Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK

PARASITOLOGI

KELOMPOK 2
Anggota :
1. Nala Fitria Nandita ( 2002561001 )
2. Faiqatun Nayyriah ( 2002561005 )
3. Putu Sunari ( 2002561031 )
4. Kadek Evalinka Hendira Suputra ( 2002561037 )
5. Muhammad Shivaul Fuadie ( 2002561049 )
6. Kadek Diva Amanda Paramitha ( 2002561059 )
7. Aditya Lilamanjaya Putra ( 2002561061 )
8. Komang Puji Astuti ( 2002561067 )
9. Ni Kadek Ratna Wijayanthi Karang ( 2002561071 )
10. I Gusti Agung Shinta Puspa Dewi ( 2002561079 )
11. Made Savitri Setya Devi ( 2002561097 )
12. Ni Luh Wayan Sintawati ( 2002561107 )
13. Nadilla Mutiara Pratiwi Aryatri ( 2002561123 )
14. I Dewa Ayu Sri Candradewi ( 2002561129 )
15. Putu Tirtharani Chandra Devi ( 2002561133 )
16. Izzania Zahara Nurdiansyah ( 2002561137 )

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
1

PROTOZOA ( PROTOZOOLOGI)

I. PENGERTIAN PROTOZOOLOGI
Protozoologi merupakan cabang ilmu Parasitologi Kedokteran yang
mempelajari tentang protozoa parasit, mekanisme infeksi, serta pencegahan dan
pengendalian infeksinya. Sedangkan, protozoa merupakan organisme eukariotik
uniselular yang memiliki peran penting dalam ekosistem. Protozoa yang bersifat
parasit pada manusia dapat digolongkan ke dalam kelompok amoeba, flagellata, dan
sporozoa. Ketiga kelompok protozoa tersebut memiliki morfologi dan karakteristik
yang berbeda satu sama lain, sehingga identifikasi spesies berdasarkan morfologi dan
karakteristik merupakan hal yang penting dalam diagnosis penyakit akibat protozoa
parasit. Adapun ciri-ciri dari protozoa yaitu :

 uniseluler ( bersel satu )

 eukariotik ( Memiliki inti sel )

 Tidak memiliki dinding sel

 Heterotrof (tidak dapat membuat makanan sendiri)

 Memiliki alat gerak berupa silia, flagela dan pseudopodia


2

II. KLASIFIKASI PROTOZOA

1. RHIZOPODA
a. Pengertian
Rhizopoda merupakan salah satu jenis protozoa. Rhizopoda berasal dari
bahasa yunani, yaitu rhizo yang berarti akar dan podos yang berarti kaki. Rhizopoda
bergerak dengan penjuluran sitoplasma selnya yang membentuk kaki semu
(pseudopodia). Pseudopodia beragam bentuknya, ada yang tebal membulat da nada
yang tipis meruncing. Pseudopodia berfungsi sebagai alat gerak dan memangsa
makanan. Hewan ini ada juga yang bercangkang seperti globigerina dan ada yang
telanjang seperti Amoeba proteus. Pada rhizopoda bercangkang, pseudopodia
menjulur keluar dari cangkang. Cangkang nya tersusun atas silica atau kalsium
karbonat dengan ukuran 0,5 mm. kaki semu rhizopoda terbentuk karena adanya aliran
sitoplasma, sebagai akibat perubahan sitoplasma dari fase cair (sol) ke fase kental
(gel). Gerak yang ditimbulkannya disebut gerak amoeboid. Rhizopoda umumnya
hidup bebas di tanah yang lembab dan lingkungan berair, baik di darat maupun di
laut. Rhizopoda bersifat heterotrof dengan memangsa alga uniseluler, bakteri, atau
protozoa lain.

b. Ciri-ciri Rhizopoda
Rhizopoda (sarcodina) memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakan dengan jenis
protozoa lainnya, diantaranya adalah :
 Bergerak dengan kaki semu/palsu (pseudopodia)
 Bersifat heterotrof
 Ukuran tubuh sekitar 200-300 mikron
3

 Umumnya hidup di air tawar atau laut


 Bentuk yang dapat berubah-ubah atau tidak tetap
 Ada yang bercangkang dan tidak
 Memupnyai ektoplasma dan endoplasma
 Mempunyai vakuola makanan dan juga vakuola kontraktil
 Rhizopoda menelan makanannya/fagosit
 Reproduksi secara aseksual dengan pembelahan diri
 Hidup dengan bebas atau parasit
 Pernapasan dengan cara difusi ke seluruh permukaan tubuh

c. Klasifikasi Rhizopoda
Rhizopoda dibagai kedalam 5 ordo yaitu :
1. Ordo Lobosa
Ordo labosa memiliki ciri pseudopodia atau kaki semu yang pendek dan juga tumpul
yang dapat dibedakan secara jelas antara ektoplasma dan juga endoplasma.
2. Ordo Foraminifera
Ordo Foraminifera memiliki ciri yaitu pseupodia atau kaki semu yang panjang serta
halus.
3. Ordo Filosa
Ordo Filosa memiliki ciri yaitu mempunyai pseudopodia atau kaki semu yang halus
serta mirip dengan benang bercabang.
4. Ordo Radiolarian
Ordo Radiolarian memiliki ciri yaitu pseudopodia atau kaki semu yang berupa benang
halus dan tersusun radier dan juga bercabang serta membentuk jala atau anyaman.
5. Ordo Helioza
Ordo Helioza memiliki ciri yaitu pseudopodia atau kaki semu yang radien dan juga
antarfilamen dan tidak pernah bersatu untuk membentuk jala ataupun anyaman.

d. Reproduksi Rhizopoda
Rhizopoda bereproduksisecara aseksual, sedangkan reproduksi secara seksual
kini belum diketahui. Reproduksi aseksual melalui berbagai mekanisme dengan
pembelahan sel yang mengarah ke pembelahan mitosis tetapi tahapnya tidak tampak
dengan jelas. Membran ini tidak menghilang saat proses pembelahan, pembelahan sel
4

diawali pada pembelahan ini yang kemudian membran plasma semakin melekuk pada
arah dalam sehingga terbentuk dua sel anakan.
e. Daur Hidup Rhizopoda
Dalam daur hidup rhizopoda dikenal dua stadium yang disebut trofozoit dan kista.
Stadium trofozoit berukuran 10-60 mikron, mempunyai inti entameba yang terdapat di
endoplasma. Stadium trofozoit dapat bersifat pathogen dan menginvasi jaringan usus
besar. Dengan aliran darah, menyebar kejaringan hati, paru, otak, kulit dan vagina. Hal
ini disebabkan oleh sifatnya yang merusak jaringan. Stadium trofozoit berkembang
biak secara belah pasang. Sedangkan stadium kista dibentuk dari stadium trofozoit
yang berada di rongga usus besar. Di dalam rongga usus besar, stadium trofozoit dapat
berubah menjadi stadium precyst yang berinti satu, kemudian membelah menjadi
berinti dua, dan akhrinya berinti 4 yang dikeluarkan bersama tinja. Ukuran kista 10-20
mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan ini entameba.

f. Peranan Rhizopoda
Rhizopoda adalah jenis dari protozoa yang memiliki manfaat dalam kehidupan.
Adapun manfaat atau peranan rhizopoda dalam kehidupan yaitu membantu
pembusukan sisa makanan dalam usus tebal dan membantu penyususnan vit k (E.coli),
sebagai bahan penggosok (radiolarian), sebagai adanya minyak bumi yang dibantu
oleh foraminifera.

g. Contoh Rhizopoda dan Penyakit yang Ditimbulkan


Rhizopoda memiliki berbagai peranan penting bagi kehidupan manusia, baik yang
bersifat merugikan maupun menguntungkan.
1. Amoeba
Berdasarkan habitat atau tempat hidupnya, amoeba dibedakan menjadi dua genus
yaitu ektoamoeba dan genus entamoeba. Ektamoeba adalah amoeba yang hidup bebas
di luar tubuh makhluk hidup biasanya di tempat yang lembab contohnya yaitu
Amoeba proteus dan Chaos carolinese. Entamoeba adalah amoeba yang hidup di
dalam tubuh organisme serta menimbulkan penyakit. Contohnya yaitu Entamoeba
hystolitika hidup parasit di dalam usus halus manusia dan menyebabkan penyakit
`disentri atau dikenal dengan amebiasis. Entamoeba ginggivalis, hidup sebagai
parasit di dalam rongga mulut menyebabkan penyakit radang dan gusi berdarah.
5

Entamoeba coli, hidup di dalam kolon (usus besar) manusia yang bukan parasit tetapi
dapat menyebabkan diare.
2. Foraminifera
Foraminifera yang telah menjadi fosil digunakan sebagai marker umur batuan
sedimen dan petunjuk dalam pencarin sumber minyak bumi (tidak menimbulkan
penyakit).
3. Radiolaria
Radiolaria yang sudah mati akan mengendap di dasar perairan menjadi lumpur
radiolaria. Lumpur radiolarian dimanfaatkan sebagai bahan alat penggosok dan bahan
peledak (tidak menimbulkan penyakit).

2. MASTIGOPHORA
a. Pengertian
Mastigophora termasuk ke dalam fillum Protozoa yang dapat bergerak
mengguanakan bulu cambuk (flagel) dan merupakan zooplankton yang disebut juga
flagelatta. Mastigophora dalam bahasa yunanti terdiri dari dua kata yaitu mastig yang
artnya campuk dan juga phoros yang berarti gerakan. Sedangkan flagellata dalam
bahasa latin berasal dari kata flagel yang artinya cambuk. Flagel ini berfungsi untuk
sebagai alat untuk menangkap makanan pada Flagellata dan sebagai alat indera
disebabkan karna pada permukaan flagel itu terdapat sel-sel reseptor.

b. Ciri-ciri Mastigophora

Adapun ciri-ciri dari Mastigophora yang dapat membedakannya dengan protozoa


lainnya antara lain sebagai berikut :
6

 Dapat bergerak menggunakan bulu cambuk (flagel).


 Berkoloni atau uniseluler
 Dapat hidup di air laut ataupun air tawar
 Bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan biner.
 Mempunyai pelikel
 Tidak bisa membentuk sista
 Dapat hidup sebagai parasit ataupun simbiosis mutualisme
 Bentuk tubuhnya dapat menyerupai sehala bentuk morfologi
 Dapat memperoleh nutrisi dengan cara holozoik, holofilik, dan saprofitik.
 Mempunyai mitokondria dan adapun yang tidak mempunyai mitokondria
 Bersifat mikroskopis.

c. Klasifikasi mistigophora atau Flagellata

Mistigophora atau flagellate memiliki beberapa klasifikasi berdasarkan bentuk


tubuhnya yang dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi antara lain:

 Fitoflagellata
Fitoflagellata jenis ini adalah flagelatta yang mirip dengan tumbuhan sehingga
dapat atau bisa melakukan fotosintesis karena mempunyai kromatofora/klorofil.
Struktur tubuhnya pada bagian luar yaitu terdapat suatu lapisan pembukus yang
terbentuk dari selaput plasma yang mengandung protein disebut dengan pelikel.
Flagellate jenis fitoflagellata juga dapat bereproduksi secara seksual dan juga
aseksual. Habitat fitoflagellata ini dapat di perairan bersih ataupun perairan kotor.
Fitoflaggellata ini dapat dibedakan menjadi beberapa kelan antara lain sebagai
berikut:
 Euglenoida
 Dinoflagellata
 Volvocida
 Zooflagellata
Jenis yang kedua dari flagellata yaitu zooflagellata. Zooflagellata adalah
sebuah protozoa yang mengalami transisi bentuk dari prokariotik menjadi eukariotik.
Oleh karena itu zooflagellata dikatakan sebagai protozoa yang paling primitif.
7

Zooflagellata merupakan flagellata yang mirip dengan hewan sehingga tidak


mempunyai kloroplas artinya tidak bisa menghasilkan makanannya sendiri
(heteretrof).
Zooflagella mempunyai struktur tubuh yang mirip dengan leher porifera dan
mempunyai satu buah flagel. Cara reproduksi zooflagellata adalah dengan aseksual
yaitu pembelah biner. Zooflagellata biasanya hidup sebagai parasit untuk memperoleh
makanan karena sifatnya yang heteretrof.

d. Reproduksi Mistigophora atau Flagellata

Reproduksi Mistigophora atau Flagellata dengan cara aseksual yaitu dengan


melakukan pembelahan biner dengan arah yang membujur. Dari satu sel dapat
menghasilkan dua sel, dari dua sel adapat menghasilkan empat sel dan seterusnya.
Pembelahan sel inti tidak diikuti oleh pembelahan flagellata namun flagellata akan
terbentuk pada anak hasil pembelahan.

e. Siklus Hidup Mistigophora atau Flagellata

Pada siklus hidup Mistigophora atau Flagellata mempunyai tahapan yang


disebut dengan trofozoid dan juga kista. Trofozoid merupakan tahapan untuk mencari
makan dan betumbuh. Sementara itu pada tahapan kista, Mistigophora atau Flagellata
dapat bertahan hidup walaupun dengan kondisi lingkungan yang ekstrem.
Zooflagellata merupakan salah satu bentuk dari kista yang memungkinkan bertahan
hidup walaupun di luar tubuh inangnya. Suatu proses perubahan bentuk menjadi kista
disebut encystations, sedangkan proses mentransformasikan kembali ke trophozoite
disebut dengan excystation.

f. Peranan Mistigophora atau Flagellata

Mistigophora atau Flagellata memiliki peranan yang sangat penting bagi


lingkungan terutama lingkungan perairan. Dalam lingkungan perairan Mistigophora
atau Flagellata mempunyai peran sebagai phytoplankton dan zooplankton yaitu
sumber pakan alami ikan dan juga udang-udangan. Selain itu Mistigophora atau
Flagellata juga berperan sebagai predator karena dapat memangsa organism uniseluler
atau bakteri dan ganggang sehingga populasi organism tersebut dapat dikendalikan.
8

Peran lainnya yaitu sebagai pengendali, karena Mistigophora atau Flagellata yang
bersifat saprofitik itu memiliki peran sebagai dekomposer di dalam rantai makanan.

g. Contoh Mistigophora atau Flagellata dan Penyakit yang Ditimbulkan

 Trychomonas Foetus penyakit yang dapat ditimbulkan yaitu Parasit pada organ
vagina sapi.
 Giardia Lamblia Penyakit yang dapat ditimbulkan adalah Penyakit disentri/diare
serta kejang-kejang pada bagian perut.
 Trypanosoma Cruci penyakit yang dapat ditimbulkan adalah Penyakit cagas
(anemia anak).

3. CILIATA
a. Pengertian
Ciliata dalam bahasa latin disebut cilia yang artinya rambut kecil. Sedangkan di
Yunani disebut ciliaphora, phora artinya gerakan. Ciliata merupakan protozoa yang
bergerak menggunakan silia atau rambut getar. Ciliata termasuk ke dalam kingdom
protozoa, filum ciliophora, dan domain eukaryota. Rambut getar dari ciliata ini selain
digunakan untuk bergerak, juga digunakan untuk mencari makanan. Makanan Ciliata
ini adalah bakteri serta ganggang mikroskopis. Ciliata merupakan organisme
uniseluler (bersel tunggal) yang memiliki bentuk tetap
b. Ciri-ciri
 Memiliki alat gerak silia atau rambut getar
 Merupakan organisme uniseluler
 Memiliki bentuk tubuh yang tetap
 Memiliki sifat heterotrof yakni, memangsa organisme lain karena tidak dapat
membuat makanan sendiri
 Umumnya memiliki ukuran mikroskopis
 Bentuk tubuh bervariasi seperti, oval, lonceng, sandal, corong, dan lain-lain.
 Sebagian besar memiliki tempat hidup di perairan
 Hidup secara soliter, parasit, ataupun bersimbiosis di usus vertebrata
 Memiliki dua nukleus yakni, makronukleus yang berperan dalam metabolisme dan
reproduksi aseksual (vegetatif), mikronukleus berperan dalam reproduksi seksual
(generatif).
9

c. Klasifikasi
Klasifikasi ciliata dibagi menjadi dua yakni melalui persebaran silia (rambut getar).
Silia yang tersebar di seluruh permukaan tubuh seperti, coleps, bursaria, stentor, calpoda,
paramaecium, prorodon. Sedangkan silia yang terdapat di bagian tubuh tertentu yakni
seperti, didinium, stylonichia, acineto, dan vorticela
Selain dari persebaran rambut getar, ciliata juga di klasifikasi menurut cara hidupnya:
 Holotrichia merupakan kelompok ciliata yang hidup berenang bebas, contohnya
Paramaecium dan Didinium
 Suctoria merupakan kelompok ciliata yang memiliki tentakel, contohnya
Vorticella
 Peritrichia merupakan kelompok ciliata yang berkoloni dan berbentuk seperti bola
dan oval, contohnya Nyctoterus ovalis
 Spirotrichia merupakan kelompok ciliata yang berbentuk terompet dan menetap di
air tawar yang menggenang atau megalir, contohnya Stentor dan Euplotes.

d. Macam jenis
 Paramaecium
Bentuk dari jenis Ciliata ini dibagian ujung depannya itu tumpul serta bagian
belakangnya itu meruncing sehingga tampak berbentuk seperti sandal.
 Vorticella
Bentuk dari jenis Ciliata ini seperti lonceng dan bertangkai panjang dengan bentuk yang
lurus atau spiral di dekat mulutnya. Hidupnya di air tawar dengan memakan bakteri atau
sisa bahan organik.
 Didinium
Jenis Ciliata ini merupakan predator ekosistem yang dimana ialah pemakan dari
paramaecium.
 Stentor
Ciliata ini juga berbentuk terompet, makanannya adalah ciliata yang berukuran lebih
kecil darinya.
 Balantidium Coli
Ciliata terbesar di dalam usis serta satu-satunya golongan dari Ciliata manusia yang
patogen serta menimbulkan disentri. Ciliata ini ditemukan di daerah tropis dan sub
tropis.
e. Cara reproduksi
Ciliata ini dapat berkembang biak melalui dua cara yakni, secara seksual (kawin) yaitu
dengan melalui konjugasi serta juga secara aseksual (tak kawin) dengan melalui
pembelahan biner melintang. Konjugasi pada Ciliata ini tidak dapat menghasilkan sel
10

anak yang baru, tetapi juga setelah melakukan konjugasi, sel tersebut kemudian
membelah dan menghasilkan empat sel anak yang sangat identik dan juga lebih mampu
untuk bertahan hidup terhadap situasi lingkungan yang kurang menguntungkan.
f. Struktur tubuh
Struktur tubuh Ciliata diantaranya sebagai berikut :
 Bentuk tubuhnya oval, umumnya juga berbentuk simetris, kecuali untuk ciliata primitif
yang simetrinya itu radial.
 Tubuhnya itu diselubungi dengan suatu perikel yang merupakan suatu lapisan luar
yang terbentuk dari sitoplasma yang padat
 Tubuhnya itu juga diselimuti dengan silia, merupakan silia somatik yang
menyelubungi seemua tubuh utama
 Tidak mempunyai suatu struktur khusus dalam pertukaran udara, dan sekresi
 Mempunyai 2 (dua) tipe inti sel (nukleus), ini merupakan makronukleus serta
mikronukleus. Makronukleus yang juga disebut juga dengan otak
 Ciliata memiliki fungsi sebagai vegetatif, sedangkan mikronukleus ini memiliki fungsi
sebagai reproduksi serta genital
 Memiliki mulut atau juga sistoma yang terbuka serta juga menjadi saluran yang
pendek, pada ciliata primitif ini disebut juga dengan sitofaring. Mulut ini terletak
diujung depan (anterior), namun kebanyakan siliata, bagian itu diganti oleh bagian
belakang (posterior)
 Terdapat 2 (dua) jenis mulut, yakni mulut membran berombak yang menyatu di dalam
sebuah barisan yang panjang. Serta mulut membran yang berbentuk barisan pendek,
merupakan sebuah pergabungan dari silia sehingga bersatu dan membentuk sebuah
piringan
 Silia yang terdapat di mulut Ciliata ini memiliki fungsi untuk mengedarkan serta juga
mendorong makanan itu menuju ke sitofaring
 Mempunyai sebuah mitokondria yakni sebagai sumber untuk energinya dalam
melakukan gerak ataau juga aberaktivitas
 Memiliki keronkongan yang disebut dengan sebutan sitofaring gullet serta mempunyai
food vacuole (usus)
 Memiliki vakuola kontraktil atau ginjal
 Memiliki otot atau disebut juga dengan myonemes
 Memiliki anus yang disebut juga dengan sitopige
g. Peranan ciliata dalam kehidupan
 Peranan Ciliata yang Menguntungkan : Didinium, ini mirip dengan ceret bertangkai
yang memiliki peranan ialah sebagai predator di air tawar
11

 Peranan Ciliata yang Merugikan : ini Balantidium coli, hidup parasit di dalam usus
manusia yang mampu untuk mengakibatkan gangguan perut serta juga bisa
menyebabkan diare berdarah.

4. SPOROZOA

a. Pengertian
Sporozoa berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata (spore = biji, zoa = hewan)
adalah kelompok protista uniseluler atau bersel satu yang pada salah satu tahapan
dalam siklus hidupnya dapat membentuk sejenis spora. Sporozoa merupakan sel
infektif sangat kecil yang disebut sporozoit salah satu ujung selnya (apeks) memiliki
organel-organel kompleks khusus yang berfungsi untuk menembus sel dan jaringan
tubuh inang. Sebagaian besar sporozoa hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia
dan mengambil makanan dengan menyerap tubuh inangnya.

b. Ciri -ciri

 Sporozoa tidak memiliki alat gerak khusus, sehingga gerakannya dilakukan


dengan mengubah-ubah kedudukan tubuhnya.
 Mempunyai spora berbentuk lonjong.
 Ukuran spora : 8 – 11 mikron pada dinding kitin.
 Mempunyai 2 kapsul polar pada anterior, berpasangan bentuk labu, berukuran
sama, terletak pada sudut sumbu longitudinal dengan ujung posterior.
 Dari depan ujung anterior sama dengan lebar posterior.
c. Siklus hidup
Seluruh Sporozoa hidup sebagai parasit di tubuh manusia dan hewan lainnya,
contohnya: burung, reptil, dan rodentia (hewan pengerat). Sporozoa masuk ke dalam
tubuh inang dan ditularkan melalui hewan perantara. Contohnya Plasmodium sp.
Penyebab penyakit malaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina,
kemudian hidup di dalam jaringan darah dan hati manusia. Nyamuk Anopheles bukan
penyebar penyakit malaria karena nyamuk jantan tidak mengisap darah mamalia
melainkan mengisap cairan tumbuhan.
d. sistem reproduksi

Sporozoa bereproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara aseksual


dilakukan dengan pembelahan biner, sedangkan reproduksi secara seksual dengan
12

peleburan antara gamet jantan dan betina. Reproduksi secara aseksual dan seksual
terjadi secara bergilir dalam siklus hidup yang sangat rumit, dan terjadi beberapa kali
perubahan bentuk Sporozoa pada saat berada di tubuh hewan perantara maupun di
tubuh inang.

e. macam atau jenis


1. Plasmodium sp. Menyebabkan penyakit malaria dengan inang perantara nyamuk
Anopheles. Plasmodium sp saat ini sudah ditemukan lebih dari 175 spesies secara
umum terdiri dari:
 Plasmodium vivax adalah salah satu sporozoa yang bisa mengakibatkan penyakit
makara tertiana.
 Plasmodium falcifarum adalah salah satu sporozoa yang bisa mengakibatkan
penyakit malaria tropika.
 Plasmodium malariae adalah salah satu sporozoa yang bisa mengakibatkan
penyakit malaria kuartana.
 Plasmodium ovale adalah salah satu sporozoa yang bisa mengakibatkan malaria
oval.
2. Toxoplasma gondii, Toxoplasma gondii adalah species protozoa parasit dalam genus
toxoplasma. Hospes definitif Toxoplasma gondii adalah kucing, akan tetapi
penularannya dapat dilakukan oleh hewan berdarah panas seperti burung atau mamalia.
Toxopalsmosis adalah penyakit yang dibawa oleh Toxoplasma gondii yang biasanya
berdampak kecil namun berdampak fatal pada janin yang ibunya terkontak penyakit ini
pada masa kehamilan, serta dapat menyebabkan cacat atau kematian janin yang
dikandungnya.

III. PENYAKIT YANG DITIMBULKAN


1. AMEBIASIS (RHIZOPODA)
Amebiasis adalah penyakit infeksi parasit usus manusia. Ini disebabkan oleh
protozoa Entamoeba histolytica, atau E. histolytica. Entamoeba histolyticate rmasuk
dalam kelas Rhizopoda yang merupakan jenis parasit golongan protozoa. Penyakit ini
biasa terjadi di negara tropis dengan sanitasi yang kurang berkembang. Ini paling
umum di anak benua India, bagian Amerika Tengah dan Selatan, dan bagian Afrika.
Pencegahan untuk penyakit ini dapat dilakukan dengan dua cara: (1) Pengenalan
13

langkah-langkah sanitasi yang memadai dan pendidikan tentang rute penularan; (2)
Hindari makan sayuran mentah yang ditanam oleh irigasi sewerage dan kotoran
malam.
2. GIARDIASIS (MASTIGOPHORA)
Giardiasis adalah suatu penyakit gastrointestinal yang ditandai dengan diare akut atau
kronik dan disebabkan oleh parasit protozoa genus Giardia. Giardia lamblia (G.
Lamblia) juga dikenal dengan nama Giardia intestinalis atau Giardia duodenalis
merupakan spesies yang Giardia yang paling banyak ditemukan pada mamalia dan
merupakan satu-satunya yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia.
Giardiasis juga dikenal sebagai Beaver Fever atau demam berang-berang karena para
pekemah mendapatkan penyakit ini dengan minum dari air yang ditinggali oleh
berangberang.
3. BALANTIDIASIS (CILIATA)
Balantidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Balantidium coli. B. coli
merupakan suatu protozoa yang masuk dalam filum Ciliophora. dapat didiagnosa
dengan menemukan parasitdalam tinja. Memiliki dua stadium, yaitu trofozoit dan
kista. Merupakan protozoa besar, habitatnya pada usus besar dan yang biasa menjadi
hospes adalah babi dan manusia. Infeksi dapat timbul dan meningkat pada manusia
yang sering berhubungan dengan babi seperti peternak babi, pekerja di rumah-rumah
pemotongan hewan yang biasanya memotong hewan terutama babi memiliki sanitasi
yang buruk. Di Amerika Serikat, B. colimemiliki distribusi yang luas dengan
perkiraan prevalensinya 1%. Di Papua Nugini infeksi meningkat 28% berdasarkan
kultur yang dilakukan pada babi.
4. COCCIDIA (SPOROZOA)
Coccidia Koksidiosis pada ayam merupakan salah satu penyakit terpenting yang
menyerang industri perunggasan. Eimeria penyebab koksidiosis pada ayam termasuk
dalam filum Apicomplexa, kelas Sporozoa, sub kelas Coccidia. Penyakit ini
merupakan penyakit pada intestinal yang disebabkan oleh parasitprotozoa dari genus
Eimeria. Koksidiosis atau sering disebut berak darah adalah penyakit parasiter yang
menimbulkan gangguan terutama pada saluran pencernaan bagian aboral, angka
kesakitan dan kematian dapat mencapai 80-90%. Gejala klinis kosidiosis bervariasi
menurut spesies Eimeria yang menginfeksi ayam. Spesies Eimeria yang kurang
patogenik biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan atau tanpa gejala. Spesies
14

eimeria yang lebih patogenik dapat menyebabkan diare yang bersifat mukoid atau
hemoragik.
5. TOXOPLASMOSIS (SPOROZOA)
Toksoplasmosis disebabkan oleh protozoa intraseluler obligat Toxoplasma gondii.
Parasit ini menginfeksi hampir semua hewan berdarah panas, kucing termasuk
intermediate host, dan ada manusia. Manusia dapat tertular melalui makanan yang
sudah terkandung kista toxoplasma dan air yang sudah terkontaminasi oleh ookista
toxoplasma gondii. Hasil pemeriksaan dari IgM dan IgG anti Toxoplasma di
Indonesia, manusia 2-63%, kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing
75% dan ternak lainnya di bawah 10%. Gejala patologis Toksoplasmosis yang parah,
seperti retinochoroiditis,miokarditis dan meningoensefalitis, berpotensi menyebabkan
kematian. Namun, kebanyakan manusia yang terifeksi tidak menunjukan gejala.

IV. CARA PENULARAN


3. PENYAKIT AMEBIASIS
Penularan pada penyakit ini bisa dibilang sangat mudah karena bisa saja melalui
mengonsumsi air yang tidak higenis atau melalui makanan yang terkontaminasi, baik
yang dibawa oleh lalat, nyamuk, dan jenis serangga lainnya. Penyakit ini juga dapat
berisiko tinggi tertular pada pria yang melakukan hubungan sesama jenis, karena
parasit tersebut menetap di area usus besar. Penyakit ini menyerang seseorang yang
memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
2. PENYAKIT GIARDIASIS
Penularan penyakit ini biasnaya melalui air yang di konsumsi mengandung
bakteri giardia lamblia. Biasnaya air yang terkontaminasi yaitu seperti genangan air,
kolam renang, dan danau. Selain melalui air penyakit ini dapat menular melalui
hubungan seks dengan penderita giardiasis yang dilakukan tanpa menggunakan alat
kontrasepsi. Sebenarnya makanan juga dapat menjadi sumber penularan apabila
makanan tidak dimasak dengan matang.
3. PENYAKIT BALANTIDIASIS
Penularan bakteri ini melalui jalur fekal-oral yang artinya dapat terinfeksi dengan
makan dan minum makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran manusia
atau hewan. salah satu contohnya yaitu :
15

 Makan daging, buah-buahan, dan sayuran yang telah terkontaminasi oleh orang
yang terinfeksi, atau telah terkontaminasi oleh kotoran hewan yang telah terinfeksi.
 Minum atau mencuci makanan dengan air yang telah terkontaminasi.
 Tidak menjalani kebiasaan hidup bersih.
4. PENYAKIT COCCIDIA
Penularan penyakit ini terjadi ketika menelan oocyst infektif dalam pakan air
minum. Sebenarnya tidak ada vektor biologis yang membantu penyebaran penyakit
ini, namun terdapat vektor mekanik verupa lalat yang membantu menyebarkan oocyst
dalam feses. Fasilitas peternakan yang terkontaminasi dan migrasi burung liar juga
dapat membantu penyebaran penyakit.
5. PENYAKIT TOXOPLASMOSIS
Penularan ini dapat terjadi dari hewan kemanusia bukan antar manusia, namun
juga dapat terjadi pada ibu hamil yang dapat menyebarkan infeksi pada janinnya.

V. FAKTOR RISIKO PENYAKIT

Penyakit yang disebabkan oleh protozoa umumnya memiliki penyebab yang hampir
sama antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, seperti: amebiasis, giardiasis,
balantidiasis, coccidia, dan toxoplasmasis. Adapun faktor risiko yang menyebabkan
penyakit tersebut adalah:

1. Kurangnya kebersihan lingkungan


Lingkungan yang kurang dijaga sanitasinya, sumber air yang sudah tercemar limbah
dan kurangnya akses air bersih dapat menjadi tempat berkembangnya protozoa
penyebab penyakit (Nengsih et al, 2020).
2. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak bersih seperti tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah
makan dan sebelum atau sesudah buang air juga menjadi salah satu faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit (Nengsih et al, 2020).
3. Mengonsumsi makanan yang sudah terkontaminasi
Mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak higienis dan sudah terkontaminasi
karena tidak diolah dengan benar dapat berisiko menyebabkan penyakit oleh bakteri
protozoa (Arindata et al, 2017).
4. Kerentanan kondisi tubuh
16

Menurunnya kondisi tubuh yang disebabkan oleh status imun dan nutrisi berisiko
mempermudah protozoa masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit (Arindata
et al, 2017).
5. Kontak dengan hewan
Kontak dengan hewan dapat berpotensi membawa protozoa dan menyebarkan penyakit
pada manusia, contohnya adalah kucing yang dapat menyebarkan penyakit
toksoplasmosis (Andriyani et al, 2015).

VI. PENCEGAHAN PENYAKIT

1. Penyakit Amebiasis

Dalam pencegahan penyakit amebiasis tindakan yang utama untuk dilakukan adalah
kebersihan perorangan (personal hygiene) dan juga kebersihan lingkungan
(environmental sanitation). Adapun bagian dari tindakan pencegahan kebersihan
perorangan meliputi mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta setelah
melakukan kontak dengan anus seperti BAB. Selanjutnya terdapat langkah-langkah
yang merupakan bagian dari kebersihan llingkungna (environmental sanitation) yang
meliputi penggunaan jamban, penggunaan tempat sampah yang tertututp, menutup
makanan yang dihidangkan guna menghindari pencemaran melalui lalat, mencuci
sayuran hingga bersih, dan tidak menggunakan pupuk dari tinja manusia. Selain itu,
sebagai salah satu langkah pencegahan, penting untuk melakukan pengobatan terhadap
carrier serta menghindari penggunaan pekerja yang merupakan carrier amebiasis untuk
menjadi juru masak ataupun pekerjaan yang berhubungan dengan makanan.

2. Penyakit Giardiasis

Dalam pencegahan penyakit giardiasis, pengobatan terhadap penderita dan carrier


merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan. Hal tersebut disebabkan oleh fakta
bahwa manusia merupakan sumber infeksi utama giardiasis. Selanjutnya pencegahan
terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan pencegahan pencemaran makanan dan
minuman dari tinja infektif oleh lalat atau tikus. Selain itu, Teknik pengolahan
makanan dan minuman yang benar seperti mendidihkan air minum selama 1 menit
sebelum dikonsumsi juga merupakan upaya pencegahan yang dapat dilakukan. Adapun
cara pencegahan terbaik untuk penyakit ini adalah dengan mengikuti aturan higienis
17

dengan benar serta melakukan pencegahan di daerah yang memiliki risiko tinggi untuk
menjadi tempat penyebaran giardiasis seperti perkemahan atau penitipan anak.

3. Penyakit Balantidiasis
Pada dasarnya upaya pencegahan dari penyakit balantidiasis sama dengan penyakit
infeksi bakteri yang lain, yaitu menjaga kebersihan. Adapun contoh dari upaya-upaya
pencegahan yang dapat dilakukan adalah mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir sebelum dan sesudah makan, serta setelah menggunakan toilet. Selanjutnya
upaya yang dapat dilakukan adalah menjaga kondisi hidup yang higienis dan
menghindari kontak dengan babi ataupun pupuk yang terkontaminasi feses babi.

4. Penyakit Toxoplasmosis
Penyakit toxoplasmosis bisa timbul karena kucing, oleh karena itu pencegahan yang
dapat dilakukan adalah dengan memberi makanan matang kepada kucing sehingga
kucing tidak berburu tikus atau burung. Selain itu, terdapat pencegahan lainnya berupa
pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan memasak
daging hingga benar-benar matang, meghindari kontak dengan cairan dari daging tanpa
perlindungan, serta mencucui semua peralatan masak dengan menggunakan pelindung
setelah kontak dengan daging. Selanjutnya terdapat pencegahan sekunder berupa
identifikasi infeksi Toxoplasma gondii pada wanita hamil, melakukan pemeriksaan
tubuh sebelum kehamilam, serta melakukan vaksinasi untuk mencegah masuknya
parasite penyebab TORCH.

5. Penyakit Coccidia
Untuk mengendalikan penyakit ini dapat dilakukan pencegahan dan pengobatan,
meliputi sanitasi, biosekuriti, vaksinasi, prebiotik dan koksidiostat. Sanitasi sangat
berperan dalam pencegahan dalam mengurangi diseminasi parasit dan wabah Coccidia.
Biosekuriti berperan dalam mencegah parasit masuk ke perternakan hingga makanan
siap dihidangkan. Selanjutnya vaksinasi berperan sebagai upaya andalan penyakit
Coccidia selama hampir lebih dari 50 tahun karena dapat menurunkan risiko penyakit
sebesar 60%. Kemudian prebiotik memiliki pern penting dalam mengendalikan
penyakit karena dapat melindungi mukosa usus dan merangsak sistem imun pada
unggas. Terakhir, koksidiostat memiliki peran dalam menurunkan tingkat infeksi dari
penyakit coccidia dan hampir setara dengan hasil dari program vaksin.
18

VII. PERANAN KESEHATAN MASYARAKAT

Sebagian besar penularan penyakit akibat protozoa terjadi dengan cara mengkonsumsi
makanan atau air yang terkontaminasi tinja dan mengandung kista seperti penyakit
Amoebiasis, Giardiasis, dan Balantidiasis. Sementara infeksi toxoplasmosis dapat
terjadi wanita hamil karena didalam tubuh mereka terdapat trachyzoites yang
membelah dengan cepat dan beredar dalam darah. Selain itu, manusia dapat terinfeksi
toxoplasmosis karena menelan oocysts dari kotoran kucing.

Oleh karena itu, agar penularan penyakit-penyakit tersebut tidak meluaas, perlu adanya
peran tenaga kesehatan masyarakat untuk melakukan suatu pencegahan. Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan masyarakat adalah sebagai
berikut.

1. Memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang kebersihan perorangan,


terutama pembuangan tinja yang saniter, dan mencuci tangan sesudah buang air
besar dan sebelum memasak atau menjamah makanan.
2. Menyebarkan informasi tentang resiko mengkosumsi buah atau sayuran mentah
atau yang tidak dimasak dan minum air yang terjaga kebersihannya
3. Memberi penyuluhan kepada orang dengan resiko tinggi untuk menghindari
hubungan seksual oral yang dapat menyebabkan penularan fecal-oral
4. Memberi penyuluhan kepada masyarakat untuk mengurangi kontak dengan
kotoran babi terutama untuk mencegah penyakit balantidiasis
5. Untuk penyakit Glardiasis, penularan dapat terjadi terutama di asrama dan tempat
penitipan anak. Oleh karena itu, perlu adanya penyuluhan kepada keluarga,
perorangan, dan penghuni asrama khususnya kepada orang dewasa di tempat
penitipan anak, tentang pentingnya menjaga kebersihan perorangan dan
membudayakan kebiasaan cuci tangan sebelum menjamah makanan, sebelum
makan, dan setelah menggunakan toilet
6. Untuk mencegah penyakit Toxoplasmosis, para tenaga kesehatan masyarakat
dapat memberi penyuluhan kepada para ibu tentang upaya pencegahan seperti
berikut.
7. Daging yang akan dikonsumsi hendaknya dimasak terlebih dahulu pada suhu
66℃
19

8. Ibu hamil yang belum diketahui telah mempunyai antibodi terhadap T. gondii,
dianjurkan untuk tidak kontak dengan kucing dan tidak membersihkan tempat
sampah.

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa


Protozoologi merupakan cabang ilmu Parasitologi Kedokteran yang mempelajari
tentang protozoa parasit, mekanisme infeksi, serta pencegahan dan pengendalian
infeksinya. Berdasarkan struktur alat geraknya, filum protozoa dibedakan
menjadi empat, yaitu kelas Rhizopoda, kelas Ciliata, kelas Flagellata dan kelas
Sporozoa. Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa
protozoa dapat hidup pada lingkung ananaerobik. Protozoa bereproduksi dengan
cara aseksual (berkembang biak tanpa perkawinan) atau disebut pembelahan
biner dan secara seksual berupa perkawinan antara mikrogamet dan makrogamet.
Setelah terjadi perkawinan akan menhasilkan zigot.

Daftar Pustaka

Alodokter.com,Toksoplasmosis, https://www.alodokter.com/toksoplasmosis , di akses 1 Mei


2021
20

Andriyani, R. and Megasari, K., 2015. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian

Infeksi Toksoplasma pada Ibu Hamil di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun
2010-2013. Jurnal Kesehatan Andalas,.

Arindata, A. N., Prasetyo, R. H. and Budiono (2017). Faktor Risiko Giardiasis pada Siswa

Sekolah Dasar Negeri Pulau Mandangin 06, Kecamatan Sampang, Kabupaten


Sampang, Jawa Timur. Universitas Airlangga

Arquitectura, E. Y. et al. (2015). "Koksidiosis danpencegahannya dengan koksidiostat dari


Kekayaan alam Indonesia". available
at :http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/koksidiosis.pdf.diakses pada 28 April 2021
Astuti, DS. ‘Inventarisasi Protozoa di Objek Wisata Umbul Cokro Tulung Klaten’ Jurnal
UMS. Hh. 70
Bahasa Indonesia, ‘Klasifikasi Rhizopoda-Ciri, Reproduksi, Daur Hidup & Morfologi’ ,
Dosenpendidikan.co.id, Available at : https://www.dosenpendidikan.co.id/klasifikasi-
rhizopoda/ [Accessed : 1 Mei 2021]

Chin, James. 2000. Control of Communicable Diseases Manual. Amer Public Health Assn ;

Edisi Ketujuh Belas

Ekawasti,F,Martindah, E. 2019. “Pengendalian Koksidiosis Pada Ayam Melalui Pengobatan


Herbal” dalam Wartazoa Volume 29 Nomor 1 (hlm. 1-6).
farmaku.com,2019,Giardiasis, https://www.farmaku.com/artikel/giardiasis/. Di akses 1 Mei
2021
Halimantura, F. and Arif Y,P. 2018. Diagnosis Toxoplasma Gondii dan Toksoplasmosis.
[Online] Available at:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/2138. Jurnal Medula
vol. 8, no.1. diakses pada 29 April 2021.
Halodoc.com,2019, Jangan Sepelekan, Ketahui Cara Penularan Amebiasis,
https://www.halodoc.com/artikel/jangan-sepelekan-ketahui-cara-penularan-amebiasis.
Di akses 1 Mei 2021
Harun, H, Sennang N, Rusli B. 2019. “Giardiasis” dalam Jurnal Kesehatan Tadulako Volume
5 Nomor 3 (hlm. 4-12).
hellosehat.com,Blantidiasis, https://hellosehat.com/infeksi/infeksi-bakteri/balantidiasis/.
21

Di akses 1 Mei 2021


Ibeng, Parta. 2021. Pengertian Flagellata, Jenis, Siklus, Klasifikasi, Struktur & Reproduksi.
Pendidikan.CO.ID, dilihat 30 Aapril 2021, https://pendidikan.co.id/pengertian-
flagellata-jenis-siklus-klasifikasi-struktur-reproduksi/
Isikhnas.com,Coccidiosis, http://wiki.isikhnas.com/images/6/6c/COCCIDIOSIS.pdf.
Di akses 1 Mei 2021
Kusumasari Rizqiani, 2019. “Penyakit Amebiasis”. Available at :
Kusumasari R., 2019, Protozoologi, Menara Ilmu Parastiologi Kedokteran Universitas Gajah
Mada, dilihat 1 Mei 2021, https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/protozoologi/
Maryatum. 2008. “Entamoeba histolytica: Parasit Penyebab Amebiasis Usus dan Hepar”
dalam Jurnal Kedokteran Syah Kuala Volume 8 Nomor 1 (hlm. 39-45).
Nengsih, D., Saputro, S. and Diyanah, K., 2020. Prevalensi Giardiasis Dan Kondisi Hygiene

Perorangan Pada Murid Paud Di Kb-Tk Al Amin Paciran Lamongan. Jurnal Ekologi


Kesehatan, 19(2), pp.94-100.

Nurin, Fajarin .2020. “Balantidiasis”, diakses tanggal 1 Mei 2021.


https://hellosehat.com/infeksi/infeksi-bakteri/balantidiasis/

Pendidikan.co.id, Dilihat tanggal 30 April 2021, https://pendidikan.co.id/pengertian-ciliata-


ciri-jenis-klasifikasi-sturktur-reproduksi-dan-peran/
Protozoa : ‘Pengertian, Ciri, Peranan, Klasifikasi, Contoh, Reproduksi, Gramedia Literasi’,
Available at: https://www.gramedia.com/literasi/protozoa/ [Accessed : 1 Mei 2021]

Rahmadina, 2008. Taksonomi Invertebrata. Jakarta: Erlangga


Setiawan, Samhis. 2021. Pengertian Fagellata (Mastigophora) Beserta Ciri Dan
Reproduksinya. Guru Pendidikan, dilihat 29 April 2021,
https://www.gurupendidikan.co.id/fagellata-mastigophora/#:~:text=Fagellata
%20(Mastigophora)%20adalah%20Protozoa%20yang,dan%20phoros%20yang
%20berarti%20gerakan

Rusyana, Adun. 2011.Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik).Bandung : ALFABETA


educorolla3.blogspot.com/2009/04/protista-yang-menyerupai-hewan.html.

Sridianti.Ciri-ciri Sporozoa, Reproduksi, Klasifikasi, Makanan. [Internet] Diakses pada


tanggal 29 April 2021 pada: https://www.sridianti.com/ciri-ciri-sporozoa.html
22

Supervisor MIPA, ‘Rhizopoda : Pengertian, Ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh dan


Peranan dalam Kehidupan’, Biologijk.com. Available at :
https://www.biologijk.com/2017/09/pengertian-ciri-klasifikasi-reproduksi-contoh-
dan-peranan-rhizopoda.html?m=0 [Accessed : 1 Mei 2021].

Teknologi, P. and Medik, L. (no date) ‘Makalah parasitologi kelas ciliata’, (58).

Wahyuni,Sri. 2013. “Toxoplasmosis dalam Kehamilan” dalam Balaba Volume 9 Nomor


1 (hlm.27-32).
Yusanti, Indah Anggraini, dkk. 2018. ‘Keanekaragaman Zooplankton Di Rawa Banjiran Desa
Sedang Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin’. Jurnal Biota, vol. 4, no, 1,
hh 7-11.

Anda mungkin juga menyukai