Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

RHIZOPODA

Disusun oleh:

1. Novirma Yanti : 202106060015

2. Nelson Ruben Viegas : 202106060016

3. Mila Putri Daniati : 202106060019

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS (D.lV)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSTAS KADIRI

2022

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………………………..1

Daftar Isi………………………………………………………………………………………………2

BAB 1 Pendahuluan………………………………………………………………………………3

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………….3

BAB II Pembahasan………………………………………………………………………………4

Definisi Rhizopoda……………………………………………………………………………….4

Ciri – ciri Rhizopoda………………………………………………………………………………


7

Struktur Tubuh Rhizopoda……………………………………………………………………8

Cara Reproduksi Rhizopoda………………………………………………………………….8

Hewan Yang Termasuk Dalam Kelas Rhizopoda……………………………………9

Klasifikasi Rhizopoda………………………………………………………………………….16

Siklus Hidup Rhizopoda………………………………………………………………………17

Morfologi Rhizopoda………………………………………………………………………….19

Cara Penularan Rhizopoda………………………………………………………………….21

Diagnosis Rhizopoda…………………………………………………………………………..23

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………27

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia merupakan hospes enam spesies ameba yang hidup dalam


rongga usus besar yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba coli,
Entamoeba hartmanni, Jodamoeba butschlii, Dientamoeba fragilis,
Endolimax nana, dan satu spesies ameba yang hidup dalam rongga
mulut yaitu Entamoeba gingifalis. Di mana semua spesies Entamoeba
ini hidup sebagai komensal pada manusia kecuali Entamoeba
histolytica.

Selain hidup pada rongga usus besar, golongan Rhizopoda ada pula
yang hidup bebas di air tawar, air laut, atau tempat berlumpur. Di
antara ameba golongan Rhizopoda yang hidup secara bebas (free living
ameba) ada dua genus yang hidup fakultatif dan patogen pada
manusia, yaitu genus Naegleria dan Achantamoeba yang dapat
menyebabkan penyakit Meningitis amebic.

3
BAB II

PEMBAHASAN

RHIZOPODA

Rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhizo = akar, dan podos =
kaki, atau Sarcodina (sarco = daging). Semua protozoa yang tergolong
kelas Rhizopoda bergerak dengan penjuluran sitoplasma selnya yang
membentuk kaki semu (pseudopodia). Bentuk pseudopodia beragam,
ada yang tebal membulat dan ada yang tipis meruncing. Pseupodia
berfungsi sebagai alat gerak dan memangsa makanan. Hewan ini ada
yang bercangkang, contohnya Globigerina dan ada yang telanjang,
contohnya Amoeba proteus. Pada Rhizopoda yang bercangkang,
pseudopodia menjulur keluar dari cangkang. Cangkang tersusun dari
silica atau kalsium carbonat. Cangkang berukuran 0,5 mm (Anonimous,
2012). Kaki semu terbentuk karena adanya aliran sitoplasma, sebagai
akibat perubahan sitoplasma dari fase cair (sol) ke fase kental (gel).
Gerak yang ditimbulkannya disebut gerak amoeboid. Contoh Rhizopoda
yang terkenal adalah Amoeba proteus yang umum ditemukan di
perairan tawar (Anonimous, 2012).

Pada tubuh bagian luar terdapat membran sel (membran plasma).


Membran plasma berfungsi sebagai pelindung isi sel, mengatur
pertukaran zat misalnya zat makanan, ekskresi. Alat gerak yang
digunakan adalah dengan membentuk pseudopodia serta dapat
menangkap rangsangan kimia dari luar tubuhnya. Bagian dalam

4
terdapat sitoplasma yang dibedakan menjadi ektoplasma (bagian luar)
dan endoplasma (bagian dalam) (Anonimous, 2012).

Rhizopoda adalah Protozoa yang mempunyai alat gerak berupa kaki


semu (pseudopodia). Salah satu contoh Rhizopoda adalah Amoeba sp.
Manusia merupakan hospes enam spesies ameba yang hidup di rongga
usu besar yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba coli, Entamoeba
hartmanni, Iodamoeba butschilii, Dientamoeba fragilis, Endolimax nana
dan satu spesies yang hidup di mulut, yaitu Entamoeba gingivalis.
Semua ameba ini tidak pathogen, hidup sebagai komensal pada
manusia, kecuali E,histolytica yang menjadi pathogen.

Rhizopoda termasuk protista mirip hewan. Rhizopoda bergerak dan


menangkap makanannya dengan kaki semu (pseudopodia). Tubuh
Rhizopoda bersel tunggal dan bentuk selnya dapat berubah-ubah.
Hewan dari filum ini hidup bebas di air tawar, air laut, atau tempat
berlumpur. menembus lapisan muskularis mukosae, bersarang di
submukosa dan membuat kerusakan yang lebih luas dari pada di
mukosa usus. Akibatnya terjadi luka yang disebut ulkus ameba. Apabila
terjadi infeksi sekunder maka terjadilah proses peradangan Cara
bergerak Amoeba dengan menggunakan kaki semu (pseudopodia) yang
merupakan penjuluran dari sitoplasma. Pseudopodia digunakan untuk
bergerak dan menelan mangsa (makanannya). Beberapa jenis amoeba
membentuk sista dan di dalam sista terjadi pembelahan secara mitasis.
Sista akan dikeluarkan bersama faeses (tinja), kemudian tersebar pada
makanan dan minuman, akhirnya disebarkan oleh lalat (Anonimous,
2012). yang dapat menyebabkan kerusakan lebih meluas di submukosa
dan melebar ke lateral sepanjang sumbu usus, maka kerusakan dapat
menjadi luas sekali sehingga ulkus-ulkus saling berhubungan dan
terbentuk sinus-sinus di bawah mukosa.
5
Bentuk histolitika ditemukan dalam jumlah besar di dasar dan
dinding ulkus. Dengan peristalsis usus, bentuk ini dikeluarkan bersama
isi ulkus ke rongga usus kemudian menyerang lagi mukosa usus yang
sehat atau dikeluarkan bersama tinja. Tinja ini disebut tinja disentri
yaitu tinja yang bercampur lendir dan darah. tempat yang sering
dihinggapi ( predileksi ) adalah sekum, rectum, sigmoid. Seluruh kolon
dan rektum dapat dihinggapi bila infeksi berat. Bentuk klinis yang
dikenal adalah amebiasis intestinal dan amebiasis ekstraintestinal. Pada
proses makan, pseudopodia mengelilingi makanan dan membentuk
vakuola makanan. Di dalam valuola makanan, makanan dicerna. Zat
makanan hasil cernaan dalam vakuola makanan masuk ke dalam
sitoplasma secara difusi. Sedangkan sisa makanan dikeluarkan dari
vakuola keluar sel melalui membrane plasma (Anonimous, 2012).

Rhizopoda berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan biner.


Pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya
kekeringan, Rhizopoda tertentu dapat beradaptasi untuk
mempertahankan hidupnya dengan membentuk kista. Contoh
rhizopoda yang membentuk kista adalah Amoeba. Dalam keadaan
berupa kista, kegiatan hidup Amoeba menjadi tidak aktif. Amoeba akan
menjadi aktif kembali jika kondisi lingkungan sesuai (Anonimous, 2012).
Rhizopoda umumnya hidup bebas di tanah yang lembab dan di
lingkungan yang berair, baik di darat maupun di laut. Rhizopoda
bersifat heterotrof dengan memangsa alga uniselluler, bakteri, atau
protozoa lain (Anonimous, 2012)

6
Ciri-ciri Rhizopoda

a.Rhizopoda berkembang biak secara vegetative dengan membelah diri.

b.Kebanyakan hidupnya di air tawar dan air laut.

c.Makanannya diambil dengan cara fagosit.

d.Hewan ini memiliki kaki semu yang berfungsi sebagai alat gerak dan
penangkap mangsa. kaki semu merupakan penjuluran dari sebagian
protoplasma.

e.Geraknya disebut gerak amoeboid.

f.Di dalam endoplasma terdapat satu atau lebih inti, vakuola makanan
dan vakuola kontraktil. Vakuola kontraktil terdapat pada semua
rhizopoda air tawar.

g.Vakuola makanan berfungsi untuk mencerna makanan sedangkan


vakuola kontraktll berfungsi sebagai alat ekskresi.

h.Vakuola kontraktil juga berfungsi memelihara keseimbangan osmosis


sel sehingga mencegah pengembangan di luar batas yang dapat
mengakibatkan rhizopoda pecah.

i.Pernafasannya dilakukan dengan difusi memakai seluruh permukaan


tubuhnya.

7
Struktur tubuh rhizopoda

Sarcodina / Rhizopoda ialah hewan bersel satu dapat membentuk kaki


semu (Pseudopodia). Rhizopoda termasuk Protista mirip hewan.
Rhizopoda bergerak dan menangkap makanannya dengan kaki semu
(pseudopodia). Tubuh Rhizopoda bersel tunggal dan bentuk selnya
dapat berubah-ubah. Hewan dari filum ini hidup bebas di air tawar, air
laut, atau tempat berlumpur. Rhizopoda ada yang bersifat parasit pada
manusia dan hewan.

Cara Reproduksi Rhizopoda

Rhizopoda berkembang biak secara seksual atau vegetatif dengan


pembelahan biner. Pembelahan biner pada Rhizopoda tidak melalui
tahap-tahap mitosis. Pembelahan dimulai dari membelahnya inti sel
menjadi dua, lalu diikuti oleh pembelahan sitoplasma. Pembelahan inti
tersebut menimbulkan lekukan yang sangat dalam yang lama-lama
akan putus sehingga terjadilah dua sel anak. Kedua sel anak tersebut
akan mengalami pembelahan biner lagi sehingga menjadi empat,
delapan, enam belas sel dan seterusnya. Pada keadaan yang tidak
menguntungkan, Rhizopoda dapat mempertahankan hidupnya dengan
membentuk kista, yaitu dengan tubuh yang inaktif berubah berbentuk
bulat sehingga membran plasmanya menebal untuk melindungi
tubuhnya dari kondisi luar yang jelek. Jika keadaan luar sudah
memungkinkan, misalnya tersedia cukup makanan, maka dinding kisat
tersebut akan percah dan keluarlah Rhizopoda untuk memulai
hidupnya kembali.

8
Hewan yang termasuk dalam kelas Rhizopoda

1. Amoeba

Amoeba berarti hewan yang memiliki bentuk tidak tetap. Struktur


tubuh Amoeba tersusun atas plasmalema, sitoplasma, inti sel (nucleus),
rongga berdenyut (vakuola kontraktil), rongga makanan (vakuola
makanan).

• Plasmalema disebut juga membran sel dan berfungsi melindungi


protoplasma.

• Sitoplasma dibedakan atas ekstoplasma dan endoplasma. Ektoplasma


merupakan lapisan luar sitoplasma yang letaknya berdekatan dengan
membran plasma dan umumnya ektoplasma merupakan bagian dalam
plasma, umumnya bergranula. Didalam endoplasma terdapat 1 inti, 1
vakuola kontraktil, dan beberapa vakuola makanan.

• Inti sel berfungsi mengatur seluruh kegiatan yang berlangsung di


dalam sel.

• Rongga berdenyut (vakuola kontraktil) berfungsi sebagai organ


ekskresi sisa makanan. Vakuola kontraktil juga menjaga agar tekanan
osmosis sel selalu lebih tinggi dari tekanan osmosis disekitarnya.

• Rongga makanan (vakuola makanan) berfungsi sebagai alat


pencernaan. Makanan yang tidak dicernakan akan dikeluarkan melalui
rongga berdenyut.

9
Reproduksi Amoeba berlangsung secara seksual yaitu dengan membela
diri (amitosis) dan pembelahnnya selalu dimulai dari pembelahan inti
melalui penarikan sentrosom.

Berdasarkan tempat hidupnya Amoeba dibedakan menjadi :

a. Ektamoeba

Hidup di luar tubuh organisme (hidup bebas).

Misalnya Amoeba proteus.

b. Entamoeba

Hidup di dalam organisme.

Misalnya pada manusia:

- Entamoeba histolityca

Hidup di dalam usus halus manusia, bersifat parasit dan menyebabkan


penyakit perut (Disentri).

- Entamoeba coli

10
Amoeba ini tidak bersifat parasit jika hidup dalam colon (usus besar
manusia) tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan buang air besar
terus-menerus. Amoeba ini akan bersifat parasit jika berada diluar usus
besar karena mampu menguraikan zat organik menjadi zat anorganik.

- Entamoeba ginggivalis

Hidup dalam rongga mulut dan menguraikan sisa-sisa makanan,


sehingga merusak gigi dan gusi. Contoh lain spesies Rhizopoda adalah
Diflugia dan Entamoeba gingivalis. Kerangka tubuh Diflugia dapat
mengeluarkan selaput lendir sehingga benda-benda lain dapat
melekat. Entamoeba gingivalis dalam gusi rongga mulut yang akan
membusukkan sisa-sisa makanan yang menempel pada celah gigi, efek
dari pembusukan ini dapat merusak gigi.

2. Radiolaria

Radiolaria merupakan organisme laut bertubuh bulat seperti bola dan


memilki banyak duri yang terbuat dari zat kitin dan stonsium sulfat,

11
kerangkanya terbentuk dari kersik. Radiolaria yang mati akan
mengendap yang disebut dengan Lumpur radiolaria yang digunakan
sebagai bahan alat penggosok serta bahan peledak. Contoh genusnya:
Achantometro dan Collosphaera.

3.Arcella

Memiliki rangka luar yang tersusun dari zat kitin. Hewan ini banyak
terdapat di air tawar. Berbentuk seperti piring, dengan satu permukaan
cembung dan permukaan lainnya cekung atau datar, yang ditengahnya
terdapat lubang tempat keluarnya kaki palsu.

4.Difflugia

Hidup di air tawar. Rangka luar diffugia dapat menyebabkan butir-butir


pasir halus dan benda-benda lain dapat melekat.

5.Foraminifera

Foraminifera memiliki rangka luar yang terdiri dari silica atau zat kapur
(mengandung kalsium karbonat). Ukurannya bervariasi antara 0,01 mm
sampai 190 mm dengan berbentuk tabung, bulat atau spiral. Semua
anggota foraminifera ini hidup di laut. Genus yang paling terkenal dari
Foraminifera ini adalah Globigerina, karena lapisan Foraminifera dapat
digunakan sebagai petunjuk dalam pencarian sumber minyak bumi.

Dari kelas Rhizopoda ini dapat dibagi menjadi 4 genus berdasarkan


morfologi dari intinya, yaitu :

1. Genus Entamoeba dengan inti Entamoeba

12
Inti Entamoeba yaitu karisom kecil terletak dibagian tengah inti
(eksentris atau sentris), di sekeliling membran inti terdapat banyak
granula kromatin.

Yang termasuk dalam genus ini ada beberapa spesies, yaitu yang


termasuk dalam genus ini ada beberapa spesies, yaitu:

a. Entamoeba Histolytica

b. Entamoeba coli

c. Entamoeba hartmani

13
d. Entamoeba ginggivalis

2. Genus Endolimax dengan inti Endolimax

Inti Endolimax yaitu kariosomnya besar, dibagian tengah inti, bentuk


tidak beraturan dan dihubungkan dengan membran inti oleh serabut
akromatik, tidak mempunyai kariosom perifer. yang termasuk genus ini
adalah spesies Endolimax nana.

3. Genus Iodamoeba dengan inti Iodamoeba

Inti Iodamoeba yaitu kariosomnya besar terletak dibagian tengah inti


dikelilingi butir-butir akromatik, kromatin perifer tidak ada. yang
termasuk genus ini adalah spesies Iodamoeba butschilii.

4. Genus Dientamoeba

Genus Dientamoeba yaitu parasit kecilhanya terdapat stadium trofozoit


yang mempunyai 2 inti dientamoeba, kariosomnya dibagian tengah inti
terdiri dari beberapa granula kromatin dan membentuk lingkaran yang
dihubungkan dengan membran inti oleh serabut akromatik. yang
termasuk genus ini adalah spesies Dientamoeba fragilis.

Manusia merupakan hospes delapan spesies ameba yang hidup dalam


rongga usus besar yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba dispar,
Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni, Jodamoeba butschlii,
Dientamoeba fragilis, Endolimax nana dan satu spesies ameba yang
hidup dalam mulut, yaitu Entamoeba gingivalis. Semua ameba itu tidak
14
patogen dan hidup sebagai komensal pada manusia, kecuali
E.histolytica.

Amebiasis sebagai penyakit disentri yang dapat menyebabkan kematian


di kenal sejak 460 tahun sebelum masehi oleh Hippocrates. Parasitnya
adalah Entamoeba histolytica pertama kali ditemukan oleh Losch
(tahun 1875) dari tinja disentri seorang penderita di Leningrad, Rusia.
Pada autopsi, Losch menemukan E.histolytica stadium trofozoit dalam
uklus usus besar.

Pada tahun 1893 Quinche dan Roos menemukan E.histolytica staadium


kista, sedangkan Schaudinn (1903) memberi nama spesies entamoeba
histolytica dan membedakannya dengan ameba yang juga hidup dalam
usus besar yaitu Entamoeba coli.

Sepuluh tahun kemudian Walker dan Sellards di Filipina membuktikan


dengan eksperimen pada sukarelawan, bahwa E.histolytica merupakan
penyebab kolitis amebik dan E.coli merupakan parasit komensal dalam
usus besar.

Pada tahun 1979, Brumpt menyatakan bahwa walaupun E.histolytica


dan E.dispar tidak dapat dibedakan secara morfologi, hanya
E.histolytica yang bersifat sebagai patogen. Kedua spesies ini ini
berbeda dalam hal isoenzim, sifat antigen dan genetikanya. Sejak tahun
1993 kedua spesies tersebut secara resmi dibedakan sebagai patogen
(E.histolytica) dan apatogen (E.dispar). untuk membuktikan E.histolytica
sebagai penyebab diare, sekarang digunakan teknik diagnosis dengan
mendeteksi antigen atau DNA/RNA parasitnya.

15
Klasifkasi Rhizopoda

Rhizopoda dibagi dalam 5 ordo antara lain sebagai berikut :

1. Ordo Lobosa

Ciri-cirinya : mempunyai pseudopodia pendek dan tumpul serta


terdapat perbedaan yang jelas antara ektoplasma serta endoplasma.

2. Ordo filose

Ciri-cirinya : mempunyai pseudopodia halus seperti benang dan


becabang-cabang.

3. Ordo foraminifera

Ciri-cirinya : mempunyai pseudopodia panjang dah halus.

4. Ordo helioza

Ciri-cirinya : mempunyai pseudopodia berbentuk benag yang radien


dan antar filamen tidak pernah bersatu membentuk jala atau anyaman.

5 Ordo radiolarian

Cirinya : mempunyai pseudopodia berupa benang-benang halus yang


tersusun radier dan bercabang-cabang membentuk jala (anyaman).

16
Siklus Hidup Rhizopoda

Dalam daur hidupnya,


E.histolytica mempunyai
dua stadium, yaitu
trofozoit dan kista. Bila
kista matang tertelan,
kista tersebut tiba
dilambung masih dalam
keadaan utuh karena
dinding kista tahan
terhadap asam lambung. Di rongga terminal usus halus, dinding kista
dicernakan, terjadi ekskistasi dan keluarlah stadium trofozoit yang
masuk kerongga usus besar. Dari satu kista yang mengandung 4 buah
inti, akan terbentuk 8 buah trofozoit.

Stadium trofozoit berukuran 10-60 mikron (sel darah merah 7 mikron),


mempunyai inti entameba yang terdapat di endoplasma. Ektoplasma
bening homogen terdapat dibagian tepi sel.

Pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma, besar dan lebar seperti


daun, dibentuk dengan mendadak, pergarakannya cepat dan menuju
17
suatu arah. Endoplasma berbutir halus, biasanya mengandung bakteri
atau sisa makanan. Bila ditemukan sel darah merah disebut
erythrophagocytosis yang merupakan tanda patognomonik infeksi
E.histolytica.

Stadium trofozoit dapat bersifat patogen dan menginvasi jaringan usus


besar. Dengan aliran darah, menyebar kejaringan hati, paru, otak, kulit
dan vagina. Hal tersebut disebabkan sifatnya yang dapat merusak
jaringan sesuai dengan nama spesiesnya E.histolytica (histo = jaringan,
lysis = hancur). Stadium trofozoit berkembang biak secara belah
pasang.

Stadium kista dibentuk dari stadium trofozoit yang berada di rongga


usus besar. Di dalam rongga usus besar, stadium trofozoit dapat
berubah menjadi stadium precyst yang berinti satu, kemudian
membelah menjadi berinti dua, dan akhirnya berinti 4 yang dikeluarkan
bersama tinja. Ukuran kista 10-20 mikron, berbentuk bulat atau
lonjong, mempunyai dinding kista dan inti entameba.

Dalam tinja stadium ini biasanya berinti 1 atau 4, kadang-kadang


terdapat yang berinti 2. Di endoplasma terdapat benda kromatoid yang
besar, menyerupai lisong dan terdapat vakuol glikogen. Benda
kromatoid dan vakuol glikogen dianggap sebagai makanan cadangan,
karena itu terdapat pada kista muda.

Pada kista matang, benda kromatoid dan vakuol glikogen biasanya tidak
ada lagi. Stadium kista tidak patogen, tetapi merupakan stadium yang
efektif. Dengan adanya dinding kista, stadium kista dapat bertahan
terhadap pengaruh buruk diluar badan manusia. Infeksi terjadi dengan
menelan kista matang.

18
Infeksi yang disebabkan oleh E.histolytica dan E.dispar dapat
ditetapkan dengan menemukan stadium kista dan/atau trofozoit dalam
tinja. Entamoeba histolytica tidak selalu menyebabkan gejala. Stadium
trofozoit dapat ditemukan pada tinja yang konsistensinya lembek atau
cair, sedangkan stadium kista biasanya ditemukan pada tinja padat.

Morfologi Rhizopoda

Rhizopoda mempunyai peranan baik itu yang menguntungkan maupun


yang merugikan dari beberapa contoh rhizopoda antara lain sebagai
berikut:

A. Entamoeba Histolytica

Dalam siklus hidupnya terdapat tiga bentuk yaitu :

1. Bentuk histolitika : besarnya 20-40 mikron, inti entameba ada satu


dengan kariosom letak sentral, endoplasma dengan vakuol-vakuol, ada
eritrosit, ektoplasma membentuk pseudopodium.

2. Bentuk minuta : besarnya 10-20 mikron, mempunyai satu inti


entameba dengan kariosom letak sentral, endoplasma dengan vakuol-
vakuol, tanpa eritrosit, ektoplasma membentuk pseudopodium.

3. Bentuk kista : besarnya 10-20 mikron, mempunyai satu atau empat


inti, terlihat benda kromatoid.

19
B. Entamoeba Coli

Terbagi atas dua bentuk yaitu :

1. Bentuk vegetatif : besarnya 15-30 mikron, mempunyai satu inti


entamoeba, kariosom letaknya eksentris, endoplasma dengan vakuol
tanpa eritrosit, ektoplasma dapat membentuk pseudopodium.

2. Bentuk kista : besarnya 15-22 mikron, berinti dua atau delapan.

C. Endolimax Nana

Terbagi atas dua bentuk, yaitu :


1. Bentuk trofozoit : besarnya 6-15 mikron, sitoplasmanya bergranula
dan bervakuol, inti sentral, mempunyai kariosom yang nyata.

20
2. Bentuk kista : besarnya 5-14 mikron, mempunyai 4 inti yang letaknya
tidak teratur.

D. Iodamoeba Butschlii

Terbagi atas dua bentuk, yaitu :

1. Bentuk vegetatif : besarnya 8-20 mikron, bentuk lonjong dengan satu


inti iodameba, endoplasma berisi banyak vakuol.

2. Bentuk kista : besarnya 8-15 mikron, bentuk lonjong atau piriform,


mempunyai satu inti iodameba dan vakuol glikogen yang besar.

Cara Penularan Rhizopoda

Entamoeba disentri (Entamoeba histolitica)

a. Tubuh bersel tunggal, bentuknya tidak tetap

b. Hidup dalam jaringan usus (bersifat endoparasit)

c. Makanan eritrosit dan mampu membentuk cysta bila keadaan tidak


menguntungkan.

Entamoeba histolytica mempunyai siklus hidup secara berurutan dari


trophozoite (bentuk vegetatif), prakisa, kista (dengan satu atau dua
inti), metatropozoite. Bentuk tropozoitenya aktif bergerak, ukurannya

21
10-60 mikron, sedangkan kistanya tidak bergerak ukurannya 5-20
mikron.

Bentuk tropozoitnya mudah mati di luar tubuh manusia. Bentuk


kistanya mudah mati dengan pengeringan atau pemanasan 550C, tetapi
tahan hidup sampai dua bulan di dalam air (selokan, kali, sawah) tidak
mati pada kadar chlor yang biasa dipakai dalam pengolahan air minum,
tahan terhadap desinfektan. Pada feses yang basah tahan sampai 12
hari.

Entamoeba histolytica menimbulkan penyakit pada manusia, kucing,


anjing dan babi. Penularan kepada manusia terjadi karena makanan
atau minuman yang terkontaminasi kista yang berasal dari feses
penderita. Penularan dalam keluarga satu rumah terjadi karenaorang
tua yang menyediakan atau memasak makanan mengandung kistanya
(penderita / carier).

Musca domestica (lalat rumah) atau kecoa (Blatta orientalis), blatella


germanica, perplaneta Americana, dapat memindahkan kista dari feces
ke makanan.

Di beberapa tempat sering kali feces manusia dipakai sebagai pupuk


tanaman atau sayuran dicuci dengan air pemukaan yang sudah
tercemari feces, sehingga meningkatkan terjadinya penularan.Wabah
dapat terjadi bila air untuk keperluan rumah tangga bagi masyarakat
luas, tercemari feces manusia, terutama di waktu hujan dimana selokan
mampat, tersumbat sampah, air dan kotorannya meluap ke mana-
mana.

22
Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan dengan :

- Diagnosis klinik

- Diagnosis laboratorium

- Radio foto

- Tes immunologi.

Diagnosis untuk Amoebiasis histolytica dapat dibagi :

1. Amoebiasis intestinal akut dapat ditegakkan dengan :

a. Gejala klinik, yaitu diare yang terjadi ±10 kali sehari disertai demam
dan sindroma disentri.

b. Laboratorium, ditemukan histolytica stadium histolytica pada tinja


encer yang bercampur darah. pada pemeriksaan darah terjadi
leukositosis.

2. Amobiasis intestinal kronis dapat ditegakkan dengan :

a. Gejala klinik, diare bergantian dengan obstipasi. Bila terjadi eksa


serbasi akut, biasanya terjadi sindroma disentri.

b. Laboratorium, menemukan histolytica stadium kista pada tinja yang


agak padat. Pada pemeriksaan ini agak sulit ditemukan parasit ini, maka
perlu melakkukan pemeriksaan tinja berulang hingga 3 kali. Dapat pula
dilakukan sigmoidoskopi dan reaksi serologi.

23
3. Amobiasis hepatis

a. Pemeriksaan klinis, penderita datang dengan kesakitan,


membungkuk seperti menggendong perut sebelah kanan, disertai
demam, berat badan menurun, dan nafsu makan berkurang atau sama
sekali tidak ada nafsu makan. Pada palpasi terba hati yang membesar
dengan nyeri demam.

b. Laboratorium, darah ditemukan leukositosis. Pada biopsi dasar abses


ditemukan histolytica stadium histolytica. Pada aspirasi nanah dapat
ditemukan E.histolytica stadium histolytica, tapi penemuan ini agak
susah.

Bila E.histolytica tidak ditemukan, maka dapat dilakukan tes serologi


seperti :

- Tes haemaglutinasi

- Tes immunologi

Pada Rontgen Foto biasanya ditemukan peninggian diafragma.

4. Amobiasis paru = pulmonary amoebiasis

a. Pemeriksaan klinik, sukar dibedakan dengan infeksi paru lainnya, hal


ini karena tidak ada laporan mengenai gejala klinik yang khas dari
Pulmonary Amoebiasis.

b. Laboratorium, sputum penderita yang berasal dari penyebaran


Amoebiasis secara hematogen akan ditemukan histolytica stadium
histolytica.

24
Bila abses paru berasal dari ruptur abses hepatis, maka selain
E.histolytica stadium histolytica akan ditemukan juga bekas sel hati
yang ruptur dan darah serta bekas otot diafragma yang hancur.

Diagnosis yang akurat merupakan hal yang sangat penting, karena 90%
penderita asimtomatik E.histolytica dapat menjadi sumber infeksi bagi
sekitarnya.

1. Pemeriksaan mikroskopik

Adanya sel darah merah dalam sitoplasma E.histolytica stadium


trofozoit merupakan indikasi terjadinya invasif amebiasis yang hanya
disebabkan oleh E.histolytica. Selain itu, motilitas stadium trofozoit
akan menghilang dalam waktu 20-30 menit. Bila tidak segera diperiksa,
tinja disimpan dalam pengawet polyvinil alkohol (pva) atau pada suhu
4oC. Dalam hal terakhir, stadium trofozoit dapat terlihat aktif sampai 4
jam.

Selain itu pada sediaan basah dapat ditemukan sel darah merah. Hal
yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikroskopik adalah
keterlambatan waktu pemeriksaan, jumlah tinja yang tidak mencukupi,
wadah tinja yang terkontaminasi dengan urin atau air, penggunaan
antibiotik, laksatif, antasid, preparat antidiare, frekwensi pemeriksaan
dan tinja tidak diberi pengawet.

2. Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi

Sebagian besar orang yang tinggal didaerah endemis E.histolytica akan


terpapar parasit berulang kali. Kelompok tersebut sebagian besar akan
asimtomatik dan pemeriksaan antibodi sulit membedakan antara
current atau previous infections. Pemeriksaan antibodi akan sangat

25
membantu dalam menegakkan diagnosis pada kelompok yang tidak
tinggal di daerah endemis.

Sebanyak 75-80% penderita dengan gejala yang disebabkan


E.histolytica memperlihatkan hasil yang positif pada uji serologi
antibodi terhadap E.histolytica. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai
macam uji serologi seperti IHA, lateks agglutinasi,
counterimmunoelactrophoresis, gel diffusion test, uji komplemen dan
ELISA.

3. Deteksi antigen

Antigen ameba yaitu Gal/Gal-Nac lectin dapat di deteksi dalam tinja,


serum, cairan abses, dan air liur penderita.hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik ELISA, jika dengan teknik CIEP
sensitivitasnya lebih rendah.

4. Polymerase chain reaction (PCR)

Metode PCR mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang sebanding


dengan deteksi antigen pada tinja penderita amebiasis intestinal.
kekurangannya adalah waktu yang diperlukan lebih lama, tekniknya
lebih sulit, dan juga lebih mahal.

26
Daftar Pustaka

1. Juni prianto L.A., Tjahaya P.U., Darmawanto. Atlas Parasitologi


Kedokteran.Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Kompas Gramedia
Building, Jakarta.
2. Rosdiana safar. Parasitologi Kedokteran (Protozoologi,
Helmintologi,Entomologi). Penerbit Yrama Widya, Bandung. 2009
3. Staf pengajar departemen parasitologi, FKUI. Parasitologi kedokteran
edisikeempat. FKUI, Jakarta. 2008
4. Sumber:http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2004735-
klasifikasi-rhizopoda/#ixzz2BXa8koco

27

Anda mungkin juga menyukai