Anda di halaman 1dari 27

SAP KB POLI Hamil - Jenis kb

Ilmu Kebidanan dan Kandungan (KUO510)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : DMG (Diabetes Mellitus Gestasional) dan Metode KB

Sub pokok bahasan :

- Pengertian DMG - Pengertian KB


- Penyebab DMG - Macam-macam metode kontrasepsi
- Faktor risiko DMG - Tujuan penggunaan kontrasepsi
- Tanda gejala DMG - Fase-fase dalam Mengatur Kehamilan
- Komplikasi DMG - Fase-fase dalam Mengatur Kehamilan
- Apa yang harus dilakukan?

Sasaran : Ibu Hamil


Hari/Tanggal : Senin, 18 Juli 2022
Tempat : Ruang Tunggu poli Hamil RSUD Haji Provinsi Jawa Timur
Pukul : 09.00 WIB s/d Selesai
Waktu : 80 menit
1. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta memahami tentang Diabetes
dalam kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional) dan metode KB
1.2 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Diabetes Mellitus Gestasional
dan metode KB masyarakat mampu menjelaskan:
 Penyebab Diabetes Mellitus Gestasional
 Faktor risiko Diabetes Mellitus Gestasional
 Tanda gejala Diabetes Mellitus Gestasional
 Komplikasi Diabetes Mellitus Gestasional
 Apa yang harus dilakukan?
 Pengertian KB
 Tujuan penggunaan kontrasepsi
 Fase-fase dalam Mengatur Kehamilan
 Macam-macam Metode Kontrasepsi

0 0
2. Materi (Terlampir)
3. Proses Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Penyuluh Peserta Waktu


1. Pendahuluan 1.Mengucapkan 1. Menjawab salam 10
pertama salam 2. Mendengarkan menit
2.Menjelaskan 3. Menjawab kuis
tujuan penyuluhan yang ditanyakan
3.Kuis tentang DM 4. Peserta
Gestasional membaca sekilas
4.Membagikan leaflet Metode
Leaflet DM KB
gestasional
2. Penyajian 1. Pengertian 1. Peserta 25
materi Diabetes Mellitus mendengarkan menit
Gestasional dan
pertama
2. Penyebab memperhatikan
Diabetes Mellitus dengan seksama
Gestasional 2. Peserta
3. Faktor risiko menanyakan hal-
Diabetes Mellitus hal yang ingin
Gestasional diketahui atau
4. Tanda gejala dikonfirmasi
Diabetes Mellitus ataupun belum
Gestasional dipahami terkait
5. Komplikasi DM gestasional
Diabetes Mellitus 3. Peserta aktif
Gestasional terlibat saat kuis
6. Pencegahan
Diabetes Mellitus
Gestasional
7. Apa yang harus
dilakukan?
3. Penutup 1.Kuis dan tanya 1. Perserta 5 menit
jawab untuk menjawab kuis
mengevaluasi dan bertanya
hasil penyuluhan terkait materi

0 0
4. Pendahuluan 1.Kuis tentang 1. Menjawab kuis 5 menit
Metode KB yang ditanyakan
materi kedua
2.Membagikan 2. Peserta
Leaflet Metode membaca sekilas
KB leaflet Metode
KB
5. Penyajian 1.Pengertian KB 1. Peserta 25
materi 2.Tujuan mendengarkan menit
3.Fase-fase dalam dan
Mengatur memperhatikan
Kehamilan dengan seksama
4.Macam-macam 2. Peserta
Metode menanyakan hal-
Kontrasepsi hal yang ingin
diketahui atau
dikonfirmasi
ataupun belum
dipahami terkait
Metode KB
3. Peserta aktif
terlibat saat kuis
6. Penutup 1. Kuis dan tanya 1. Perserta 10
jawab untuk menjawab kuis dan menit
mengevaluasi hasil bertanya terkait
penyuluhan materi
2. Menutup acara 2. menjawab salam
penyuluhan dengan
salam

4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
5. Alat dan Bahan
a. Leaflet
6. Evaluasi

Kuis interaktif
7. Jobdesc

0 0
a. Penyaji
 Erma Nurliati S
 Putri Puspita Amalia
b. MC : Berliana Nur Frisda
c. Absensi + kuis : Azra Fauziyah Azayanti
d. Dokumentasi + operator : Izzatul Ainiyah

0 0
Lampiran 1

Materi 1

A. Pengertian Diabetes Mellitus Gestasional


Diabetes Mellitus atau disebut diabetes merupakan penyakit gangguan
metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh
tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Diabetes mellitus
merupakan satu dari tiga (anemia dan saluran kemih) komplikasi medis pada
kehamilan yang paling sering. Terdapat beberapa tipe diabetes mellitus yaitu tipe 1
(bergantung insulin), tipe 2 (tidak bergantung insulin) dan Diabetes Mellitus
Gestasional (Tito Putri, Wahjudi and Prasetyowati, 2018).

Diabetes dalam kehamilan dibagi menjadi 2 yaitu diabetes overt


(didiagnosa sejak sebelum hamil) dan Diabetes Mellitus Gestasional (didiagnosa
saat kehamilan). Diabetes Mellitus Gestasional didefinisikan sebagai intoleransi
karbohidrat dengan tingkat keparahan bervariasi dan pertama kali diketahui saat
kehamilan. Sebagian besar wanita dengan Diabetes Mellitus Gestasional sudah
menderita diabetes overt yang belum terdeteksi. Ibu hamil dengan diabetes
mellitus merupakan diabetes mellitus tipe 2 yang merupakan gangguan ketika
produksi insulin oleh pankreas tidak mencukupi, atau ketika sel-sel tubuh tidak
merespon insulin (resistensi insulin) (Tito Putri, Wahjudi and Prasetyowati, 2018).

DM yang ditemukan pada saat kehamilan atau hiperglikemia pada ibu


hamil, sebelumnya tidak pernah didiagnosis diabetes atau hiperglikemia pada ibu
hamil. Kondisi ini akibat proses metabolisme dan perubahan hormonal selama
masa kehamilan yang memiliki efek diabetogenik. Umumnya termasuk golongan
NIDDM atau DM yang tidak bergantung pada insulin (Cahyani and
Kusumaningrum, 2017).

Pada usia kehamilan lebih dari 26 minggu, tubuh memproduksi beberapa


hormon, seperti estrogen, progesteron, kortisol dan HPL (Human Placental

0 0
Lactogen) yang memiliki efek resistensi insulin. Fungsi dari efek hormonal
menyebabkan peningkatan nutrisi dan gula dalam peredaran darah yang dapat
membantu pertumbuhan janin. Oleh sebab itu sebagai kompensasi, tubuh
memproduksi lebih banyak insulin. Diabetes Mellitus Gestasional terjadi apabila
ibu hamil tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau sel
tubuh lebih resisten terhadap insulin (Negara, 2015). Selain itu, Diabetes melitus
yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin yang
dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa untuk melewati
membran sel. Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan ginjal harus
mengsekresikannya melalui urine dan bekerja keras sehingga ginjal tidak dapat
menanggulanginya sebab peningkatan laju filtrasi glomerulus dan penurunan
kemampuan tubulus renalis proksimal/renalis untuk mereabsorbsi glukosa.
Glukosa darah ibu yang meningkat akan disalurkan ke janin melalui plasenta.
Janin memang tidak menderita diabetes, tetapi harus meningkatkan produksi
insulinnya guna metabolisme glukosa yang ada. Akibat peningkatan kadar insulin
dan glukosa, terjadilah pertumbuhan fisik yang dramatis, yang menghasilkan bayi
besar (makrosomia) (Zainuddin, 2017).

Indonesia menggunakan penetapan oleh Perkeni (Perkumpulan


Endokrinologi Indonesia) untuk mengetahui risiko terjadinya hiperglikemia pada
kehamilan sejak pertama kali kunjungan. Apabila ibu mempuyai salah satu faktor
risiko maka saat usia kehamilan 24-26 minggu ibu akan dilakukan pemeriksaan
gula darah puasa dilanjutkan tes toleransi glukosa oral (TTGO). Hasil dari
pemeriksaan tersebut apabila ibu hamil dengan toleransi glukosa terganggu (TGT)
nilai glukosa darahnya 140−200 mg/dl dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
nila glukosa darahnya >90 mg/dl dapat dikatakan mengalami hiperglikemia saat
kehamilan atau disebut DMG (Cahyani and Kusumaningrum, 2017).

0 0
B. Etiologi Diabetes Dalam Kehamilan

Penyebab terjadinya diabetes dalam kehamilan menurut (Zainuddin, 2017)


sebagai berikut:

1. Pola Makan: Apabila tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah yang
cukup, mengkonsumsi makanan berlebihan yang berarti jumlah kalori yang
dibutuhkan tubuh jumlahnya berlebih. Konsumsi makanan yang berlebihan
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat
2. Faktor keturunan / Genetik: Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua
kepada anak. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang
tuanya menderita diabetes melitus. Secara klinis, penyakit DM awalnya
didominasi oleh resistensi insulin yang disertai defek fungsi sekresi. Tetapi,
pada tahap yang lebih lanjut hal itu didominasi defek fungsi sekresi yang
disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria
yaitu karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya dengan
mekanisme proses oxidative phosphorylation (OXPHOS) di dalam penkreas.
3. Stress dan merokok: Ketika dalam keadaan stres, hormon-hormon stres ditubuh
akan meningkat hal ini juga akan memicu naiknya kadar gula di dalam darah.
Sedangkan merokok dapat memperberat gangguan sirkulasi darah di daerah
ujung-ujung tubuh misalnya jari kaki, sehingga denga merokok dapat
mempercepat proses pembentukan gangren
4. Kegemukan / obesitas biasanya terjadi pada usia 40 tahun: Sebenarnya DM bisa
menjadi penyebab dan akibat. Sebagai penyebab, obesitas menyebabkan sel
beta ( yang mengsekresi insulin dalam darah) pankreas penghasil insulin
hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan dan jebol sehingga insulin
menjadi berkurang produksinya. Sebagai akibat pengguna insulin sebagai terapi
diabetes melitus belebihan menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang
berlebihan pula
5. Bahan kimia dan obat-obatan: Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas
sehingga menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas

0 0
menyebaban pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan
hormon yang diperlukan untuk metabolisme tubuh, termasuk hormon insulin.
6. Mengkonsumsi karbohidrat berlebihan: Tingginya konsumsi karbohidrat
menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat. Jika jumlah insulin
yang diproduksi tidak disekresikan oleh sel-sel beta (yang mengsekresi insulin
dalam darah) pankreas akibat beberapa gangguan dalam tubuh, glukosa darah
tidak diubah menjadi energi dan tidak dapat diubah dalam bentuk glikogen. Hal
ini menyebabkan kadar glukosa dalam darah tinggi, (melewati batas
kesanggupan ginjal untuk menyaring glukosa karena konsentrasinya terlalu
tinggi), glukosa akan dikeluarkan melalui urin sehingga terjadi glukosaria
(glukosa dalam urin = kencing manis)
7. Kerusakan pada sel pancreas: Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas
juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan
fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan
displidemia dapat meningkatkan risiko diabetes melitus.
C. Faktor Risiko Diabetes Dalam Kehamilan

Faktor risiko yang dapat terkena diabetes dalam kehamilan menurut


(Cahyani and Kusumaningrum, 2017; Ningsih, Subarto and Fajarini, 2019;
Ramadhona, 2019) sebagai berikut:

1. Usia ≥ 35 tahun: Ibu hamil di atas usia 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi
dibandingkan yang hamil di usia lebih muda. Ibu yang berusia ≥ 35 tahun
cenderung memiliki kadar gula darah tinggi karena kadar insulin yang
diproduksi oleh tubuh semakin berkurang
2. Obesitas (IMT > 30): Obesitas merupakan kondisi tubuh dengan kadar lemak
yang terlalu tinggi yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan, salah
satunya adalah GDM. Pada penderita GDM, pankreas menghasilkan insulin
dalam jumlah yang cukup, namun insulin tersebut tidak dapat bekerja maksimal
dalam membantu sel-sel tubuh menyerap glukosa dikarenakan kadar lemak

0 0
dalam darah yang tinggi terutama kolesterol dan trigliserida (lemak dalam
darah)
3. Riwayat hipertensi/tekanan darah tinggi: Hubungan diabetes dengan hipertensi
dapat terjadi bersamaan karena keduanya memiliki keterkaitan yang cukup erat,
yaitu memungkinkan penyakit lain terjadi seperti penyakit jantung dan gagal
ginjal. American Diabetes Association merekomendasikan tekanan darah
penderita DMG harus dibawah 140/90 mmHg. Bila ada gangguan ginjal
dianjurkan tekanan darah lebih rendah lagi
4. Riwayat keluarga yang memiliki DM: Riwayat diabetes mellitus keluarga
adalah faktor penting pada kebanyakan penderita diabetes dari keluarga yang
sama secara autosom dominan. Kelainan yang diturunkan ini dapat langsung
mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuannya untuk mengenali dan
menyebarkan rangsangan sekretoris atau serangkaian langkah kompleks yang
merupakan bagian dari sintesis atau pelepasan insulin. Keadaan ini
meningkatkan kerentanan individu tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan
yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta pancreas. Wanita yang
mengalami diabetes saat hamil memiliki homeostasis glukosa yang normal pada
paruh pertama kehamilan
5. Riwayat DM pada kehamilan sebelumnya: Riwayat Hiperglikemia pada
kehamilan sebelumnnya mempunyai risiko berulangnya hiperglikemia pada
kehamilan selanjutnya dengan prevalensi sebesar 35% dari ibu yang mengidap
hiperglikemia pada kehamilan sebelumnya.
6. Riwayat melahirkan bayi besar ( > 4 kg): Faktor yang menyebabkan
makrosomia pada janin antara lain ibu dengan obesitas, DM type 2, kehamilan
lebih bulan atau serotinus, multiparitas, orang tua bertubuh besar atau berat
badan yang berlebihan selama kehamilan (≥ 90 kg), usia ibu, riwayat bayi
makrosomia sebelumnya, multiparitas, janin laki-laki dan ras.
7. Riwayat bayi lahir mati: Riwayat bayi lahir mati yang tidak diketahui
penyebabnya dan riwayat kematian bayi usia dini (0-7 hari) atau riwayat
obstetri jelek dicurigai merupakan faktor risiko terjadinya hiperglikemi pada

0 0
ibu. Hiperglikemia pada ibu hamil menjadi faktor prognosis negatif yang
penting dan berhubungan dengan luaran neurologis pada anak jangka panjang
8. Riwayat bayi dengan kecacatan: Cacat bawaan biasanya terjadi pada kehamilan
dengan hiperglikemi yang tidak terpantau sebelum hamil dan kontrol gula darah
yang buruk pada trimester pertama
9. Riwayat penyakit jantung: Kadar gula yang tinggi dan dibiarkan tidak
terkontrol bisa meningkatkan risiko penyakit jantung menyerang. Pasalnya,
glukosa berlebih yang mengalir dalam darah bisa merusak pembuluh darah dan
pada akhirnya memicu serangan jantung
10. Riwayat glukosauria (kadar gula darah berlebih dalam urin)
D. Tanda Dan Gejala Diabetes Dalam Kehamilan
Tanda dan gejala dari diabetes dalam kehamilan umumnya tidak jauh berbeda
dengan penderita diabetes menurut (Cahyani and Kusumaningrum, 2017; The
Center of Disease Control and Prevention, 2017) sebagai berikut:

1. Poliuria (banyak kencing)


2. Polidipsia (haus dan banyak minum) dan polifagia (banyak makan)
3. Pusing, mual dan muntah
4. Obesitas
5. Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus vulva
6. Konsentrasi berkurang
7. Menyebabkan infeksi salurang kemih (ISK)
8. Ketonemia (kadar keton berlebihan dalam darah)
9. Glikosuria (ekskresi glikosa ke dalam urin)
10. Gula darah 2 jam > 200mg/dl
11. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
12. Gula darah puasa > 126 mg/d

E. Komplikasi Diabetes Dalam Kehamilan

0 0
Komplikasi diabaetes dalam kehamilan dibagi menjadi komplikasi bagi ibu
dan bayi
1. Bagi ibu
a. Hipertensi termasuk hipertensi gestasional
b. Preeklampsia
c. Eklampsia
d. Persalinan sectio caesarea (Kampmann, 2015)
e. Infeksi seperti vulvovaginitis, candida, ISK, infeksi saluran pernafasan,
dan sepsis panggul saat nifas
f. Polihidramnion
g. Kelahiran prematur
h. Hipoglikemia berat
i. Ketoasidosis diabetic
j. Nefropati diabetic
k. Retinopati diabetic
l. Neuropati diabetic (Akhalya et al., 2019).
2. Bagi bayi
a. Makrosomia
b. Neonatus adipositas (kelebihan timbunan lemak dalam tubuh)
c. Distosia bahu
d. Bayi lahir mati (Kampmann, 2015)
e. Abortus spontan
f. Malformasi kongenital
g. Sindrom gangguan pernafasan
h. Hipoglikemia
i. Hipokalemia
j. Hiperbilirubin dan polisitemia
k. Kardiomiopati
l. Perkembangan kognitif jangka panjang

0 0
m. Risiko terkena diabetes tipe 1 maupun 2 (warisan dari orangtua) (Akhalya
et al., 2019).
F. Pencegahan Diabetes Dalam Kehamilan
Pencegahan diabetes dalam kehamilan menurut (Ratnaningsih, Ismawati and
Septadara, 2019) sebagai berikut:
1. Pendidikan Kesehatan dan Dukungan Keluarga:
a. Pendidikan kesehatan kepada pasien dianggap sebagai pilar utama
dalam mempertahankan tingkat glukosa darah.
b. Tingkat glukosa pada wanita dengan Gestasional Diabetes Melitus
(GDM) hampir sama dengan yang sehat.
c. Pendidikan dapat diberikan oleh Perawat / Bidan tentang Diabetes
Mellitus Gestasional, Gizi, dan Pendidikan Kesehatan terutama
Pencegahan Diabetes Mellitus Gestasional
d. Bidan/perawat dapat memberikan dampingan kepada ibu selama
periode postpartum melalui mendorong menyusui, perencanaan diet
sehat, mendukung tidur yang cukup, dan mengatur glukosa darah
e. Peran keluarga selama kehamilan memiliki efek terbesar pada
kesehatan fisik dan mental ibu
f. Semua tindakan pencegahan harus diambil untuk mengurangi
ketegangan dan kecemasan. Seorang wanita hamil membutuhkan
dukungan keluarga untuk memantau dan mengontrol kadar glukosa
darah secara teratur dan dengan sistem hidup sehat bebas dari stres
hingga pada masa nifas
2. Nutrisi:
a. Mengikuti diet sehat seimbang yang memberikan nutrisi yang
diperlukan untuk wanita hamil dan janin, dengan tujuan untuk
menghindari tingkat gula darah yang tinggi; ini dapat dicapai dengan
terapi nutrisi. Diet harus mengandung kalori yang dibutuhkan untuk
wanita hamil, biasanya antara 1800-2000 kalori

0 0
b. Makan 3 - 4 porsi buah yang kaya vitamin dan konsumsi mineral
setiap hari. Minum 8 gelas air setiap hari
c. Pembagian makanan ke dalam tiga makanan utama (Sarapan-Makan
siang-Makan malam) dan dua atau tiga camilan sehari-hari. Makan
harus seimbang dan mengandung semua unsur gizi. Memiliki sarapan
kecil diikuti dengan camilan yang sama setelah 2 jam
d. Tingkat glukosa pada wanita yang menderita Gestasional Diabetes
Melitus (GDM) biasanya tinggi di pagi hari. Oleh karena itu, sarapan
harus mengandung jumlah yang tepat dari karbohidrat yang jauh lebih
sedikit yang diambil di siang dan makan malam. Misalnya, sarapan
berisi secangkir susu krim, seperempat dari sepotong roti, dan satu
telur rebus.
e. Tidak melewatkan waktu makan
f. Mengkonsumsi karbohidrat yang sesuai. Karbohidrat harus
memperhitungkan 40% - 45% dari total kalori diambil dalam sehari-
hari sehingga sarapan utama dan makanan ringan yang diambil
sebelum tidur mengandung 15-30 gm karbohidrat
g. Memilih makanan yang kaya serat seperti roti dibuat dari seluruh
grainflour, makaroni, beras, buah-buahan, dan sayuran. Seorang
wanita hamil harus memiliki dari 20-35 gm serat setiap hari.
h. Makanan apa yang harus dihindari ibu hamil? Lemak harus kurang
dari 40% dari kalori harian, lemak terutama lemak jenuh (mentega)
yang harus kurang dari 10%. Makan produk protein dan daging yang
mengandung sedikit lemak seperti daging ayam berkulit, ikan, dan
daging bebas lemak, dan menghindari makan daging olahan seperti
makan siang, hamburger, bakso, sosis, hotdog, dan pasta. Menghapus
lemak dalam daging dan kulit ayam. Menggunakan metode memasak
yang mengurangi penggunaan lemak seperti makanan yang
dipanggang dan direbus. Menghindari makanan menggoreng dengan
minyak atau mentega. Jika diperlukan, sejumlah kecil minyak dapat

0 0
digunakan dengan bantuan peralatan dapur yang bergantung pada
jumlah kurang minyak. Minum susu, terutama susu skim, karena
merupakan sumber yang paling penting dari kalsium. Menghindari
minuman manis dan tambahan gula pada jus, lebih baik untuk
mengkonsumsi buah di Mengurangi permen, es krim, kue, dan biskuit
3. Latihan jasmani:
a. Berolahraga adalah salah satu cara mengendalikan Gestasional
Diabetes Melitus (GDM) karena mengurangi kadar glukosa darah
dengan membakar kalori dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap
insulin
b. Berolahraga dianjurkan setelah makan untuk mengontrol gula darah
seperti berjalan kaki selama 10 - 15 menit setelah setiap makan
c. Seorang wanita hamil harus makan satu potong buah atau 15gm
karbohidrat jika dilakukan olahraga selama 30 menit, tetapi jika wanita
hamil olahraga 2 jam atau lebih setelah makan, ibu harus makan
camilan sebelum berolahraga
d. Latihan seperti memindahkan bagian atas tubuh atau berenang dan
bergabung dengan kelas olahraga yang dianjurkan untuk wanita hamil
(Yoga Hamil)
e. Di antara tindakan pencegahan paling penting yang harus diikuti
sebelum memulai program olahraga selama kehamilan konsultasi
dokter untuk memastikan bahwa tidak ada kontraindikasi atau
membahayakan kehamilannya.
4. Rutin periksa ke Dokter/Bidan/Perawat seperti rutin periksa berat badan.

G. Penatalaksanaan Diabetes Melitus dalam Kehamilan


Pada pasien dengan Diabetes Mellitus Gestasional, dilakukan pemantauan
kadar glukosa darah dan modifikasi gaya hidup.
1. Pemantauan Kadar Gula Darah

0 0
Setelah terdiagnosa Diabetes Mellitus Gestasional, pasien perlu
melakukan pemantauan kadar gula darah secara rutin, baik glukosa darah
puasa maupun glukosa darah post prandial. Sebaiknya pasien melakukan
kunjungan antenatal rutin setiap bulan untuk memantau kadar gula darah dan
pertumbuhan fetus. 5th International Workshop-Conference on Gestational
Diabetes Mellitus merekomendasikan kadar gula darah puasa <95 mg/dL, 1
jam postprandial <140 mg/dL, dan 2 jam post prandial <120 mg/dL.
2. Aktivitas Fisik dan Kontrol Berat Badan
Setiap ibu hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
direkomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik selama 30 menit dalam
sehari atau 150 menit dalam seminggu. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan
adalah berenang, aerobic low impact, berjalan, dan sepeda statis. Ibu hamil
juga perlu mengontrol berat badan selama masa kehamilan. Pada ibu yang
memiliki riwayat obesitas sebaiknya pertambahan berat badan tidak melebih
11,5 kg. Pada ibu hamil yang memiliki berat badan ideal sebaiknya
pertambahan berat badan dijaga berkisar 0,5-2,5 kg pada trimester pertama
dan 500 gram per minggu pada trimester selanjutnya.
3. Diet
Pasien Diabetes Mellitus Gestasional sebaiknya berkonsultasi dengan
ahli gizi khusus karena kebutuhan kalori perlu disesuaikan dengan kondisi
masing-masing individu. Secara umum, kebutuhan kalori pada wanita
dengan Diabetes Mellitus Gestasional adalah 35-40 kcal/kg jika
underweight, 30-34 kcal/kg pada berat badan yang ideal, dan 23-25 kcal/kg
jika overweight. Komposisi nutrisi tidak berbeda dengan ibu hamil yang
tidak mengalami diabetes. Rekomendasi intake protein adalah sebesar 1-1,5
gram/kg. Jenis karbohidrat sederhana dan gula sebaiknya dikurangi dan
digantikan dengan sumber karbohidrat yang lebih sehat, seperti sayur-
sayuran, buah, dan gandum utuh. Makanan tinggi lemak dan produk olahan
sebaiknya dihindari.

0 0
Materi 2

A. Pengertian KB
KB merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan
memberikan nasehat perkawinan, kesuburan, kemandulan dan penjarangan
kelahiran. KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval kelahiran. KB adalah proses yang disadari
oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran
(Matahari, Utami dan Sugiharti, 2018).
Salah hal yang paling sering dibahas dalam KB adalah penggunaan alat
kontrasepsi untuk mencegah, menunda dan menjarangkan kehamilan. BKKBN
(2020) menyatakan bahwa kontrasepsi dapat bersifat sementara, dapat pula
bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas.
B. Tujuan

Tujuan kontrasepsi adalah untuk menjarangkan kehamilan atau menjaga jarak


kelahiran. Juga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi karena jarak
kelahiran yang terlalu dekat atau terlalu sering (Setyaningrum, 2020). Selain itu,
Keluarga Berencana bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Di
samping itu dengan KB diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang
berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan
keluarga.

C. Fase-fase dalam Mengatur Kehamilan


1) Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya belum
mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang

0 0
sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan.
Kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan
yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100% serta
efektifitas yang tinggi. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum
mempunyai anak. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah
kondom dan pil KB.
2) Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2–4tahun. Kriteria kontra sepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi,
reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi.
Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
Kontrasepsi yang disarankan di antaranya: IUD, implan, KB suntik
3) Fase Mengakhiri Kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 35
tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan
hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu
dan anak. Selain itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode
kontap, AKDR, implan.
D. Macam-macam Metode Kontrasepsi
Berikut macam-macam metode kontrasepsi menurut Matahari, Utami dan
Sugiharti (2018):
I. Metode Kontrasepsi Hormonal
1) Pil KB Kombinasi
a. Mekanisme
Pil kombinasi menekan ovulasi, mencegah implantasi,mengentalkan
lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma, dan menganggu

0 0
pergerakan tuba sehingga transportasi telur terganggu.Pil ini diminum
setiap hari.
b. Efektivitas
Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari
1diantara100 ibu dalam 1 tahun.
c. Kelebihan
 Mudah diperoleh
 Memberi perlindungan terhadap beberapa masalah kesehatan
seperti osteoporosis, kista ovarium, kanker endimetrium, tumor
payudara
 Pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan
 Dapat dihentikan kapapun tanpa perlu bantuan tenaga kesehatan
 Kesuburan cepat kembali
d. Kekurangan
 Harus diminum setiap hari.
 Mengurangi produksi ASI
 Adanya efek samping yang tidak diinginkan di antaranya:
perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin pendek, haid
tidak teratur, haid jarang, atau tidak haid), sakit kepala, pusing,
mual, nyeri payudara, perubahan berat badan, jerawat peningkatan
tekanan darah
2) Pil KB Progestin/ Minipil
a. Mekanisme
Minipil menekan sekresi gonadotropin dan sintesissteroid seks di
ovarium, endometrium mengalami transformasi lebih awal
sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga
menghambat penetrasi sperma, mengubah motilitas tuba sehingga
transportasi sperma terganggu.
b. Efektivitas

0 0
Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari
1diantara100 ibu dalam 1 tahun.
c. Kelebihan
 Dapat diminum saat menyusui
 Pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan
 Dapat dihentikan kapapun tanpa perlu bantuan tenaga kesehatan
 Mencegah kanker endometrium
 Kesuburan cepat kembali
d. Kekurangan
 Harus diminum setiap hari.
 Adanya efek samping seperti: perubahan pola haid (haid jadi
sedikit atau semakin pendek, haid tidak teratur, haid jarang, atau
tidak haid, spotting), sakit kepala, pusing, mual, nyeri payudara,
nyeri perut, perubahan berat badan, jerawat, peningkatan tekanan
darah
 Efektivitas rendah jika diminum bersama obat TB dan obat
epilepsi
3) KB Suntik 1 Bulan
a. Mekanisme
Suntik kombinasi menekan ovulasi, atrofi pada endometrium sehingga
implantasi terganggu, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit
dilalui oleh sperma, dan menganggu pergerakan tuba sehingga
transportasi telur terganggu.
b. Efektivitas
Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari
1diantara100 ibu dalam 1 tahun.
c. Kelebihan
 Tidak perlu dilakukan setiap hari
 Tidak perlu pemeriksaan dalam
 Mencegah kanker ovarium dan kanker endometrium

0 0
 Mengurangi kista ovarium
d. Kekurangan
 Ketergantungan pada pelayanan kesehatan
 Efektivitas rendah jika bersamaan dengan obat TB dan obat
epilepsi
 Adanya efek samping ; perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau
semakin pendek, haid tidak teratur, haid memanjang, haid
jarang,atau tidak haid), sakit kepala, pusing, nyeri payudara,
kenaikan berat badan, efek samping serius seperti serangan
jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak, kemungkinan
tumor hati
 Mengurangi bahkan menghentikan produksi ASI
 Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian
4) KB Suntik 3 Bulan
a. Mekanisme
Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita, Mengentalkan
lender mulut rahim, sehingga sel sperma tidak dapat masuk dalam
rahim, menipiskan endometrium sehingga mencegah implantasi.
b. Efektivitas
Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari
1diantara100 ibu dalam 1 tahun.
c. Kelebihan
 Tidak mempengaruhi produksi ASI.
 Sedikit efek samping
 Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause
 Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
d. Kekurangan

0 0
 Adanya efek samping seperti: perubahan pola haid (haid jadi
sedikit atau semakin pendek, haid tidak teratur, haid jarang, atau
tidak haid, spotting), pusing, mual, perubahan berat badan,
 Ketergantungan pada pelayanan kesehatan
 terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian
5) Implan
a. Mekanisme
Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan lender serviks,
menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan mengurangi
transportasi sperma. Implan dimasukkan di bawah kulit dan dapat
bertahan hingga 3-5tahun,tergantung jenisnya.
b. Efektivitas
Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari
1diantara100 ibu dalam 1 tahun.
c. Kelebihan
 Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
 Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
 Tidak mengganggu ASI.
 Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
d. Kekurangan
 Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.
 Terasa lebih mahal.
 Sering timbul perubahan pola haid.

II. Metode Kontrasepsi Non-hormonal


1) IUD
a. Mekanisme
Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi,
sehingga menggangu implantasi, Mencegah adanya pembuahan

0 0
dengan mengeblok bersatunya ovum dan sperma, Mengurangi jumlah
sperma yang mencapai tuba falopii, menginaktifkan sperma.
b. Efektivitas
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun.
c. Kelebihan
 Dapat digunakan selama laktasi;
 Tidak membutuhkan tindakan selama senggama berlangsung
 Efektivitas penggunaan berlangsung lama (beberapa efektif
selama10 tahun)
 Tidak menimbulkan efek sistemik
 Ekonomis
 Efektivitas cukup tinggi
 Kesuburan dapat segera kembali
 Dapat segera dipasang pasca salin dan pasca abortus
 Dapat digunakan sampai menopause
d. Kekurangan
 Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
 Haid lebih lama dan banyak
 Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
 Tidak mencegah IMS termasuk HIV /AIDS
 Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang serig berganti pasangan
 Penyakit radang panggul terjadi sedudah perempuan dengan IMS
 Diperlukan prosedur medis
 Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melepasnya
 Ada kemuungkinan AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui
2) Kontap/ Metode Operasi Wanita/Pria

0 0
a. Mekanisme
Menutup (mengikat memotong atau memasang cincin) pada tuba
falopii atau vas deferens, sehingga sperma dan ovum tidak dapat
bertemu.
b. Efektivitas
Pada umumnya, resiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 dalam 1
tahun.
c. Kelebihan
 Efek samping hanya berupa efek samping dari prosedur bedah dan
tidak ada efek samping lain seperti berat badan bertambah, pusing,
dll.
 Bersifat permanen sehingga kemungkinan gagal sangat kecil
 Pada MOP pria dapat ikut serta secara aktif dalam perencanaan
keluarga
 Tidak mempengaruhi maskulinitas
d. Kekurangan
 Harus dilakukan prosedur bedah
3) Metode Amenorea Laktasi
a. Mekanisme
Kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air Susu Ibu(ASI)
ekslusif untuk menekan ovulasi. Metode ini memiliki tiga syarat
yang harus dipernuhi, yaitu: Ibu belum mengalami haid, Bayi disusui
secara ekslusif dan sering, sepanjang siang dan malam. Bayi berusia
kurang dari 6 bulan
b. Efektivitas
Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1 di
antara 100 ibu dalam 6 bulan setelah persalinan.
c. Kelebihan
 Mendorong pola menyusui yang benar,sehingga membawa
manfaat bagi ibu dan bayi.

0 0
 Tidak memerlukan biaya
d. Kekurangan
 Risiko kehamilan tinggi bila ibu tidak menyusui bayinya
secara benar.
4) Koitus Interuptus
a. Mekanisme
Metode Keluarga Berencana Tradisional,dimana pria mengeluarkan
alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi
b. Efektivitas
Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan adalah 4 diantara100 ibu
dalam 1 tahun.
c. Kelebihan
 Tidak ada efek samping
 Tidak perlu biaya dan prosedur khusus
d. Kekurangan
 Kurang efektif
5) Kondom
a. Mekanisme
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang
di penis sehingga sperma tersebut tidak curah ke dalam saluran
reproduksi perempuan.
b. Efektivitas
Pada umumnya, resiko kehamilan 2 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
c. Kelebihan
 Tidak ada efek samping sistemik kecuali pada Ibu yang alergi
lateks
 Melindungi dari infeksi menular seksual
 Dapat digunakan sebagai metode sementara atau cadangan
(backup) sebelum menggunakan metode lain,

0 0
d. Kekurangan
 keberhasilan sangat dipengaruhi cara penggunaan
 harus disiapkan sebelum berhubungan seksual

0 0
DAFTAR PUSTAKA

Akhalya et al. (2019) ‘A review article- gestational diabetes mellitus’,


Endocrinology&Metabolism International Journal, 7(1), pp. 26–39. doi:
10.15406/emij.2019.07.00238.
American Diabetes Association. Management of diabetes in pregnancy: standards of
medical care in diabetes. Diabetes Care. 2018;41(1):137-143.
Badan Pusat Statistik (2021) Angka Kematian Baru ahir (Neo-Natal Death Rate),
Badan Pusat Statistik. Available at:
https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/1161
BKKBN (2020) Mulailah Dengan Membangun Kesejahteraan Keluarga. Available at:
http://jabar.bkkbn.go.id/?p=1580
Cahyani, I. I. and Kusumaningrum, N. S. D. (2017) ‘Karakteristik Ibu Hamil Dengan
Hiperglikemia’, 1(4), pp. 131–142.
Farrar D, Simmonds M, Bryant M, Sheldon T, Tuffnell D, Golder S.
Treatment for gestasional diabetes: a systematic review and meta-analysis.
BMJ Open. 2017;7:1-15.
Ferrara A, Hedderson MM, Albright CL, Ehrlich SF, Quesenberry CP, Peng T, et al. A
pregnancy and postpartum lifestyle intervention in women with gestasional
diabetes mellitus reduces diabetes risk factor. Diabetes Care. 2011;34:1519-25
Garrison A. Screening, diagnosis, and management of gestasional
diabetes mellitus. Am Fam Physician. 2015;91(7):460-467.
Hoirunnisah, M. et al. (2020) ‘Tes Toleransi Glukosa Oral Pada Ibu Hamil Trimester
II Dan III diPuskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung’, Juni, 11(1),
pp. 135–144. doi: 10.35816/jiskh.v10i2.227.
Kampmann, U. (2015) ‘Gestational diabetes: A clinical update’, World Journal of
Diabetes, 6(8), p. 1065. doi: 10.4239/wjd.v6.i8.1065.
Matahari, R., Utami, F. P. dan Sugiharti, S. (2018) “Buku Ajar Keluarga Berencana
Dan Kontrasepsi,” pustaka Ilmu. Tersedia pada:
http://eprints.uad.ac.id/24374/1/buku ajar Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi.pdf.
Negara, K. S. (2015) ‘Skrining Diabetes melitus gestasional’, Divisi Kedokteran
Fetomaternal, Obstetri dan Ginekologi FK UNUD, (November), p. 2429.
Ningsih, S. R., Subarto, C. B. and Fajarini, N. (2019) Mengenal dan Upaya
Mengatasi Diabetes Melitus dalam Kehamilan. 1st edn. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nurain, M. N. et al. (2019) ‘Management of diabetes in pregnancy in primary care’,
Malaysian Family Physician, 14(3), pp. 55–59.
Purnamasari D, Waspadji S, Adam JMF, Rudijanto A, Tahapary D. Indonesian clinical
practice guidelines for diabetes in pregnancy. Journal of the ASEAN
Federation of Endocrine Societies. 2013;28(1):1-17
Rahayu, A. and Rodiani (2016) ‘Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap
Kelahiran Bayi Makrosomia’, Majority, 5(4), pp. 17–22.

0 0
Ramadhona, T. I. (2019) ‘Hubungan Riwayat Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus di
Puskesmas Yogyakarta’.
Ratnaningsih, S., Ismawati and Septadara, U. L. (2019) ‘Program Pencegahan
Gestational Diabetes Mellitus ( PGDM )’, p. 21.
Setyaningrum (2020) ‘Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.’, 2
The Center of Disease Control and Prevention (2017) ‘Diabetes and Pregnancy
Gestational Diabetes’, US Department of Health and Human Services, p. 12.
Tito Putri, M. D. M., Wahjudi, P. and Prasetyowati, I. (2018) ‘Gambaran Kondisi Ibu
Hamil dengan Diabetes Mellitus di RSD dr. Soebandi Jember Tahun 2013-
2017’, Pustaka Kesehatan, 6(1), p. 46.
Zainuddin, A. I. (2017) ‘Gambaran Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Gestasional
di RSIA Siti Khadijah Makassar Periode 2016-Juni 2017’, 11(1), pp. 92–105.

0 0

Anda mungkin juga menyukai