Anda di halaman 1dari 11

Nama Puslit/ Pusyan:…………

Bidang Puslit/Pusyan:…………
USULAN
HIBAH PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN PUSLIT DAN PUSYAN

MENGURAI PERMASALAHAN HUKUM PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS


LENGKAP TERHADAP PENDAFTARAN TANAH ULAYAT
(Studi Komparasi PTSL di Provinsi Bali dan Daerah Istimewa Yogyakarta)

TIM PENGUSUL:

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS UDAYAN
DESEMBER 2022
HALAMAN PENGESAHAN
PUSLIT/ PUSYAN ……………………………..
DAFTAR ISI
RINGKASAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap adalahh program nasional yang
ditujukan untuk terciptanya tertib administrasi pertanahan. Program PTSL ini ditetapkan
sebagai program utama karena memiliki manfaat yang kompleks terutama bagi
masyarakat dan Pemerintah Daerah. …….PP 24/2007…tyujuan pendaftaran tanah
adalah……

PTSL merupakan program yang diinisiasi oleh Pemerintah,…….karena masih banyak


tanah-tanah yang belum bersertifikat,….dan Kembali ke tujuan menciptakan kepastia
hukum….

Problem PTSL banyak aspek,….misal ada tanah yang sudah dilakukan jual beli tetapi
belum dibalik nama, …..persolan tanah yang belum bersertifikat karena tanah tersebut
merupakan hak ulayat…..

Point permasalahan justru munculnya dalam konteks PTSL terhadap Hak Ulayat, karena
Tipologi dari UUPA mendasarkan pada hukum adat. Dimana hukum adat dimasing-
masing daerah berbeda-beda…
Hak Ulayat oleh konstitusi di Indonesia di Akui…bisa dirujuk pada Pasal 18 B,….UUD
NRI 45……UUPA hak ulayat diakui sepanjang masih ada….

Pengakuan inilah yang menyebabkan hal-hal menyangkut pertanahan berhadapan dengan


hukum yang bersifat pluralistic, sehingga mencapai tujuan kepastian hukum terkait
dengan pendaftaran tanah menemui persoalan yang kompleks.

Program PTSL yang dicanangkan oleh Pemerintaah Jokowi, disatu sisi memberikan
manfaat sejalan dengan tujuan pendaftaran tanah, akan tetapi disatu sisi masih mesisiakn
polemic di masyarakat.
Beberapa kasus update dapat diurakain sebaghai berikut:
.
.
.
.
.
Bali, adalah salah satu daerah memiliki keanekaragaman budaya serta hukum adatnya,
yang sifat keberlakukannya bersifat territorial,…di Bali diknal dengan istilah Desa, Kala,
Patra…….

yang diinginkan untuk mengurangi terjadinya sengketa dan konflik atas tanah yang
dimiliki oleh masyarakat. Program PTSL ini ditetapkan sebagai program nasional karena
memiliki manfaat yang kompleks terutama bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah.
Adanya program ini bertujuan untuk mendapatkannya kekuatan hukum atas tanah milik
masyarakat guna mengurangi suatu sengketa atas tanah. Dilansir dari Kementerian
Komunikasi dan Informatika RI bahwa program PTSL dilakukan serentak di seluruh
Indonesia bagi semua objek pendaftaran tanah yang belum terdaftar dalam suatu wiliyah
desa/ kelurahan. Sejalan dengan pogram yang diluncurkan oleh kementerian ATR/BPN
yaitu program PTSL yang merupakan Program Prioritas Nasional yang berupa percepatan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap, di beberapa daerah nyatanya mengalami suatu
konflik atau sengketa dalam melaksanakan Program PTSL.
Tanah – tanah yang dimiliki dimasyarakat di setiap daerah memiliki kriteria dan ciri
khas masing – masing. Dalam ruang lingkup masyarakat tetap terikat dengan adanya
aturan adat. Dalam hal ini tentu di setiap daerah memiliki penanganan yang berbeda
dalam melaksanakan program PTSL ini. Konflik yang terjadi di masyarakat biasanya
adanya dua presepsi yang biasa menjadi suatu pergesekan. Aturan yang bersifat kebiasaan
memmiliki sifat plural dan unsur kepercayaan dan juga adanya aturan yang berisfat
mutlak memiliki sifat autentik dan pasti. Inilah menjadi pergesekan di masyarakat
utamanya dalam hal ini masyarakat adat. Pergesekan ini terjadi karena adanya suatu
kepemilikan tanah antara tanah milik desa adat dan tanah milik pribadi. Di dalam ruang
lingkup desa adat memilki cara dan pengeloaan tanah yang berbeda – beda. Tanah desa
adat ini juga biasa desebut dengan tanah ulayat atau tanah adat. Dalam tanah adat ini
dimiliki oleh sekumpulan orang atau jika di Bali dikatakan dimiliki oleh Desa adat itu
sendiri. Konflik yang sering terjadi di masyarakat adalah tentang kepemilikan tanah yang
akan didaftarkan memalui program PTSL utamanya dalam masyatakat adat di desa adat.
Berjlannya program PTSL ini mengalami banyak permasalahan utamnya pembagian
kemilikan tanah dalam tanah desa adat. Konflik ini terjadi antara masyarakat desa adat
karena tanah pekarangan atau tanah teba yang di seritifkatkan atas nama desa adat,
maupun adanya konflik dalam penggurusan tanah dalam progam PTSL terhambat
diakibatkan pengurus krama atau pengurus desa adat tersebut.
Jika ditinjau berdasarkan silsilah atau sejarah tanah yang dimiliki desa adat di Bali
rata rata adalah tanah yang memang dari awalnya adalah milik tanah adat. Jika dilihat dari
sejarah penjajahan, tanah tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh orang – orang pribumi
atau orang asli dierbikan status hak adat. Ini sudah di atur sesaui dengan dikeluarkannya
Peraturan Kementerian Agratia dan Tata Ruang Nomor 276 tentang Penunjukan Desa
Adat sebagai Subyek Pemegang ha katas tanah. Adapun presepsi dari masyarakat di
zaman sekarang dan sudah mendiami tanah tersebut, maka tanah tersebut dianggap telah
menjadi milik pribadi. Disinilah terkadang dikarekan belum tersertifikatnya tanah-tanah
yang dimiliki oleh masyarakat adat, maka dengan munculnya program PTSL ini
masyarakt berlomba lomba mendaftarkan tanah yang didiaminya selama puluhan tahun.
Dalam pendaftaran ini tentu memiliki persyaratn persyaratn khusu yang dimana sudah di
atur dalam pelakasaan program PTSL ini. Dari sinlah antara krama adat dan prajuru atau
selaku pengurus adat memiliki pandangan yang berbeda beda mengenai kepemilikan
tanah atas nama desa adat dan kemilikan tanah atas nama pribadi. Pihak dari peroangan
masyarakat meiliki ha katas tanah tersebutt karena dilihatt dari durasi lamanya tinggal dan
digunakan tanah tersebut, sedangkan prajuru atau pengurus adat mengaggap bahwa tanah
tersebut di berikan kepada masyarakat adat dan tetap menjadi milik desa adat. Dalam
kasus inilah akan menguraikan permasalahan hukum mengenai implementasi dari
program PTSL dan sengkat serta konflik yang terjadi di dalam lingkungan Desa Adat.
1.2 Tujuan kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan solusi dalam petikraian yang terjadi di
masyarakat utamanya dalam program PTSL yang dinilai belum efektif diterapkan karena
adanya dualisme hukum diterapkan dalam masyarakat.
1.3 Sasaran Kegiatan
Dalam kegiatan ini sasaran yang ingin kita capai adalah pahamnya
RUMUSAN MASALAH:
Permasalaha-permasalahan apa sajakah yang dihadapai dalam program PTSL di Bali dan
di DIY menyangkut pendaftaran tanah hak ulayat?

Bagaimanakah PTSL dari perspektif Sistem Hukum Pertanahan di Indonesia? Teori


Sistem Hukum : Substansi, Struktur, Kultur (Lawrence M Friedman)

Bagaimanakah Mekanisme Mengurai Permasalahan Hukum PTSL dan Penyelesaiannya?

1.4 Landasan Hukum


Landasan hukum yang berkaitan tentang mengurai permasalahan hukum hukum
pendaftaran tanah sistematis lengkap di lingkungan desa adat adalah :
a. Surat Edaran Nomor 12/SE-UK.01/VI/2022 tahun 2022
b. Surat Edaran Nomor 034/SE-300.ST/II/2022 Tahun 2022
c. Petunjuk Teknis Nomor 1/Juknis-100.HK.02.01/I/2022 Tahun 2022
d. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 6 Tahun 2018
e. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 1 Tahun 2017
f. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 12 Tahun 2017
g. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 28 Tahun 2016
h. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 35 Tahun 2016
i. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 4 Tahun 2015
j. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
k. Perarem – Perarem Desa Adat
l. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
m. Undang – Undang Dasar 1945

II. METODE KEGIATAN


III. HASIL YANG DIHARAPKAN

IV. JADWAL KEGIATAN

V. PERSENOLIA

VI. RANCANGAN ANGGARAN BIAYA

DAFTAR PUSTAKA

LAPIRAN

Anda mungkin juga menyukai