Anda di halaman 1dari 14

Volume

JBPI: 2 Issue32 Desember 2021


Volume DOI:https://doi.org/10.51672/jbpi.v3i2.63
Jurnal Bilqolam Pendidikan Islam P-ISSN: 2764-5454
Online at http: http://jurnal.staiserdanglubukpakam.ac.id/index.php/bilqolam E-ISSN: 2746-5462

KONSEP PEMBUDAYAAN KARAKTER RELIGIUS DI SEKOLAH


(STUDI TENTANG UPAYA MEMBANGUN IKLIM SEKOLAH YANG
KONDUSIF)
Nelly
Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Ikhlas Sidikalang Dairi
nelly.syahminin83@gmail.com

ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara konseptual tentang upaya membangun iklim
sekolah kondusif yang dilandasi dengan pembudayaan karakter religius. Iklim sekolah yang
kondusif adalah kondisi dan amosfir lingkungan sekolah dengan seluruh komponen
pendukungnya baik berupa sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana yang ada
memberikan rasa aman dan nyaman terhadap seluruh warga sekolah dengan segala
aktivitasnya baik secara lahir maupun batin. Membangun iklim sekolah yang kondusif
merupakan upaya maksimal seluruh warga sekolah untuk mewujudkan lingkungan pendidikan
dan pembelajaran yang harmonis yang teraktualisasikan dalam bentuk rasa aman, nyaman,
suasana kekeluargaan yang merupakan faktor pendukung terhadap terselenggaranya
kegiatan belajar mengajar (KBM) yang efektif, efisien, dan produktif. Membangun
lingkungan sekolah yang kondusif dapat diwujudkan melalui upaya realisasi dari rasa aman,
nyaman dan asri; yaitu suatu kondisi tertib lingkungan yang dapat memberikan susana
sekolah yang efektivitasnya tinggi. Adapun karakter religius yang dapat dijadikan pondasi
pada bangunan iklim sekolah yang kondusif yaitu keimanan, ketaqwaan,) kejujuran,
keteladanan, suasana demokratis, kepedulian, keterbukaan, kebersamaan, keamanan,
ketertiban, kebersihan, sopan santun, keindahan, dan kesehatan.

Kata Kunci: Membangun, Iklim, Sekolah, Kondusif


ABSTRACT
This paper is aimed at examining conceptually the efforts to build conducive school climate
based on religious character culture. Conducive school climate is a condition and
atmosphere of school climate with all supporting components both human resources and
existing facilities to provide safety and convenient experience for all school residents with
various activities both material and spiritual. Building conducive school climate is a
maximum effort for school residents to create a harmonious education and learning climate
actualized in the form of a safety feeling, convenient, family climate as a supporting factor
for the process of learning activities, which is effective, efficient, and productive. Building
a conducive school climate can be realized through the effort to create safety feeling,
comfortable and beautifully. It is an environmental condition providing school atmosphere
with high effectiveness. Meanwhile, the religious characters becoming the foundation of
conducive school climate are faith, devotion, honesty, modeling, democratic atmosphere,
care, openness, togetherness, safety, orderly, cleanness, politeness, beauty, and health

Keywords: Building, climate, School, Conducive

PENDAHULUAN merupakan salah satu bentuk


Segala upaya yang dilakukan kesadaran yang dimiliki oleh
pengelola sekolah untuk pelaksana pendidikan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan menjawab permasalahan yang
sudah cukup banyak hasilnya, hal ini selama ini menjadi pokok

1
JBPI: Volume 3

pembicaraan. Salah satu cara untuk lingkungan yang dapat memberikan


meningkatkan kualitas pendidikan susana sekolah yang efektivitasnya
persekolahan adalah menjaga dan tinggi. (Muthalib, 2020)
menata manajemen tata lingkungan Oleh sebab itu, peranan
sekolah agar kondusif (Zaman, kepemimpinan kepala sekolah yang
2021). kuat sangat diperlukan. Sekolah
Iklim sekolah bukanlah suatu yang kondusif adalah sekolah yang
sistem yang lahir sebagai aturan mampu memberikan rasa aman dan
yang logis atau tidak logis, pantas nyaman bagi warga sekolah. Untuk
atau tidak pantas yang harus dan menciptakan rasa aman dan nyaman
patut ditaati dalam lingkungan tersebut, maka konstruksinya harus
sekolah, tetapi budaya dan iklim kuat, sesuai standar yang berlaku;
sekolah harus lahir dari lingkungan bentuknya indah, sirkulasi udara dan
suasana budaya yang mendukung cahaya aman terhadap kesehatan,
seseorang melaksanakan dengan ukuran perabot dan perletakannya
penuh tanggung jawab, rela, alami aman terhadap kesehatan. Sekolah
dan sadar bahwa apa yang dilakukan memiliki alat pemadam kebakaran,
(ketaatan itu muncul dengan penjaga sekolah, pagar keliling,
sendirinya tanpa harus menunggu jauh dari tempat maksiat dan
perintah atau dibawah tekanan) tempat-tempat yang dapat
merupakan spontanitas berdasarkan menimbulkan rasa tidak aman.
kata hati karena didukung oleh iklim Sekolah yang tertib adalah sekolah
lingkungan yang menciptakan yang menerapkan peraturan tanpa
kesadaran kita dalam lingkungan pandang bulu, mampu menciptakan
sekolah, misalnya budaya disiplin, disiplin warga sekolah dengan baik
budaya berprestasi dan budaya (Zaman, 2021). Terkait dengan
bersih (Munzali, 2010). dasar pemikiran tersebut maka
Lingkungan sekolah kondusif penulis ingin mengkaji lebih
dapat diwujudkan melalui upaya mendalam tentang: bagaimana
realisasi dari rasa aman, nyaman membangun iklim sekolah yang
dan asri; yaitu suatu kondisi tertib kondusif?

2
JBPI: Volume 3

Penelitian ini menggunakan maka penulis mendeskripsikannya


metode penelitian Library Research menjadi sebuah laporan hasil
(studi pustaka). Metode penelitian.
pengumpulan data dilakukan dengan
teknik dokumentasi, yakni HASIL DAN PEMBAHASAN
pengumpulan informasi melalui Sistematisasi pembahasan ini
sumber referensi yang berkaitan akan disesuaikan dengan tujuan
dengan topik penelitian. Sumber penelitian yang telah dijelaskan
data yang digunakan dalam pada bagian pendahuluan
penelitian ini adalah legalitas aturan penelitian ini, yakni bagaimana
pemerintah tentang finansial membangun iklim sekolah yang
Pendidikan baik dalam bentuk kondusif.
undang-undang, dan ataupun Pengertian Iklim Sekolah yang
peraturan pemerintah. Dalam hal ini Kondusif
aturan yang dimaksud ialah Undang- Secara konseptual, iklim
undang No. 20 Tahun 2003 tentang lingkungan atau suasana di sekolah
Sistem Pendidikan Nasional dan didefinisikan sebagai seperangkat
Perarturan Pemerintah (PP) No 48 atribut yang memberi warna atau
tahun 2008 tentang Pendanaan karakter, spirit, etos, suasana batin
Pendidikan. Sumber pendukung setiap sekolah. Secara operasional,
berasal dari buku, jurnal, dan sebagaimana halnya pengertian
sumber lain yang relevan dengan iklim pada cuaca, iklim lingkungan
penelitian ini. Analisis data di sekolah dapat dilihat dari faktor
dilakukan dengan analisis konten seperti kurikulum, sarana, dan
yakni analisis terhadap materi yang kepemimpinan kepala sekolah, dan
menjadi rujukan, dan memberikan lingkungan pembelajaran di kelas
analisis kritik terhadap materi yang (Harahap, 2020).
dimaksud. Beberapa pengertian lain
Berdasarkan dari berbagai mengenai iklim sekolah yang
sumber bacaan dan pengalaman hampir memiliki makna serupa
penulis tentang topik tersebut, dikemukakan berikut ini. Hoy dan

3
JBPI: Volume 3

Miskel (1987) merumuskan harapan, kebijakan, dan prosedur


pengertian iklim sekolah sebagai yang mempengaruhi pola perilaku
persepsi guru terhadap lingkungan individu dan kelompok. Ketiga, iklim
kerja umum sekolah. De Roche sekolah didefinisikan sebagai
(1985) mengemukakan iklim persepsi individu terhadap kegiatan,
sebagai hubungan antar-personil, praktik, dan prosedur serta persepsi
sosial dan faktor-faktor kultural tentang perilaku yang dihargai,
yang mempengaruhi perilaku didukung dan diharapkan dalam
individu dan kelompok dalam suatu organisasi (Gunbayi, 2010).
lingkungan sekolah. Menurut Hoy, Smith dan
Litwin dan Stringer Sweetland (dalam Milner dan
menjelaskan iklim sekolah Khoza, 2008:158), iklim sekolah
didefinisikan secara bervariasi oleh dipahami sebagai manifestasi dari
para ahli sebagai hasil dari persepsi kepribadian sekolah yang dapat
subjektif terhadap sistem formal, dievaluasi dalam di sebuah
gaya informal kepala sekolah, dan kontinum dari iklim sekolah terbuka
faktor lingkungan penting lainnya ke iklim sekolah tertutup. Iklim
yang memepengaruhi sikap, sekolah terbuka didasarkan pada
kepercayaan, nilai dan motivasi rasa hormat, kepercayaan dan
individu yang berada pada sekolah kejujuran, serta memberikan
tersebut. Namun demikian variasi peluang kepada guru, manajemen
definisi iklim sekolah apabila sekolah dan peserta didik untuk
ditelaah lebih dalam, mengerucut terlibat secara konstruktif dan
kepada tiga pengertian. Pertama, kooperatif dengan satu sama lain.
iklim sekolah didefinisikan sebagai Sorenson dan Goldsmith (2008:30)
kepribadian suatu sekolah yang memandang iklim sekolah sebagai
membedakan dengan sekolah kepribadian kolektif dari sekolah.
lainnya. Kedua, iklim sekolah Oleh karena itu inti dari iklim
didefinisikan sebagai suasana di sekolah adalah bagaimana kita
tempat kerja, mencakup berbagai memperlakukan satu sama lain.
norma yang kompleks, nilai, Cohen et.al. (dalam Pinkus,

4
JBPI: Volume 3

2009:14) menjelaskan iklim sekolah Wenzkaff (dalam Cherubini,


sebagai kualitas dan karakter dari 2008:40) mengemukakan iklim suatu
kehidupan sekolah, berdasarkan sekolah menginformasikan
pola perilaku siswa, orang tua dan mengenai atmosfir dalam kelas,
pengalaman personil sekolah ruang pertemuan, kantor, dan
tentang kehidupan sekolah yang setiap gang yang ada di sekolah.
mencerminkan norma-norma, Berdasarkan pendapat para ahli
tujuan, nilai, hubungan mengenai iklim organisasi
interpersonal, praktek belajar dan sebagaimana dikemukakan
mengajar, serta struktur organisasi terdahulu, dapat disimpulkan iklim
(Hatta, 2010). sekolah adalah persepsi kolektif
Pemahaman iklim sekolah terhadap kualitas dan karakter dari
sebagai suasana di tempat merujuk kehidupan sekolah (Mirza, 2021).
pada beberapa pendapat berikut. Sedang pengertian kondusif
Moos (1979:81) mendefinisikan iklim adalah rasa aman dan nyaman yang
sekolah sebagai pengaturan suasana dirasakan oleh seseorang di suatu
sosial atau lingkungan belajar. Moos tempat dan pada suatu waktu
membagi lingkungan sosial menjadi secara pisik maupun psikis. Dengan
tiga kategori. Pertama hubungan, demikian dapat disimpulkan bahwa
termasuk keterlibatan, berafiliasi iklim sekolah yang kondusif adalah
dengan orang lain di dalam kelas, kondisi dan amosfir lingkungan
dan dukungan guru. Kedua sekolah dengan seluruh komponen
pertumbuhan pribadi atau orientasi pendukungnya (Iqbal, 2020).
tujuan, meliputi pengembangan Baik berupa sumber daya
pribadi dan peningkatan diri semua manusia maupun sarana dan
anggota lingkungan. Ketiga prasarana yang ada memberikan
Pemeliharaan sistem dan perubahan rasa aman dan nyaman terhadap
sistem, meliputi ketertiban dari seluruh warga sekolah dengan
lingkungan, kejelasan dari aturan- seluruh aktivitasnya baik secara
aturan, dan kesungguhan dari guru lahir maupun batin.
dalam menegakkan aturan.

5
JBPI: Volume 3

Urgensi Iklim Sekolah yang a. Iklim sekolah dapat


Kondusif mempengaruhi banyak orang di
Uraian mengenai urgensi iklim sekolah. Misalnya, iklim sekolah
sekolah yang konduisf didasarkan yang positif telah dikaitkan
pada dampak yang dapat dengan emosi dan perilaku siswa
ditimbulkannya merujuk kepada yang bermasalah.
berbagai hasil penelitian. Cohen b. Iklim sekolah di perkotaan
et.al. (2009) menjelaskan, selama berisiko tinggi menunjukkan
tiga dekade terakhir telah terjadi bahwa lingkungan yang positif,
pertumbuhan penelitian yang luar mendukung, dan budaya sadar
biasa yang membuktikan pentingnya iklim sekolah signifikan dapat
iklim sekolah. Penelitian membentuk kesuksesan siswa
membuktikan bahwa iklim sekolah perkotaan dalam memperoleh
yang positif berdampak langsung gelar akademik.
terhadap keberhasilan sekolah c. Para peneliti juga menemukan
seperti siswa putus sekolah rendah, bahwa iklim sekolah yang positif
tingkat kekerasan menurun, dan memberikan perlindungan bagi
prestasi siswa meningkat. Freiberg anak dengan lingkungan belajar
(dalam Marshall (2002:1) yang mendukung serta
menegaskan iklim sekolah dapat mencegah perilaku antisosial.
menjadi pengaruh positif pada d. Hubungan interpersonal yang
kesehatan lingkungan belajar atau positif dan kesempatan belajar
hambatan yang signifikan untuk yang optimal bagi siswa di
belajar. semua lingkungan demografis
Merujuk kepada berbagai hasil dapat meningkatkan prestasi
penelitian, Marshall (2002:2) dan mengurangi perilaku
memberikan beberapa kesimpulan maladaptive.
mengenai pentingnya iklim sekolah Secara garis besar dapat
bagi berbagai pihak, sebagai diuraikan tentang urgensi iklim
berikut: sekolah yang kondusif yaitu:

6
JBPI: Volume 3

a. Iklim sekolah yang positif tetapi dimana saja karena dibentuk


berkaitan dengan peningkatan oleh norma pribadi dan bukan oleh
kepuasan kerja bagi personil aturan yang kaku dengan berbagai
sekolah. Iklim sekolah dapat hukuman jika terjadi pelanggaran
memainkan peran penting yang dilakukan. Selain beberapa
dalam menyediakan suasana manfaat diatas, urgensi lain upaya
sekolah yang sehat dan positif. membentuk iklim sekolah yang
b. Interaksi dari berbagai sekolah konduisf bagi individu (pribadi) dan
dan faktor iklim kelas dapat kelompok dari warga sekolah
memberikan dukungan yang adalah :
memungkinkan semua anggota a. Meningkatkan kepuasan kerja,
komunitas sekolah untuk b. Pergaulan lebih akrab,
mengajar dan belajar dengan c. Disiplin meningkat,
optimal. d. Pengawasan fungsional bisa
c. Iklim sekolah, termasuk lebih ringan,
“kepercayaan, menghormati, e. Muncul keinginan untuk selalu
saling mengerti kewajiban, dan ingin berbuat proaktif,
perhatian untuk kesejahteraan f. Semangat belajar dan
lainnya, memiliki pengaruh yang berprestasi terus meningkat,
kuat terhadap pendidik dan serta
peserta didik ,’hubungan antar g. Selalu ingin memberikan yang
peserta didik, serta prestasi terbaik bagi sekolah, keluarga,
akademis dan kemajuan sekolah orang lain dan diri sendiri
secara keseluruhan. (Munzali, 2010).
d. Iklim sekolah yang positif Membudayakan Karakter Religius
merupakan lingkungan yang pada Iklim Sekolah
kaya, untuk pertumbuhan Pada saat yang bersamaan
pribadi dan keberhasilan untuk menciptakan suasana atau
akademis (Mirza, 2021). iklim sekolah yang kondusif maka
Manfaat ini bukan hanya pada saat itu pula perlu ditanamkan
dirasakan dalam lingkungan sekolah pembudayaan karakter religius dan

7
JBPI: Volume 3

budi pekerti sebagai pondasi kuat perilaku tegas yang harus


iklim sekolah. Adapun karakter dilaksanakan. Keempat
religius yang perlu ditanamkan pada Keteladanan. Keteladanan adalah
saat membangun iklim sekolah yang memberikan contoh melalui
kondusif. Pertama Keimanan sangat perbuatan atau tindakan nyata,
mempengaruhi perilaku seseorang. karena keteladanan jauh lebih
Keimanan ini perlu dibina dan penting dari pada memberikan
ditumbuhkembangkan sesuai pelajaran secara verbal. Kepala
keyakinan masing-masing. Dengan sekolah dapat memberi keteladanan
keimanan diharapkan setiap peserta kepada guru maupun pegawai dan
didik dpat membina dirinya menjadi selanjutnya guru kepada siswa,
manusia yang berbudi pekerti luhur. demikian pula kakak kelas kepada
Kedua Ketaqwaan sebaiknya adik kelas.
ditanamkan sejak dini kepada siswa Kelima Suasana Demokratis.
masuk sekolah melalui berbagai Suasana sekolah haruslah suasana
kegiatan, karena pada dasarnya yang menunjukkan adanya
kualitas manusia ditentukan oleh kebebasan mengeluarkan pendapat
ketaqwaannya. Ketaqwaan dan menghargai perbedaan sesuai
merupakan cerminan dari nilai dengan sopan santun berdemokrasi.
keimanan berupa perilaku yang Adanya suasana demokrasi di
terwujud dalam menjalankan lingkungan sekolah akan memberi
perintah dan larangan agama. pengaruh pada pengembangan budi
Ketiga Kejujuran. Dalam pekerti saling menghargai dan saling
berbagai hal sikap dan tindakan memaafkan. Keenam Kepedulian.
jujur bertanggungjawab harus Kepedulian terwujud dengan sikap
diwujudkan dan empati dan saling menasehati,
ditumbuhkembangkan sehingga saling memberitahukan, saling
menjadi bagian dalam kehidupan mengingatkan, saling menyayangi
sehari-hari. Baik yang berhubungan dan saling melindungi sehingga
dengan Tuhan maupun diri sendiri setiap masalah dapat diatasi cepat
dan orang lain. Kejujuran dan dan mudah.

8
JBPI: Volume 3

Ketujuh Keterbukaan. Sistem melainkan harus diupayakan oleh


manajemen yang terbuka akan setiap warga sekolah. Kesebelas
menghilangkan sikap saling curiga Kebersihan. Suasana bersih, rapi dan
berburuk sangka dan menghilangkan menyegarkan secara berkelanjutan
fitnah. Hal ini hendaklah akan memberi kesan menyenangkan
dipraktikkan oleh kepala sekolah, bagi warga sekolah. Kebersihan
pegawai tata usaha, guru dan para meliputi fisik dan psikis, jasmani
siswa. Kedelapan Kebersamaan. dan batin.
Kebersamaan ini diarahkan untuk Kedua Belas Kesehatan.
mempererat hubungan silaturahmi Kesehatan menyangkut aspek fisik
antar warga sekolah sehingga dan psikis, dan ini harus diupayakan
terwujud suatu suasana dan dibangun oleh seluruh warga
persaudaraan dalam tata hubungan sekolah. Ketiga Belas Keindahan.
sekolah yang harmonis. Kesembilan Lingkungan sekolah, ruang kantor,
Keamanan. Keamanan merupakan ruang guru, ruang kelas,
modal pokok untuk menciptakan perpustakaan, halaman, kebon dan
suasana sekolah yang harmonis dan taman sekolah yang rapi dan indah
menyenangkan. Warga sekolah terkesan menyenangkan dan seni.
harus proaktif mengantisipasi dan Keindahan sekolah harus diciptkan
mengatasi segala bentuk gangguan dan dijaga terus menerus oleh warga
dari luar dan dalam lingkungan sekolah agar tidak sirna sehingga
sekolah. Keamanan menjadi iklim sekolah selalu menjadi segar,
tanggungjawab bersama seluruh tetap aktif dan menyenagkan.
warga sekolah. Keempat Belas Sopan santun. Sopan
Kesepuluh Ketertiban. Dalam santun adalah sikap dan perilaku
segala hal disekolah ketertiban sesuai dengan adat istiadat atau
adalah suatu kondisi yang norma-norma yang berlaku di
mencerminkan keharmonisan dan masyarakat dalam hubungannya
keteraturan dalam pergaulan antar dengan diri sendiri, keluarga,
warga sekolah. Ketertiban tidaklah sekolah dan masyarakat.
tercipta dengan sendirinya

9
JBPI: Volume 3

Lingkungan sekolah merupakan Banyak peneliti telah


bentuk masyarakat tersendiri, mengidentifikasi berbagai dimensi
berbeda dengan masyarakat yang untuk mengukur iklim sekolah.
berada di luar lingkungan sekolah. Salah satunya menurut Gunbayi
Masyarakat lingkungan sekolah (2007:2) adalah Halpin & Croft
terdiri dari kepala sekolah, guru, (1963), yang mengajukan delapan
pegawai tata usaha dan peserta dimensi iklim organisasi. Empat di
didik dengan interaksi social yang antaranya berfokus pada perilaku
memiliki tujuan yang sangat jelas guru, yaitu disengagement,
yakni belajar. hindrance, esprit dan intimacy.
Oleh karena itu masyarakat Empat dimensi lagi fokus pada
sekolah dapat dikatakan sebagai perilaku kepala sekolah, yaitu
masyarakat belajar dengan aloofness, production, thrust, dan
penjenjangan tertentu, yang tidak consideration. Tahun 1968 Harvard
ditemukan dalam masyarakat biasa. Business mengidentifikasi enam
Kegiatan di sekolah berlangsung dimensi iklim sekolah, yaitu:
dalam satu pola yang sama, flexibility, responsibility,
kegiatan berulang-ulang dan diatur standards, rewards, clarity and
dengan jadwal yang ketat. Suasana team commitment. Schneider pada
kehidupan di sekolah perlu tahun 1983 mengemukakan enam
dibangun bersama-sama oleh warga dimensi iklim organisasi, yaitu:
sekolah sesuai fungsi dan organizational support, member
kedudukan masing-masing. Kepala quality, openness, supervisory
sekolah, pegawai tata usaha, guru style, member conflict dan member
dan peserta didik dapat autonomy.
memberikan sumbangan pembinaan Tahun 1996, Hoy, Hofman, Sabo
kehidupan berbudi luhur melalui dan Bliss (dalam Gunbayi (2007:2)
sikap dan perilakunya di sekolah. menjabarkan 6 dimensi iklim
Dimensi Pengukuran Iklim Sekolah sekolah, yang dikelompokkan ke
yang Kondusif dalam dua aspek, yaitu aspek
perilaku kepala dan aspek perilaku

10
JBPI: Volume 3

guru. Tiga dimensi perilaku kepala menggangu tanggung jawab


sekolah yang diukur adalah: mengajar.
supportive, directive, dan Sedang tiga perilaku guru yang
restrictive, sedangkan tiga dimensi dapat mendukung terciptanya
perilaku guru yang diukur adalah: lingkungan sekolah yang kondusif
collegial, committed, dan yaitu: Pertama, collegial adalah
disengaged. perilaku guru yang terbuka dan
Ketiga perilaku kepala sekolah mendukung interaksi antara guru
yang mendukung terhadap secara professional, seperti saling
penciptaan lingkungan sekolah yang menghormati dan membantu satu
kondusif yaitu: Pertama, sama lain baik secara pribadi
supportive adalah perilaku kepala maupun secara profesional. Kedua,
sekolah yang diarahkan kepada committed adalah perilaku guru
kebutuhan sosial dan prestasi kerja. yang diarahkan untuk membantu
Kepala sekolah suka menolong, siswa dalam mengembangkan
benar-benar memperhatikan guru, kemampuan intelektual dan sosial.
dan berupaya untuk memotivasi Guru bekerja ekstra keras untuk
dengan menggunakan kritik yang memastikan keberhasilan siswa di
konstruktif dan dengan sekolah. Ketiga, disengaged adalah
memberikan contoh melalui kerja perilaku guru yang kurang fokus dan
keras. Kedua, directive adalah bermakna bagi kegiatan
perilaku kepala sekolah yang kaku. profesional.
Kepala sekolah terus-menerus Cohen, et.al. (dalam Pinkus,
memantau hampir semua aspek 2009:14), menjabarkan pengukuran
perilaku guru di sekolah. Ketiga, iklim sekolah ke dalam 10 dimensi,
restrictive adalah perilaku kepala yang dikelompokkan ke dalam
sekolah yang membatasi pekerjaan empat kategori, yaitu safety,
guru daripada memfasilitasinya. teaching and learning,
Kepala sekolah membebani guru interpersonal relationships, dan
dengan pekerjaan administratif, institutional environment.
dan permintaan lainnya yang

11
JBPI: Volume 3

Kategori pertama, safety tanggung jawab, serta pembuatan


terdiri atas rules and norms, keputusan yang etis.
meliputi adanya aturan yang Kategori ketiga, interpersonal
dikomunikasikan dengan jelas dan relationships terdiri atasrespect for
dilaksanakan secara konsisten, diversity, menunjukkan adanya
physical safety meliputi perasaan sikap saling menghargai terhadap
siswa dan orang tua yang merasa perbedaan individu pada semua
aman dari kerugian fisik di sekolah, tingkatan, yaitu antara siswa
social and emotional security dengan siswa, orang tua dengan
meliputi perasaan siswa yang siswa, dan orang tua dengan orang
merasa aman dari cemoohan, tua, social support adults,
sindiran, dan pengecualian. menunjukkan adanya kerjasama
Kategori kedua, teaching and dan hubungan yang saling
learning terdiri atas support for mempercayai antara orang tua
learning, menunjukkan adanya dengan orang tua untuk mendukung
dukungan terhadap praktek- siswa dalam kaitannya dengan
praktek pengajaran, seperti harapan tinggi untuk sukses,
tanggapan yang positif dan keinginan untuk mendengar, dan
konstruktif, dorongan untuk kepedulian pribadi; dan social
mengambil risiko, tantangan support students, menunjukkan
akademik, perhatian individual, adanya jaringan hubungan untuk
dan kesempatan untuk mendukung kegiatan akademik dan
menunjukkan pengetahuan dan pribadi siswa.
keterampilan dalam berbagai cara; Kategori keempat, institutional
dan social and civic learning, environment terdiri atas: school
menunjukkan adanya dukungan connectedness/ engagement,
untuk pengembangan pengetahuan meliputi ikatan positif dengan
dan keterampilan sosial dan sekolah, rasa memiliki, dan norma-
kemasyarakatan, termasuk norma umum untuk berpartisipasi
mendengarkan secara efektif, dalam kehidupan sekolah bagi siswa
pemecahan masalah, refleksi dan dan keluarga; dan physical

12
JBPI: Volume 3

surroundings, meliputi kebersihan, jauh dari tempat maksiat dan


ketertiban, dan daya tarik fasilitas tempat-tempat yang dapat
dan sumber daya dan material yang menimbulkan rasa tidak aman.
memadai (Mirza, 2021). Sekolah yang tertib adalah sekolah
yang menerapkan peraturan tanpa
KESIMPULAN pandang bulu, mampu menciptakan
Iklim sekolah yang kondusif disiplin warga sekolah dengan baik.
adalah kondisi dan amosfir Adapun karakter religius yang
lingkungan sekolah dengan seluruh dapat dijadikan pondasi pada
komponen pendukungnya baik bangunan iklim sekolah yang
berupa sumber daya manusia kondusif yaitu keimanan,
maupun sarana dan prasarana yang ketaqwaan,kejujuran, keteladanan,
ada memberikan rasa aman dan suasana demokratis, kepedulian,)
nyaman terhadap seluruh warga keterbukaan, kebersamaan,
sekolah dengan segala aktivitasnya. keamanan, ketertiban, kebersihan,
Membangun lingkungan sekolah sopan santun, keindahan, dan
yang kondusif dapat diwujudkan kesehatan. Dengan terbangunnya
melalui upaya realisasi dari rasa iklim sekolah yang kondusif yang
aman, nyaman dan asri; yaitu suatu dilandasi pada nilai religius maka
kondisi tertib lingkungan yang dapat lingkungan sekolah menjadi tempat
memberikan susana sekolah yang yang aman dan nyaman serta
efektivitasnya tinggi. Untuk bersahabat bagi siswa akan tenang
menciptakan rasa aman dan nyaman dalam belajar. Salah satu usaha
tersebut, maka konstruksinya harus menciptakan keharmonisan
kuat, sesuai standar yang berlaku; tersebuat adalah dengan budaya
bentuknya indah, sirkulasi udara dan salam yang kental tanpa
cahaya aman terhadap kesehatan, membedakan Suku, Agama, dan
ukuran perabot dan perletakannya Antar Golongan (SARA) sehingga
aman terhadap kesehatan. Sekolah terbangun tata krama yang
memiliki alat pemadam kebakaran, sistematik dan dapat membangun
penjaga sekolah, pagar keliling,

13
JBPI: Volume 3

akhlaqul karimah yang dicontohkan Moh. Kamilus Zaman, M., K., (2021).
Sekolah Kondusif, Senin, 06
oleh nabi Muhammad SAW.
April 2015:03.56, [Tersedia]
http://kamiluszaman.blogspot
.co.id
DAFTAR PUSTAKA
Gunbayi, I., (2007), School Climate Munzali, A., F., (2010). Konsep
and Teachers’ Perceptions on Budaya dan Iklim Sekolah 2,
Climate Factors: Research Into Posted by Bustamam Ismail,
Nine Urban High Schools. The http://hbis.wordpress.com
Turkish Online Journal of
Educational Technology Muthalib, A., et.al. (2020). Ragam
(TOJET), 6(3). 1-10. Alternatif Media Pembelajaran
Pai Berbasis Psikomotorik
Harahap, A., S., et.al. (2020). Selama Masa Pandemi Di Ma
Pembelajaran Pai Berbasis Persiapan Negeri 4 Medan.
Daring (Studi Tentang Inovasi Jurnal Bilqolam Pendidikan
Pendidikan dalam Mengelola Islam, 1(2), 19-35., DOI:
Media Pembelajaran di SMP https://doi.org/10.51672/jbpi
Baitul Aziz Tembung). Jurnal .v1i2.6
Bilqolam Pendidikan Islam.
1(2), 82-97, DOI.
https://doi.org/10.51672/jbpi
.v1i2.4
Hatta, E., (2010). Iklim Sekolah
(School Climate),
http://efendihatta.blogspot.c
o.id/, [Online] Rabu, 6
Oktober 2021:12.29.

Iqbal, M., et.al. (2020). Alternatif


Strategi Pembelajaran Pai Di
Tengah Wabah Covid-19. (Studi
Tentang Inovasi dan Kreativitas
Pendidik di MTS. N 02
Simeulue). Jurnal Bilqolam
Pendidikan Islam, 1(2), 55-71.
DOI.https://doi.org/10.51672
/jbpi.v1i2.8
Mirza, W., (2021). Iklim Sekolah, 25
April 2011, [Tersedia]
http://wahyumirza.blogspot.c
o.id/

14

Anda mungkin juga menyukai