Anda di halaman 1dari 2

Nama : Sabila Kadhija

Kelas : H
NIT : 22314303

Judul Jurnal : Boundry and Customary Land Ownership Dispute in Sarawak ( Sengketa Batas
dan Kepemilikan Tanah Adat di Sarawak )
Penulis : Azima A.M. , Sivapalan S. , Zaimah R. , Suhana S. , Mohd Yusof H.
Tahun Terbit : Agustus 2015, Vol 6 No 4 S3

Tanah adat didefinisikan dengan hak milik atas tanah yang diperoleh dari generasi ke
generasi. Tiga faktor utama penyebab Perselisihan hak atas tanah adat yaitu status , legalitas hak,
dan jumlah tanah yang sebenarnya dimiliki. Konflik masyarakat yang terkait dengan masalah ini
berkaitan dengan cara pengumpulan informasi yang penerimaannya melalui lisan dari mulut
kemulut, Hal ini pada akhirnya menjadi tantangan bagi masyarakat karena muncul asumsi yang
berbeda tentang status dan legalitas tanah leluhur mereka
Merujuk pada masyarakat Bidayuh di Sarawak, mereka secara tradisional mewarisi hak
guna tanah yang diakui sah oleh para pemimpin adat dan tuai rumah dan mengamalkannya
secara turun temurun/melalui pewarisan. Batas-batas tanah yang divisualisasikan melalui
informasi yang dibagikan secara lisan kepada anggota masyarakat berfungsi sebagai bukti
kepemilikan. Namun, penandaan batas tanah dengan bahan alami rentan terhadap kerusakan
alam dan tidak dapat diandalkan untuk tujuan penandaan. Hal ini menimbulkan sejumlah
sengketa terkait batasan yang berujung pada tumpang tindih kepemilikan, perselisihan antar
anggota keluarga, perselisihan dengan pihak swasta/investor dan perselisihan dengan Pemerintah
Negara dalam masalah kepemilikan tanah. Oleh karana itu, setiap orang harus memastikan
bahwa tanah mereka telah diukur dan mereka memiliki hak hukum atas tanah tersebut. sertifikat
tanah atau hibah penting bagi penduduk desa karena sertifikat ini memungkinkan mereka
membuktikan kepemilikan sah atas tanah mereka. Sehingga masyarakat Bidayuh sepakat apabila
tanah yang mereka miliki diukur sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah
kemudian memperoleh sertifikat. Hal ini dilakukan untuk mempercepat pengajuan kepemilikan
atas tanah, melindungi tanah warisan, dan menghindari perambahan dan perampasan tanah.
Adapun Relasi yang terjadi adalah
1. Antara masyarakat dengan masyarakat mengenai perebutan kepemilikan tanah namun
penandaan batas-batas tanah yang penggunaannya menggunakan bahan alami dan masih
dilakukan secara lisan ke lisan secara turun temurun sehingga hal tersebut menimbulkan
sengketa ( tumpeng tindih kepemilikan). *perselisihan di antara anggota keluarga
2. Antara masyarakat dengan pemerintah mengenai kepemilikan tanah menyangkut
pengambilalih lahan yang diberikan oleh pemerintah negara bagian dan perubahan status
tanah menjadi tanah negara
3. Antara masyarakat dengan perusahaan swasta dimana masyarakat merasa terancam dan
khawatir akan hak atas tanah dirambah oleh pihak swasta yang melakukan penanaman
kelapa sawit di tanah adat milik keluarganya. Ketakutan akan kehilangan hak ditambah
dengan ketidakmampuan untuk mengajukan klaim yang menyebabkan sengketa tanah
berlarut-larut di pihak pemilik tanah
Berdasarkan studi
1. Konsep ilmu sosiologi

Anda mungkin juga menyukai