Disusun Oleh :
1
Di Indonesia, pengobatan komplementer dan alterniatif merupakan jenis
pengobatan yang bersifat non-farmaka atau non-konvensional. Pengobatan ini
ditujukan sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan yang meliputi usaha
promosi, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang di dapat melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan, serta keefektifan yang tinggi. Pengobatan
komplementer dilaksanakan pada fasilitas kesehatan apabila dalam terapinya
memiliki kebermanfaatan, bermutu, aman, terjangkau, dan terdapat hasil
penelitian dari institusi yang berwenang sesuai ketentuan (UU nomor 36 tahun
2009 pasal 48). Begitu pula dalam praktik keperawatan, dalam menjalankan tugas
sebagai pemberi asuhan keperawatan perawat berwenang untuk melakukan
penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif (UU nomor 38 tahun
2014 pasal 30).
2
Salah satu jenis pengobatan komplementer adalah ayurveda yang biasa
disebut ayurvedic. Pengobatan ayurveda pertama kali dipelopori Dhanvantari
sekitar 1.500 Sebelum Masehi. Namun, baru sekitar tahun 200 Sebelum Masehi
pengobatan ayurveda ditampilkan dalam bentuk tulisan dan praktik menyeluruh.
Ayurveda mengajarkan teknik operasi, obat-obatan dari tanaman, aroma terapi dan
mengajarkan segi gaya hidup sehat termasuk meditasi. Para pakar memperkirakan
ayurveda memiliki sejarah lebih panjang, yakni dirintis sekitar tahun 3.000 SM
yang mencakup ajaran spiritual dan perilaku. Kitab Atreya Samhita salah satu
bagian ayurveda merupakan buku medis tertua di dunia (Anonim, 2012).
3
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Teori
Ketika seseorang sedang mengalami penurunan kulitas kesehatannya,
mereka akan pergi ke klinik pelayanan kesehatan baik negeri maupun swasta.
Pengobatan konvensional banyak diminati oleh masyarakat luas sebab efek
pengobatan yang di dapat terbilang cepat dan instan. Namun, pengobatan
konvensional merupakan produk obat yang terbuat dari bahan – bahan kimia yang
tentunya memiliki efek samping terhadap tubuh baik dalam waktu dekat maupun
panjang. Sehingga banyak masyarakat yang mulai berpindah pada sistem
pengobatan non-konvensional yang dirasa memiliki efek samping minimum
dibanding dengan obat – obatan konvensional. Pengobatan non-konvensional atau
biasa disebut dengan pengobatan tradisional komplementer salah satunya adalah
Ayurveda.
2.1.1 Defini Ayurveda
Ayurveda atau ayurvedic adalah suatu pengobatan kuno yang berasal dari
India yang meliputi seluruh aspek gaya hidup. Kaya Ayurveda berasal dari Bahasa
sansekerta yang berarti ayur adalah hidup dan veda adalah pengetahuan, sehingga
secara harfiah berarti pengetahuan tentang kehidupan (SSRF, 2012).
4
yang alami dan wajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa ayurveda adalah teknik
pengobatan kuno India yang mempelajari tentang ilmu kehidupan dari manusia itu
sendiri dan dijadikannya sebagai dasar pengobatan penyakit yang dialami oleh
orang yang sakit. Ayurveda memperhatikan aspek holistik manusia sehingga
dalam praktiknya tidak mengesamping kelima aspek penting tersebut.
5
obat herbal dapat menyebabkan efek samping atau berinteraksi dengan obat –
obatan konvensional.
Menurut ayurveda, lingkungan manusia terdiri dari lima elemen utama yaitu
eter atau zat, udara, api, air, dan tanah. Sama seperti di alam, manusia juga terdiri
dari lima elemen tersebut. ketika salah satu dari elemen ini tidak seimbang di
lingkungan, maka elemen tersebut akan mempengaruhi kesehatan tubuh
seseorang. Kelima elemen utama tersebut termanifestasu dalam tubuh sebagai tiga
cairan tubuh dasar yang dikenal sebagai doshas yakni vata, pitta, dan kapha.
Ketiga doshas tersebut mengatur pembentukan, pemeliharan, dan perusakan
jaringan tubuh serta merupakan kerakteritik penting dari konstitusi tubuh yang
disebut Prakriti. Berikut prinsip dari tiga doshas tersebut (Lad, 2008), yakni:
Tahapan dalam perawatan ayuvedic secara spesifik, ketika salah satu doshas
terakumulasi atau kehilangan keseimbangan, maka asyuveda menyarankan
seseorang untuk melakukan gaya hidup tertentu dan memberikan pedoman gizi
untuk membantu individu dalam mengurangi doshas yang berlebihan. Obat –
oabatb herbal juga disarankan untuk membantu menyembuhkan
ketidakseimbangan tersebut dan penyakitnya.
Dalam kitab Ayurveda terdapat banyak bahan ramuan obat yang ditulis dan
disusun untuk pengobatan masing – masing penyakit. Banyak bahan ramuan obat
6
tersebut yang mudah di cari dan ada di Indonesia. Dan tidak sedikit masyarakat
Indonesia yang dapat memanfaatkannya untuk mencegah timbulnya penyakit. Di
dalam ramuan obat, ayurveda membagi obat atau dravya menjadi dua jenis yaitu
vyakita atau obat yang tampak dan avyakita atau obat yang tidak tampak.
Berdasarkan jenis obat tampak sedian obat pada ayurveda tidak jauh berbeda
dengan sedian obat farmaka. Dimana obat – obatan ayurveda terdiri dari lima
unsur atau sediaan (Nath et al. 2016), yaitu:
Ayurveda juga memberikan terapi berupa latihan gerak pada bagian tubuh
yang sakit dan meditasi untuk beberapa jenis penyakit yang sifatnya
membutuhkan ketenangan, relaksasi, menurunkan kadar gua darah, dan
mengurangi ketegangan otot.
7
2.1.4 Perbandingan dengan Pengobatan Medis Modern (Allopati)
Sistem pengobatan komplementer merupakan sistem pengobatan yang
masyarakat temukan dari alam atau suatu kitab yang dipercaya turun dan langsung
berasal dari penciptaan Tuhan. Pengobatan komplementer atau tradisional
ayurveda memiliki awal mula waktu penemuan yang lebih tua dari pengobatan
konvensional. Dan pengobatan ayurveda merupakan salah satu metode
pengobatan tertua yang pernah tercatat dan masih digunakan hingga sekarang.
Ayurveda ditemukan pada awal mula kehidupan manusia, dimana manusia hidup
berdampingan dengan alam dan saling menjalin hubungan timbal balik. Jika
manusia memberikan perawatan yang baik pada alam, maka alam akan
memberikan hasil yang baik juga bagi kehidupan manusia. Begitu juga sebaliknya
jika manusia bersikap acuh terhadap alam atau bahkan merusaknya, maka alam
akan membalas keburukan manusia tersebut dengan kerusakan dan kesakitan
(Mills et al. 2017).
Pengobatan ayurveda memiliki pertimbangan – pertimbangan mengenai
waktu dan musim dimana seseorang mengalami penurunan kesehatan atau ingin
meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Patwardhan & Vaidya, 2009). Misalnya
ketika seseorang jatuh sakit di musim hujan, maka ayurveda akan memberikan
obat – obatan yang bersifat menghangatkan dan tidak berlawanan dengan musim
agar tubuh tidak mengalami syok akibat perubahan ekstrim yang terjadi di
dalamnya. Dalam penyajian pengobatannya, ayurveda tidak melupakan konsep
holistik yang dimiliki orang setiap manusia. Selain untuk memenuhi atau
memulihkan kebutuhan biologis dan psikis, ayurveda dan beberapa pengobatan
tradisional komplementer lainnya juga mengembalikan proses penyembuhan
seseorang kepada penciptanya. Konsep sosial dan spiritual juga diterapkan dalam
praktik pengobatan ayurveda ini yang mana klien diminta untuk melaksanakan
kebutuhan rohaniah seseorang berupa ibadah. Sebab ayurveda mempercayai akan
adanya kekuatan yang lebih besar dari kekuatan penyembuhan yang dilakukan
oleh obat dan manusia (Lad, 2008).
Perawatan ayurveda tidak hanya menekan gejala dari suatu penyakit, tetapi
juga langsng menuju ke sumber penyakit hingga tuntas. Lama waktu perawatan
8
ayurveda bergantung pada derajat keparahan penyakit dan kekronikan penyakit.
Pengobatan allopatik (bahan kimia modern) masih digunakan secara luas. Namun
karena efek samping yang ditimbulkan jangka panjang maupun pendek, banyak
negara yang mulai beralih pada pengobatan alami yang memiliki resiko efek
samping minimal hingga tidak memiliki efek samping sama sekali seperti negara
– negara di Asia dan Amarika Serikat. Pengobatan ayurveda dan pengobatan
tradisional lainnya digunakan sebagai terapi alternatif atau pengobatan pelengkap.
Sehingga mulai banyak dokter yang meresepkan pengobatan tradisional sebagai
pelengkap pengobatan konvensional yang sedang dijalani oleh kliennya.
9
2.2 Analisis PICO
Berikut analisa jurnal menggunakan metode PICO (problem, intervention,
comparation, and outcome) dengan jurnal utama berjudul “Restoration of visual
acuity with “ISOTINE” eye drops-an Ayurvedic formulation: a retrospective
study of case series in various eye disorders”, jurnal pendukung berjudul
“Comparative study on the effect of Saptamrita Lauha and Yoga therapy in
myopia”.
2.2.1 Problem (masalah)
Dalam jurnal terdapat kelompok sampel dengan jumlah 23 klien dengan
miopia, hipermetropia, dan katarak yang ikut serta dalam kegiatan OPD rumah
sakit mata Dr. Basu di Bareli yang dilakukan mulai bulan Februari 2015 sampai
Agustus 2016. Presentase miopia lebih tinggi dibanding dengan kelainan mata
lainnya. Penderita laki – laki lebih (69,6 %) lebih banyak dari pada perempuan
(30,4%), dan usia terbanyak kejadian kelainan mata pada usia 10-29 tahun sebesar
30,4%.
10
lakukan terapi adalah klien anak – anak pedesaan China sebanyak 836 orang.
Mereka diberikan terapi mata akupoin sebanyak dua kali sehari yakni saat pagi
dan sore. Di masing – masing waktu pijatan dilakukan selama 5 menit pada waktu
sekolah. Selain diminta untuk melakukan pijatan, mereka juga di minta untuk
mengisi kuesioner yang berisikan tolak ukur diri klien mengenai motivasi,
frekuensi, dan kebiasaan klien terhadap terapi yang dilakukan. Terapi akupoin
merupakan terapi tradisional China yang memberikan efek pencegahan dan
perlindungan pada progres peningkatan derajat keparahan miopia. Terapi ini biasa
diberikan kepada anak – anak sekolah saat sebelum dan sesudah proses belajar.
Tujuan pemberian terapi ini adalah untuk mengukur kemampuan akomodasi mata
anak – anak baik yang memiliki masalah kesehatan mata maupun tidak. Tujuan
lainnya adalah untuk mengetahui adanya tanda gejala penurunan fungsi
penglihatan akibat kelelahan atau kerusakan otot mata selama proses studi.
11
Dengan mengkaji derajat keparahan kelainan refraksi mata penderita terapi
akan mudah dalam mengidentifikasi rata – rata efek yang dapat diberikan oleh
terapi ayurveda. Usia, jenis kelamin, pekerjaan, kebiaasaan membaca, status
sosial ekonomi, pola tidur, dan adanya riwayat genetik orang tua juga perlu
dilakukan pengkajian untuk mendapatkan hasil akurat dan pemberian terapi yang
tepat
12
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mata normal memiliki susunan pembiasan oleh media refraksi dengan
bentuk bola mata yang seimbang, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.
Hal ini memungkinkan bayangan benda tepat terbiaskan di retina mata yang tidak
mengalami akomodasi, sehingga ketajaman penglihatan 6/6.
Miopia yang biasa disebut dengan rabun jauh merupakan salah satu kelainan
refraksi mata akibat melemahnya otot siliaris mata. Bola mata memanjang
sehingga bayangan yang ditangkap retina tidak sempurna. Hal ini yang
menyebabkan pasien miopia tidak mampu melihat benda – benda jauh.
13
lalu. Seperti dengan sistem kesehatan lainnya, dalam prinsipnya ayurveda
didasarkan pada paradigma kesehatan dan penyakit dimana ayurveda digunakan
untuk mencegah, memelihara, dan mengobati masalah kesehatan. Termasuk
dalam memelihara dan menghindarkan mata dari kerusakan, metode yang
digunakan ayurvedic berupa edukasi dan latihan. Edukasi diberikan untuk
meningkatkan pengetahuan klien dalam menjaga kesehatan mata, sedangkan
latihan diberikan untuk melatih kemampuan otot mata dalam berakomodasi dan
memfokuskan bayangan agar terbantuk bayangan benda yang sempurna.
3.2 Saran
Pengobatan ayurveda merupakan pengotan komplementer. Pengobatan ini
terbukti cukup efektif dalam mengobati beberapa masalah kesehatan termasuk
mata. Pengobatan ini terbilang mudah untuk mendapatkan bahan obatnya sebab
ayurveda memanfaatkan bahan – bahan yang tersedia di alam dan ekonomis,
sehingga masyarakat dengan variasi klasifikasi pendapatan bisa memperoleh
sistem pengobatan ini.
Pengobatan ayurveda dapat digunakan sebagai pengobatan pelengkap dan
alternatif dari pengobatan konvensional. Namun, pengobatan komplementer ini
bukannya satu – satunya rujukan pengobatan utama dalam mengatasi masalah
kesehatan. Pengobatan ini dapat digunakan untuk menyempurnakan proses
pengobatan dari pengobatan sebelumnya. Dan selain ayurveda, terdapat
pengobatan trasional komplementer lainnya juga mampu secara efektif mengobati
penyakit fisiologis maupun psikologis.
Sama halnya dengan sistem pengobatan konvensional, pengobatan ayurveda
perlu dilakukan oleh seorang ahli yang terlatih. Pemberian obat – obatan
ayurveda juga perlu menerapkan prinsip 6 benar yakni benar pasien, benar obat,
benar rute, benar dosis, benar frekuensi, dan benar dokumentasi. Pengobatan ini
juga memerlukan kedisiplinan klien dalam pengaplikasiannya, sebab
dikhawatirkan jika pengobatan ini disalah gunakan akan memberikan dampak
negatif pada tubuh.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Ayurvedic Medicine: An Introduction. Diakses melalui
http://nccam.nih.gov/health/ayurveda/introduction.htm pada tanggal 23
Maret 2018.
Bansal, C. 2014. Comparative Study on The Effect of Saptamrita Lauha and
Yoga Therapy in Myopia. Ayujournal, 1(15): 1-27. DOI 10.4103/d974-
5520. Diakses melalui http://www.ayu.journal.org pada tanggal 11 Maret
2018
Basu, M. S. Em. Prof. Et al. 2016. Retoration of Visual Acuity With “ISOTINE”
Eye Drops-an Ayurvedic Formulation: A Retrospective Study of Case Series
in Various Eye Disorders. Internasional Jpurnal of Advances in Health
Sciences (IJHS), 3(3): 178-190. Diakes melalui http://www.ijhsonline.com
pada tanggal 11 Maret 2018.
Erry., et al. 2014. Study on Policy Implementation of Alternative Complementary
Medicine and the Impact of Licensing of Health Workers Practice. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 17(3): 275-284.
Indonesia. Undang – Undang. 2009. Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Pasal 48, 103 tentang Kesehatan. Jakarta.
Indonesia. Undang – Undang. 2014. Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 38 Pasal 30 tentang Keperawatan. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2007. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Komplementer Alternatif di Fasilitas kesehatan Pelayanan Kesehatan, jenis
Pengobatan, Tenaga Pelaksana Termasuk Tenaga Asing. Jakarta.
Lad, V. D. 2008. Fundamental Principles of Ayurveda Volume One. Albuquerque,
New Mexico: The Ayurvedic Press. Diakses melalui
https://www.ayurveda.com/pdf/textbook_excerpt.pdf pada tanggal 23 Maret
2018.
Lad, V. 2016. Ayurveda A Brief Introduction and Guide. India: The Ayurvedic
Institute. Diakses melalui http://www.ayurveda.com pada tanggal 23 Maret
2018.
15
Lin, Z., et al. 2016. Eye Evercises of Acupoints: Their Impact on Myopia and
Visual Symptomps in Chinese Rural Childrent. MBC Complrmrntary and
Alternative Medicine, 16(349): 4-7. DOI 10.1186/s12906-016-1289-4.
Diakses melalui http://ncbi.nlm.nih.gov pada tanggal 11 Maret 2018.
Mills, PJ., et al. 2017. Advancing Research on Traditional Whole Systwms
Medicine Aprrroaches. J Evid Based Complementary Altern Med, 22(4):
527-530. Doi: 10.1177/2156587217745408. Diakses melalui
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29250966 pada tanggal 23 Maret
2018.
Nath, R., et al. 2016. Importance of Nidana (Ayurvedic Diagnosis) for Treatment
of An Anonymous Disease In Ayurveda: A Case Study. Journal of
Ayurvedic and Herbal Medicine, 2(1): 3-5. Diakses melalui
http://www.ayurvedjournal.com/JAHM_201621_02.pdf pada tanggal 23
Maret 2018.
Patwardhan, B., Vaidya, A. D. B. 2009. Ayurveda: Scientific Research And
Publications. Current Science, 97(8): 1117-1121. Diakses melalui
https://www.researchgate.net/profile/Bhushan_Patwardhan/publication/
235330084_Ayurveda_Scientific_research_and_publications/links/
0fcfd510b541f6cdae000000/Ayurveda-Scientific-research-and-
publications.pdf pada tanggal 23 Maret 2018.
PHDI. 2015. Ayurveda Sebagai Ilmu Kedokteran Hindu. Diakses melalui
http://phdi.or.id/artikel/ayurveda-sebagai-ilmu-kedokteran-hindu pada
tanggal 23 Maret 2018.
SSRF. 2012. Pengobatan Alternatif Pengobatan Ayurveda. Diakses melalui
https://www.spiritualresearchfoundation.org/indonesian/pengobatan-
alternatif/pengobatan-ayurveda/ pada tanggal 23 Maret 2018.
Usman, S., Nukman, E., Bebasari, E. 2014. Hubungan Antara Faktor Keturunan,
Aktivitas Melihat Dekat dan Sikap Pencegahan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Riau Terhadap Kejadian Miopia. JOM FK, 1(2): 1-
13.
16