Anda di halaman 1dari 11

Nama : Ine Permatasari Dewi

Asal Sekolah : SMP PGRI Tugu 207


LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
Analisis eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi
1 Keterampilan Kajian Literatur: Berdasarkan kajian literasi
siswa dalam 1. Menurut Umar Mansyur (2019) Rendahnya budaya literasi di Indonesia dan hasil wawancara pada
membaca masih menjadi masalah serius yang sedang dihadapi pemerintah. SDM hasil eksplorasi penyebab
masih rendah. Unggul, Indonesia Maju, sebagai visi presiden 2019-2024 seharusnya masalah, analisis
menjadi pemantik pemangku kebijakan di sektor pendidikan untuk eksplorasi penyebab
menghasilkan inovasi peningkatan literasi dan minat baca masyarakat, masalah yang ditemukan
terutama di era disrupsi sekarang ini. adalah:
2. Menurut Umar Mansyur (2019) Masih rendahnya minat baca di 1. Rendahnya minat siswa
Indonesia tentu tidak semata-mata disebabkan sarana perpustakaan dalam membaca buku.
yang tidak memadai, melainkan karena minimnya kesadaran 2. Pengaruh negatif gawai
masyarakat mengenai peran dan fungsi perpustakaan. dalam minat membaca
https://www.researchgate.net/profile/UmarMansyur/ siswa.
publication/337671871_Gempusta_Upaya_Meningkatkan_Minat_Baca/ 3. Guru kurang inovatif
links/5de4824c4585159aa45a0c04/Gempusta-Upaya-Meningkatkan-Minat-Baca.pdf
untuk menumbuhkan
semangat membaca pada
3. Hasil Indonesia National Assesment Program di tahun 2016 yang siswa.
dilakukan oleh Pusat Penelitian Pendidikan (Puspendik) Kementerian
4. Sarana dan prasarana
Pendidikan & Kebudayaan sendiri mengungkap data bahwa rata-rata
sekolah kurang memadai
nasional distribusi literasi pada kemampuan membaca pelajar di
terutama bekaitan
Indonesia adalah 46,83% berada pada kategori Kurang, hanya 6,06%
dengan literasi.
berada pada kategori Baik, dan 47,11 berada pada kategori Cukup (P.
5. Lingkungan
Kemdikbud, 2017).
https://core.ac.uk/download/pdf/287170379.pdf
mempengaruhi minat
siswa dalam membaca.
Wawancara: 6. Kurangnya kesadaran
Narasumber : guru dan siswa
Rekan Sejawat: Rhesa Rahmat, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia) mengenai peran dan
Waktu : Senin, 07-11-2022 fungsi perpustakaan.
1. Siswa merasa bosan saat membaca buku terutama buku nonfiksi
(karya ilmiah, artikel, buku teks siswa, dll).
2. Siswa cenderung menyukai pembelajaran dengan media audio dan
visual.
3. Siswa lebih menyukai bermain game atau berselancar di dunia maya
untuk mengisi waktu luang.
4. Sebagian besar orang tua tidak membelikan buku pada anaknya karena
faktor ekonomi yang kurang.

Narasumber :
Kepala Sekolah: Laela Novita, S.Si., M.M
Waktu : Senin, 07-11-2022
1. Guru kurang menumbuhkan rasa semangat membaca pada siswa.
2. Ketersediaan buku di perpustakaan sekolah belum memadai. Terutama
jenis buku fiksi (novel, cerpen, komik, dll) belum ideal dengan jumlah
siswa.
3. Pojok literasi, pojok baca tiap kelas, dan pohon literasi belum optimal.

Narasumber :
Pakar: Adel Trisye, M.Pd. (Ketua MGMP Bahasa Indonesia Tingkat SMP
Wil. Bogor Selatan)
Waktu: Rabu, 09-11-2022
1. Kurangnya sarana dan prasana membaca.
2. Pengadaan buku bacaan masih minim, baik fiksi dan nofiksi.
3. Siswa tidak paham manfaat membaca.
4. Lingkungan tidak memberi contoh untuk senang membaca (lingkungan
rumah, sekolah, dan masyarakat).
2 Terdapat siswa Kajian Literatur Berdasarkan kajian literasi
berkebutuhan 1. Abigail (Sidiarto, 2007) (dalam Madinatul Munawaroh dan Novi Trisna dan hasil wawancara pada
khusus Anggrayni) menjelaskan bahwa disleksia merupakan kesulitan belajar hasil eksplorasi penyebab
disleksia. primer berkaitan dengan masalah bahasa tulisan seperti membaca, masalah, analisis
menulis, mengeja, dan pada beberapa kasus kesulitan dengan angka, eksplorasi penyebab
karena adanya kelainan neurologis yang kompleks, kelainan struktur masalah yang ditemukan
dan fungsi otak. Dapat pula merupakan kelainan bawaan adalah:
(constitusional in origin), keturunan (genetik). Bila salah satu dari 1. Gangguan disleksia
kembar identik mengalami disleksia, maka 85 hingga 100 persen dapat disebabkan faktor
kemungkinan anak kembar yang lain mengalami disleksia pula. Bila internal (faktor genetik
salah satu orang tua mengalami disleksia, sekitar 25-50% dari anaknya atau bawaan lahir) dan
harus mengalami disleksia pula. faktor eksternal.
http://repository.upy.ac.id/409/1/artikel%20madinatul.pdf 2. Siswa yang memiliki
2. Penyebab siswa mengalami disleksia, berdasarkan wawancara dengan gangguan disleksia
orang tua siswa tersebut, bahwa sejak dalam kandungan Sang Ibu memiliki kesulitan
sudah divonis janin memiliki kelainan hingga harus dikeluarkan dari dalam mengenal huruf,
rahim. Namun, Sang Ibu tetap ingin mempertahankan janinnya dengan angka, mengeja, dan
cara mengonsumsi obat-obatan dari dokter. membaca.
3. Belum ada pelatihan
Wawancara: khusus untuk guru
Narasumber: dalam menangani anak
Rekan Sejawat: Tiwik Prihatiningsih, S.Si. (Guru IPA ) berkebutuhan khusus
Waktu: Kamis, 10-11-2022 (ABK) khususnya
1. Penyebab disleksia paling besar disebabkan faktor genetik, tapi tidak disleksia.
menutup kemungkinan dikarenakan faktor bawaan lahir. 4. Siswa disleksia memiliki
2. Orang tua terlambat mengetahui bahwa anaknya mengalami disleksia. kesulitan berbicara
3. Guru tidak mengetahui cara belajar anak disleksia. karena kurangnya kosa
kata.
Narasumber: 5. Tidak tersedia fasilitas
Kepala Sekolah: Laela Novita, S.Si., M.M untuk menstimulus
Waktu : Rabu, 09-11-2022 siswa disleksia di
1. Penyebab disleksia dipengaruhi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor sekolah.
eksternal: 6. Kurangnya stimulus
2. Faktor internal dapat disebabkan karena faktor keturunan atau genetik, dari lingkungan sekitar
berikutnya faktor bawaan lahir. baik di sekolah ataupun
3. Faktor eksternal dapat dipanguruhi oleh konsumsi obat-obatan yang di rumah.
berlebih saat ibu mengandung sehingga mempengaruhi pada tumbuh
kembang anak.

Narasumber:
Pakar : Ari Akiki (Fasilitator Motorik dan Staff Layanan Khusus
Sekolah Alam Bogor)
Waktu : Kamis, 10-11-2022
1. Disleksia adalah gangguan yang umumnya ditemukan pada anak-anak
yang mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, maupun mengeja.
2. Penyebab gangguan disleksia belum diketahui secara pasti, namun
beberapa ahli menyebutkan faktor-faktor keturunan berperan besar
terhadap gangguan disleksia.
3. Penyebab gangguan belajarnya karena mereka kusulitan membaca dan
menulis sehingga sulit untuk berkomunikasi atau kurang kosa kata.
4. Anak disleksia akan mengalami hambatan juga pada aspek kognisisnya.
5. Kurang stimulus.
6. Lingkungan yang kurang mendukung tumbuh kembang anak disleksia.
7. Tidak ada fasilitas untuk menstimulus anak dengan disleksia.

Narasumber:
Pakar : Idhar Maulana Sutarya, S.Psi. (Psikolog)
Waktu : Kamis, 10-11-2022
1. Faktor yang menyebabkan ganggaun disleksia biasanya karena faktor
genetik/keturunan, bawaan lahir, atau ketika di dalam kandungan
janin tidak mendapatkan asupan yang baik dari Sang Ibu.
2. Faktor berikutnya dikarenakan terjadi cedera/kecelakaan di bagian
kepala. Bahkan faktor trauma ketika masih kecil juga dapat
mempengaruhi disleksia.
3. Dari beberapa faktor tersebut mengakibatkan anak menjadi sulit untuk
mengingat, memahami, dan membedakan huruf dan angka yang
tentunya menjadi gangguan kesulitan dalam belajar.
4. Selain itu, disleksia juga dapat menyebabkan penderitanya kesulitan
fokus saat belajar.

Narasumber :
Pakar : Evi Yustiawati, M.Pd. (BK MTs Al Ikhlas)
Waktu: Kamis, 10-11-2022
1. Disleksia adalah kelainan dari syaraf sehingga ada ketidakmampuan
seseorang untuk membaca karena huruf yang mereka lihat terlihat
sama atau mirip.
2. Orang tua yang mengalami disleksia akan menurunkan hal tersebut
pada anaknya, maka faktor utamanya adalah gen/keturunan. Untuk
faktor luar seperti lingkungan atau makanan belum pernah membaca
penelitian tentang hal tersebut dan tentu saja harus ada penelitian
lebih lanjut untuk hal tersebut.
3 Kurangnya Kajian Literasi: Berdasarkan kajian literasi
kerjasama 1. Menurut Nanat Fatah Natsir, dkk. (2018) masalah utama rendahnya dan hasil wawancara pada
antara orang mutu pendidikan adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap hasil eksplorasi penyebab
tua dan guru. pendidikan (orangtua) telah memberikan kepercayaan sepenuhnya masalah, analisis
kepada guru di sekolah. eksplorasi penyebab
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/mudarrisuna/article/view/3315 masalah yang ditemukan
adalah:
Wawancara 1. Kurangnya komunikasi
Narasumber: yang baik antara orang
Rekan sejawat : Resha Rahmat, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia) tua dan guru.
1. Kurangnya komunikasi dua arah antara guru dan orang tua. 2. Kurangnya prioritas
2. Orang tua sibuk bekerja pada saat diundang pertemuan di sekolah orang tua siswa
sehingga tidak dapat hadir. terhadap proses dan
3. Sebagian orang tua merasa jika permasalahan anaknya di sekolah hasil belajar siswa
adalah tanggung jawab guru sepenuhnya. dikarenakan
kesibukannya.
Narasumber: 3. Sebagian orang tua
Kepala Sekolah : Laela Novita, S.Si., M.M bersikap acuh tak acuh
Waktu : Rabu, 09-11-2022 atas perkembangan
1. Kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru. siswa di sekolah.
2. Orang tua tidak hadir saat saat ada undangan pertemuan di sekolah.

Narasumber:
Pakar : Evi Yustiawati, M.Pd. (BK dan Guru Bahasa Inggris SMP PGRI
Tugu 207)
Waktu : Rabu, 09-11-2022
1. Kurangnya atau bahkan tidak ada komunikasi antara orang tua dan
guru.
2. Perbedaan pandangan guru dan orang tua dalam hal pembelajaran dan
hasil belajar.
3. Perbedaan prioritas antara guru dan orang tua siswa, contohnya
kesibukan orang tua yang tidak bisa ditinggalkan.
4 Guru kurang Kajian Literatur: Berdasarkan kajian literasi
optimal 1. Menurut Indah Fajar Friani, dkk. (2017) Berdasarkan hasil analisis dan hasil wawancara pada
memanfaatkan data, kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model hasil eksplorasi penyebab
berbagai model pembelajaran diantaranya adalah dalam rencana pelaksanaan masalah, analisis
pembelajaran. pembelajaran (RPP ) guru kurang memahami langkah- langkah eksplorasi penyebab
pembelajaran sesuai sintak yang ada pada model pembelajaran. masalah yang ditemukan
Sehingga guru kurang mampu dalam menstimulus siswa untuk adalah:
menemukan sendiri masalah yang ada pada materi pembelajaran, 1. Guru kurang memahami
pengelolaan dan pengawasan kelas guru kurang mampu mengarahkan model-model
siswa yang kurang pintar untuk terlibat aktif dengan bekerjasama pembelajaran untuk
dalam kelompok, terkendala dalam menyediakan alat dan bahan jika diterapkan.
diperlukan dalam melakukan proyek, dan guru kurang menyiasati 2. Guru kurang memahami
waktu yang tersedia. menerapkan model
https://media.neliti.com/media/publications/188143-ID-kendala-guru- pembelajaran yang
dalammenerapkan-model-pembe.pdf sesuai dengan materi
yang diajarkan.
Wawancara: 3. Guru kurang meng-
Narasumber: update model-model
Rekan Sejawat : Rhesa Rahmat, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia) pembelajaran yang
Waktu : Kamis, 10-11-2022 inovatif.
1. Kurangnya pemahaman guru mengenai model pembelajaran yang
digunakan.
2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang relevan dengan materi
yang sedang diajarkan.

Narasumber:
Kepala Sekolah : Laela Novita, S.Si., M.M
Waktu : Rabu, 09-11-2022
1. Beberapa guru kurang paham dengan model pembelajaran.
2. Sebagian guru kurang paham menerapkan model yang sesuai dengan
materi pembelajaran.
3. Faktor individu guru yang merasa malas untuk menerapkan model
pembelajaran.

Narasumber:
Pakar : Evi Yustiawati, M.Pd. (BK dan Guru Bahasa Inggris SMP PGRI
Tugu 207)
Waktu : Rabu, 09-11-2022
1. Ketidaktahuan guru dalam memanfaatkan model pembelajaran.
2. Adanya sifat tidak ingin maju atau close minded akan model
pembelajaran yang baru.
3. Kurang adanya sarana dan fasilitas dari sekolah untuk guru
mengembangkan model pembelajaran.

5 Rendahnya Kajian Literatur: Berdasarkan kajian literasi


pemahaman 1. Siti Awaliyah (2018) Kemampuan guru dalam menyusun soal HOTS dan hasil wawancara pada
guru mengenai masih belum memadai karena selama ini praktik di lapangan guru hasil eksplorasi penyebab
konsep soal belum menerapkan atau membiasakan berpikir metakognitif. Hal ini masalah, analisis
HOTS. dapat dilihat dari indikator yang dibuat guru masih menggunakan kata eksplorasi penyebab
kerja operasional (KKO) menjelaskan, mendeskripsikan bahkan masalah yang ditemukan
menyebutkan padahal KKO di Kompetensi Dasar sudah menganalisis. adalah:
Kegiatan pembelajaran di kelas masih terbatas pada mengingat, 1. Siswa kurang berlatih
memahami, dan sedikit pada kemampuan pengaplikasian. soal HOTS sehingga
2. Lebih lanjut Awaliyah (2018) menyebutkan bahwa masih banyak guru merasa kesulitan saat
yang belum terbiasa menerapkan soal HOTS dalam pembelajaran. mengerjakan soal
3. Hasil kegiatan (Siti Awaliyah, 2018) menunjukkan masih rendahnya berbasis HOTS.
kemampuan guru dalam menulis soal HOTS, dari 84 peserta sebanyak 2. Literasi dan numerasi
2 soal yang mencapai level HOTS, 2 peserta mencapai level MOTs, dan mempengaruhi
80 lainnya masih berada pada level LOTs. Kendala yang dihadapi: (1) 1 pemahaman siswa
instruktur membimbing 84 peserta sehingga tidak dapat maksimal dalam mengerjakan
memberikan pendampingan, (2) ruangan tidak kondusif, luas 40 M soal HOTS.
untuk 84 peserta, panas, (3) peserta tidak pernah menerapkan
pembelajaran yang HOTS atau pembelajaran dengan tingkat 3. Guru belum memahami
pengetahuan metakognitif. konsep dalam
http://journal2.um.ac.id/index.php/jpds/article/view/3701 menyusun soal HOTS.
4. Guru kurang berlatih
Wawancara: dalam menyusun soal
Narasumber: HOTS.
Rekan Sejawat : Rhesa Rahmat, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia) 5. Sebagian besar guru
Waktu : Kamis, 10-11-2022 masih menyusun soal
1. Guru merasa nyaman dengan konsep soal LOTs (tidak mau keluar dari LOTs.
zona nyaman). 6. Kurangnya motivasi
2. Pemahaman siswa mengenai konsep soal HOTS masih kurang. guru dalam
3. Guru beranggapan bahwa soal HOTS itu terlalu sulit dibuat dan memerbarui ilmu
dipahami oleh siswa. terutama dalam
4. Sebagian siswa merasa kesulitan mengerjakan soal HOTS berdasarkan muyusun soal HOTS.
hasil evaluasi.
5. Siswa kurang berlatih dalam mengerjakan soal HOTS.

Narasumber:
Kepala Sekolah : Laela Novita, S.Si., M.M
Waktu : Rabu, 09-11-2022
1. Kurangnya pelatihan pada guru kaitan dengan penyusunan soal HOTS.
2. Guru enggan mencoba menyusun soal HOTS.
3. Kurangnnya motivasi guru dalam meng-update ilmu baru.
4. Siswa kurang dalam berliterasi dan bernumerasi sehingga
mempengaruhi pemahaman siswa dalam mengerjakan soal HOTS.

Narasumber:
Pakar : Adel Trisye, M.Pd. (Ketua MGMP Bahasa Indonesia Tingkat
SMP Wil. Bogor Selatan):
Waktu : Rabu, 09-11-2022
1. Guru belum mendapatkan info yang dipahami dengan jelas tentang
bentuk soal HOTS.
2. Guru kurang berlatih dalam membuat soal HOTS.
3. Guru masih menganggap soal HOTS sama dengan bentuk soal lainnya.
4. Guru masih menganggap soal HOTS sangat sulit dibuat.
6 Sarana dan Kajian Literatur: Berdasarkan kajian literasi
prasarana di 1. Menurut Achmad Candra Wijasena dan Mohammad Syahidul Haq dan hasil wawancara pada
bidang (2021) Standar sarana dan prasarana juga telah ditetapkan dalam hasil eksplorasi penyebab
teknologi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang masalah, analisis
kurang sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah eksplorasi penyebab
memadai. (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah masalah yang ditemukan
(SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas/ madrasah Aliyah (SMA/MA) adalah:
dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa standar sarana dan 1. Pengelolaan anggaran
prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan untuk penyediaan
kriteria minimal tentang ruang belajar tempat olahraga, tempat ibadah, sarana dan prasarana
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat dibidang IT belum
berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lainnya yang diperlukan optimal.
untuk menunjang proses pembelajaran termasuk pengunaan Teknologi 2. Jaringan internet yang
Informasi dan Komunikasi (TIK). belum merata di setiap
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marishane (2013) dimana titik sekolah.
Proses pengoptimalan manajemen sarana dan prasarana berbasis IT 3. Kapasitas kecepatan
agar mencapai tujuan yang maksimal stakeholder pendidikan juga intenet (bandwidth)
harus memerhatikan beberapa aspek umum dalam pengoptimalan yang belum optimal.
harus dipenuhi, diantaranya sebagai berikut: (1) Kepemimpinan kepala 4. Jumlah sarana di bidang
sekolah yang efektif (2) Untuk pendanaan yang berkelanjutan teknologi (IT) yang
dibutuhkan kemitraan pada sekolah tersebut (3) Kebutuhan sarana tersedia belum ideal
dan prasarana sekolah juga harus dimasukkan ke dalam rencana dengan jumlah yang
strategis sekolah. dibutuhkan.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/inspirasi-manajemen- 5. Kurangnya perawatan
pendidikan/article/view/38779/34142 secara berkala untuk
alat teknologi IT yang
3. Amin Akbar dan Nia Noviani (2019) dalam pemanfaatan TIK di bidang sudah tersedia.
pendidikan seringkali menghadapi beberapa kendala-kendala,
diantaranya: kurangnya pengadaan infrastruktur TIK diberbagai
daerah, masih digunakannya perangkat teknologi bekas, kurangnya
perangkat hukum di bidang TIK, dan mahalnya biaya pengadaan dan
penggunaan fasilitas TIK.
https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/download/2927/2764

Wawancara
Narasumber :
Rekan Sejawat : Apip Apandi, S.Pd (Kapala Lab. Komputer)
Waktu : Jumat, 11-11-2022
1. Sarana di bidang teknologi seperti proyektor dan pengeras suara belum
ideal dengan jumlah kelas yang ada.
2. Koneksi internet tidak merata, hanya ada di beberapa ruang saja seperti
di ruang guru, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, dan lab.
komputer.
3. Fasilitas pendingin ruangan (AC) di ruang lab. komputer sudah tidak
berfungsi.
4. Ada beberapa unit sarana teknologi IT (proyektor, pengeras suara,
seperangkat komputer, dan lain-lain) yang sudah tidak berfungsi
dengan tidak baik/rusak.

Narasumber:
Kepala Sekolah : Laela Novita, S.Si., M.M
Waktu : Rabu, 09-11-2022
1. Terbatasnya anggaran dana untuk pengadaan barang seperti router,
access point, dan pengeras suara.
2. Koneksi internet sering terjadi kendala, sering mengalami error dan
loading.
3. Titik internet tidak menyeluruh di semua kelas.

Narasumber:
Pakar : Evi Yustiawati, M.Pd. (BK dan Guru Bahasa Inggris SMP PGRI
Tugu 207)
Waktu : Rabu, 09-11-2022
1. Secara umum penyebab sarana dan prasarana di bidang teknologi
kurang memadai di sekolah salah satunya adalah koneksi internet yang
belum merata di setiap pelosok nusantara.
2. Harga perangkat teknologi di bidang IT cukup tinggi sehingga belum
terjangkau oleh sekolah.

Anda mungkin juga menyukai