2 Menggambar Kelompok 2
2 Menggambar Kelompok 2
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Kelas : 4B PGSD
Diny Safira Yulianti 1810125320037
Masdiana 1910125120012
Assa’adah Napisah 1910125120052
Muhammad Iqbal 1910125210014
Muhammad Ihsanul Abidin 1910125210091
Erisa Winda Bestari 1910125220037
Awalia Rizky Ananda 1910125220047
Lita Gunawati 1910125320012
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunianya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan maksimal. Shalawat serta
salam tak lupa kami panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan kerjasama
Lingkup Sekolah Dasar”. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing kami Ibu Dra. Hj. Ike Hananik, M.Pd. dan Ibu Wahdah
Refia Rafianti, S.Sn., M.Pd. yang telah memberikan materi dan bantuan dalam
umumnya. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna,
oleh karena itu kami memohon maaf jika dalam penulisan ada kekurangan. Kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, yang dapat membuat makalah ini
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan Masalah..................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Konsep Pendidikan Seni di SD...........................................................................6
B. Proses Pembelajaran Seni Rupa di SD...............................................................7
C. Perkembangan Seni Rupa di SD.......................................................................12
D. Peran Pembelajaran Dalam Membentuk Kreativitas Peserta Didik.................16
E. Metode dan Model Pembelajaran Seni Rupa di SD.........................................19
1. Metode Ekspresi Bebas.................................................................................19
F. Evaluasi Pembelajaran Seni Rupa di SD..........................................................27
BAB III........................................................................................................................30
PENUTUP...................................................................................................................30
A. Kesimpulan.......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran seni budaya dan keterampilan diberikan di sekolah dasar
karena keunikan, kebermaknaan dan kemanfaatan terhadap keutuhan
perkembangan peserta didik. Selain itu, keunikan seni terletak pada pemberian
pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi dan
berapresepsi. Kegiatan anak dalam seni mendorong mereka untuk meningkatkan
daya kreativitas yang dimilikinya serta percaya terhadap potensi yang dimilikinya
tersebut karena kesempatan untuk berekspresi secara optimal dapat dilakukan
melalui seni. Sehingga dengan bekal yang diberikan tersebut dapat memberikan
banyak ilmu dan pengalaman dasar untuk peserta didik nantinya terlebih jika
suatu saat si peserta didik ingin lebih dalam menggeluti kesenian. Kreativitas
mereka akan mulai terasah dan mereka akan terbiasa berpikir secara kereativ
melalui pelajaran-pelajaran seni. Sehingga ini lah yang melatarbelakangi
kelompok kami ingin membahas tentang pendidikan seni rupa dalam peningkatan
kretivitas di sekolah dasar. Mengingat kami sebagai calon guru sudah seharusnya
agar mengetahui bagaimanakah proses berlangsungnya pembelajaran seni itu
yang dapat meningkatkan kreativitas siswa nantinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan seni rupa di SD?
2. Bagaimana proses pembelajaran seni rupa di SD?
3. Bagaimana perkembangan pendidikan seni di SD?
4. Bagaimana peran pembelajaran seni rupa dalam membentuk kreativitas
peserta didik?
5. Bagaimana metode dan model pembelajaran seni rupa di SD?
6. Bagaimana evaluasi pembelajaran seni rupa di SD?
4
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui konsep pendidikan seni rupa di SD
2. Mengetahui proses pembelajaran seni rupa di SD
3. Mengetahui perkembanan pendidikan seni di SD
4. Mengetahui peran pembelajaran seni rupa dalam membentuk kreativitas
peserta didik
5. Mengetahui metode dan model pembelajaran seni rupa di SD
6. Mengetahui evaluasi pembelajaran seni rupa di SD
5
BAB II
PEMBAHASAN
Bidang seni dan pendidikan mengalami perubahan karena adanya temua baru
yaitu ilmu pengetahuan dan filsafat. Dalam kurun waktu pendidikan seni
mengalami perubahan dengan adanya dengan 2 konsep yaitu:
1. Gerakan reform
Gerakan reform adalah tindakan inovasi yang mengedepankan kebebasan
dengan memberi peluang peserta didik untuk mengembangan potensi dalam
dirinya. Gerakan ini bertujuan untuk melatik peserta didik bukan hanya
kognitif nya saja melainkan mendorong anak untuk action melalui aktifitas
seni.
2. Konsep pendidikan untuk apresiasi
Konsep ini dikembangan oleh Alfred Lichtwart dan Konrad Lange,
mengatakan pandangan anak-anak tentang seni perlu ditingkatkan dengan
tindakan secara langsung seperti melihat pameran, mengunjungi museum,
mengikuti sanggar, dan sebagainya. Adapun aktifitas apresiasi seni yaitu
‘pictur study’ tujuannya meningkatkan rasa menghargai hasil anak-anak karya
seni agar anak mampu menghayati dan mengambil peran yang terdapat pada
unsur-unsur seni dari sebuah karya.
3. Konsep pendidikan seni untuk pembentukan konsepsi
6
Konsep ini pertama kali berlandaskan bahwa menggambar ialah menggambar
adalah sebuah kegiatan yang dapat melatih pola piker dalam menciptakan
konsep. Pelopor konsep ini ialah Walter Sargent, ia mengatakan konsep ini
pada kegiatannya berhubungan dengan nilai kognitif.
4. Konsep pendidikan seni untuk pembentukan konsepsi
Konsep ini dipelopori oleh Lowlfeld. Ia menjelaskan perkembangan jiwa
kreativitas peserta didik melalui aktivitas seni sebagai sebuah proses, seni
ialah sarannya. Dan posisi anak adalah idealnya.
7
oleh guru, pembelajaran ini dilaksanakan di kelas V semester 2 dengan materi
mengenal dan membuat topeng dan Membuat gambar ilustrasi. Kelas/semester
yaitu berisi kelas yang dijadikan objek belajar sedangkan semester terdiri dari
ganjil atau genap, Alokasi berisi waktu yang diuganakan dalam mengajar untuk
satu kali pertemuan. Untuk komponen Standar Kompe-tensi dan Kompetensi
Dasar guru menyalin dari KTSP 2006. Pada pertemuan 1 Standar Kompetensi
yang diajarkan yaitu” 10. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa”.
Sedangkan Kompetensi Dasar pada pertemuan 1 yaitu” 10.1 Membuat topeng
secara kreatif dalam hal teknik dan bahan”, pertemuan ke 2 yaitu “10.2
Mengekspresikan diri melalui gambar ilustrasi manusia dan Kehidupannya”. Pada
komponen indikator, guru mengatakan bahwa dalam merumuskan indikator harus
melihat Kompetensi Dasar yang diajarkan. Indikator yang ditulis dalam RPP
pertemuan 1 guru adalah “Membuat topeng kertas secara kreatif dalam hal teknik
dan bahan”. Indikator pertemuan ke 2 “Membuat gambar ilustrasi manusia dan
kehidupannya”
2. Siswa dapat mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam mem-buat
topeng kertas dengan benar
3. Siswa dapat membuat topeng kertas secara kreatif dalam hal teknik dan bahan
dengan baik. Pada pertemuan kedua yaitu
8
Pada komponen materi ajar disusun berdasarkan tujuan pembelajaran.
Materi ajar pada pertemuan 1 yang digunakan dalam pembelajaran guru
menggunakan teks bacaan yang berjudul “ Mengenal dan Membuat Topeng” yang
diambil dari buku paket SBK untuk kelas V. Pertemuan kedua “ Menggambar
Ilustrasi”. Untuk materi pembelajaran sebaiknya guru mengambil dari beberapa
sumber lain seperti buku-buku SBK lain, dan juga bisa dari internet. Pada
komponen metode pembelajaran guru dalam melaksana-kan pelaksanaan
menggunakan metode yang sesuai antara lain yaitu, metode ceramah, tanya jawab
dan demosntrasi. Pada saat guru meyampaikan materi pembelajaran guru
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dan sedangkan untuk amteri yang
menggunakan praktik guru menggunkan metode demonstrasi.
9
mengenai membuat topeng dengan melihat keindahan, kebersihan, kerapian dan
ketepat-an gambar peserta didik. Pada kegiatan penutup guru meminta peserta
didik untuk membersihkan kelas, merangkum pelajaran dan memberitahukan
rencana pembelajaran untuk pertemuan selanjutny dan menutup pembelajaran.
10
belajar hendaknya diambil dari berbagai sumber belajar lain berupa media cetak
dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. Menurut
Roestiyah N.K. dikutip dalam (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:16) menyatakan
bahwa sumber-sumber belajar itu adalah:
2. Buku/ perpustakaan
5. Alat pelajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis, kapur,
spidol, dan lain-lain)
11
sedangkan untuk menggambar ilustrasi skor yang diperoleh peserta didik dibagi
dengan 8 dan dikalikan dengan 100.
1. Hasil Kerchensteiner
12
a. Objek penelitian Kerchensteiner adalah 100.000 gambar anak-
anak dari bayi hingga berumur empat belas tahun. Dari
100.000 buah gambar yang ditelitinya di golongkannya dalam
beberapa masa umur perkembangan anak.
b. Masa mencoreng : 0 – 3 tahun
c. Masa baga : 3 – 7 tahun
d. Masa Bentuk dan garis : 7 – 9 tahun
e. Masa bayang-bayang : 9 – 10 tahun
f. Masa Perspektif : 10 – 14 tahun
2. Hasil Cyril Burt
a. Hasil penelitian Cyril Burt menggambarkan tingkat
perkembangan gambar anak menjadi tujuh tingkatan.
b. Masa mencoreng : 2 – 3 tahun
c. Masa garis : 4 tahun
d. Masa simbolisme deskriptif : 5 – 6 tahun
e. Masa realisme deskriptif : 7 – 8 tahun
f. Masa realisme visual : 9 – 10 tahun
g. Masa represi : 10 – 14 tahun
h. Masa pemunculan artistik : masa adolesen
13
4. Hasil Rhoda Kellog.
a. Rhoda Kellog (The Psychology of Children Art), mengatakan
bahwa lebih dari sejuta lukisan/gambar anak-anak yang
berasal lebih dari 30 negara dikumpulkan dan diteliti.
Gambar anak dari umur dua tahun hingga tujuh tahun tersebut
dikelompokkan dalam 8 masa.
b. Coretan dan corengan (Scribble and scriblin) : 2 – 3 tahun
c. Rahasia bentuk (The screts of shape) : 2 – 4 tahun
d. Seni Kontur (Art in outline) : 3 – 4 tahun
e. Anak dan desain (The child and design) : 4 – 5 tahun
f. Mandala, matahari, dan radial (Mandalas, suns, radials) : 3
– 5 tahun
g. Manuasia (people) : 4 – 5 tahun
h. Mirip gambar (almost picture) : 4 – 6 tahun
i. Gambar (picture) : 5 – 7 tahun.
14
1. Periode Perkembangan Gambar Anak
a. Masa Coreng Moreng (umur 2 – 4 tahun)
Pada masa ini anak belum dapat mengendalikan gerakan
tangannya. Pada awalnya hasil goresan anak tidak
menentu. Kemudian anak menyadari gerakan tangan dan
goresanya, berubahlah goresannya menjadi beraneka ragam
bentuk, dari goresan yang berupa garis-garis panjang,
garis-garis pendek yang tidak menentu arahnya dan
diulang-ulang, hingga berkembang menjadi bentuk yang
menyerupai benang kusut.
15
lingkungannya. Sebaliknya motivasi seni untuk masa ini
bberpusat kepada pengalaman anak itu sendiri.
c. Masa Bagan (umur 7 – 9 tahun)
Yang dimaksud bagan dalam konteks ini ialah konsep
tentang bentuk dasar dari suatu objek final. Pada masa
ini, pengamatan anak bertambah teliti. Anak tahu
hubungan alam sekitarnya dengan dirinya.
16
yang guru terapkan. Alasan pentingnya kreativitas ditumbuhkan
pada diri peserta didik adalah berdasarkan pendapat Gardner yang
menyatakan kreativitas merupakan komponen yang penting dan perlu
dikembangkan karena tanpa kreativitas, pembelajar hanya akan
bekerja pada tingkat kognitif paling sempit, yaitu hafalan
(Beetlestone, 2011: 28).
17
155&171). Misalnya dalam pembelajaran seni rupa materi
menggambar, peserta didik diarahkan untuk menggambar
menggunakan pensil terlebih dulu kemudian menggunakan pensil
warna, krayon, dsb. Hal tersebut juga dapat meningkatkan
keterampilan berseni anak secara bertahap. Objek gambar juga
disesuaikan dengan minat anak. Guru hanya memberikan tema
sehingga peserta didik dapat terarah dalam mengeksplorasi
idenya,
b. Kegiatan kreatif hendaknya dilakukan dalam suasana santai
tanpa tekanan untuk berprestasi, yakni guru tidak memaksa
peserta didik untuk menggambar persis dengan contoh yang
diberikan atau peserta didik tidak ditekan untuk menghasilkan
karya yang menurut guru bagus. Kreativitas seseorang dapat
berkembang dengan baik bila mendapat dorongan (motivasi) dari
luar. Motivasi tersebut berupa kondisi lingkungan yang
memiliki keamanan psikologis, yaitu menerima setiap individu
sebagaimana adanya, mengusahakan suasana yang di dalamnya
tidak ada evaluasi eksternal yang mengancam, dan memberikan
pengertian secara empatis, dan kebebasan psikologis, yaitu
memberikan kesempatan yang luas bagi individu dalam
mengekspresikan dirinya (Munandar, 2014: 33),
c. Memberi kesempatan pada peserta didik unuk bebas berekspresi
menggunakan media seni rupa seperti pensil, pensil warna,
kertas, plastisin, cat, dan sebagainya. Guru perlu
menghadirkan contoh gambar atau produk untuk merangsang
kepekaan visual peserta didik, yakni untuk mendorong kesadaran
indra visual, dibutuhkan media berupa pajangan dua dimensi
seperti lukisan dan gambar (Beetlestone, 2011: 155). Benda-
benda seni dan kerajinan (art and craft) memiliki daya dorong
18
yang besar dalam menciptakan suasana kreatif (Purwanto, 2016:
163),
d. Menanyakan kepada peserta didik tentang judul, tema atau
cerita dari karya yang dibuat agar guru dapat lebih paham
ungkapan/ekspresi yang ia maksud. Hal tersebut juga dapat
memudahkan guru dalam membimbing proses kerja secara lebih
terarah dan guru dapat memahami perasaan peserta didik
(Sumanto, 2006: 38),
e. Produk atau hasil kreativitas bukanlah tujuan akhir yang
terlalu penting, melainkan proses yang dilakukan peserta didik
dengan kesenangan pekerjaan yang dilakukan. Fryer (1996)
mengungkapkan bahwa fitur atau ciri dari orang yang sangat
kreatif adalah mereka yang bersedia untuk bekerja keras guna
mencapai tujuan (Beetlestone, 2011: 95-100). Pembelajaran seni
rupa dimaksudkan untuk membentuk multiple intelegence sehingga
penilaian proses kerja merupakan bagian yang penting dan tak
terpisahkan dari pembelajaran,
f. Memberi motivasi dan rangsangan sebelum memulai kegiatan
berkarya, yaitu yang berkaitan dengan pengalaman dan kemampuan
yang dimiliki peserta didik. Misalnya dengan membahas proses
kerja dari karya sebelumnya dan menghadirkan contoh-contoh
yang membuat ia semangat. Contoh gambar memberikan energi pada
anak untuk berimajinasi, keberanian untuk berekspresi,
mengajarkan berbagai macam emosi, dan memberinya ide untuk
menyelesaikan masalah (Purwanto, 2016: 79),
g. Menyediakan tempat yang memadai untuk melakukan kegiatan
berkreasi seni rupa baik di dalam ruangan atau di luar ruangan
dengan waktu yang cukup, sesuai dengan tingkat kesulitan karya
yang dibuat. Purwanto (2016) berpendapat bahwa penyebab
19
hilangnya minat anak pada kreativitas adalah karena kesempatan
dan waktu anak yang semakin sempit untuk berkreasi, dan
h. Memajang atau memamerkan hasil kreasi anak pada tempat/ruang
kelas, sehingga anak dapat melihat dan menilai secara langsung
hasil kreativitasnya.
20
E. Metode dan Model Pembelajaran Seni Rupa di SD
1. Metode Ekspresi Bebas
Metode ekspresi bebas pada dasarnya adalah suatu cara untuk
membelajarkan siswa agar dapat mencurahkan isi hatinya dalam bentuk karya
seni rupa. Agar metode ini tercapai secara maksimal, maka perlu dilakukan :
a. Tawarkan dan tetapkan beberapa pilihan tema sebagai perangsang daya
cipta.
b. Tetapkan beberapa pilihan media yang cocok
c. Jelaskan jenis kertas serta alas an pemilihan kertas tersebut
d. Jelaskan bentuk kegiatan menggambar tersebut
Metode ekspresi bebas identik dengan metode ekspresi – kreatif atau
metode kerja cipta. Metode ini merupakan pengembangan dari pendapat
Victor Lowenfield yang menganjurkan agar setiap guru yang bermaksud
mengembangkan kreasi siswanya untuk bebas berekspresi ( free expression )
atas dasar tersebut metode ini sering disebut metode ekspresi – kreatif. Dalam
pelaksanaan metode ini, kehadiran guru memiliki peran sangat kecil bahkan
hampir tidak diperlukan. Metode hasil kerja cipta dapat di terapkan dalam
kegiatan menggambar dekorasi, mendesain benda – benda kerajinan,
menggambar reklame dan sebagainya.
21
e. Selama proses kerja berlangsung, keterampilan – keterampilan dasar dan
menengah sudah harus betul – betul dikuasai.
2. Metode Demonstrasi – eksperimen
Demonstrasi adalah kegiatan guru/ instruktur memperagakan proses
pembuatan suatu benda kerajinan. Eksperimen adalah siswa mencoba sendiri
setelah memperhatikan suatu proses pengerjaan yang didemonstrasikan guru.
Dengan prinsip belajar : dengar/perhatikan, kerjakan dan periksa.
3. Metode Mencontoh
Metode mencontoh merupakan metode tertua dalam seni kerajinan.
Metode ini banyak dilakukan di pusat – pusat pembelajaran seni zaman
dahulu. Untuk belajar keterampilan motorik, cara ini dapat dilakukan.
22
Yang termasuk jenis – jenis mencontoh adalah :
a. Metode mencontoh dengan bantuan kertas karbon;
b. Metode mencontoh dengan bantuan kertas tipis;
c. Metode mencontoh dengan bantuan sinar lampu;
d. Metode mencontoh dengan bantuan alat proyektor;
e. Metode mencontoh bantuan skala garis / skala berpetak;
f. Metode mencontoh dengan bantuan alat pantograph;
g. Metode mencontoh secara langsung.
23
bagian detailnya. Metode ini cocok untuk siswa yang sedang belajar pada
tahap – tahap awal.
b. Dengan teknik kontur
Teknik ini lebih cocok bagi siswa, mahasiswa atau ahli gambar teknik
yang sudah memiliki kemampuan motorik. Secara teknik, penggambar
dituntut untuk menangkap benda secara global dan menyederhanakannya
dalam bentuk gambar-gambar dasar (geometris) yang dibuat dengan
goresan garis. Kemudian gambar tersebut dikembangkan untuk
disempurnakan menjadi bentuk benda yang kompleks (detail).
6. Metode kerja kelompok
Ada dua macam metode kerja kelompok, yaitu :
a. Metode Group Work (kerja kelompok jenis paduan), Dalam kegiatan ini
para siswa bekerja sama untuk menyelesaikan sketsa sebuah gambar yang
sebelumnya telah dirancang oleh seorang temanya yang bertindak sebagai
ketua kelompok sekaligus sebagai desainer.
b. Metode Collective painting (kerja kelompok jenis kumpulan) , Perbedaan
antara metode kerja kelompok jenis paduan dengan metode ini adalah
jumlah anggota harus genap dan pembagian tugas – yugas kelompoknya.
7. Metode – metode dalam kritik seni
Chapman (1978:80) menyebutkan metode kritik seni dalam upaya
mengembangkan kemampuan dan kepercayaan diri siswa dalam melakukan
kritik seni. Metode – metode tersebut adalah :
a. Metode induktif
Langkah – langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan metode
ini adalah :
1) Gambarkan dasar karakter karya
2) Gambarkan hubungan antar bagian
3) Gambarkan wilayah dan kualitas keseluruhan
4) Tafsirkan aspek-aspek yang dihubungkan dengan pengalaman
24
5) Tafsirkan dan ringkas ide, tema,kualitas ekspresi dari makna dari
karya
6) Evaluasi karya dengan criteria kritikdan tunjukkan bukti-bukti untuk
mendukung penilaian.
b. Metode Dedukatif
Pendekatan ini dapat mempertinggi keterlibatan antara pekerja seni,
secara khusus jika kita mau untuk meletakkannya sebagai percobaan,
untuk dibicarakan, yang memerlukan waktu banyak dengan standar
perbedaan masing-masing. Pendekatan ini juga memberikan peluang
bentuk pembahasan yang dapat membuktikan ketertarikan dan kejelasan
tentang seni.
Langkah yang dilakukan dalam pendekatan ini adalah :
1) Tentukan kriteria yang akan digunakan
2) Uji karya seni untuk mengidentifikasi fakta-fakta yang spesifik
3) Tentukan tingkat(degree) kriteria yang dipandang pantas
c. Metode Empatik
Adapun beberapa teknik yang dapat membantu mengembangkan rasa
empati dan keterlibatannya ketika kita menilai suatu karya seni,
diantaranya :
1) Jangan memandang karya seni terlalu berlebihan karena dapat
melupakan orang yang lebih terlatih pada bidang seni.
2) Memandang kualitas visual secara murni
3) Gunakan analogi dan metaphora untuk menghubungkan apa yang kita
lihat dan rasakan
4) Gunakan pengalaman dan pengetahuan sendiri untuk membandingkan
apa yang kita lihat dapat dirasakan
5) Jangan takut meninggalkan satu aspek dari karya
6) Dengan seluruh pengertian, dapatkan secara fisik dan imajinasi
7) Menilai karya jika kita mau melakukannya.
d. Metode Interaktif
25
Pendekatan ini tidak semata-mata pendekatan deskriptif, ini
bermaksud untuk menemukan sampai terjadi diskusi dan debat secara
berkelompok untuk membahas karya seni. Langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam pendekatan ini adalah
1. Model Terkait
26
Kelemahan model Terkait :
Keunggulan:
Kelemahan :
27
c. Guru memerlukan kemampuan mengevaluasi proses dan produk
pembelajaran agar perncanaan dan pelaksanaan pembalajaran dapat
tercapai secara optimal
3. Model Terpadu
Model terpadu merupakan pembelahjaran terpadu yang menggunakan
tema yang diangkat dari adanya tumpang tindih tentang konsep ketrampilan
dan sikap dalam kurikulum yang berlaku dari berbagai mata pelajaran atau
mata kajian.
Keunggulan :
a. Mampu membangun motivasi siswa
b. Mampu mengembangkan aspek sikap pada dampak pengiring dalam
pembelajaran
c. Menghemat waktu
d. Memiliki kekuatan komprehensif yang tinggi
Kelemahan :
28
bukti secara sistematis untuk menetapkan apakah telah terjadi perubahan pada
diri siswa, dan sampai sejauh mana perubahan yang terjadi. Melalui kegiatan
evaluasi ini guru akan mengetahui apakah proses pembelajaran yang telah
dilakukannya dapat memberikan perubahan kompetensi siswa.
Pendapat yang sama diungkapan Stufflebeam (1971) bahwa: “
Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful
information for judging decision alternatives.” Pengertian tadi
mengungkapkan bahwa kegiatan evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif
keputusan.
Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru secara sitematis,
terarah dan terencana dalam upaya mengetahui sampai sejauh mana terjadi
perubahan prilaku pada diri siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
sehingga guru dapat menentukan tindakan yang tepat.
2. Tujuan Evaluasi
Tujuan utama dilakukan kegiatan evaluasi dalam proses belajar adalah
untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkap pencapaian
tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya
dalam bentuk fungsi evaluasi (Daryanto, 2001: 11).
3. Fungsi Evaluasi
a. Fungsi Penempatan
b. Fungsi Formatif
c. Fungsi Diagnostik
d. Fungsi Sumatif
29
Fungsi penempatan: Kegiatan evaluasi, guru dapat menyeleksi siswa.
Contohnya: memilih siswa untuk diterima di sekolah tertentu, menentukan
siswa apakah naik kelas atau tidak, menentukan siswa yang akan mendapat
beasiswa, dan sebagainya
4. Prinsip Penilaian
1. Keterpaduan: Proses evaluasi tidak bisa lepas dengan tujuan, materi dan
metode pembelajaran.
2. Keterlibatan siswa: Proses evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap
siswa merupakan suatu kebutuhan bagi diri siswa untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Koherensi: Kegiatan evaluasi harus sejalan dengan materi yang telah
disampaikan.
30
4. Paedagogis: untuk mengubah tingkah laku melalui kegiatan pendidikan.
Siswa yang menguasai pembelajaran akan mendapat ganjaran (reward)
sedangkan mereka yang kurang memahami materi pembelajarn, evaluasi
ini sebagai hukuman.
5. Akuntabilitas: Hasil evaluasi merupakan bentuk pertanggungjawaban
proses pendidikan untuk disampaikan kepada pihak terkait seperti orang
tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yakni konsep dalam
pembelajaran seni bersifat mengedepankan kebebasan dengan memberi peluang
peserta didik untuk mengembangan potensi dalam dirinya, meningkatkan rasa
menghargai hasil anak-anak karya seni agar anak mampu menghayati dan
mengambil peran yang terdapat pada unsur-unsur seni dari sebuah karya,
berhubungan dengan nilai kognitif, perkembangan jiwa kreativitas peserta didik
melalui aktivitas seni sebagai sebuah proses, seni ialah sarannya. Dan posisi anak
adalah idealnya. Terhadap karya seni anak-anak, para ahli pendidikan banyak
yang mengadakan penelitian serta mempelajari sifat-sifat dan coraknya. Dari hasil
penelitian tersebut menunjukkan adanya bebepa fase perkembangan seni rupa
anak sesuai dengan perkembangan umurnya. Dalam pelaksanaanya pun,
pembelajaran seni di SD memiliki banyak metode guna menunjang kegiatan.
Sehingga guru diharapkan agar mampu menguasai kelasnya agar tercapai tujuan
pembelajaran.
32
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/197206131999031-
BANDI_SOBANDI/evaluasi_pemb_seni_rupa-Modul_9/KB_1-Pengertian
%2C_Tujuan_dan_Prinsip_Evaluasi_dalam_Pendidikan_Seni.pdf
Tim Dosen Seni. 2016. Pendidikan Seni. Makassar: Laboraturium Seni PGSD FIP
UNM : http://muryatisahrul.blogspot.com/2016/05/makalah-seni-pendekatan-model-
dan.html
Puspita, Linda., Dkk. 2016. Pembelajaran Seni Rupa di Kelas V Sekolah Dasar
Negeri 262 Plaju. Jurnal Inovasi Sekolah Dasar. Vol: 3 (2)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/edin-suhaedin-purnama-giri-mpd/
pendidikan-seni-rupa.pdf diakses tanggal 19 februari 2021
33