Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

EKSPERIMEN TEKNIK BIOMEDIS II


(ELECTROCARDIOGRAM)
(Jumat, 29 Maret 2022)

Disusun oleh:
Bagus Aristya Rahmatullah
(NIM 081911733037)

Dosen Pengampu:
Fadli Ama, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK BIOMEDIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
Abstrak
Elektrocardiogram (ECG) merupakan grafik rekaman konduksi listrik atau sinyal biopotensial
jantung. Pada ECG terdapat bentuk gelombang khas yaitu gelombang PQRS- T, dimana
gelombang tersebut sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya. Rekaman
tersebut dapat diambil dengan menggunakan perangkat ECG multipurpose dan ECG single
channel. Kedua perangkat tersebut mengambil konduksi lisrik jantung melalui 12 sadapan
elektroda, yang dibagi dalam 6 sadapan pada bidang horizontal (unipolar prekordial) dan 6
sadapan pada bidang frontal (bipolar dan ekstremitas unipolar). Naracoba pada praktikum
ini memiliki heart rate berkisar dari 88-94 bpm, durasi interval PR sebesar 156 ms, dan durasi
QRS segment sebesar 90 ms. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan ECG
naracoba berada dalam kondisi normal.
Kata kunci: ECG, ECG multipurpose, ECG single channel, elektroda, gelombang PQRST

I. Tujuan disebut dengan gelombang P-QRS-T. ECG


Memperoleh informasi aktivitas mengambil konduksi lisrik jantung melalui
biopotensial pada otot jantung dan 12 sadapan elektroda, yang dibagi dalam 6
mengidentifikasi jenis sadapan dan juga sadapan pada bidang horizontal (unipolar
membedakan perangkat ECG single atau prekordial) dan 6 sadapan pada bidang
multi channel serta memahami prinsip kerja frontal (bipolar dan ekstremitas unipolar).
dari elektrocardiogram.
III. Studi Pustaka
II. Pendahuluan Electrocardiogram digunakan secara luas
Sinyal biopotensial merupakan sinyal yang sebagai instrumen medis yang mengukur
dihasilkan oleh aktivitas sel-sel yang ada di perbedaan biopotensial yang muncul dari
dalam tubuh sehingga menimbulkan aliran aktivitas listrik otot jantung. ECG
sinyal listrik yang dapat diukur. Untuk merupakan metoda diagnostik non invasif
mengambil sinyal biopotensial, digunakan yang murah dan tersedia dengan mudah
transduser yang disebut elektroda. serta terjangkau dengan nilai diagnostik
Elektroda berfungsi sebagai kopling dan tinggi. ECG biasanya menggunakan
interface antara sistem kelistrikan di dalam elektroda permukaan dan meminta
tubuh dan sistem kelistrikan di luar tubuh. impedansi input tinggi penguat differensial
Biopotensial elektroda banyak digunakan dan penggantian tegangan input mode
pada instrumentasi medis, terutama untuk bersama. Elektrocardiograph
pengukuran potensial dengan ECG, EEG, dilambangkan dengan inisial ECG sebagai
dan EMG. electrocardiogram, yang merekam data.
Pada praktikum kali ini kita akan Bentuk sinyal listrik pada ECG sebesar 1
menggunakan ECG atau mV pada elektroda permukaan dan
Electrocardiograph untuk menyadap sinyal merupakan proses sinyal yang memiliki ciri
pada daerah jantung. Dimana jantung kekhususan data berupa durasi, besar dan
merupakan organ tubuh yang menghasilkan polaritas.
sinyal biopotensial dengan irama ritmis ECG dirancang untuk mengukur
sehingga gelombang yang dihasilkan akan dan merekam electrocardiogram melalui
berpola. Gelombang tersebut biasanya biopotensial permukaan di antara kedua

Laporan Eksperimen Teknik Biomedis 2 – T2 Electrocardiogram


tangan pasien. Ciri – ciri khusus yang perbandingan data dari berbagai kondisi
dilabelkan dengan P, Q, R, S, dan T, sangat tersebut. Kemudian menyimpulkan hasil
mempertimbangkan di antara subjek analisis apa yang perlu diperhatikan di 6
pengukuran. Rerata amplitudo pada ECG perbandingan sebelumnya, dengan
yang didapatkan sangat tergantung pada parameter HR, segmentasi PR, QRS,
letak hubungan elektroda dan ukuran serta regularity, jarak R 1 ke R berikutnya.
kondisi fisik pasien.
ECG memberikan manfaat dalam V. Hasil dan Pembahasan
menentukan kenormalan otot jantung atau  Data Naracoba
sebaliknya, seperti gejala aritmia, ID: 20060121052423
pembesaran ventrikel atau atrium dan Tanggal lahir: 3 Agustus 1999
sebagainya, sehingga pertimbangan Umur: 20 Tahun
variabel klinis dari gelombang ECG adalah Jenis Kelamin: Pria
penting, diantaranya besar dan polaritas Heart Rate : 94 bpm
serta durasi waktu relatif yang dapat PR : 156 ms
mengindikasi kondisi sakit pada pasien. QRS : 90 ms
Proses untuk merekam data QT/QTc : 320/400 ms
biopotensial otot jantung dilakukan dengan P/QRS/T : 106/98/111 deg
12 sadapan yang terdiri atas tiga buah RV5/SV1 : 1.709/0.928 mv
sadapan bipolar standar, tiga buah sadapan RV + SV1 : 2.692 mv
unipolar extrimitas dan enam buah sadapan
unipolar prekordial. Sadapan bipolar  Hasil
standar merupakan sadapan I, II, dan III,
yang mengukur selisih tegangan diantara
kedua tangan dan kaki kiri serta
menggunakan prinsip einthoven’s triangle.
Sedangkan unipolar extrimitas merupakan
sadapan aVR, aVL, dan aVF yang
mengukur rerata tegangan diperkuat pada
kedua tangan dan kaki kiri. Sedangkan
unipolar prekordial merupakan
biopotensial otot jantung yang terekam oleh
elektroda permukaan sepanjang dada kiri
atau kanan.
Gambar 1. Kondisi Normal Takikardia

IV. Metodologi
Topik praktikum kali ini adalah membahas
mengenai electrocardiogram. Telah
didapatkan berkas file yang berisikan data
ECG yang telah diberikan oleh Pak Fadli,
selaku dosen pengampu pada materi
praktikum T2 Electrocardiography. Data
ECG tersebut terdiri dari berbagai kondisi
naracoba saat pengambilan data dilakukan. Gambar 2. Kondisi Normal
Kondisi tersebut antara lain, kondisi bicara,
kondisi tertawa, serta kondisi normal.
Selanjutnya dilakukan analisis

Laporan Eksperimen Teknik Biomedis 2 – T2 Electrocardiogram


kondisi lainnya. Dimana kondisi
tertawa memiliki grafik PQRS- T yang
paling tidak stabil, dapat dilihat pada
keempat grafik PQRS-T, semuanya
berbeda. Hal ini disebabkan karena
adanya gangguan ritme respirasi saat
berbicara dan tertawa.
Menurut referensi, heart rate pada
orang normal yaitu berkisar antara 60 –
100 bpm pada saat istirahat. Heart rate
dapat dihitung berdasarkan panjang R-
Gambar 3. Kondisi Bicara R interval. Heart rate pada pasien
naracoba pada kondisi normal adalah
sebesar 94 bpm, 91 bpm pada kondisi
berbicara, dan 88 bpm pada kondisi
tertawa. Sehingga heart rate pada pasien
naracoba masuk dalam kategori normal.
Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi heart rate, antara lain
adalah aktifitas fisik, suhu udara sekitar,
posisi tubuh, tingkat emosi, usia, serta
obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
Irama jantung yang dihasilkan dari
ketiga kondisi menunjukkan irama
sinus ritmis. Dimana terdapat 5 syarat
Gambar 4. Kondisi Tertawa yang menandakan irama sinus ritmis.
Kondisi Normal Bicara Tertawa Syarat pertama adalah interval P-P dan
Heart 94 bpm 91 bpm 88 bpm interval R-R regular, yang berarti
Rate panjang interval tetap sama selama
Irama Sinus ritmis perekaman sinyal. Syarat kedua adalah
PR 0.12 – 0.16 s 0.16 s heart rate yang dihasilkan berkisar
Interval 0.16 s antara 60 – 100 bpm. Syarat ketiga
Segmen 1 mm = adalah bentuk gelombang P positif di
P-R 0.04 s lead II dan negatif di aVR serta diikuti
Segmen 3 mm = 2 mm = 0.08 s oleh kompleks QRS. Syarat keempat
S-T 0.12 s adalah panjang interval P-R antara 0,12
– 0,2 s. Syarat kelima adalah panjang
kompleks QRS antara 0,06 – 0,12s.
 Pembahasan Interval P-R dapat diukur dari
Berdasarkan hasil pemeriksaan ECG, permulaan timbulnya gelombang
dapat dilihat bahwa sinyal ECG pasien hingga permulaan kompleks QRS. Nilai
naracoba memiliki gelombang P,Q,R,S, interval P-R yang normal adalah
dan T yang normal sebagaimana teori. sebesar 0,12 – 0,2 s. Hasil interval P-R
Jika dibandingkan antara ketiga yang diperoleh pada data menunjukkan
kondisi, dalam kondisi normal grafik bahwa interval normal karena bernilai
PQRST menunjukkan grafik yang 0,16 s atau berada tepat di 156 ms.
paling stabil dibandingkan kedua Segmen P-R merupakan jarak antara

Laporan Eksperimen Teknik Biomedis 2 – T2 Electrocardiogram


akhir dari gelombang P hingga dalam kondisi normal karena berada di
permulaan kompleks QRS. Parameter dalam kisaran 60-100 bpm.
ini menunjukkan kelambatan transmisi
impuls pada AV node. Segmen P-R
dikatakan normal apabila panjangnya Daftar Pustaka
tidak lebih dari 0,8 mm. Data pada
[1] Dharma, S., & SpJP, F. I. H. A. 2010.
ketiga kondisi menunjukkan bahwa
Sistematika Interpretasi EKG Pedoman
nilai segmen P-R memiliki nilai normal.
Praktis. EGC.
Kondisi interval PR dapat digunakan
untuk menganalisa jeda pada [2] S. Salivahanan, dkk. 2001. Digital
Antrioventricular node, yang Signal Processing. Singapore: McGraw-
merupakan system relay pada ruang Hill.
atas dan ruang bawah jantung.
Segmen S-T merupakan [3] Tim Dosen Teknik Biomedis. 2022.
pengukuran waktu dari akhir kompleks Buku Pedoman Praktikum Eksperimen
QRS hingga awal gelombang T. Teknik Biomedis II. Departemen Fisika
Parameter ini menunjukkan ventrikel UNAIR.
dalam keadaan aktif sebelum
repolarisasi dimulai. Panjang segmen
S-T normal berkisar antara 0,05 –0,15 s.
Data pada kondisi normal menunjukkan
panjang segmen S- T adalah 0,12 s,
sedangkan pada kondisi bicara dan
tertawa panjang segmen S-T adalah
0,08 s.

VI. Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan analisa
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa aktivitas biopotensial jantung dapat
direkam melalui electrocardiogram (ECG)
menggunakan elektroda yang ditempelkan
pada lead-lead tertentu. Parameter -
parameter yang dapat diamati pada sinyal
biopotensial sebagai bahan pertimbangan
terjadinya kelainan atau tidak, diantaranya
adalah heart rate, irama, PR interval,
segmen P- R, dan segmen S-T.
Berdasarkan analisis dan hasil
identifikasi data hasil perekaman ECG,
terdapat perbedaan heart rate antara sinyal
jantung pada kondisi normal, bicara, dan
tertawa. Hal tersebut dikarenakan aktivitas
fisik, posisi tubuh, hingga tingkat emosi,
yang mana adalah faktor - faktor yang
mempengaruhi perubahan heart rate. Heart
rate pada pasien naracoba dapat dikatakan

Laporan Eksperimen Teknik Biomedis 2 – T2 Electrocardiogram

Anda mungkin juga menyukai