A. Konsep Utama Terkait Dengan Computational Thinking and Programming
Konsep CT adalah bagian dari pendidikan di Swedia, tetapi istilah yang
digunakan dalam dokumen kebijakan Kementerian Pendidikan untuk merujuknya adalah algoritmic thinking and programming. Kurikulum nasional, yang diperbarui pada Maret 2017, lebih menekankan pada kompetensi digital dan memasukkan pemrograman dalam definisinya. Istilah pemrograman sangat luas cakupannya, termasuk konsep CT mencakup solusi kreatif, tata kelola dan regulasi, simulasi, dan dimensi demokrasi. Hubungan antara pemrograman dan kompetensi digital secara eksplisit dibuat dalam definisi kompetensi digital. Sebagaimana tercermin dalam berbagai istilah pada “Computational Thinking and Programming” (biasa disebut CT dan Pemrograman) pada kurikulum yang direvisi dari Skolverket, Badan Pendidikan Nasional, diklarifikasi bahwa fokusnya bukan pada keterampilan pengkodean, tetapi pada pemrograman sebagai alat pedagogis dan proses pemecahan masalah. Di Swedia, Skolverket mengakui bahwa makna kompetensi digital berubah seiring waktu karena perubahan dalam masyarakat, teknologi, dan layanan yang tersedia. Dalam kurikulum Swedia, kompetensi digital bersifat transversal di semua mata pelajaran dan mencakup empat aspek: 1. Memahami bagaimana digitalisasi mempengaruhi individu dan masyarakat 2. Memahami dan mengetahui cara menggunakan alat dan media digital 3. Penggunaan alat dan sumber daya digital secara kritis dan bertanggung jawab 4. Mampu memecahkan masalah dan menerapkan ide dalam praktik.
Kurikulum berisi pemrograman sebagai bagian dari kompetensi digital
memberi kesempatan siswa untuk berkembang. Pemrograman meliputi penulisan kode, yang memiliki kesamaan besar dengan pemecahan masalah umum. Ini termasuk masalah formulasi, memilih solusi, menguji dan memikirkan kembali, dan mendokumentasikan. Namun, pemrograman harus dilihat dalam perspektif yang lebih luas, termasuk kreasi kreatif, tata kelola dan regulasi, simulasi dan dimensi demokrasi. Perspektif pemrograman lebih lanjut ini penting pada dimensi demokrasi. Perspektif pemrograman lebih lanjut ini penting sebagai titik awal dalam pengajaran, dan pemrograman yang mencakup semua aspek digital kompetensi.
B. Computational Thinking and Programming dalam Kurikulum
Pada bulan September 2015, pemerintah Swedia memberi tugas kepada
Skolverket untuk mempresentasikan strategi TIK nasional untuk sistem sekolah Swedia. Sebagai bagian dari pekerjaan ini, Skolverket akan memperbarui kurikulum untuk pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah secara eksplisit mengamanatkan bahwa kurikulum harus memperkuat kompetensi digital siswa dan memperkenalkan pemrograman di tingkat sekolah wajib. Pada bulan Maret 2017, pemerintah Swedia mengeluarkan kurikulum yang direvisi, dengan definisi kompetensi digital yang menampilkan pemrograman. Kurikulum baru akan diwajibkan mulai Musim Gugur 2018, tetapi akan diujicobakan oleh sekolah dan guru secara sukarela mulai awal tahun. Pada Oktober 2017, pemerintah mengeluarkan strategi TIK nasional untuk sistem sekolah Swedia. Beberapa alasan Swedia mengintegrasi CT dalam kurikulum adalah sebagai berikut : 1. Mendorong kemampuan kerja di sektor TIK 2. Membina kompetensi utama lainnya 3. Menumbuhkan keterampilan berpikir logis 4. Memahami masyarakat dan peran teknologi dalam masyarakat 5. Mengembangkan kewarganegaraan digital 6. Menumbuhkan keterampilan memecahkan masalah 7. Membina keterampilan pengkodean dan pemrograman
Swedia telah memasukkan CT dan Pemrograman baik sebagai kompetensi
transversal dan dalam mata pelajaran yang ada. Di Swedia, CT dan Pemrograman diperkenalkan pada jenjang sekolah dasar dan menengah. Karena CT dan Pemrograman merupakan bagian dari definisi kompetensi digital yang direvisi, semua mata pelajaran dilibatkan (yaitu kompetensi transversal). CT dan Pemrograman juga ditempatkan dalam mata pelajaran yang tujuan khusus dan kriteria penilaiannya ditentukan (Matematika, Teknologi dan Ilmu Sosial). Siswa diperkenalkan CT pada sekolah dasar melalui pemrograman, yang melibatkan konstruksi program sederhana menggunakan lingkungan visual (dalam matematika). Dalam Teknologi / Kerajinan, pemrograman terutama digunakan untuk mengontrol objek fisik seperti robot. Pada sekolah menengah fokusnya adalah pada pemikiran algoritmik dan pemecahan masalah (dalam matematika), membangun dan memprogram objek fisik (dalam teknologi atau kerajinan). Perlu dicatat bahwa pada tingkat sekolah menengah, kedua kurikulum memerlukan pergeseran dari bahasa visual ke bahasa berbasis teks. Hal ini didorong oleh meningkatnya tingkat kerumitan dalam mata pelajaran yang dipelajari, dan oleh tujuan untuk mengembangkan keterampilan digital siswa untuk pekerjaan di masa depan. Dalam kurikulum Swedia, hubungan antara pemrograman dan kewarganegaraan digital berada di bawah studi sosial, khususnya di sekolah menengah. Tabel : CT dan pemrograman yang tercakup dalam kurikulum Swedia Matematika Teknologi Sosial Studi Petunjuk langkah yang Mengontrol konstruksi Bertindak secara bijaksana atau artefak lain bertanggung jawab buatan sendiri melalui dengan media digital dan Pendidikan pemrograman lainnya Dasar Pembuatan dan Peningkatan penggunaan algoritma kemungkinan untuk dalam lingkungan komunikasi dan e- pemrograman visual commerce Pembuatan dan Mengendalikan dan Evaluasi berita penggunaan algoritma mengatur konstruksi dalam pemrograman sendiri menggunakan pemgrograman pemrograman di Penggambaran individu lingkungan pemrograman dan kelompok (misalnya yang berbeda (visual dan gender dan etnis) Pendidikan berbasis teks) Menengah Bagaimana informasi dalam media digital dapat dikendalikan (pemrograman tersembunyi) Peluang dan risiko Internet dan komunikasi digital