Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

ANALISIS JURNAL ”RESTORATION OF VISUAL ACUITY WITH


“ISOTINE” EYE DROPS-AN AYURVEDIC FORMULATION: A
RETROSPECTIVE STUDY CASE SERIES IN VARIOUS EYE DISORDERS”
DENGAN METODE PICO

disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Komplementer dengan


dosen pengampu Ns. Ridha,M.Kep

Disusun Oleh :

Tiara Kurnia Wanti (SR20214059)


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab kebutaan dan hambatan


penglihatan saat beraktivitas. Miopia adalah salah satu gangguan penglihatan yang
memiliki prevalensi tinggi di dunia. Prevalensi kelainan refraksi di Indonesia
menempati urutan pertama pada penyakit mata dan ditemukan hampir 25%
jumlah penduduk mengalami kelainan ini dari populasi penduduk kurang lebih 55
juta jiwa (Usman, 2014). Menurut WHO, jika tidak ada bentuk prevensi maupun
pengobatan yang tepat terhadap miopia maka tidak menutup kemungkinan jumlah
penderita akan semakin meningkat. Berdasarkan laporan dari Institute of Eye
Research diperkirakan pada tahun 2020 penderita miopia akan bertambah banyak
hingga mencapai 2,5 milyar penduduk.

Penyebab terjadinya miopia sampai sekarang belum diketahui secara pasti


dan terdapat perbedaan pendapat para peneliti mengenai faktor genetik dan
lingkungan. Orang tua dengan miopia memiliki resiko menurunkan pada
keturunan mereka disbanding dengan orang tua yang tidak memiliki masalah
kesehatan tersebut. Sedangkan faktor lingkungan yang paling banyak berperan
ialah aktivitas atau pekerjaan yang sering mengamati obyek jarak dekat secara
terus menerus. Namun demikian, miopia dapat dicegah dan diobati sacara
bertahap.

Pengobatan tradisional merupakan kumpulan dari pengetahuan,


keterampilan, keyakinan serta pengalaman yang memiliki adat berbeda pada
masing – masing daerah yang mana memiliki manfaat dalam menjaga kesehatan
meliputi pencegahan, pemeliharaan kesehatan, diagnosa, pengobatan baik pada
fisik maupun psikis. Pengobatan tradisional juga biasa disebut dengan pengobatan
alternatif di beberapa negara (Supriadi, 2014). Saat ini, tidak hanya negara –
negara berkembang saja yang memanfaatkan pengobatan ini, tetapi juga banyak
negara maju yang turun mengembangkan teknik pengobatan kiblat timur ini
sebagai pelengkap dan alternatif terhadap pengobatan konvensional.

1
Di Indonesia, pengobatan komplementer dan alterniatif merupakan jenis
pengobatan yang bersifat non-farmaka atau non-konvensional. Pengobatan ini
ditujukan sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan yang meliputi usaha
promosi, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang di dapat melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan, serta keefektifan yang tinggi. Pengobatan
komplementer dilaksanakan pada fasilitas kesehatan apabila dalam terapinya
memiliki kebermanfaatan, bermutu, aman, terjangkau, dan terdapat hasil
penelitian dari institusi yang berwenang sesuai ketentuan (UU nomor 36 tahun
2009 pasal 48). Begitu pula dalam praktik keperawatan, dalam menjalankan tugas
sebagai pemberi asuhan keperawatan perawat berwenang untuk melakukan
penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif (UU nomor 38 tahun
2014 pasal 30).

Berdasarkan penelitian frekuensi minat masyarakat seluh dunia terhadap


jenis sistem pengobatan mulai bergeser pada sistem pengobatan komplemeter.
Tercatat sekitar 20% sampai 80% perkembangan pengobatan komplementer yang
ditemukan di populasi secara global. Hal ini tentunya memiliki daya tarik sendiri
yang didasarkan pada asumsi dasar dan prinsip – prinsip sistem yang beroperasi
(Amira & Okubadejo, 2007 dalam Erry dkk, 2014). Selain keefektifan dari sistem
pengobatan komplementer sebanding dengan pengobatan konvensional,
pengobatan ini juga tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh.

Pengobatan tradisional, alternatif, dan komplementer terdapat beberapa jenis


menurut Permenkes RI no 1109/Menkes/Per/2007 yakni intervensi tubuh dan
pikiran (mind and body intervention) yang dimaksud di dalamnya adalah
hipnoterapi, meditasi, penyembuhan spiritual, doa, dan yoga; sistem pelayanan
pengobatan alternative yakni akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, dan ayurveda; cara penyembuhan manual dengan chiropractice,
healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, dan pijat urut; pengobatan biofarmaka
seperti jamu, herbal, dan fitofarmaka; diet nutrusi untuk pengobatan dan
pencegahan seperti diet makri nutrient, micro nutrient; dan cara lain dalam
diagnosa dan pengobatan yakni terapi ozon, hiperbarik, dan EECP.

2
Salah satu jenis pengobatan komplementer adalah ayurveda yang biasa
disebut ayurvedic. Pengobatan ayurveda pertama kali dipelopori Dhanvantari
sekitar 1.500 Sebelum Masehi. Namun, baru sekitar tahun 200 Sebelum Masehi
pengobatan ayurveda ditampilkan dalam bentuk tulisan dan praktik menyeluruh.
Ayurveda mengajarkan teknik operasi, obat-obatan dari tanaman, aroma terapi dan
mengajarkan segi gaya hidup sehat termasuk meditasi. Para pakar memperkirakan
ayurveda memiliki sejarah lebih panjang, yakni dirintis sekitar tahun 3.000  SM
yang mencakup ajaran spiritual dan perilaku. Kitab Atreya Samhita salah satu
bagian ayurveda merupakan buku medis tertua di dunia (Anonim, 2012).

Dengan adanya kesadaran masyarakat global akan kesehatan, banyaknya


jenis penyakit, dan mahalnya harga pengobatan modern maka pengeobatan
ayurveda dipercaya sebagai terapi tambahan yang bekerja dengan cara
melengkapi terapi medis. Bahan yang digunakan sebagai obat oleh terapi
Ayurveda berasal dari alam sehingga memiliki efek samping minimal hingga
hampir tidak ada. Begitu pula pada penyakit kelainan refraksi mata (miopia) juga
dapat dicegah dan disembuhkan menggunakan jenis terapi ini. Maka dari itu, perlu
dilakukan pengkajian melalui analisa literatur dalam membuktikan keefektifan
terapi Ayurveda dan terapi komplementer lain terhadap penyakit kelainan mata
miopia.

3
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Teori
Ketika seseorang sedang mengalami penurunan kulitas kesehatannya,
mereka akan pergi ke klinik pelayanan kesehatan baik negeri maupun swasta.
Pengobatan konvensional banyak diminati oleh masyarakat luas sebab efek
pengobatan yang di dapat terbilang cepat dan instan. Namun, pengobatan
konvensional merupakan produk obat yang terbuat dari bahan – bahan kimia yang
tentunya memiliki efek samping terhadap tubuh baik dalam waktu dekat maupun
panjang. Sehingga banyak masyarakat yang mulai berpindah pada sistem
pengobatan non-konvensional yang dirasa memiliki efek samping minimum
dibanding dengan obat – obatan konvensional. Pengobatan non-konvensional atau
biasa disebut dengan pengobatan tradisional komplementer salah satunya adalah
Ayurveda.
2.1.1 Defini Ayurveda

Ayurveda atau ayurvedic adalah suatu pengobatan kuno yang berasal dari
India yang meliputi seluruh aspek gaya hidup. Kaya Ayurveda berasal dari Bahasa
sansekerta yang berarti ayur adalah hidup dan veda adalah pengetahuan, sehingga
secara harfiah berarti pengetahuan tentang kehidupan (SSRF, 2012).

Ayurveda merupakan suatu sistem pengobatan yang diartikan sebagai


sistematisasi dan penerapan pengetahuan khusus mengenai kesehatan dan
penyakit. Pengetahuan kesehatan khusus ini berupa keseimbangan dan
ketidakseimbangan dalam tubuh seseorang dapat diperbaiki dan dikembalikan
pada keadaan semula (PHID, 2015).

Ayurveda adalah sistem holistik yang menyembuhkan penyakit dan kondisi


pasien secara keseluruhan. Ayurvedic merupakan suatu pengetahuan dan teknik
penyembuhan yang murni berasal dari India (Lad, 2016).

Reshi Caraka mendefinisikan ayurveda sebagai pengetahuan yang dalam


menolong seseorang untuk memperoleh informasi pengetahuan mengenai manfaat
dan bahaya dari jenis – jenis kehidupan, jangka waktu yang hidup, dan yang hidup

4
yang alami dan wajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa ayurveda adalah teknik
pengobatan kuno India yang mempelajari tentang ilmu kehidupan dari manusia itu
sendiri dan dijadikannya sebagai dasar pengobatan penyakit yang dialami oleh
orang yang sakit. Ayurveda memperhatikan aspek holistik manusia sehingga
dalam praktiknya tidak mengesamping kelima aspek penting tersebut.

2.1.2 Sejarah Pengobatan Ayurveda

Pengobatan ayurvedic merupakan sistem kedokteran yang berkembang di


India. Ayurveda ada sejak zaman India kuno era buku – buku Suci kuno Weda
pertama kali dituliskan. Menurut ahli penelitian mengenai buku ini konsep dan
esensi dari ayurveda berasal dari Dewa Brahma sebagai sang pencipta dunia
menurut ajaran Hindu. Charaka yang diyakini hidup pada abad ke-6 sebelum
masehi adalah penulis yang merumuskan tenteng jenis obat – obatan dalam kitab
Weda yang disebut Samhita. Karyanya merupakan ringkasan lengkap mengenai
informasi medis yang berkaitan dengan aspek – aspek medis seperti etiologi,
menifestasi klinis, pengobatan, dan perawatan medis dalam kondisi sehat dan
sakit.

2.1.3 Prinsip dalam Pengobatan Ayurveda

Pengobatan ayurveda bertujuan untuk mengintegrasikan dan


menyeimbangkan tubuh, pikiran, dan jiwa. Dengan demikian, tujuan utama dari
pengobatan ayurveda adalah masyarakat yang bahagia, sehat, dan damai secara
holistik. Pengobatan ayurveda juga memperlakukan masalah fisik dan mental.
Dan terdapat dua hal penting dari pengobatan ayurveda adalah menjaga kesehatan
orang yang sehat dan menyembuhkan penyakt orang sakit. Hal ini diyakini dapat
membantu dalam memberikan pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.
Pengobatan ayurveda menggunakan berbagai produk dan teknik untuk
membersihkan tubuh dan mengembalikan keseimbangan (Pathwardhan & Vaidya,
2009). Beberapa dari produk ini mungkin berbahaya jika digunakan secara tidak
benar tanpa arahan seorang praktisi atau perawat yang terlatih. Sebab beberapa

5
obat herbal dapat menyebabkan efek samping atau berinteraksi dengan obat –
obatan konvensional.

Menurut ayurveda, lingkungan manusia terdiri dari lima elemen utama yaitu
eter atau zat, udara, api, air, dan tanah. Sama seperti di alam, manusia juga terdiri
dari lima elemen tersebut. ketika salah satu dari elemen ini tidak seimbang di
lingkungan, maka elemen tersebut akan mempengaruhi kesehatan tubuh
seseorang. Kelima elemen utama tersebut termanifestasu dalam tubuh sebagai tiga
cairan tubuh dasar yang dikenal sebagai doshas yakni vata, pitta, dan kapha.
Ketiga doshas tersebut mengatur pembentukan, pemeliharan, dan perusakan
jaringan tubuh serta merupakan kerakteritik penting dari konstitusi tubuh yang
disebut Prakriti. Berikut prinsip dari tiga doshas tersebut (Lad, 2008), yakni:

a. Vata bertanggung jawab dalam mengatur gerakan dan dapat dilihat


sebagai kekuatan yang mengarahkan impuls saraf, sirkulasi, sistem
pernapasan, eliminasi, dan lainya yang menghasilkan respon tubuh.
b. Pitta bertanggung jawab dalam proses transformasi dan metabolisme
pada tubuh. Mengubah dan mengasimilasi makanan menjadi nutrisi
yang dapat diserap oleh sel, jaringan, dan organ.
c. Kapha bertanggung jawab dalam pertubuhan. Doshas ini memberikan
perlindungan berupa cairan. Cairan serebrospinal yang melindungi otak
dan tulang belakang dan lapisan mukosa lambung merupaka contoh dari
kapha.

Tahapan dalam perawatan ayuvedic secara spesifik, ketika salah satu doshas
terakumulasi atau kehilangan keseimbangan, maka asyuveda menyarankan
seseorang untuk melakukan gaya hidup tertentu dan memberikan pedoman gizi
untuk membantu individu dalam mengurangi doshas yang berlebihan. Obat –
oabatb herbal juga disarankan untuk membantu menyembuhkan
ketidakseimbangan tersebut dan penyakitnya.

Dalam kitab Ayurveda terdapat banyak bahan ramuan obat yang ditulis dan
disusun untuk pengobatan masing – masing penyakit. Banyak bahan ramuan obat

6
tersebut yang mudah di cari dan ada di Indonesia. Dan tidak sedikit masyarakat
Indonesia yang dapat memanfaatkannya untuk mencegah timbulnya penyakit. Di
dalam ramuan obat, ayurveda membagi obat atau dravya menjadi dua jenis yaitu
vyakita atau obat yang tampak dan avyakita atau obat yang tidak tampak.
Berdasarkan jenis obat tampak sedian obat pada ayurveda tidak jauh berbeda
dengan sedian obat farmaka. Dimana obat – obatan ayurveda terdiri dari lima
unsur atau sediaan (Nath et al. 2016), yaitu:

a. Parthiva Dravya meupakan obat dengan sediaan padat. Pada umumnya


obat jenis ini memiliki sifat berat, stabil, kasar, dan memiliki kelebihan
dibanding ramuan obat lainnya yaitu memiliki bau yang khas. Obat jenis
ini berfungsi untuk menambah berat badan, menstabilkan, dan menjaga
kebugaran tubuh.
b. Apya Dravya merupakan obat dengan sediaan cair. Ramuan ini bersifat
dingin, berat, lembut, berminyak, pekat, dan memiliki rasa yang kuat.
Obat ini berfungsi untuk menjaga kelembaban kulit dan menghindarkan
tubuh dari penguapan berlebih.
c. Taijasa Dravya merupakan obat dengan sedian cair namun tidak sepekat
apya dravya. Ramuan ini memiliki sifat kering, lembut, dan memiliki
warna yang khas. Obat ini dapat menimbulkan sensasi terbakar dan
meninggalkan jejas pada kulit.
d. Vayvya Dravya merupakan obat dengan sediaan gas atau uap. Obat ini
memiliki sifat kering, ringan, dan memiliki sensasi relaksasi. Obat ini
bersifat meregangkan kekakuan otot, dan stres.
e. Akasiya Dravya merupakan oabt dengan sediaan padat. Obat ini bersifat
halus, ringan, dan kering. Penggunaannya melalui teknik pijatan atau
usapan lembut.

Ayurveda juga memberikan terapi berupa latihan gerak pada bagian tubuh
yang sakit dan meditasi untuk beberapa jenis penyakit yang sifatnya
membutuhkan ketenangan, relaksasi, menurunkan kadar gua darah, dan
mengurangi ketegangan otot.

7
2.1.4 Perbandingan dengan Pengobatan Medis Modern (Allopati)
Sistem pengobatan komplementer merupakan sistem pengobatan yang
masyarakat temukan dari alam atau suatu kitab yang dipercaya turun dan langsung
berasal dari penciptaan Tuhan. Pengobatan komplementer atau tradisional
ayurveda memiliki awal mula waktu penemuan yang lebih tua dari pengobatan
konvensional. Dan pengobatan ayurveda merupakan salah satu metode
pengobatan tertua yang pernah tercatat dan masih digunakan hingga sekarang.
Ayurveda ditemukan pada awal mula kehidupan manusia, dimana manusia hidup
berdampingan dengan alam dan saling menjalin hubungan timbal balik. Jika
manusia memberikan perawatan yang baik pada alam, maka alam akan
memberikan hasil yang baik juga bagi kehidupan manusia. Begitu juga sebaliknya
jika manusia bersikap acuh terhadap alam atau bahkan merusaknya, maka alam
akan membalas keburukan manusia tersebut dengan kerusakan dan kesakitan
(Mills et al. 2017).
Pengobatan ayurveda memiliki pertimbangan – pertimbangan mengenai
waktu dan musim dimana seseorang mengalami penurunan kesehatan atau ingin
meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Patwardhan & Vaidya, 2009). Misalnya
ketika seseorang jatuh sakit di musim hujan, maka ayurveda akan memberikan
obat – obatan yang bersifat menghangatkan dan tidak berlawanan dengan musim
agar tubuh tidak mengalami syok akibat perubahan ekstrim yang terjadi di
dalamnya. Dalam penyajian pengobatannya, ayurveda tidak melupakan konsep
holistik yang dimiliki orang setiap manusia. Selain untuk memenuhi atau
memulihkan kebutuhan biologis dan psikis, ayurveda dan beberapa pengobatan
tradisional komplementer lainnya juga mengembalikan proses penyembuhan
seseorang kepada penciptanya. Konsep sosial dan spiritual juga diterapkan dalam
praktik pengobatan ayurveda ini yang mana klien diminta untuk melaksanakan
kebutuhan rohaniah seseorang berupa ibadah. Sebab ayurveda mempercayai akan
adanya kekuatan yang lebih besar dari kekuatan penyembuhan yang dilakukan
oleh obat dan manusia (Lad, 2008).
Perawatan ayurveda tidak hanya menekan gejala dari suatu penyakit, tetapi
juga langsng menuju ke sumber penyakit hingga tuntas. Lama waktu perawatan

8
ayurveda bergantung pada derajat keparahan penyakit dan kekronikan penyakit.
Pengobatan allopatik (bahan kimia modern) masih digunakan secara luas. Namun
karena efek samping yang ditimbulkan jangka panjang maupun pendek, banyak
negara yang mulai beralih pada pengobatan alami yang memiliki resiko efek
samping minimal hingga tidak memiliki efek samping sama sekali seperti negara
– negara di Asia dan Amarika Serikat. Pengobatan ayurveda dan pengobatan
tradisional lainnya digunakan sebagai terapi alternatif atau pengobatan pelengkap.
Sehingga mulai banyak dokter yang meresepkan pengobatan tradisional sebagai
pelengkap pengobatan konvensional yang sedang dijalani oleh kliennya.

Tabel 2.1 Perbandingan konsep pengobatan Ayurveda dengan Medis

Konsep pengobatan Ayurveda Allopati


Penciptaan Diciptakan oleh Tuhan Buatan manusia
Sejarah Telah ada sejak awal Berusia beberapa abad
waktu
Tujuan Menjaga kesehatan, Menyembuhkan penyakit atau
mencegah, dan gejalanya
menyembuhkan penyakit
Tingkatan penyebab Mempertimbangkan Hanya mempertimbangkan
penyebab dari kehidupan sedikit penyebab dari
masa kini maupun kehidupan masa kini
kelahiran sebelumnya
Mempertimbangkan Ada Tidak
penyembuhan
berdasarkan periode,
waktu, musim.
Bentuk obat – obatan Alami. Terbuat dari Terbuat dari bahan buatan dan
tanaman herbal yang sintesis. Sehingga lebih mahal
tersedia di alam. Karena dan beberapa obat dapat
murah dan tanpa efek memiliki efek samping yang
samping berbahaya
Metode dalam Meyiapkan obat dengan Mekanis
mempersiapkan obat menyebut nama Tuhan
Perawatan Menuju ke akar penyakit Hanya di permukaan
Penyembuhan spiritual Tersedia Tidak tersedia
untuk diterapkan
pasien
Jangka panjang Mempertimbangkan Terbatas pada fisik dan pikiran
kesehatan pikiran, tingkatan tertentu saja
intelektual, dan fisik (psikologi)
seseorang
Sumber: SSRF, 2012 (Pengobatan Alternatif Pengobatan Ayurveda).

9
2.2 Analisis PICO
Berikut analisa jurnal menggunakan metode PICO (problem, intervention,
comparation, and outcome) dengan jurnal utama berjudul “Restoration of visual
acuity with “ISOTINE” eye drops-an Ayurvedic formulation: a retrospective
study of case series in various eye disorders”, jurnal pendukung berjudul
“Comparative study on the effect of Saptamrita Lauha and Yoga therapy in
myopia”.
2.2.1 Problem (masalah)
Dalam jurnal terdapat kelompok sampel dengan jumlah 23 klien dengan
miopia, hipermetropia, dan katarak yang ikut serta dalam kegiatan OPD rumah
sakit mata Dr. Basu di Bareli yang dilakukan mulai bulan Februari 2015 sampai
Agustus 2016. Presentase miopia lebih tinggi dibanding dengan kelainan mata
lainnya. Penderita laki – laki lebih (69,6 %) lebih banyak dari pada perempuan
(30,4%), dan usia terbanyak kejadian kelainan mata pada usia 10-29 tahun sebesar
30,4%.

2.2.2 Intervention (intervensi)


Klien dengan 3 kelompok kelainan mata ini diberikan obat herbal Ayurveda
berupa obat tetes mata Isotine yang sudah tersertifikasi sebagai GMP ISO
9001:2000 dan CIMAP serta telah di patenkan oleh pemerintah India yang
memiliki izin ekspor. Klien diajarkan untuk memberikan obat tetes mata tersebut
dua kali sehari sebanyak dua tetes dalam sekali pemberian pada kedua mata. Hal
ini dilakukan setiap hari selama tiga bulan. Klien akan dievaluasi setiap bulannya.
Pengkajian yang dilakukan berupa pemeriksaan ketajaman penglihatan secara
obyektif dan subyekrif selama tiga puluh menit setiap kali kunjungan. Kriteria
klien yang akan dilakukan terapi yakni klien yang mengalami tanda gejala
gangguan mata seperti sakit kepala, nyeri pada mata, lelah mata, dan memiliki
daya lihat kurang dari 5 sampai 10%.

2.2.3 Comparation (pembanding)


Dalam jurnal yang berjudul “Eye ecercises of acupoints: their impact on
myopia and visual symptoms in Chinese rural children” klien miopia yang di

10
lakukan terapi adalah klien anak – anak pedesaan China sebanyak 836 orang.
Mereka diberikan terapi mata akupoin sebanyak dua kali sehari yakni saat pagi
dan sore. Di masing – masing waktu pijatan dilakukan selama 5 menit pada waktu
sekolah. Selain diminta untuk melakukan pijatan, mereka juga di minta untuk
mengisi kuesioner yang berisikan tolak ukur diri klien mengenai motivasi,
frekuensi, dan kebiasaan klien terhadap terapi yang dilakukan. Terapi akupoin
merupakan terapi tradisional China yang memberikan efek pencegahan dan
perlindungan pada progres peningkatan derajat keparahan miopia. Terapi ini biasa
diberikan kepada anak – anak sekolah saat sebelum dan sesudah proses belajar.
Tujuan pemberian terapi ini adalah untuk mengukur kemampuan akomodasi mata
anak – anak baik yang memiliki masalah kesehatan mata maupun tidak. Tujuan
lainnya adalah untuk mengetahui adanya tanda gejala penurunan fungsi
penglihatan akibat kelelahan atau kerusakan otot mata selama proses studi.

2.2.4 Outcome (Hasil)


Terapi herbal ayurveda berupa obat tetes mata Isotine memberikan efek
berupa meningkatkan ketajaman penglihatan, sensitifitas mata, dan kemapuan
membedakan obyek berbeda dalam satu ruang pandang. Terapi ini sangat ampuh,
aman, dan ekonomis dalam meningkankan kualitas penglihatan. Terapi ini juga
dapat menghambat bahkan menghentikan progresifitas dari kondisi penyakit mata
tersebut. Pada penderita miopia, selain melakukan terapi ayurveda berupa
pemberian obat tetes mata ini mereka juga dapat mengubah kebiasaan sehari hari
seperti sikap tubuh dan memilih makanan yang bermafaat untuk menjaga
kesehatan mata.

Sedangkan terapi akupoin pada penderita miopa juga mampu memberikan


efek penyembuhan dan mengurangi keparahan, namun terapi ini memerlukan
waktu yang lebih panjang serta kedisiplinan dari klien. Sebab masing – masing
klien memiliki kebiasaan dan tingkat kedisiplinan yang berbeda – beda. Meskipun
demikian, keefektifan terapi ini juga dipengaruhi oleh derajat miopia, usia, durasi
aktivitas diluar ruangan, dan kebiasaan hidup klien.

11
Dengan mengkaji derajat keparahan kelainan refraksi mata penderita terapi
akan mudah dalam mengidentifikasi rata – rata efek yang dapat diberikan oleh
terapi ayurveda. Usia, jenis kelamin, pekerjaan, kebiaasaan membaca, status
sosial ekonomi, pola tidur, dan adanya riwayat genetik orang tua juga perlu
dilakukan pengkajian untuk mendapatkan hasil akurat dan pemberian terapi yang
tepat

12
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mata normal memiliki susunan pembiasan oleh media refraksi dengan
bentuk bola mata yang seimbang, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.
Hal ini memungkinkan bayangan benda tepat terbiaskan di retina mata yang tidak
mengalami akomodasi, sehingga ketajaman penglihatan 6/6.

Miopia yang biasa disebut dengan rabun jauh merupakan salah satu kelainan
refraksi mata akibat melemahnya otot siliaris mata. Bola mata memanjang
sehingga bayangan yang ditangkap retina tidak sempurna. Hal ini yang
menyebabkan pasien miopia tidak mampu melihat benda – benda jauh.

Perilaku sehat merupakan respon seorang indiividu terhadap stimulus yang


diterima tentang konsep sehat-sakit serta faktor – faktor yang mepengaruhinya.
Perilaku kesehatan merupaka semua aktivitas yang dilakukan oleh individu baik
yang dapat dilihat maupun tidak dapat dilihat yang berhubungan dengan perilaku
dalam meningkatkan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan berupa pencegahan,
pengobatan, dan upaya mencari pengobatan ketika sakit serta mengembalikan
fungsi tubuh pasca sakit.

Pemeliharaan kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat global bervariasi.


Sebagaian dari mereka memanfaatkan pelayanan kesehatan konvensional guna
memulihkan kesehatan fisiknya. Mereka memilih sistem pengobatan tersebut
karena dipercaya mampu segera menyembuhkan penyakit yang sedang diderita.
Namun sebagian masyarakat mulai beralih pada pengobatan dengan sistem
komplementer dan alternatif. Sistem pengobatan ini dipercaya mampu mengatasi
masalah kesehatan tidak pada bagian permukaannya saja, melainkan hingga ke
akarnya. Pengobatan ini mulai diminati sebab dalam penggunaannya tidak
memiliki efek samping yang membahayakan tubuh.

Pengobatan ayurveda merupakan salah satu sistem pengobatan


komplementer jenis ancient medical system atau sistem pengobatan kuno.
Ayurveda merupakan pengobatan tradisional India sejak beberapa ribu tahun yang

13
lalu. Seperti dengan sistem kesehatan lainnya, dalam prinsipnya ayurveda
didasarkan pada paradigma kesehatan dan penyakit dimana ayurveda digunakan
untuk mencegah, memelihara, dan mengobati masalah kesehatan. Termasuk
dalam memelihara dan menghindarkan mata dari kerusakan, metode yang
digunakan ayurvedic berupa edukasi dan latihan. Edukasi diberikan untuk
meningkatkan pengetahuan klien dalam menjaga kesehatan mata, sedangkan
latihan diberikan untuk melatih kemampuan otot mata dalam berakomodasi dan
memfokuskan bayangan agar terbantuk bayangan benda yang sempurna.

3.2 Saran
Pengobatan ayurveda merupakan pengotan komplementer. Pengobatan ini
terbukti cukup efektif dalam mengobati beberapa masalah kesehatan termasuk
mata. Pengobatan ini terbilang mudah untuk mendapatkan bahan obatnya sebab
ayurveda memanfaatkan bahan – bahan yang tersedia di alam dan ekonomis,
sehingga masyarakat dengan variasi klasifikasi pendapatan bisa memperoleh
sistem pengobatan ini.
Pengobatan ayurveda dapat digunakan sebagai pengobatan pelengkap dan
alternatif dari pengobatan konvensional. Namun, pengobatan komplementer ini
bukannya satu – satunya rujukan pengobatan utama dalam mengatasi masalah
kesehatan. Pengobatan ini dapat digunakan untuk menyempurnakan proses
pengobatan dari pengobatan sebelumnya. Dan selain ayurveda, terdapat
pengobatan trasional komplementer lainnya juga mampu secara efektif mengobati
penyakit fisiologis maupun psikologis.
Sama halnya dengan sistem pengobatan konvensional, pengobatan ayurveda
perlu dilakukan oleh seorang ahli yang terlatih. Pemberian obat – obatan
ayurveda juga perlu menerapkan prinsip 6 benar yakni benar pasien, benar obat,
benar rute, benar dosis, benar frekuensi, dan benar dokumentasi. Pengobatan ini
juga memerlukan kedisiplinan klien dalam pengaplikasiannya, sebab
dikhawatirkan jika pengobatan ini disalah gunakan akan memberikan dampak
negatif pada tubuh.

14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Ayurvedic Medicine: An Introduction. Diakses melalui
http://nccam.nih.gov/health/ayurveda/introduction.htm pada tanggal 23
Maret 2018.
Bansal, C. 2014. Comparative Study on The Effect of Saptamrita Lauha and
Yoga Therapy in Myopia. Ayujournal, 1(15): 1-27. DOI 10.4103/d974-
5520. Diakses melalui http://www.ayu.journal.org pada tanggal 11 Maret
2018
Basu, M. S. Em. Prof. Et al. 2016. Retoration of Visual Acuity With “ISOTINE”
Eye Drops-an Ayurvedic Formulation: A Retrospective Study of Case Series
in Various Eye Disorders. Internasional Jpurnal of Advances in Health
Sciences (IJHS), 3(3): 178-190. Diakes melalui http://www.ijhsonline.com
pada tanggal 11 Maret 2018.
Erry., et al. 2014. Study on Policy Implementation of Alternative Complementary
Medicine and the Impact of Licensing of Health Workers Practice. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 17(3): 275-284.
Indonesia. Undang – Undang. 2009. Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Pasal 48, 103 tentang Kesehatan. Jakarta.
Indonesia. Undang – Undang. 2014. Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 38 Pasal 30 tentang Keperawatan. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2007. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Komplementer Alternatif di Fasilitas kesehatan Pelayanan Kesehatan, jenis
Pengobatan, Tenaga Pelaksana Termasuk Tenaga Asing. Jakarta.
Lad, V. D. 2008. Fundamental Principles of Ayurveda Volume One. Albuquerque,
New Mexico: The Ayurvedic Press. Diakses melalui
https://www.ayurveda.com/pdf/textbook_excerpt.pdf pada tanggal 23 Maret
2018.
Lad, V. 2016. Ayurveda A Brief Introduction and Guide. India: The Ayurvedic
Institute. Diakses melalui http://www.ayurveda.com pada tanggal 23 Maret
2018.

15
Lin, Z., et al. 2016. Eye Evercises of Acupoints: Their Impact on Myopia and
Visual Symptomps in Chinese Rural Childrent. MBC Complrmrntary and
Alternative Medicine, 16(349): 4-7. DOI 10.1186/s12906-016-1289-4.
Diakses melalui http://ncbi.nlm.nih.gov pada tanggal 11 Maret 2018.
Mills, PJ., et al. 2017. Advancing Research on Traditional Whole Systwms
Medicine Aprrroaches. J Evid Based Complementary Altern Med, 22(4):
527-530. Doi: 10.1177/2156587217745408. Diakses melalui
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29250966 pada tanggal 23 Maret
2018.
Nath, R., et al. 2016. Importance of Nidana (Ayurvedic Diagnosis) for Treatment
of An Anonymous Disease In Ayurveda: A Case Study. Journal of
Ayurvedic and Herbal Medicine, 2(1): 3-5. Diakses melalui
http://www.ayurvedjournal.com/JAHM_201621_02.pdf pada tanggal 23
Maret 2018.
Patwardhan, B., Vaidya, A. D. B. 2009. Ayurveda: Scientific Research And
Publications. Current Science, 97(8): 1117-1121. Diakses melalui
https://www.researchgate.net/profile/Bhushan_Patwardhan/publication/
235330084_Ayurveda_Scientific_research_and_publications/links/
0fcfd510b541f6cdae000000/Ayurveda-Scientific-research-and-
publications.pdf pada tanggal 23 Maret 2018.
PHDI. 2015. Ayurveda Sebagai Ilmu Kedokteran Hindu. Diakses melalui
http://phdi.or.id/artikel/ayurveda-sebagai-ilmu-kedokteran-hindu pada
tanggal 23 Maret 2018.
SSRF. 2012. Pengobatan Alternatif Pengobatan Ayurveda. Diakses melalui
https://www.spiritualresearchfoundation.org/indonesian/pengobatan-
alternatif/pengobatan-ayurveda/ pada tanggal 23 Maret 2018.
Usman, S., Nukman, E., Bebasari, E. 2014. Hubungan Antara Faktor Keturunan,
Aktivitas Melihat Dekat dan Sikap Pencegahan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Riau Terhadap Kejadian Miopia. JOM FK, 1(2): 1-
13.

16

Anda mungkin juga menyukai