PARASITOLOGI
KELOMPOK 2
Anggota :
1. Nala Fitria Nandita ( 2002561001 )
2. Faiqatun Nayyriah ( 2002561005 )
3. Putu Sunari ( 2002561031 )
4. Kadek Evalinka Hendira Suputra ( 2002561037 )
5. Muhammad Shivaul Fuadie ( 2002561049 )
6. Kadek Diva Amanda Paramitha ( 2002561059 )
7. Aditya Lilamanjaya Putra ( 2002561061 )
8. Komang Puji Astuti ( 2002561067 )
9. Ni Kadek Ratna Wijayanthi Karang ( 2002561071 )
10. I Gusti Agung Shinta Puspa Dewi ( 2002561079 )
11. Made Savitri Setya Devi ( 2002561097 )
12. Ni Luh Wayan Sintawati ( 2002561107 )
13. Nadilla Mutiara Pratiwi Aryatri ( 2002561123 )
14. I Dewa Ayu Sri Candradewi ( 2002561129 )
15. Putu Tirtharani Chandra Devi ( 2002561133 )
16. Izzania Zahara Nurdiansyah ( 2002561137 )
PROTOZOA ( PROTOZOOLOGI)
I. PENGERTIAN PROTOZOOLOGI
Protozoologi merupakan cabang ilmu Parasitologi Kedokteran yang
mempelajari tentang protozoa parasit, mekanisme infeksi, serta pencegahan dan
pengendalian infeksinya. Sedangkan, protozoa merupakan organisme eukariotik
uniselular yang memiliki peran penting dalam ekosistem. Protozoa yang bersifat
parasit pada manusia dapat digolongkan ke dalam kelompok amoeba, flagellata, dan
sporozoa. Ketiga kelompok protozoa tersebut memiliki morfologi dan karakteristik
yang berbeda satu sama lain, sehingga identifikasi spesies berdasarkan morfologi dan
karakteristik merupakan hal yang penting dalam diagnosis penyakit akibat protozoa
parasit. Adapun ciri-ciri dari protozoa yaitu :
1. RHIZOPODA
a. Pengertian
Rhizopoda merupakan salah satu jenis protozoa. Rhizopoda berasal dari
bahasa yunani, yaitu rhizo yang berarti akar dan podos yang berarti kaki. Rhizopoda
bergerak dengan penjuluran sitoplasma selnya yang membentuk kaki semu
(pseudopodia). Pseudopodia beragam bentuknya, ada yang tebal membulat da nada
yang tipis meruncing. Pseudopodia berfungsi sebagai alat gerak dan memangsa
makanan. Hewan ini ada juga yang bercangkang seperti globigerina dan ada yang
telanjang seperti Amoeba proteus. Pada rhizopoda bercangkang, pseudopodia
menjulur keluar dari cangkang. Cangkang nya tersusun atas silica atau kalsium
karbonat dengan ukuran 0,5 mm. kaki semu rhizopoda terbentuk karena adanya aliran
sitoplasma, sebagai akibat perubahan sitoplasma dari fase cair (sol) ke fase kental
(gel). Gerak yang ditimbulkannya disebut gerak amoeboid. Rhizopoda umumnya
hidup bebas di tanah yang lembab dan lingkungan berair, baik di darat maupun di
laut. Rhizopoda bersifat heterotrof dengan memangsa alga uniseluler, bakteri, atau
protozoa lain.
b. Ciri-ciri Rhizopoda
Rhizopoda (sarcodina) memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakan dengan jenis
protozoa lainnya, diantaranya adalah :
Bergerak dengan kaki semu/palsu (pseudopodia)
Bersifat heterotrof
Ukuran tubuh sekitar 200-300 mikron
3
c. Klasifikasi Rhizopoda
Rhizopoda dibagai kedalam 5 ordo yaitu :
1. Ordo Lobosa
Ordo labosa memiliki ciri pseudopodia atau kaki semu yang pendek dan juga tumpul
yang dapat dibedakan secara jelas antara ektoplasma dan juga endoplasma.
2. Ordo Foraminifera
Ordo Foraminifera memiliki ciri yaitu pseupodia atau kaki semu yang panjang serta
halus.
3. Ordo Filosa
Ordo Filosa memiliki ciri yaitu mempunyai pseudopodia atau kaki semu yang halus
serta mirip dengan benang bercabang.
4. Ordo Radiolarian
Ordo Radiolarian memiliki ciri yaitu pseudopodia atau kaki semu yang berupa benang
halus dan tersusun radier dan juga bercabang serta membentuk jala atau anyaman.
5. Ordo Helioza
Ordo Helioza memiliki ciri yaitu pseudopodia atau kaki semu yang radien dan juga
antarfilamen dan tidak pernah bersatu untuk membentuk jala ataupun anyaman.
d. Reproduksi Rhizopoda
Rhizopoda bereproduksisecara aseksual, sedangkan reproduksi secara seksual
kini belum diketahui. Reproduksi aseksual melalui berbagai mekanisme dengan
pembelahan sel yang mengarah ke pembelahan mitosis tetapi tahapnya tidak tampak
dengan jelas. Membran ini tidak menghilang saat proses pembelahan, pembelahan sel
4
diawali pada pembelahan ini yang kemudian membran plasma semakin melekuk pada
arah dalam sehingga terbentuk dua sel anakan.
e. Daur Hidup Rhizopoda
Dalam daur hidup rhizopoda dikenal dua stadium yang disebut trofozoit dan kista.
Stadium trofozoit berukuran 10-60 mikron, mempunyai inti entameba yang terdapat di
endoplasma. Stadium trofozoit dapat bersifat pathogen dan menginvasi jaringan usus
besar. Dengan aliran darah, menyebar kejaringan hati, paru, otak, kulit dan vagina. Hal
ini disebabkan oleh sifatnya yang merusak jaringan. Stadium trofozoit berkembang
biak secara belah pasang. Sedangkan stadium kista dibentuk dari stadium trofozoit
yang berada di rongga usus besar. Di dalam rongga usus besar, stadium trofozoit dapat
berubah menjadi stadium precyst yang berinti satu, kemudian membelah menjadi
berinti dua, dan akhrinya berinti 4 yang dikeluarkan bersama tinja. Ukuran kista 10-20
mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan ini entameba.
f. Peranan Rhizopoda
Rhizopoda adalah jenis dari protozoa yang memiliki manfaat dalam kehidupan.
Adapun manfaat atau peranan rhizopoda dalam kehidupan yaitu membantu
pembusukan sisa makanan dalam usus tebal dan membantu penyususnan vit k (E.coli),
sebagai bahan penggosok (radiolarian), sebagai adanya minyak bumi yang dibantu
oleh foraminifera.
Entamoeba coli, hidup di dalam kolon (usus besar) manusia yang bukan parasit tetapi
dapat menyebabkan diare.
2. Foraminifera
Foraminifera yang telah menjadi fosil digunakan sebagai marker umur batuan
sedimen dan petunjuk dalam pencarin sumber minyak bumi (tidak menimbulkan
penyakit).
3. Radiolaria
Radiolaria yang sudah mati akan mengendap di dasar perairan menjadi lumpur
radiolaria. Lumpur radiolarian dimanfaatkan sebagai bahan alat penggosok dan bahan
peledak (tidak menimbulkan penyakit).
2. MASTIGOPHORA
a. Pengertian
Mastigophora termasuk ke dalam fillum Protozoa yang dapat bergerak
mengguanakan bulu cambuk (flagel) dan merupakan zooplankton yang disebut juga
flagelatta. Mastigophora dalam bahasa yunanti terdiri dari dua kata yaitu mastig yang
artnya campuk dan juga phoros yang berarti gerakan. Sedangkan flagellata dalam
bahasa latin berasal dari kata flagel yang artinya cambuk. Flagel ini berfungsi untuk
sebagai alat untuk menangkap makanan pada Flagellata dan sebagai alat indera
disebabkan karna pada permukaan flagel itu terdapat sel-sel reseptor.
b. Ciri-ciri Mastigophora
Fitoflagellata
Fitoflagellata jenis ini adalah flagelatta yang mirip dengan tumbuhan sehingga
dapat atau bisa melakukan fotosintesis karena mempunyai kromatofora/klorofil.
Struktur tubuhnya pada bagian luar yaitu terdapat suatu lapisan pembukus yang
terbentuk dari selaput plasma yang mengandung protein disebut dengan pelikel.
Flagellate jenis fitoflagellata juga dapat bereproduksi secara seksual dan juga
aseksual. Habitat fitoflagellata ini dapat di perairan bersih ataupun perairan kotor.
Fitoflaggellata ini dapat dibedakan menjadi beberapa kelan antara lain sebagai
berikut:
Euglenoida
Dinoflagellata
Volvocida
Zooflagellata
Jenis yang kedua dari flagellata yaitu zooflagellata. Zooflagellata adalah
sebuah protozoa yang mengalami transisi bentuk dari prokariotik menjadi eukariotik.
Oleh karena itu zooflagellata dikatakan sebagai protozoa yang paling primitif.
7
Peran lainnya yaitu sebagai pengendali, karena Mistigophora atau Flagellata yang
bersifat saprofitik itu memiliki peran sebagai dekomposer di dalam rantai makanan.
Trychomonas Foetus penyakit yang dapat ditimbulkan yaitu Parasit pada organ
vagina sapi.
Giardia Lamblia Penyakit yang dapat ditimbulkan adalah Penyakit disentri/diare
serta kejang-kejang pada bagian perut.
Trypanosoma Cruci penyakit yang dapat ditimbulkan adalah Penyakit cagas
(anemia anak).
3. CILIATA
a. Pengertian
Ciliata dalam bahasa latin disebut cilia yang artinya rambut kecil. Sedangkan di
Yunani disebut ciliaphora, phora artinya gerakan. Ciliata merupakan protozoa yang
bergerak menggunakan silia atau rambut getar. Ciliata termasuk ke dalam kingdom
protozoa, filum ciliophora, dan domain eukaryota. Rambut getar dari ciliata ini selain
digunakan untuk bergerak, juga digunakan untuk mencari makanan. Makanan Ciliata
ini adalah bakteri serta ganggang mikroskopis. Ciliata merupakan organisme
uniseluler (bersel tunggal) yang memiliki bentuk tetap
b. Ciri-ciri
Memiliki alat gerak silia atau rambut getar
Merupakan organisme uniseluler
Memiliki bentuk tubuh yang tetap
Memiliki sifat heterotrof yakni, memangsa organisme lain karena tidak dapat
membuat makanan sendiri
Umumnya memiliki ukuran mikroskopis
Bentuk tubuh bervariasi seperti, oval, lonceng, sandal, corong, dan lain-lain.
Sebagian besar memiliki tempat hidup di perairan
Hidup secara soliter, parasit, ataupun bersimbiosis di usus vertebrata
Memiliki dua nukleus yakni, makronukleus yang berperan dalam metabolisme dan
reproduksi aseksual (vegetatif), mikronukleus berperan dalam reproduksi seksual
(generatif).
9
c. Klasifikasi
Klasifikasi ciliata dibagi menjadi dua yakni melalui persebaran silia (rambut getar).
Silia yang tersebar di seluruh permukaan tubuh seperti, coleps, bursaria, stentor, calpoda,
paramaecium, prorodon. Sedangkan silia yang terdapat di bagian tubuh tertentu yakni
seperti, didinium, stylonichia, acineto, dan vorticela
Selain dari persebaran rambut getar, ciliata juga di klasifikasi menurut cara hidupnya:
Holotrichia merupakan kelompok ciliata yang hidup berenang bebas, contohnya
Paramaecium dan Didinium
Suctoria merupakan kelompok ciliata yang memiliki tentakel, contohnya
Vorticella
Peritrichia merupakan kelompok ciliata yang berkoloni dan berbentuk seperti bola
dan oval, contohnya Nyctoterus ovalis
Spirotrichia merupakan kelompok ciliata yang berbentuk terompet dan menetap di
air tawar yang menggenang atau megalir, contohnya Stentor dan Euplotes.
d. Macam jenis
Paramaecium
Bentuk dari jenis Ciliata ini dibagian ujung depannya itu tumpul serta bagian
belakangnya itu meruncing sehingga tampak berbentuk seperti sandal.
Vorticella
Bentuk dari jenis Ciliata ini seperti lonceng dan bertangkai panjang dengan bentuk yang
lurus atau spiral di dekat mulutnya. Hidupnya di air tawar dengan memakan bakteri atau
sisa bahan organik.
Didinium
Jenis Ciliata ini merupakan predator ekosistem yang dimana ialah pemakan dari
paramaecium.
Stentor
Ciliata ini juga berbentuk terompet, makanannya adalah ciliata yang berukuran lebih
kecil darinya.
Balantidium Coli
Ciliata terbesar di dalam usis serta satu-satunya golongan dari Ciliata manusia yang
patogen serta menimbulkan disentri. Ciliata ini ditemukan di daerah tropis dan sub
tropis.
e. Cara reproduksi
Ciliata ini dapat berkembang biak melalui dua cara yakni, secara seksual (kawin) yaitu
dengan melalui konjugasi serta juga secara aseksual (tak kawin) dengan melalui
pembelahan biner melintang. Konjugasi pada Ciliata ini tidak dapat menghasilkan sel
10
anak yang baru, tetapi juga setelah melakukan konjugasi, sel tersebut kemudian
membelah dan menghasilkan empat sel anak yang sangat identik dan juga lebih mampu
untuk bertahan hidup terhadap situasi lingkungan yang kurang menguntungkan.
f. Struktur tubuh
Struktur tubuh Ciliata diantaranya sebagai berikut :
Bentuk tubuhnya oval, umumnya juga berbentuk simetris, kecuali untuk ciliata primitif
yang simetrinya itu radial.
Tubuhnya itu diselubungi dengan suatu perikel yang merupakan suatu lapisan luar
yang terbentuk dari sitoplasma yang padat
Tubuhnya itu juga diselimuti dengan silia, merupakan silia somatik yang
menyelubungi seemua tubuh utama
Tidak mempunyai suatu struktur khusus dalam pertukaran udara, dan sekresi
Mempunyai 2 (dua) tipe inti sel (nukleus), ini merupakan makronukleus serta
mikronukleus. Makronukleus yang juga disebut juga dengan otak
Ciliata memiliki fungsi sebagai vegetatif, sedangkan mikronukleus ini memiliki fungsi
sebagai reproduksi serta genital
Memiliki mulut atau juga sistoma yang terbuka serta juga menjadi saluran yang
pendek, pada ciliata primitif ini disebut juga dengan sitofaring. Mulut ini terletak
diujung depan (anterior), namun kebanyakan siliata, bagian itu diganti oleh bagian
belakang (posterior)
Terdapat 2 (dua) jenis mulut, yakni mulut membran berombak yang menyatu di dalam
sebuah barisan yang panjang. Serta mulut membran yang berbentuk barisan pendek,
merupakan sebuah pergabungan dari silia sehingga bersatu dan membentuk sebuah
piringan
Silia yang terdapat di mulut Ciliata ini memiliki fungsi untuk mengedarkan serta juga
mendorong makanan itu menuju ke sitofaring
Mempunyai sebuah mitokondria yakni sebagai sumber untuk energinya dalam
melakukan gerak ataau juga aberaktivitas
Memiliki keronkongan yang disebut dengan sebutan sitofaring gullet serta mempunyai
food vacuole (usus)
Memiliki vakuola kontraktil atau ginjal
Memiliki otot atau disebut juga dengan myonemes
Memiliki anus yang disebut juga dengan sitopige
g. Peranan ciliata dalam kehidupan
Peranan Ciliata yang Menguntungkan : Didinium, ini mirip dengan ceret bertangkai
yang memiliki peranan ialah sebagai predator di air tawar
11
Peranan Ciliata yang Merugikan : ini Balantidium coli, hidup parasit di dalam usus
manusia yang mampu untuk mengakibatkan gangguan perut serta juga bisa
menyebabkan diare berdarah.
4. SPOROZOA
a. Pengertian
Sporozoa berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata (spore = biji, zoa = hewan)
adalah kelompok protista uniseluler atau bersel satu yang pada salah satu tahapan
dalam siklus hidupnya dapat membentuk sejenis spora. Sporozoa merupakan sel
infektif sangat kecil yang disebut sporozoit salah satu ujung selnya (apeks) memiliki
organel-organel kompleks khusus yang berfungsi untuk menembus sel dan jaringan
tubuh inang. Sebagaian besar sporozoa hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia
dan mengambil makanan dengan menyerap tubuh inangnya.
b. Ciri -ciri
peleburan antara gamet jantan dan betina. Reproduksi secara aseksual dan seksual
terjadi secara bergilir dalam siklus hidup yang sangat rumit, dan terjadi beberapa kali
perubahan bentuk Sporozoa pada saat berada di tubuh hewan perantara maupun di
tubuh inang.
langkah-langkah sanitasi yang memadai dan pendidikan tentang rute penularan; (2)
Hindari makan sayuran mentah yang ditanam oleh irigasi sewerage dan kotoran
malam.
2. GIARDIASIS (MASTIGOPHORA)
Giardiasis adalah suatu penyakit gastrointestinal yang ditandai dengan diare akut atau
kronik dan disebabkan oleh parasit protozoa genus Giardia. Giardia lamblia (G.
Lamblia) juga dikenal dengan nama Giardia intestinalis atau Giardia duodenalis
merupakan spesies yang Giardia yang paling banyak ditemukan pada mamalia dan
merupakan satu-satunya yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia.
Giardiasis juga dikenal sebagai Beaver Fever atau demam berang-berang karena para
pekemah mendapatkan penyakit ini dengan minum dari air yang ditinggali oleh
berangberang.
3. BALANTIDIASIS (CILIATA)
Balantidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Balantidium coli. B. coli
merupakan suatu protozoa yang masuk dalam filum Ciliophora. dapat didiagnosa
dengan menemukan parasitdalam tinja. Memiliki dua stadium, yaitu trofozoit dan
kista. Merupakan protozoa besar, habitatnya pada usus besar dan yang biasa menjadi
hospes adalah babi dan manusia. Infeksi dapat timbul dan meningkat pada manusia
yang sering berhubungan dengan babi seperti peternak babi, pekerja di rumah-rumah
pemotongan hewan yang biasanya memotong hewan terutama babi memiliki sanitasi
yang buruk. Di Amerika Serikat, B. colimemiliki distribusi yang luas dengan
perkiraan prevalensinya 1%. Di Papua Nugini infeksi meningkat 28% berdasarkan
kultur yang dilakukan pada babi.
4. COCCIDIA (SPOROZOA)
Coccidia Koksidiosis pada ayam merupakan salah satu penyakit terpenting yang
menyerang industri perunggasan. Eimeria penyebab koksidiosis pada ayam termasuk
dalam filum Apicomplexa, kelas Sporozoa, sub kelas Coccidia. Penyakit ini
merupakan penyakit pada intestinal yang disebabkan oleh parasitprotozoa dari genus
Eimeria. Koksidiosis atau sering disebut berak darah adalah penyakit parasiter yang
menimbulkan gangguan terutama pada saluran pencernaan bagian aboral, angka
kesakitan dan kematian dapat mencapai 80-90%. Gejala klinis kosidiosis bervariasi
menurut spesies Eimeria yang menginfeksi ayam. Spesies Eimeria yang kurang
patogenik biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan atau tanpa gejala. Spesies
14
eimeria yang lebih patogenik dapat menyebabkan diare yang bersifat mukoid atau
hemoragik.
5. TOXOPLASMOSIS (SPOROZOA)
Toksoplasmosis disebabkan oleh protozoa intraseluler obligat Toxoplasma gondii.
Parasit ini menginfeksi hampir semua hewan berdarah panas, kucing termasuk
intermediate host, dan ada manusia. Manusia dapat tertular melalui makanan yang
sudah terkandung kista toxoplasma dan air yang sudah terkontaminasi oleh ookista
toxoplasma gondii. Hasil pemeriksaan dari IgM dan IgG anti Toxoplasma di
Indonesia, manusia 2-63%, kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing
75% dan ternak lainnya di bawah 10%. Gejala patologis Toksoplasmosis yang parah,
seperti retinochoroiditis,miokarditis dan meningoensefalitis, berpotensi menyebabkan
kematian. Namun, kebanyakan manusia yang terifeksi tidak menunjukan gejala.
Makan daging, buah-buahan, dan sayuran yang telah terkontaminasi oleh orang
yang terinfeksi, atau telah terkontaminasi oleh kotoran hewan yang telah terinfeksi.
Minum atau mencuci makanan dengan air yang telah terkontaminasi.
Tidak menjalani kebiasaan hidup bersih.
4. PENYAKIT COCCIDIA
Penularan penyakit ini terjadi ketika menelan oocyst infektif dalam pakan air
minum. Sebenarnya tidak ada vektor biologis yang membantu penyebaran penyakit
ini, namun terdapat vektor mekanik verupa lalat yang membantu menyebarkan oocyst
dalam feses. Fasilitas peternakan yang terkontaminasi dan migrasi burung liar juga
dapat membantu penyebaran penyakit.
5. PENYAKIT TOXOPLASMOSIS
Penularan ini dapat terjadi dari hewan kemanusia bukan antar manusia, namun
juga dapat terjadi pada ibu hamil yang dapat menyebarkan infeksi pada janinnya.
Penyakit yang disebabkan oleh protozoa umumnya memiliki penyebab yang hampir
sama antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, seperti: amebiasis, giardiasis,
balantidiasis, coccidia, dan toxoplasmasis. Adapun faktor risiko yang menyebabkan
penyakit tersebut adalah:
Menurunnya kondisi tubuh yang disebabkan oleh status imun dan nutrisi berisiko
mempermudah protozoa masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit (Arindata
et al, 2017).
5. Kontak dengan hewan
Kontak dengan hewan dapat berpotensi membawa protozoa dan menyebarkan penyakit
pada manusia, contohnya adalah kucing yang dapat menyebarkan penyakit
toksoplasmosis (Andriyani et al, 2015).
1. Penyakit Amebiasis
Dalam pencegahan penyakit amebiasis tindakan yang utama untuk dilakukan adalah
kebersihan perorangan (personal hygiene) dan juga kebersihan lingkungan
(environmental sanitation). Adapun bagian dari tindakan pencegahan kebersihan
perorangan meliputi mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta setelah
melakukan kontak dengan anus seperti BAB. Selanjutnya terdapat langkah-langkah
yang merupakan bagian dari kebersihan llingkungna (environmental sanitation) yang
meliputi penggunaan jamban, penggunaan tempat sampah yang tertututp, menutup
makanan yang dihidangkan guna menghindari pencemaran melalui lalat, mencuci
sayuran hingga bersih, dan tidak menggunakan pupuk dari tinja manusia. Selain itu,
sebagai salah satu langkah pencegahan, penting untuk melakukan pengobatan terhadap
carrier serta menghindari penggunaan pekerja yang merupakan carrier amebiasis untuk
menjadi juru masak ataupun pekerjaan yang berhubungan dengan makanan.
2. Penyakit Giardiasis
dengan benar serta melakukan pencegahan di daerah yang memiliki risiko tinggi untuk
menjadi tempat penyebaran giardiasis seperti perkemahan atau penitipan anak.
3. Penyakit Balantidiasis
Pada dasarnya upaya pencegahan dari penyakit balantidiasis sama dengan penyakit
infeksi bakteri yang lain, yaitu menjaga kebersihan. Adapun contoh dari upaya-upaya
pencegahan yang dapat dilakukan adalah mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir sebelum dan sesudah makan, serta setelah menggunakan toilet. Selanjutnya
upaya yang dapat dilakukan adalah menjaga kondisi hidup yang higienis dan
menghindari kontak dengan babi ataupun pupuk yang terkontaminasi feses babi.
4. Penyakit Toxoplasmosis
Penyakit toxoplasmosis bisa timbul karena kucing, oleh karena itu pencegahan yang
dapat dilakukan adalah dengan memberi makanan matang kepada kucing sehingga
kucing tidak berburu tikus atau burung. Selain itu, terdapat pencegahan lainnya berupa
pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan memasak
daging hingga benar-benar matang, meghindari kontak dengan cairan dari daging tanpa
perlindungan, serta mencucui semua peralatan masak dengan menggunakan pelindung
setelah kontak dengan daging. Selanjutnya terdapat pencegahan sekunder berupa
identifikasi infeksi Toxoplasma gondii pada wanita hamil, melakukan pemeriksaan
tubuh sebelum kehamilam, serta melakukan vaksinasi untuk mencegah masuknya
parasite penyebab TORCH.
5. Penyakit Coccidia
Untuk mengendalikan penyakit ini dapat dilakukan pencegahan dan pengobatan,
meliputi sanitasi, biosekuriti, vaksinasi, prebiotik dan koksidiostat. Sanitasi sangat
berperan dalam pencegahan dalam mengurangi diseminasi parasit dan wabah Coccidia.
Biosekuriti berperan dalam mencegah parasit masuk ke perternakan hingga makanan
siap dihidangkan. Selanjutnya vaksinasi berperan sebagai upaya andalan penyakit
Coccidia selama hampir lebih dari 50 tahun karena dapat menurunkan risiko penyakit
sebesar 60%. Kemudian prebiotik memiliki pern penting dalam mengendalikan
penyakit karena dapat melindungi mukosa usus dan merangsak sistem imun pada
unggas. Terakhir, koksidiostat memiliki peran dalam menurunkan tingkat infeksi dari
penyakit coccidia dan hampir setara dengan hasil dari program vaksin.
18
Sebagian besar penularan penyakit akibat protozoa terjadi dengan cara mengkonsumsi
makanan atau air yang terkontaminasi tinja dan mengandung kista seperti penyakit
Amoebiasis, Giardiasis, dan Balantidiasis. Sementara infeksi toxoplasmosis dapat
terjadi wanita hamil karena didalam tubuh mereka terdapat trachyzoites yang
membelah dengan cepat dan beredar dalam darah. Selain itu, manusia dapat terinfeksi
toxoplasmosis karena menelan oocysts dari kotoran kucing.
Oleh karena itu, agar penularan penyakit-penyakit tersebut tidak meluaas, perlu adanya
peran tenaga kesehatan masyarakat untuk melakukan suatu pencegahan. Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan masyarakat adalah sebagai
berikut.
8. Ibu hamil yang belum diketahui telah mempunyai antibodi terhadap T. gondii,
dianjurkan untuk tidak kontak dengan kucing dan tidak membersihkan tempat
sampah.
VIII. KESIMPULAN
Daftar Pustaka
Andriyani, R. and Megasari, K., 2015. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Infeksi Toksoplasma pada Ibu Hamil di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun
2010-2013. Jurnal Kesehatan Andalas,.
Arindata, A. N., Prasetyo, R. H. and Budiono (2017). Faktor Risiko Giardiasis pada Siswa
Chin, James. 2000. Control of Communicable Diseases Manual. Amer Public Health Assn ;
Teknologi, P. and Medik, L. (no date) ‘Makalah parasitologi kelas ciliata’, (58).