penuh energi, cekatan dalam bertindak dan aktif; 3) memiliki
motif berprestasi dengan indikator berorientasi pada hasil dan
berwawasan ke depan; 4) memiliki jiwa kepemimpinan dengan indikator
berani tampil beda, dapat dipercaya dan tangguh dalam bertindak; dan 5)
berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan.
Menurut Hakim (1998), ada empat unsur yang membentuk pola
dasar kewirausahaan yang benar dan luhur, yaitu:1) sikap mental;
2)kepemimpinan; 3) ketatalaksanaan dan 4) keterampilan. Dengan
demikian, wirausahawan harus memiliki ciri atau sifat tertentu sehingga
dapat disebut wirausahawan. Secara umum, seorang wirausahawan
perlu memiliki ciri percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani
mengambil risiko, memiliki jiwa kepemimpinan, orisinalitas dan
berorientasi masa depan.
Dengan demikian, wirausaha dalam konteks persekolahan adalah
seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem
kegiatan suatu lembaga yang bebas dari keterikatan lembaga lain.
Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan dinamika
kegiatan di sekolah akan datang dari kepala sekolah yang memiliki jiwa
wirausaha. Wirausaha adalah orang yang mempunyai tenaga dan
keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif.Wirausaha juga
memiliki kemauan menerima tanggung jawab pribadi dalam
mewujudkan keinginan yang dipilih.
Seorang wirausaha memiliki daya inovasi yang tinggi, dimana
dalam proses inovasinya menunjukkan cara-cara baru yang lebih baik
dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan tugas kepala
sekolah, kebanyakan di antaranya tidak menyadari keragaman dan
keluasan bidang yang menentukan tindakannya guna memajukan
sekolah.Mencapai kesempurnaan dalam melakukan rencana
merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan
merupakan sasaran yang realistik bagi kebanyakan kepala sekolah yang
berjiwa wirausaha.Bagi kepala sekolah yang realistik hasil yang dapat
diterima lebih penting daripada hasil yang sempurna.Setiap orang
termasuk kepala sekolah yang kreatif dan inovatif adalah individu yang
unik dan spesifik.
2
kebutuhan khusus. Usia peserta didik tingkat SMA adalah usia
remaja. Indikator kesehatan remaja bukan hanya dilihat dari fisik,
melainkan juga kognitif, psikologis, dan sosial. Periode remaja ini
merupakan windows of opportunity kedua yang sangat sensitif
dalam menentukan kualitas hidup saat menjadi individu dewasa,
termasuk dalam melahirkan generasi selanjutnya.
3
Tabel 1.1 Tabel Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi Kelompok
Usia 16-18 Tahun
7
Pengembangan kewirausahaan unit usaha di SMAN 1 Tunjungan
Kewirausahaan hendaknya diberikan sejak dini dengan cara melihat dunia nyata di luar ruang
kelas, seperti melihat proses produksi di pabrik, bengkel, bank, atau sentra kerajinan. Naluri
kewirausahaan harus dibangun sejak dini dari keluarga.Kepala sekolah dan guru bekerja keras untuk
mencapai keberhasilan dan guru sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
Unit usaha kantin PKWU “Yasa Waskitha” di SMAN 1 Tunjungan adalah kantin yang didirikan
oleh sekolah. Kantin “PKWU “Yasa Waskitha” SMAN 1 Tunjungan mempunyai struktur organisasi:
Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab, Guru PKWU sebagai koordinator dan dibantu oleh Guru
BK, serta 1 orang pegawai. Kantin PKWU “Yasa Waskitha” menyediakan makanan sehat selain makan
berat dan minuman sehat, seperti roti, bakso, dimsum, aneka jus buah, dan lain-lain. Selain itu, kantin
PKWU “Yasa Waskitha” sebagai wadah untuk menyalurkan hasil praktik pengolahan murid. Secara rutin
dan terjadwal, murid menitipkan makanan dan minuman hasil praktiknya untuk dijual di kantin ini. Untuk
pendapatan dari kantin Kantin PKWU “Yasa Waskitha” antara 1-2 juta per bulan.