Anda di halaman 1dari 5

Mendengar kata majapahit, apa yang ada di dalam pikiran teman-teman. Kejayaan ? kemegahan ?

kekuasaan ? keagungan ? Nusantara ? Palapa? Candi ?


Yak, semua itu bisa betul dan bisa saja salah.

Speech, writing, mariage, funeral


Jawa
Palembang mirip jawa
Aru (deli) mirip jawa semua muslim
Malaysia (malaca) muslim tapi disebutkan mirip jawa
Lho seumawe mirip malaca
Lambri (atjeh) muslim.

So-li (Chola)

Sunda juga pernah mengirim upeti atau berdagang untuk penjual china (SNI, 419)

Anehnya adalah, customs lambri sama kaya malaca. Lho semawe mirip malaca. Malaca mirip jawa.
Aru (deli) mirip jawa. Palembang mirip jawa. Terlihat 2 akar budaya yang menjadi kiblat bagi
beberapa daerah. Jawa dan malaysia atau dalam hal ini (malacca).

Terlihat ada sebuah inkonsistensi cerita dari ma huan itu sendiri. Pertama, orang-orang yang di sebut
“tinggal” di negara JAWA di awal deskripsi terlihat seperti beradab dari sudut pandang mereka. Lalu
setelahnya disebut orang dari ‘the land” yang dideskripsikan cukup barbar.
Apabila melihat lini masa, ma huan datang ke jawa (majapahit) antara tahun 1413-1415. Sedangkan
kitab-kitab lain (negarakertagama) yang dibuat setelahnya itu menyebutkan kebalikannya.
Untuk tingkat akurasi, catatan ma huan merupakan catatan pribadi. Bukan yang termasuk dalam
catatan resmi pemerintah tiongkok pada masa itu.
Sedangkan negarakertagama juga tidak terlalu akurat karena bercampur dengan syair-syair.
Sedangkan di negarakertagama, deskripsi dari orang-orang di majapahit tidak selengkap dan sedetail
ma huan. Hanya orang-orang pentingnya saja.
Nah, ini menimbulkan kebingungan juga.
Apakah yang dilihat ma huan itu betul-betul orang-orang majaphit ? apabila iya, ya berarti ini bisa
dikatakan memang masyarakat di tingkat bawah kondisi sosialnya seperti ini.
Pada masa ini, walaupun agamanya muslim, mereka masih menggunakan ritus2 hindu
Custom = adat

Rekonstruksi sejarah disusun berdasarkan bukti yang ada dan dibantu dengan pemberitaan-
pemberitaan yang bisa dikaitkan dengan suatu objek. Untuk itu, diperlukan berbagai sumber-sumber
yang bisa digunakan dalam menyusun sejarah secara kronologis. Hasil dari rekonstruksi itu kemudian
yang kita sebut sebagai sejarah.
Belibet bukan ?
Hehehe
Intinya kali ini kita akan membahas salah satu kerajaan yang disebut-sebut sebagai kerajaan yang
menginspirasi tokoh pendiri bangsa untuk menyatukan para pejuang dari sabang sampai merauke.
Kerajaan yang memberikan inspirasi kesatuan dan persatuan bagi kelompok masyarakat yang berada
di wilayah indonesia.
Siapa lagi kalau bukan, MAJAPAHIT.
Yap, kita semua pasti sudah tau majapahit itu merk apa hehe, bercanda.
Sebuah kerajaan yang berdiri di abad 10, dan sangat terkenal dengan istilah “nusantara” nya.
Untuk mengetahui apa sih majapahit dan bagaimana mereka hidup dan beberapa pertanyaan
lainnya, para sejarawan mencari bukti serta berbagai macam catatan yang mengabarkan tentang
kerajaan ini. Oleh kare itu, mari kita membahas salah satu catatan yang membantu sejarawan
merekonstruksi majapahit. catatan ini berasal dari salah satu penjelajah dari tiongkok. Yaitu Catatan
Ma Huan.
Catatan dari ma huan ini bisa dikatakan cukup penting dan menarik. Nanti akan kita bahas.
Yang pertama-tama, mari kita bahas siapa Ma Huan dan apa yang disumbangkan oleh beliau untuk
membantu rekonstruksi sejarah majapahit.
Kita mulai jauh sebelum Ma Huan mencatat majapahit.
Kaisar Yung Lo (c’heng-tsu) ingin mengembalikan hegemoni kejayaan tiongkok terhadap negara-
negara di seputaran samudra hindia. Selain itu dia ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi
karena salah satu pemasukan terbesar tiongkok di masa itu adalah perdagangan luar negeri dan
pemberian upeti dari negara-negara yang berada dibawah kekuasannya(salah satunya jerapah yang
diberikan oleh penguasa bengal). Salah satu cara pemerintah tiongkok pada masa itu ialah
memperkuat angkatan lautnya. Pada masa jayanya, pemerintahan kaisar tiongkok memiliki 400
kapal perang yang berpangkalan di nanking, 2700 kapal perang yang menjaga pesisir, 400 kapal
pengankut biji-bijian yang dipersenjatai, dan 250 kapal kelas “treasure” yang menjadi kebanggaan
dinasti MING dan masing-masing mampu mengangkut sebanyak 8000 orang. Lantas pemerintah
tiongkok memberangkatkan ekspedisi pelayaran untuk mencapai tujuan tersebut. Dan apakah
dengan berbagai ekspedisi yang memberangkatkan ratusan kapal dan ribuan orang itu berhasil ?
Jawabannya, secara ekonomi tidak. Karena selain alasan ekonomi, ada alasan diplomatis dan
ideologi yang memberikan validasi atas perintah ekspedisi ini. Kaisar menganggap dia adalah putra
dari surga. Semua harus tunduk dan berada di bawah surga. Ideologi tiongkok pada masa itu
menganggap china atau kekaisaran ialah pusat dunia dan kaisar adalah kiriman tuhan. Dan ekspedisi
ini bertujuan untuk memberikan pernyataan kuat terhadap negara-negara diluar china.
Pemerintah tiongkok memberangkatkan ekspedisi laut yang dikomandoi oleh salah satu kasim agung
yang bernama Cheng Ho. Ia ditunjuk sebagai panglima dan bertanggung jawab penuh terhadap 7
ekspedisi laut ini. Cheng Ho sendiri adalah seseorang yang diakui dan dianggap sebagai salah satu
diplomat hebat tiongkok. Ia juga dijuluki sebagai san pao t’ai-chien atau kasim agung san pao. San
pao sendiri artinya adalah tiga permata. Tiga permata sendiri merujuk pada triratna pada
kepercayaan buddha. Walaupun Cheng Ho sendiri adalah seorang muslim.
Ia melakukan sebanyak total 7 ekspedisi laut. Yaitu :
1. 1405-1407
2. 1407-1409
3. 1409-1411
4. 1413-1415
5. 1417-1419
6. 1421-1422
7. 1431-1433
Seluruh perjalanan atau ekspedisi Cheng Ho tercatat dengan baik.
1. Fei Hsin : Hsing ch’a shên lan (1436) (ia ikut 4 ekspedisi awal)
2. Ma Huan : Ying yai Shên lan (1451) (4,6 dan 7) the overall survey of the ocean shores
3. Kung Chên : Hsi yang fan kuo chih
4. Kekaisaran : ming shih
5. Kekaisaran : siku quanshi (ensiklopedia)
Selama perjalanan, ia menyinggahi beberapa tempat. Salah satunya adalah tempat-tempat yang saat
ini berada di wilyah NKRI, yaitu pulau jawa dan sumatra. Ia singgah pada ekspedisi pertama, kedua,
ketiga, keempat (bareng ma huan pertama kali), dan kelima.
Fokus kita kali ini adalah catatan perjalanan yang dibuat oleh salah satu bawahan Cheng Ho.
Yaitu catatan perjalanan yang dibuat oleh Ma Huan. Catatan ini diberi nama Ying yai Shên lan. Ma
Huan sendiri adalah seorang interpreter atau penerjemah resmi yang dibawa. Belum jelas bahasa
apa yang dia kuasai sehingga Ma Huan dibawa dalam armada Cheng Ho. Namun catatan lain
menyebutkan bahwa ia pernah belajar bahasa Arab dan Persia. Ia mengikuti ekspedisi ke-4, 6 dan 7.
Catatan yang dibuat oleh Ma Huan tadi sebetulnya bukanlah catatan resmi dinasti ming.
Namun ini adalah sebuah catatan pribadi atau pengamatannya terhadap negara-negara yang ia
kunjungi. Peran catatan ini dianggap cukup penting karena ia mendokumentasikan dunia di selatan
cina dengan cukup lengkap. pada masa dia hidup, catatan perjalanan bukanlah sesuatu yang umum
dibuat. catatan perjalanan pribadi biasanya menuliskan hal-hal yang berbeda ketika dibandingkan
dengan catatan resmi. seperti yang ada di Ming Shih (catatan dinasti), buku ini lebih banyak
menuliskan tentang politik dan peperangan atau kebijakan luar negeri yang dibuat oleh kekaisaran
tiongkok. Sedangkan, catatan yang dibuat Ma Huan lebih menekankan kehidupan sosial budaya
masyarakatnya. Seperti adat, ritus, cuaca, bentang lahan, kelompok masyarakat, dan bahkan
makanan apa yang dimakan oleh masyarakat tempat dia datang. Catatan perjalanan yang di buat Ma
Huan memberikan sebuah sudut pandang yang berbeda dengan catatan lain yang dibuat oleh
pengelana dari tiongkok lainnya.
Selain itu, catatan Ma Huan dianggap catatan paling superior dalam hal jumlah negara yang
membicarakan tentang Asia bagian selatan (dari sudut pandang china) dan Asia Tenggara khususnya
sebelum kedatangan Portugis. Pada saat itu, terdapat beberapa pengelana yang sudah melakukan
perjalanan ke Asia bagian selatan. Ma Huan mengelilingi setidaknya 20 negara (pada masa itu). Lebih
banyak dari Fei Hsin (18 negara), Wang Ta-yun (13), Ibnu Batuta (10), Nicolo de Conti. Namun,
catatan mereka juga sangat berpengaruh terhadap penulisan sejarh daerah yang disinggahi. Karena
tiap pengelana memberikan sudut pandang masing-masing. Para sejarawan akan dengan mudah
merangkai narasi karena pengelana ini saling melengkapi.
Lalu kembali ke Ma Huan dan Indonesia (atau NKRI saat ini), ada beberapa hal yang Ma Huan
sumbang bagi sejarah Asia dan Indonesia Khususnya. Ia turut memberikan kesaksian mengenai
kehidupan sosial budaya masyarakat. Namun perlu diingat kembali, Ma Huan adalah tokoh yang
hidup di abad 13 awal. Pada masa itu, indonesia dan negara disekitarnya masih berada dalam masa
kerajaan-kerajaan klasik. Walaupun sedang berada dalam masa Hindu-buddha, pengaruh islam
sudah mulai muncul. Hal ini ditandai dengan beberapa negara yang mayoritas penduduknya Muslim.
Ma Huan selalu menyebutkan nama daerah tempat singgahnya. Nama daerah yang ia sebut
merujuk pada nama kerajaannya atau penyebutan suatu tempat. Dalam kasus indonesia, ia lebih
memilih menggunakan kata Chao-Wa. Pada masa ini, daerah di jawa berada dibawah kepemimpinan
Majapahit. Ma Huan menyebutkan dalam catatannya bahwa raja di Jawa berada di daerah bernama
Man-che-po-i. ia tidak dengan lugas menyebut nama kerajaannya. Selain itu, ia berusaha
menggunakan penyebutan asli untuk ditulis. Dilain sisi, ia sepertinya agak sulit menemukan padanan
dalam huruf mandarin. Ini mengakibatkan nama suatu daerah tertulis agak aneh. Contohnya jawa ia
tulis sebagai Chao-Wa, daerah Tuban ia tulis Tu-Pan.
Okey, silahkan teman-teman cari sendiri atau baca sendiri apa yang dituliskan Ma Huan di
Ying yai Shên lan ,
Namun sebelum itu, perlu diingat bahwa catatan ini dibuat pada abad 13 awal atau lebih
tepatnya tahun 1413-1415. Indonesia masih dikuasai oleh Majapahit walaupun hegemoninya sudah
mulai turun. Pada tahun ini, sosok penting majapahit sudah mulai berguguran. Masa jaya majapahit
sudah mulai turun. Secara politis, posisi majapahit sudah mulai runtuh.
Dan disisi lain, Catatan Ma Huan adalah catatan pribadi yang menceritakan keadaan sosial
budaya masyarakat. Ia menulis tentang apa yang ia lihat dan ia rasakan. Sehingga apa yang ia tulis
merupakan kondisi yang terjadi saat itu. Tidak bisa dikatakan kalau catatan Ma Huan adalah Dan bisa
kita bilang catatan Ma Huan tentang majapahit merupakan kondisi sosial budaya majapahit di tahun
1413-1415.
Selanjutnya, salah satu peneliti sastra china dari UI, Nurni Wuryandari, mengatakan Ma
Huan memberikan setidaknya 3 hal penting terhadap sejarah indonesia. yang pertama ialah 1) kota
utama di jawa yang berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan. Selain itu, kota-kota yang
disebutkan oleh Ma Huan disebut sebagai k ota besar dan berbagai macam aktifitas di dalamnya.
serta, dijelaskan pula bagaimana mencapai kota tersebut, apakah bisa sekali jalan atau ada hal lain
yang perlu dilakukan apabila ingin mencapai kota tersebut. dalam catatannya, di pulau jawa ada 3
kota besar dan 1 ibukota. kota besarnya adalah Tuban, Gresik dan Surabaya. Masing-masing bisa
dicapai menggunakan kapal besar. Sedangkan untuk mencapai ibukota (yaitu majapahit), diperlukan
transit di kota Surabaya untuk berganti kapal kecil dan kemudian menyusuri sungai untuk mencapai
ibukota. 2) jenis masyarakat yang ada di ibukota Majapahit. Disebutkan ada 3 kelompok masyarakat.
Yang pertama adalah orang China, kedua orang muslim dari barat, dan ketiga penduduk asli. Ma
Huan menjelaskan adat istiadat atau kebiasaan masing-masing kelompok yang ada. Contohnya
adalah cara makan, orang-orang muslim dari barat serta orang china terbiasa makan menggunakan
sendok. Sedangkan orang lokal biasanya duduk dibawah, melingkar, bersila, cuci mulut dan tangan,
lalu makan menggunakan tangan. Ia juga menjelaska tentang bagaimana cara orang-orang lokal
berbicara dan menulis. Kemudian yang ketiga 3) informasi tentang lingkungan. Baik lingkunan fisik
seperti iklim, sumber daya alam yang ada, atau lingkungan masyarakat. Ia menjelaskan tentang hasil
bumi dan berbagai macam buah tropis yang ada. Seperti manggis, kelapa, dan beberapa jenis
kacang. Selain itu ia menjelaskan bahwa orang-orang di jawa juga memakai koin perak china untuk
berdagang. Dan ia juga menjelaskan terkait satuan panjang yang digunakan orang lokal dan
dibandingkan dengan satuan yang dipakai oleh orang tiongkok.
Begitulah peran catatan Ma Huan terhadap sejarah indonesia. namun, Ma Huan adalah
seorang manusia. Tentunya ada kemungkinan kesalahan yang ada di catatannya. Oleh karena itu,
kita harus membandingkan dengan berbagai sumber lain. Salah satu yang bisa dijadikan pembanding
ialah Kakawin Desa warnnana atau yang sering disebut Negarakrtagama. Kakawin ini adalah salah
satu hasil karya orang dalam atau orang lokal. Kakawin ini adalah karya sastra sejarah yang dibuat
oleh salah satu penyair bernama Mpu Prapanca. Kakawin ini menceritakan tentang para raja-raja di
majapahit. Selain itu, di kakawin ini juga menceritakan istana dan denah kerajaan majapahit. Ketika
dibandingkan, ada beberapa bagian yang sama. Yaitu tentang bentuk rumah dan istana. Dikatakan
oleh Ma Huan bahwa pagar dan tembok istana majapahit dibangun menggunakan batu bata merah.
Dan ketika melihat Negarakrtagama, Mpu Prapanca juga menyebutkan demikian.
Selanjutnya, kemungkinannya adalah bukan kesalahan. Bisa dikatakan sebagai pengamatan
yang kurang jeli dari Ma Huan ketika menuliskan deskripsi. Ketika melihat dokumen lain yang
membahas jawa, ia tidak menuliskan tentang keadaan yang sedang dialami oleh kelompok
masyarakat yang ia datangi. Dia hanya menjelaskan tentang sosial budaya masyarakat serta
lingkungannya saja. Ia tidak menuliskan apapun tentang pergolakan politik yang sedang terjadi di
tempat yang ia singgahi. Ketika melihat dokumen lain seperti Ming Shih, di Jawa sedang terjadi
sebuah perang yang disebut Paregreg. Perang ini merupakan perang antara dua keturunan Hayam
Wuruk yang sedang memperebutkan takhta majapahit. Dikatakan pula bahwa saat kaisar china yang
baru saja naik takhta, ia mengirimkan utusan diplomatis ke Jawa. Dan beberapa saat selanjutnya,
Cheng Ho datang dan menyaksikan peperangan antar anak keturunan majapahit tersebut. pun juga
dikatakan bahwa 170 orang china ikut meninggal dalam peperangan ini.
Dalam kondisi yang cukup intens seperti peperangan, atau pasca perang, kemungkinan
warga masyarakat yang berada di daerah tersebut juga menerapkan kebiasaan peperangan. Hawa
dan suasananya masih belum bisa move on dari suasana perang. Ini hanya sebuah kemungkinan,
bahwa orang-orang lokal yang dideskripsikan dengan cukup bar-bar ini kondisi dan suasananya
masih seperti peperangan. Namun kembali lagi, ini hanya kemungkinan. Karena Ma Huan
menceritakan tentang bermain perang-perangan menggunakan tombak lancip. dan dari
deskripsinya, hampir semua orang membawa semacam senjata tajam. Namun tetap pandangan ini
perlu diuji kembali.
Namun yang jelas, Ma Huan harus kita kasih jempol untuk catatan perjalanannya. Dia
memberikan pandangan dari sisi sosial masyarakat kalangan bawah. Biasanya catatan asing itu
banyak memberikan pandangan dari sisi raja atau orang-orang yang memiliki kepentingan-
kepentingan lain. Dan berbagai macam kontroversi yang ditimbulkan dari catatannya, bisa kita
luruskan disini. Ada hal-hal yang memang fakta, maka kita mau tidak mau menerima. Kenyataan
yang terjadi ya seperti itu, orang-orang di majapahit memang seperti itu adanya. Kemungkinan
untuk menambah-nambah atau membuat seolah-olah bagus atau bahkan menjadi jelek cukup kecil.
Karena dia menulis apa yang dia lihat dan dia rasakan. Walau tingkat akurasinya dipertanyakan,
namun banyak hal yang bisa dan layak dijadikan data dan fakta sejarah.

Anda mungkin juga menyukai