Anda di halaman 1dari 6

a.

Klasifikasi Rhizopoda

Menurut (Campbell, 2004), Protozoa yang sudah teridentifikasi berjumlah 60 ribu


spesies. Protozoa merupakan hewan yang terdiri atas enam phylum. Keenam phylum
tersebut adalah Rhizopoda (Sarcodina), Actinopoda (Heliozoa dan Radiozoa),
Foraminifera, Apicomplexa (Sporozoa), Zoomastigophora (Zooflagellata), dan
Ciliophora (Ciliata). Disini kita akan membahas secara detail tentang Rhizopoda:

1). Rhizopoda (Sarcodina)

Kata Rhizopoda berasal dari kata rizhoyang berarti akar dan podos yang berarti
kaki. Habitat hewan ini ada di air tawar, air laut, di tempat yang basah, dan sebagian
lagi bersifat parasit didalam tubuh hewan ataupun manusia. Ciri khas Rhizopoda atau
yang sering disebut Sarcodina adalah alat geraknya berupa kaki semu (pseudopodia).
Bentuk pseudopodia beragam ada yang tebal membulat dan ada yang tipis meruncing.
Pseudopodia berfungsi sebagai alat gerak dan memangsa (Aryulina dkk, 2004).

Kaki semu terbentuk karena adanya aliran sitoplasma, sebagai akibat perubahan
sitoplasma dari fase padat (sol) ke fase kental (gel). Gerak yang ditimbulkan disebut
gerak amoeboid. Contohnya Rhizopoda adalah Amoeba proteus, deskripsi Amoeba
proteus sebagai berikut: habitat di air tawar, kolam, sungai, danau dan genangan air.
Tubuh terdiri dari satu sel (Uniseluler) dengan ukuran 200-300 mikron. Cara
Reproduksi Rhizopoda adalah berkembang biak secara aseksual atau vegetatif dengan
pembelahan biner. Pembelahan biner pada Rhizopoda tidak melalui tahap-tahap
mitosis. Pembelahan dimulai dari membelahnya inti sel menjadi dua, lalu diikuti oleh
pembelahan sitoplasma. Pembelahan inti tersebut menimbulkan lekukan yang sangat
dalam yang lama-lama akan putus sehingga terjadilah dua sel anak. Kedua sel anak
tersebut akan mengalami pembelahan biner lagi sehingga menjadi empat, delapan,
enam belas sel dan seterusnya. Pada keadaan yang tidak menguntungkan, Rhizopoda
dapat mempertahankan hidupnya dengan membentuk kista, yaitu dengan tubuh yang
inaktif berubah berbentuk bulat sehingga membran plasmanya menebal untuk
melindungi tubuhnya dari kondisi luar yang jelek. Jika keadaan luar sudah
memungkinkan, misalnya tersedia cukup makanan, maka dinding kisat tersebut akan
percah dan keluarlah Rhizopoda untuk memulai hidupnya kembali Semua aktifitas
hidup dilakukan oleh sel itu sendiri seperti digesti, reproduksi, ekskresi san respirasi.
Tubuh terdiri dari: membrane sel, ectoplasma, endoplasma, nucleus, vakuola
makanan, vakuola kontraktril dan pseudopodia (Nurhadi & Yanti, 2018). Berikut
dibawah ini keterangan membrane sel, ectoplasma, endoplasma, nucleus, vakuola:

a. Membrane inti berfungsi sebagai pelindung protoplasma dan bersifat semi


permeable yang dapat dilalui air,oksigen dan karbondioksida.
b. Ectoplasma adalah plasma sebelah luar yang jernih dan lebih encer.
c. Endoplasma adalah plasma sebelah dalam yang lebih kental dan bergranula.
d. Nucleus atau inti sel merupakan pusat kendali semua aktivitas sel.
e. Vakuola makanan berfungsi sebagai mencerna dan mendistribusikan
makanan. Vakuola makanan akan terbentuk apabila ada makanan yang masuk.
f. Vakuola kontraktil berfungsi sebagai menjaga tekanan osmosis sel.
g. Pseudopodia atau kaki semu berfungsi untuk gerak dan pseudopodia
merupakan tonjolan protoplasma
Keterangan gambar yang ke-2:
1. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjasi
dua.
2. Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang
masing-masing menyelubungi inti selnya.
3. Selanjutnya bagian tengan sitoplasma menggeting diikuti dengan
pemisahan sitoplasma.
4. Akhirnya setelah sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka
terbentuknya dua sel baru yang masing-masing.
5. Mempunyai inti baru dan sitoplasma yang barupula.
6. Pasa amoeba bila keadaan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau
panas atau kurang akan, maka amoeba akan membentuk kista (Nurhadi &
Yanti, 2018).

Selain sebagai alat gerak, kaki semu pada Amoeba juga berfungsi sebagai
menangkap makanan , pseudopodianya akan mengelili makanan yang akan dimakan.
Proses ini disebut fagositosis.

Makanan yang telah ditangkap akan dicerna oleh vakuola makanan. Kemudian,
sisa makanan hasil pencernaan tersebut akan dikeluarkan melalui vakuola kontraktil.
Selain itu berfungsi sebagai mengeluarkan sisa makanan, vakuola kontraktil berfungsi
juga dalam mengatur kadar air di dalam tubuhnya. Contoh lain dari phylu Rhizopoda
adalah Entamoeba, Arcella, dan Difflugia.

Beberapa jenis Entamoeba merupakan penyebab berbagai penyakit, contohnya:


Entamoeba dysentriae (penyebab penyakit disentri), dan Entamoeba histolitica
(penyebab penyakit amebiasis) protista patogen tersebut ditularkan melalui makanan
dan minuman terkontaminasi oleh Protista tersebut, Entamoeba coli, Entamoeba
ginggivalis. Tubuhnya transparan dengan ukuran (0,25 mm). Diatas merupakan
beberapa jenis-jenis yang lainnya hidup sebagai saprofit dan parasit. yang akan
dijelaskan dibawah sebagai berikut:

1. Entamoeba coli

Hidup di dalam usus besar (kolon) manusia. Kehadirannya dapat


membantu proses pembusukan sisa-sisa makanan di usus besar.

2. Entamoeba dysentriae
Hidup parasit dalam usus halus manusia. Kehadirannya dapat merusak
selaput lender dinding usus dan menyebabkan penyakit disentri. Penularan
penyakit ini terjadi melalui makanan dan minuan yang terkontaminasi atau
tidak higienis.
3. Entamoeba ginggivalis

Hidup dirongga mulut (celah-celah gigi/gusi) manusia. Kehadirannya


menyebabkan penyakit pada gusi (gingivitis)(Sudjadi & Laila,2006). Adapun
manfaat Rhizopoda/Sarcodina yang dapat diambil manfaatnya diantaranya:

1. Radiolaria/Heliospora merupakan anggota filum Rhizopoda/ Sarcodina yanh


dimanfaatkan sebagai sumber silika/zat kersik

2. Entamoeba sp. Merupakan anggota filum Rhizopoda/Sarcodina. Hidup


bersimbiosis dengan tubuh manusia, antara lain Entamoeba coli yang hidup
diusus besar (colon) manusia (parasit) dan Entamoeba coli yang hidup diusus
besar (colon) manusia. Membantu proses pembusukan dan pembentukan vitamin
K (Natadjsastra & Agoes, 2009).
Kelas Rhizopoda dibedakan menjadi lima ordo berdasarkan bentuk pseudopodia,
jumlah nuslei dan ada atau tidaknya shell, yaitu: Lobosa, Filosa (Proteomyxa),
Foraminifera, Heliozoa,dan Radiolaria.

1. Ordo Lobosa
Lobosa adalah kelompok amoeba yang memiliki kaki semu yang lebar dan bulat.
Pada klasifikasi terkini, kelompok ini merupakan subfilum dari Amoebozoa,
berisikan amoeba yang memiliki kaki semu namun tidak memiliki silia atau flagelum.
Kelompok ini pertama kali diteliti pada tahun 1861 oleh William B. Carpenter, yang
membuat kelompok ini sebagai sebuah ordo yang berisikan keluarga tunggal
Amoebina Lobosa Carpenter terdiri dari organisme amoeboid yang dimana
endoplasmanya mengalir ke bagian tubuh yang mirip dengan daun telinga.

Jenis makhluk berkaki semu ini, diperkirakan merupakan ciri dari genus Amoeba
"dan semua makhluk yang berhubungan," berbeda dengan Cercozoa dari
Foraminifera. Nama "Lobosa" dipilih dari amoeba-amoeba ini "untuk mengatakan
bentuknya yang mirip daun telinga". Seperti definisi terkini, subfilum Lobosa
termasuk (amoeba pewaris) dan amoebae telanjang (gymnamoebae), tetapi tidak
termasuk organisme yang secara tradisional disebut "lobosean", seperti Pelomyxa dan
Entamoeba (Amoebozoa) dan beberapa Heterolobosea (Excavata). Adapun dibawah
ini penjelasannya:
A. Gymnamoeba

Contoh yang hidup bebas: amoeba proteus, amoeba dubia dan amoeba verrucosa
dan yang parasit: Entamoeba hystolitica (diusus halus atau intestinum tenue manusia,
monyet, anjing dan mamalia lain). Jika terjadi luka usus, Entamoeba hystolitica dapat
menyebar ke seluruh tubuh melalui darah dan getah bening, memakan erytrosit dan
penyebab disentri. Entamoeba coli (di usus besar/colon manusia, bersifat non-
pathogenik).

B. Thecamoeba

Shell tersusun dari khitin, shell hanya melindungi bagian atas tubuh dan terbuka
di bagian bawah sebagai tempat keluarnya pseupodia, umumnya hidup bebas di air
tawar. Contoh: Arcela vulgaris, Arcela dentata, A. hemisphaerica, Diffugia oblonga,
D. carona dan D. pyriformis (Nurhadi & Yanti, 2018).

Dapus
Aryulina D., Muslim C., Manaf S., Winarni, W. E. 2006. Biologi 1. Jakarta:
Erlangga.
Campbell N.A, Reece J.B, Urry L.A, Cain M.L, Wasserman S.A, Minorsky P.V.
2004. Biologi.5th ed. Jakarta: Erlangga.
Natadjsasta D & Agoes R. 2009. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ
Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC.
Nurhadi & Yanti F. 2018. Taksonomi Invertebrata. Yogyakarta: Deepublish
Publisher.
Sudjadi Bagod & Laila S. 2006. Boiologi Sains dalam Kehidupan. Bogor: PT.
Ghalia Printing.

Anda mungkin juga menyukai