RHIZOPODA
Disusun oleh:
UNIVERSTAS KADIRI
2022
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………………………..1
Daftar Isi………………………………………………………………………………………………2
BAB 1 Pendahuluan………………………………………………………………………………3
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………….3
BAB II Pembahasan………………………………………………………………………………4
Definisi Rhizopoda……………………………………………………………………………….4
Klasifikasi Rhizopoda………………………………………………………………………….16
Morfologi Rhizopoda………………………………………………………………………….19
Diagnosis Rhizopoda…………………………………………………………………………..23
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………27
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Selain hidup pada rongga usus besar, golongan Rhizopoda ada pula
yang hidup bebas di air tawar, air laut, atau tempat berlumpur. Di
antara ameba golongan Rhizopoda yang hidup secara bebas (free living
ameba) ada dua genus yang hidup fakultatif dan patogen pada
manusia, yaitu genus Naegleria dan Achantamoeba yang dapat
menyebabkan penyakit Meningitis amebic.
3
BAB II
PEMBAHASAN
RHIZOPODA
Rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhizo = akar, dan podos =
kaki, atau Sarcodina (sarco = daging). Semua protozoa yang tergolong
kelas Rhizopoda bergerak dengan penjuluran sitoplasma selnya yang
membentuk kaki semu (pseudopodia). Bentuk pseudopodia beragam,
ada yang tebal membulat dan ada yang tipis meruncing. Pseupodia
berfungsi sebagai alat gerak dan memangsa makanan. Hewan ini ada
yang bercangkang, contohnya Globigerina dan ada yang telanjang,
contohnya Amoeba proteus. Pada Rhizopoda yang bercangkang,
pseudopodia menjulur keluar dari cangkang. Cangkang tersusun dari
silica atau kalsium carbonat. Cangkang berukuran 0,5 mm (Anonimous,
2012). Kaki semu terbentuk karena adanya aliran sitoplasma, sebagai
akibat perubahan sitoplasma dari fase cair (sol) ke fase kental (gel).
Gerak yang ditimbulkannya disebut gerak amoeboid. Contoh Rhizopoda
yang terkenal adalah Amoeba proteus yang umum ditemukan di
perairan tawar (Anonimous, 2012).
4
terdapat sitoplasma yang dibedakan menjadi ektoplasma (bagian luar)
dan endoplasma (bagian dalam) (Anonimous, 2012).
6
Ciri-ciri Rhizopoda
d.Hewan ini memiliki kaki semu yang berfungsi sebagai alat gerak dan
penangkap mangsa. kaki semu merupakan penjuluran dari sebagian
protoplasma.
f.Di dalam endoplasma terdapat satu atau lebih inti, vakuola makanan
dan vakuola kontraktil. Vakuola kontraktil terdapat pada semua
rhizopoda air tawar.
7
Struktur tubuh rhizopoda
8
Hewan yang termasuk dalam kelas Rhizopoda
1. Amoeba
9
Reproduksi Amoeba berlangsung secara seksual yaitu dengan membela
diri (amitosis) dan pembelahnnya selalu dimulai dari pembelahan inti
melalui penarikan sentrosom.
a. Ektamoeba
b. Entamoeba
- Entamoeba histolityca
- Entamoeba coli
10
Amoeba ini tidak bersifat parasit jika hidup dalam colon (usus besar
manusia) tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan buang air besar
terus-menerus. Amoeba ini akan bersifat parasit jika berada diluar usus
besar karena mampu menguraikan zat organik menjadi zat anorganik.
- Entamoeba ginggivalis
2. Radiolaria
11
kerangkanya terbentuk dari kersik. Radiolaria yang mati akan
mengendap yang disebut dengan Lumpur radiolaria yang digunakan
sebagai bahan alat penggosok serta bahan peledak. Contoh genusnya:
Achantometro dan Collosphaera.
3.Arcella
Memiliki rangka luar yang tersusun dari zat kitin. Hewan ini banyak
terdapat di air tawar. Berbentuk seperti piring, dengan satu permukaan
cembung dan permukaan lainnya cekung atau datar, yang ditengahnya
terdapat lubang tempat keluarnya kaki palsu.
4.Difflugia
5.Foraminifera
Foraminifera memiliki rangka luar yang terdiri dari silica atau zat kapur
(mengandung kalsium karbonat). Ukurannya bervariasi antara 0,01 mm
sampai 190 mm dengan berbentuk tabung, bulat atau spiral. Semua
anggota foraminifera ini hidup di laut. Genus yang paling terkenal dari
Foraminifera ini adalah Globigerina, karena lapisan Foraminifera dapat
digunakan sebagai petunjuk dalam pencarian sumber minyak bumi.
12
Inti Entamoeba yaitu karisom kecil terletak dibagian tengah inti
(eksentris atau sentris), di sekeliling membran inti terdapat banyak
granula kromatin.
a. Entamoeba Histolytica
b. Entamoeba coli
c. Entamoeba hartmani
13
d. Entamoeba ginggivalis
4. Genus Dientamoeba
15
Klasifkasi Rhizopoda
1. Ordo Lobosa
2. Ordo filose
3. Ordo foraminifera
4. Ordo helioza
5 Ordo radiolarian
16
Siklus Hidup Rhizopoda
Pada kista matang, benda kromatoid dan vakuol glikogen biasanya tidak
ada lagi. Stadium kista tidak patogen, tetapi merupakan stadium yang
efektif. Dengan adanya dinding kista, stadium kista dapat bertahan
terhadap pengaruh buruk diluar badan manusia. Infeksi terjadi dengan
menelan kista matang.
18
Infeksi yang disebabkan oleh E.histolytica dan E.dispar dapat
ditetapkan dengan menemukan stadium kista dan/atau trofozoit dalam
tinja. Entamoeba histolytica tidak selalu menyebabkan gejala. Stadium
trofozoit dapat ditemukan pada tinja yang konsistensinya lembek atau
cair, sedangkan stadium kista biasanya ditemukan pada tinja padat.
Morfologi Rhizopoda
A. Entamoeba Histolytica
19
B. Entamoeba Coli
C. Endolimax Nana
20
2. Bentuk kista : besarnya 5-14 mikron, mempunyai 4 inti yang letaknya
tidak teratur.
D. Iodamoeba Butschlii
21
10-60 mikron, sedangkan kistanya tidak bergerak ukurannya 5-20
mikron.
22
Diagnosis
- Diagnosis klinik
- Diagnosis laboratorium
- Radio foto
- Tes immunologi.
a. Gejala klinik, yaitu diare yang terjadi ±10 kali sehari disertai demam
dan sindroma disentri.
23
3. Amobiasis hepatis
- Tes haemaglutinasi
- Tes immunologi
24
Bila abses paru berasal dari ruptur abses hepatis, maka selain
E.histolytica stadium histolytica akan ditemukan juga bekas sel hati
yang ruptur dan darah serta bekas otot diafragma yang hancur.
Diagnosis yang akurat merupakan hal yang sangat penting, karena 90%
penderita asimtomatik E.histolytica dapat menjadi sumber infeksi bagi
sekitarnya.
1. Pemeriksaan mikroskopik
Selain itu pada sediaan basah dapat ditemukan sel darah merah. Hal
yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikroskopik adalah
keterlambatan waktu pemeriksaan, jumlah tinja yang tidak mencukupi,
wadah tinja yang terkontaminasi dengan urin atau air, penggunaan
antibiotik, laksatif, antasid, preparat antidiare, frekwensi pemeriksaan
dan tinja tidak diberi pengawet.
25
membantu dalam menegakkan diagnosis pada kelompok yang tidak
tinggal di daerah endemis.
3. Deteksi antigen
26
Daftar Pustaka
27