Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH FISHBONE ANALYSIS

DALAM VIDEO HAK ATAS TANAH.

KELOMPOK 1

OLEH :

ASMA AMANIA SYAHADAH A.MD K.L

ANGGITA MARVIANI A.MD,AK

ANNA THERESIA MANGARANI SARAGIH A.MD.KL

ARNI NURHIDAYAH, A.MD.KEP

PPSDM TAHUN 2021

KABUPATEN BEKASI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya mempunyai


mata pencaharian dari sektor pertanian, sehingga sektor pertanian memegang
peranan yang vital dalam pembangunan di Indonesia. Pembangunan pertanian
telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik
sumbangan langsung seperti dalam pembentukan PDB; penyerapan tenaga
kerja; peningkatan pendapatan masyarakat; perolehan devisa melalui ekspor
dan penekanan inflasi, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan
kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan; dan hubungan sinergis
dengan sektor lain (Deptan, 2005).

Jauh sebelum Indonesia muncul sebagai sebuah negara, masyarakat adat di


seluruh nusantara telah mengelola dan melindungi wilayah leluhur mereka
mengunakan sistem hukum dan tata pemerintahan adat masing- masing yang
unik. Namun saat ini di Indonesia, hak-hak atas tanah leluhur mereka belum
diakui. Hingga sekarang, sekitar 70% tanah diakui adalah tanah milik Negara
Indonesia. Dikarenakan Indonesia masih menganut prinsip kolonial dimana
tanah adat adalah milik negara, maka masyarakat adat kehilangan haknya.
Prinsip ini masih dilanjutkan saat pasca kolonial. Sementara itu, kebijakan tata
guna lahan lebih memihak kepada perusahaan. Dan rencana tata ruang lokal
ditujukan untuk terus melakukan ekspansi besar-besaran perkebunan dan
pertambangan.

Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012, menegaskan bahwa


Hutan Adat adalah hutan yang berada di wilayah adat dan bukan lagi hutan
negara. Ada 2 jenis kepemilikan yang diusulkan pemerintah yaitu kepemilikan
individu dan konsesi masyarakat atas tanah negara. Hutan desa adalah adalah
sebuah skema pemerintah yang memberi masyarakat hak kelola jangka waktu
terbatas yaitu selama 35 tahun, namun tidak memberi masyarakat hak
kepemilikan. Sehingga harus mengajukan permohonan kepada pemerintah
dahulu untuk dijadikannya sebagai tanah desa. Masyarakat merasa hak kelola
tidaklah cukup.

Sementara itu ada kepemilikan individu yang mana masyarakat adat dapat
memiliki tanah dan diwariskan ke keturunannya. Namun hal ini dapat
menghilangkan nilai-nilai masyarakat yang baik seperti kebersamaan, gotong-

1|FISHBONE ANALYSIS – HAK ATAS TANAH


royong, saling menghargai. Selain itu, ada juga masyarakat yang lebih memilih
komunal karena mereka memiliki kekhawatiran apabila seseorang memiliki
sertifikat, mudah saja tanah itu berpindah tangan, seperti dijadikan agunan,
digadaikan ke tengkulak apabila mereka membutuhkan uang untuk menikahkan
anaknya. Kepemilikan yang sudah diagunkan ini bakal menjadikan rakyat
sebagai buruh di tanah sendiri. Sehinga mereka lebih menginginkan pengakuan
dan perlindungan terhadap tanah adat tersebut.

Kepemilikan sertifikat di Tanzania menimbulkan permasalahan dimana ketika


pemilik tanah menjual tanahnya dengan harga yang sangat murah hanya untuk
membeli dua ekor sapi atau menyekolahkan anaknya. Mereka lebih memilih
untuk memiliki bersama-sama tanah adat itu, karena mereka merasa kepemilikan
mengoyak rasa kebersamaan.

Kepemilikan komunal dirasa lebih baik dikarenakan masyarakat diberikan hak


untuk mengelola bersama-sama tanah mereka. Masyarakat menganggap
komunal menjadikan mereka lebih bisa menjaga budaya mereka. Namun di
Indonesia belum ada prosedur untuk sertifikasi komunal. Peraturan untuk
pengakuan hak-hak komunal atas wilayah adat tersebut, saat ini sedang disusun
oleh pemerintah.

Di Indonesia, sistem hak kepemilikan atas tanah yang dikehendaki ada dua yaitu
konsesi masyarakat atas tanah negara dan sertifikasi tanah perorangan. Sistem
sertifikasi tanah perorangan inilah yang menimbulkan banyak pro-kontra dengan
resiko besar yang dapat mempengaruhikelangsungan hidup masyarakat adat.
Dengan pertimbangan tersebut, maka kami melakukan analisis terkait sistem
sertifikasi tanah perorangan dengan metode SWOT untuk selanjutnya ditentukan
solusi rekomendasinya.

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah:

1.2.1 Menentukan solusi atas sistem sertifikasi tanah perorangan dengan


analisis Fishbone
1.2.2 Sebagai bahan pembelajaran.

2|FISHBONE ANALYSIS – HAK ATAS TANAH


BAB II

PEMBAHASAN

Berdasar video Hak Atas Tanah pada kanal Youtube LifeMosaic, dijelaskan
bahwa terdapat tiga perbandingan sistem kepemilikan yaitu konsesi masyarakat
atas tanah negara, sertifikat tanah perorangan, dan hak komunal atas wilayah
adat. Hak komunal atas wilayah adat dinilai sebagai pilihan tepat bagi
masyarakat untuk memiliki sekaligus mengelola tanah secara sah. Wilayah
komunal berada di bawah otoritas masyarakat adat dan lembaga perwakilan
mereka untuk bertanggung jawab atas tata ruang wilayah tersebut. Sebaliknya,
terdapat pro dan kontra terkait konsesi masyarakat atas tanah negara dan
sertifikat tanah perorangan.

Sertifikasi tanah perorangan dinilai akan mengancam keberlangsungan wilayah


setempat karena hak individu seperti inilah yang justru akan membawa resiko
besar. Dengan sertifikat perorangan, kemungkinan terburuk yang bisa terjadi
adalah tergusurnya masyarakat setempat di tanahnya sendiri.

Sebelum menentukan solusi dari sistem sertifikasi tanah perorangan, terlebih


dahulu kami men gidentifikasi beberapa kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang mungkin terjadi..

Fishbone analysis merupakan salah satu alat analisis yang perlu dilakukan untuk
tiga perbandingan sistem kepemilikan yaitu konsesi masyarakat atas tanah
negara, sertifikat tanah perorangan, dan hak komunal atas wilayah adat,
sehingga dapat diketahui faktor yang menjadi penyebab utama terkait dengan
pro dan kontranya konsesi masyarakat atas tanah negara dan sertifikat tanah
perorangan.

3|FISHBONE ANALYSIS – HAK ATAS TANAH


Gambar 2.1 Fishbone Hak Kepemilikan Tanah Adat

Dari Fishbone di atas maka dapat ditentukan solusi atau strategi rekomendasi,
yaitu:

1. Pemerintah membentuk lembaga khusus untuk menampung aspirasi


terkait permasalahan kepemilikan tanah.
2. Pemerintah atau pemangku adat menerapkan kebijakan terkait hak
menjual tanah tidak kepada pihak luar masyarakat adat.
3. Pemerintah atau pemangku adat menerapkan kebijakan untuk tidak
memanfaatkan kepemilikan tanah masyarakat adat ke perusahaan swasta
4. Lebih menggalakkan sertifikat tanah berbasis elektronik untuk
memudahkan kepemilikan hak tanah dalam lingkup masyarakat adat.
5. Perlunya pengakuan dan perlindungan dari pemerintah atas hak
kepemilikan tanah masyarakat adat.
6. Perlunya musyawarah antara pemangku adat, masyarakat adat setempat,
pemilik sertifikat, dan instansi terkait dalam menentukan batas wilayah
kepemilikan tanah dan masalah-masalah lain terkait sertifikat hak milik.

4|FISHBONE ANALYSIS – HAK ATAS TANAH


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam analisis menggunakan Fishbone, diperoleh solusi atau strategi


rekomendasiterkait sertifikasi tanah perorangan sebagai berikut:

1. Pemerintah membentuk lembaga khusus untuk menampung aspirasi


terkait permasalahan kepemilikan tanah.
2. Pemerintah atau pemangku adat menerapkan kebijakan terkait hak
menjual tanah tidak kepada pihak luar masyarakat adat.
3. Pemerintah atau pemangku adat menerapkan kebijakan untuk tidak
memanfaatkan kepemilikan tanah masyarakat adat ke perusahaan swasta
4. Lebih menggalakkan sertifikat tanah berbasis elektronik untuk
memudahkan kepemilikan hak tanah dalam lingkup masyarakat adat.
5. Perlunya pengakuan dan perlindungan dari pemerintah atas hak
kepemilikan tanah masyarakat adat.
6. Perlunya musyawarah antara pemangku adat, masyarakat adat setempat,
pemilik sertifikat, dan instansi terkait dalam menentukan batas wilayah
kepemilikan tanah dan masalah-masalah lain terkait sertifikat hak milik.

5|FISHBONE ANALYSIS – HAK ATAS TANAH

Anda mungkin juga menyukai