Anda di halaman 1dari 42

ASKEP BAYI DENGAN BBLR

ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp. Kep.An


Departemen Keperawatan Anak
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Kasus
• Bayi perempuan dirawat di ruang perinatology hari kelima dengan
BBLR, NKB, SMK. Riwayat kelahiran, bayi lahir spontan dengan
diusia gestasi 31 minggu karena ketuban pecah dini dengan BBL
2000 gram dan PB 43.5 cm. Saat hari kelima pengkajian didaptkan,
bayi sudah tidak sesak, napas spontan, RR 47x/menit, Nadi
160x/menit, suhu 36.8C, tidak ada sianosis, akral hangat, bayi
ditempatkan dalam incubator, reflek hisap lemah dan terpasang
OGT dengan pemberian minum 8x30cc, turgor kulit elastis, mukosa
bibir lembab, ubun-ubun datar. Terpasang infus D10% dikaki kiri.
Tampak ikterik pada sclera dan saat ini sedang menjalani
fototerapi.
DEFINISI

Seorang bayi dikatakan mengalami BBLR


apabila bayi lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memandang
usia gestasi
Kematian BBLR

Asfiksia
sindrom gangguan napas
Infeksi
komplikasi hipotermia
Faktor Ibu

ETIOLOGI

Faktor Janin
FAKTOR IBU

Penyakit kronik dan sistemik


usia ibu < 20 tahun / > 35 tahun
social ekonomi yang rendah/kurang nutrisi
terpapar zat teratogenik
trauma fisik & psikologis
Ibu dengan preeklamsia dan hipertensi
ibu dengan penyakit kelamin
FAKTOR JANIN

infark plasenta,
solution plasenta
infeksi janin intrauterine
Hidramnion
janin dengan anomaly congenital.
Web of Caution
Sistem Pernafasan
Surfaktan kurang, otot pernafasan masih lemah,
terlahir dengan aspyxia

RR , pernafasan cuping hidung,


penggunaan otot bantu
pernafasan, nilai AGD abnormal

Gangguan pola nafas


Gangguan perukaran gas
Sistem Pencernaan
Kurangnya : Motilitas usus; volume Lambung; absorbsi lemak, vitamin
laktosa,mineral

Bising usus m , waktu pengosongan


lambung  (retensi selang nasogastrik)

Risiko gangguan nutrisi : kurang dari


kebutuhan tubuh
Sistem Pencernaan
Spingter kardia-esophagus belum
sempurna

Risiko regurgitasi

Risiko aspirasi
Sistem Pencernaan

Imaturitas hati

Konjugasi bilirubin & glukoneogenesis


kurang optimal, defisiensi vitamin K

Risiko mengalami
hiperbilirubinemia
Sistem Imunitas

rendahnya kadar IgG, belum mampu membentuk


antibody dan belum sempurnanya daya fagosit
serta reaksi terhadap peradangan.

Risiko infeksi
Sistem Integumen

Kurangnya glikogen & jaringan lemak sub kutan, Luas


permukaan tubuh >>, Lemak coklat >>, Imaturitas
pusat pengaturan suhu tubuh, Reflek menggigil <<

Risiko gangguan termoregulasi


Risiko gangguan integritas kulit
Sistem Persyarafan
apnea, asphyxia berat dan sindroma
gangguan nafas

hypoxia , hipertensi dan hiperkapnea

aliran darah keotak terganggu ditunjang dengan


adanya otoregulasi serebral  perdarahan
intraventrukular
Sistem Endokrin
kecepatan metabolisme yang tinggi.
persediaan glikogen yang sedikit dan
kandungan karbohidrat dijantung, hati, dan
rangka juga terbatas.

bayi terlihat lemah, malas minum, apnea


dan bayi aterm kadang ditemukan
tremor, keringat dingin dan kejang
umum.

Hipoglikemia  risiko gangguan nutrisi :


kurang dari kebutuhan
Lain-lain
therapy O2 dengan konsentrasi tinggi

vasokonstriksi pembuluh darah retina yang diikuti oleh


proliferasi kapiler baru kedaerah yang iskemik

perdarahan, fibrosis, distorsi dan parut


retina  kebutaan  risiko injury
Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan darah lengkap
Hb dan Ht menurun menunjukan adanya
anemia, leukosit lebih dari 10.000 mm3
menunjukan adanya penyakit infeksi bakteri
berat.

• Destrostik
Menunjukan ada tidaknya hipoglikemia.
Diperlukan tes glukosa serum jika nilai
destrostik < 45 mg/dl
Pemeriksaan Diagnostik
• Elektrolit (Na, K, Cl) awalnya dalam
batas normal

• Tes golongan darah, untuk menyatakan


risiko terjadinya inkomptibilitas ABO

• Analisa Gas Darah. Penurunan pO2,


peningkatan pCO2 menunjukan adanya
asidosis ringan atau sedang, sepsis atau
kesulitan nafas yang lama
Pemeriksaan Diagnostik
• Bj Urin antara 1.006-1.013, meningkat jika
terjadi dehidrasi

• Sinar X dada dengan bronkogram udara,


menunjukan penampilan groun glass pada RDS

• USG cranial untuk mendeteksi adanya


intravascular hemorargic

• Lumbal pungsi untuk mendeteksi adanya


meningitis
Pemeriksaan Diagnostik
CRP (check reactive protein/beta globulin). Ada
dalam serum sesuai dengan beratnya proses
infeksi atau noninfeksi
Jumlah trombosit, trombositopenia bisa menyertai
sepsis
Kadar fibrinogen menurun selama terjadi koagulasi
intravascular diseminata atau meningkat selama
terjadi inflamasi
Kultur darah, untuk mengidentifikasi organisme
penyebab yang dihubungkan dengan sepsis.
PENATALAKSANAAN
Pengaturan Suhu
• bungkus bayi dan tutup kepala bayi segera setelah lahir

• Tempatkan bayi pada incubator dengan suhu 35,4C ±


0,5 atau dengan cara : jika BB < 2 Kg suhu incubator
35C dan jika BB 2-2,5Kg suhu incubator 34C dengan
kelembaban 50-60%.

• Bila tidak ada incubator gunakan buli-butli panas atau


radiant warmer.

• Jangan memandikan bayi terutama jika terjadi asphyxia.


Meningkatkan Fungsi
Pernafasan
• resusitasi jika ada aspyxia

• Usahakan dan pertahankan pernafasan dengan


menggunakan oksigen

• Pengawasan ketat diperlukan untuk mendeteksi


sedini mungkin adanya apnea serta timbulnya
RDS.
Nutrisi
• reflek menghisap baik  ASI sesegera
mungkin untuk mencegah hipoglikemia
dan hiperbilirubinemia

• Jika ASI tidak keluar, ibu dengan hepatitis


atau AIDS, ASI dapat diganti dengan PASI
yang mengandung lemak yang mudah
dicerna dengan komposisi 20 kalori/30ml
susu
Nutrisi....
• Bayi lahir usia kehamilan < 30 mgg (BB <1250
gram)  infus dalam 24-48 jam dan sonde
lambung

• Bayi lahir usia 30-32 mgg  coba berikan lewat


cangki/sendok sementara masih terpasang
sonde lambung

• Bayi lahir > 32 mgg  Susui langsung ke ibu


atau menggunakan cangkir/sendok.
Nutrisi .....

• BB < 2,5 kg : hr I 60cc/kg BB , hr berikutnya tambah 20 cc/kgBB


hingga bayi mendapat total 200 cc/kg BB /hari sampai BB mencapai
1800 gram atau lebih dan sepenuhnya menyusu (WHO/UNICEF).

• Bagi jumlah total ke dalam 8-12 kali pemberian untuk setiap 2-3 jam
sekali

• Pada hari pertama post natal: kebutuhan kalori yang optimal sudah
mencapai 110-130 kalori/kg/hari dan dapat dicapai dengan ASI atau
susu formula yang mengandung 67-75 kalori/100cc.
Pencegahan Infeksi
• selalu mencuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi bagi semua
tenaga kesehatan yang merawat bayi

• selalu membersihkan incubator secara


teratur dan tersedianya fasilitas perawatan
BBLR yang memadai.
Pencegahan Hypoglikemia
• Pantau terus nilai gula darah sampai bayi
mentolerir pemeberian minum peroral
dengan volume cukup.

• Jika sudah terjadi hypoglikemia, berikan


glukosa pekat 40% bolus IV 1-2 cc/kgBB
kemudian pertahankan dengan glukosa
15% dan jika sudah stabil berikan glukosa
10% IV
Pencegahan Komplikasi
• tetap menjaga kebersihan kulit bayi

• selalu memperhatikan dengan teliti dosis


dan jenis obat dalam setiap pemberian
obat.
Support Keluarga
• Berikan atau fasilitasi interaksi orang tua dengan
bayinya sesegera mungkin  Perawatan
Kanguru (PK)/ Kanggoro Mother Care (KMC)

• jelaskan kondisi bayi dengan berdiskusi dan


memberi kesempatan keluarga untuk bertanya

• ijinkan bayi dan ibu untuk bertemu sebelum


dipindahkan dan sertakan ibu jika bayi akan
dipindahkan ke intitusi kesehatan lain
Discharge Planning
• menjelaskan kondisi anak dan jelaskan tanda-
tanda distress / tanda-tanda bahaya pada bayi

• Bantu orang tua memperoleh dan meningkatkan


keterampilan merawat bayi pada saat rooming in

• Rencanakan follow up medis dan keperawatan


dan lakukan kunjungan rumah setelah bayi
pulang.
Kanggoro Mother Care (KMC)/perawatan
metode kanguru (PMK)
Kanggoro Mother Care (KMC)/perawatan
metode kanguru (PMK)
• Posisi kanguru. Bayi diletakkan diantara payudara ibu
dalam posisi tegak dengan dada bayi menempel pada
dada ibu. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri,
dengan posisi sedikit tengadah. Kedua tungkai bayi
ditekuk sedikit seperti posisi kodok. Dalam posisi
demikian tubuh ibu dan bayi diikat dengan kain
selendang atau kemben berbahan elastis untuk
menahan badan bayi agar tidak jatuh.(Lihat gambar).
Bayi hanya mengenakan popok, topi hangat, dan kaus
kaki. Tetapi apabila suhu sedang dingin, boleh
dipakaikan baju tanpa lengan berbahan katun yang
dibuka di bagian depannya, agar dada bayi tetap dapat
menempel (kulit ke kulit) pada dada ibu.
Kanggoro Mother Care (KMC)/perawatan
metode kanguru (PMK)
• Monitor. suhu (akan mudah dipertahankan antara 36,5-
37,5°C), pernapasan bayi, beberapa tanda bahaya
adalah bayi sulit bernapas, merintih, bernapas sangat
cepat atau sangat lambat, berhenti napas yang sering
dan lama (>20 detik), bayi terasa dingin walau sudah
dihangatkan, sulit minum, muntah-muntah, kejang, diare,
atau kulit menjadi kuning. Bila menjumpai tanda-tanda
diatas, segeralah mencari pertolongan pada tenaga
kesehatan.
Kanggoro Mother Care (KMC)/perawatan
metode kanguru (PMK)
• Waktu dan siapa saja. PMK idealnya dilakukan 24 jam
sehari, tetapi pada permulaan dapat dilakukan bertahap
dari minimal 60 menit, kemudian ditingkatkan sampai
terus-menerus, siang dan malam, disela hanya untuk
mengganti popok. Ibu dapat tetap melakukan pekerjaan
sehari-hari seperti berdiri, duduk, memasak, jalan-jalan,
bahkan bekerja. Waktu tidur pun ibu dapat berbaring
atau setengah duduk sambil tetap mempertahankan
posisi kanguru
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Gangguan termoregulasi berhubungan dengan kurangnya
cadangan lemak, besarnya rasio luas permukaan tubuh dengan
berat badan

• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan


neuromuscular (pusat pernafasan), penurunan energi

• Risiko tinggi gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan reflek hisap yang kurang

• Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan imuritas


kulit

• Risiko infeksi berhubungan dengan adanya imaturitas sistem


imun
• Risiko gangguan thermoregulasi berhubungan
dengan kurangnya cadangan lemak, besarnya
rasio luas permukaan tubuh dengan berat badan

• Tujuan: Gangguan thermoregulasi tidak terjadi

• Kriteria hasil:
– Suhu aksila 36.4-37.1C
– Tidak terdapat tanda-tanda cold stress
– Suhu lingkungan memadaii
Intervensi :
• Monitor temperature bayi

• Tempatkan bayi pada radiant warmer atau incubator

• Bungkus bayi dengan hangat dan gunakan tutup kepala

• Hangatkan alat-alat yang akan kontak denga bayi

• Jaga suhu lingkungan sekitar dari suhu dingin


• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular (pusat pernafasan), penurunan energi

• Tujuan : Pola nafas bayi kembali efektif

• Kriteria hasil :
– RR dalam batas normal (40-60X/m)
– Tidak menunjukan tenda-tanda distress pernafasan :
nafas cuping hidung, retraksi intercosta
– Suara nafas bersih: tidak ada rhonki, wheezing
Intervensi:
• Berikan posisi yang menunjang pertukaran udara yang
optimum seperti posisi prone, bantal leher saat posisi
supine

• Beri oksigen adekuat untuk meminimalkan usaha nafas


dan pengeluaran energi

• Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda distress


pernafasan

• Lakukan suctioning jika perlu untuk mengeluarkan


akumulasi mucus.
Terimakasih.....

Anda mungkin juga menyukai