Anda di halaman 1dari 4

Struktur Teks Pidato

“Bahasa Menunjukkan Bangsa”.

Pembukaan :
Bapak/Ibu guru yang saya hormati.
Rekan rekan yang berbahagia.

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Semoga kita selalu dalam bimbingan dan lindungan Allah Swt.
Amin.

Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan pidato tentang penggunaan bahasa Indonesia
sebagai identitas dan jati diri bangsa.

Isi Pidato :
Hadirin yang saya hormati.

Apa jadinya jika kita tidak mempunyai bahasa untuk saling berkomunikasi? Tentunya kita patut
bersyukur memiliki bahasa pemersatu, yakni bahasa Indonesia, yang lahir dari buah kesadaran
akan pentingnya persatuan.

Bahasa mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan. Kita sudah menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi sejak berabad abad silam. Bahasa lahir bersamaan dengan
terbentuknya masyarakat atau bangsa.

Oleh karena itu, bahasa sangat terkait dengan budaya dan sosial ekonomi suatu masyarakat
penggunanya. Tidak heran jika suatu daerah memiliki bahasa yang berbeda padahal untuk maksud
yang sama. Suatu bahasa dapat berkembang dengan pesat atau sebaliknya, secara perlahan
musnah karena ditinggalkan penggunanya.

Di tengah arus globalisasi menimbulkan kecemasan terkikisnya bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Kecenderungan masyarakat atau pun para pelajar menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa asing dalam percakapan sehari hari semakin tinggi.

Yang lebih parah, makin berkembangnya bahasa slank atau bahasa gaul yang mencampuradukkan
bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Misalnya pada ujaran berikut: Saya mah
kalo cari info cukup browsing ajah di internet.

Dalam konteks percakapan sesama teman mungkin bisa diterima, tetapi jika bahasa tersebut
terbawa dalam konteks resmi inilah yang berbahaya.

Hadirin yang saya hormati.

Dalam konteks tertentu menguasai bahasa asing memang diperlukan. Akan tetapi, kebanggaan
berbahasa Inggris atau bahasa asing lainnya jangan sampai mengikis kecintaan terhadap bahasa
Indonesia dan bahasa daerah. Pepatah mengatakan bahwa “Bahasa menunjukkan bangsa”. Jati diri
kita sebagai bagian dari suku suku di nusantara dan sebagai bangsa yang mandiri tercermin dari
bahasanya.

Selain itu, penggunaan bahasa pun menunjukkan pola pikir kita. Semakin baik kita bertutur,
semakin tertata pula pola pikir kita. Namun sebaliknya, jika ujaran bahasa kita kacau, hal itu
mengindikasikan kacau pula pikirannya. Tidak mengherankan jika para psikolog menggunakan
bahasa sebagai alat terapi.

Di saat kita gencar menguasai bahasa Inggris, justru masyarakat internasional gencar pula melirik
bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional kedua setelah bahasa Inggris.
Beberapa kali konferensi internasional bahasa Indonesia untuk penutur asing diselenggarakan
sebagai upaya memasyarakatkan bahasa Indonesia di kancah internasional. Malah pelajaran
bahasa Indonesia telah masuk ke dalam kurikulum pengajaran di sekolah sekolah di beberapa
negara.

Salah satu alasan mengapa masyarakat luar ingin menguasai bahasa Indonesia adalah agar mereka
bisa masuk untuk membuka lapangan kerja di era pasar bebas. Berbagai bangsa akan mengadu
peruntungan ekonomi bisnis yang sudah pasti melibatkan pribumi Indonesia. Mereka bukan hanya
mempelajari bahasa Indonesia, melainkan juga bahasa daerah.

Dalam konteks pendidikan di sekolah, pendidikan bahasa dimaksudkan sebagai upaya agar para
siswa memiliki keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Dengan
begitu, para siswa akan mampu berkomunikasi secara cerdas serta mempunyai daya kritis melalui
kegiatan membaca dan menulis.

Dengan demikian, pelajaran bahasa Indonesia bukan sekadar bagian dari mata pelajaran di
sekolah, lebih dari itu berfungsi sebagai alat untuk menguasai bidang bidang lain, termasuk
bidang eksakta.

Hadirin yang saya hormati.

Selain sebagai identitas sebagai bangsa, keterampilan berbahasa pun harus dikuasai kita
agar: Pertama, dapat menghilangkan jarak bahasa antar anggota masyarakat, terutama antara
masyarakat golongan bahwa dan atas.

Kedua, membangun rasa kecintaan yang tinggi terhadap bahasa Indonesia sehingga muncul
perasaan emosional untuk mempertahankan kelanggengan bahasa Indonesia.

Ketiga, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Misalnya, menjadi seorang wartawan, reporter, penulis buku, penyiar radio, orator, dan pembicara
dalam forum forum resmi.

Penutup :
Hadirin yang saya hormati.

Demikianlah pidato dari saya. Mohon maaf jika ada kata kata yang kurang berkenan.

Akhir kata saya ucapkan Terimakasih


Struktur Teks Pidato

“Tentang fenomena pendidikan di lingkungan

sekolah dan perilaku remaja masa kini yang perlu perhatian serius”

Pembukaan :
Bapak Kepala Sekolah yang saya hormati Bapak/lbu Guru yang saya hormati.
Siswa siswi kelas IX yang berbahagia.

SYALOOM

Puji syukur kehadirat Allah Swt, bahwasannya pada hari ini kita dapat berkumpul dalam sebuah
acara yang cukup penting, yakni seminar tentang Pendidikan dan Kerawanan Sekolah.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak panitia yang telah memberi kesempatan
kepada saya, selaku wakil dari kelas IX, untuk menyampaikan pidato saat ini.

Isi Pidato :
Hadirin yang saya hormati,

Sekolah sebagai tempat pendidikan dan pengajaran bagi para siswa memang tidak lepas dari
berbagai bentuk kerawanan.

Bahkan, terkadang kerawanan itu begitu mudah masuk sejalan dengan perkembangan usia para
siswa yang juga mulai rawan, terutama usia ABG (anak baru gede). Apalagi jika kontrol dari
sekolah tidak ketat dan waspada.

Kita sendiri sangat menyesalkan dengan munculnya perilaku negatif pelajar yang biasanya
ditunjukkan dalam bentuk perkelahian antar pelajar, penggunaan obat obat terlarang, serta mulai
mencoba coba pergaulan menyimpang lainnya.

Jelas, ini jadi tantangan bagi pihak sekolah dan para guru. Walau bagaimanapun sekolah harus
ikut bertanggung Jawab menjaga moral para pelajar.

Hadirin yang saya hormati,

Harus diakui, akhir-akhir ini penyimpangan yang dilakukan oleh para pelajar semakin meningkat.
Berbagai pengaruh budaya barat yang sering kali dipertontonkan di televisi ataupun media
internet turut berperan mempercepat dan meningkatkan kualitas negatif perilaku pelajar.

Jika kita hitung, berapa kasus yang muncul setiap hari akibat perilaku pelajar yang tidak terpuji,
dan itu yang terjadi di lingkungan sekolah.

Beberapa gejala kerawanan yang sering tampak di lingkungan sekolah, di antaranya membolos,
merusak sarana sekolah, menentang terhadap guru, perkelahian, bahkan terjadi pelecehan dan
penganiayaan.

Masalah kerawanan sekolah ini menjadi persoalan serius. Penanggulangannya tentu tidak bisa
hanya dilakukan oleh pihak sekolah. Kesadaran pribadi siswa dan perhatian keluarga turut
membantu mengatasi kerawanan sekolah ini.
Hadirin yang saya hormati,

Ada beberapa jenis penyimpangan yang dapat dikategorikan sebagai kerawanan sekolah. Di
antaranya sebagai berikut.

Pertama, perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum atau perbuatan antisosial, seperti berada di
tempat-tempat hiburan atau pusat perbelanjaan saat jam belajar dan perilaku buruk yang dilakukan
secara kolektif.

Biasanya pelajar usia remaja mulai membentuk kelompok kelompok “gank” sebagai bentuk
pencarian identitas dan menunjukkan eksistensinya di lingkungan masyarakat.

Kedua, perbuatan perbuatan yang melanggar hak hak orang lain yang bersifat kebendaan, seperti
mengambil barang milik sekolah, teman sekolah, atau pun milik umum; dan melakukan
pemerasan di lingkungan sekolah dan luar sekolah.

Pemerasan adalah segala tindakan yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri dengan
melakukan penekanan terhadap orang lain. Biasanya pemerasan terjadi oleh pelajar yang merasa
diri lebih ‘kuat” terhadap pihak yang lebih “lemah”.

Berbagai kemungkinan kerawanan sekolah tersebut harus selalu diwaspadai. Banyaknya jumlah
siswa di satu sekolah menunjukkan banyaknya pula karakter yang harus dipahami. Belum lagi
latar belakang mereka berbeda beda.

Tidak semua siswa berlatar belakang dari keluarga yang harmonis. Begitu juga tidak semua siswa
berlatar belakang dari lingkungan masyarakat yang agamis.

Hal ini pun menjadi tantangan berat bagi para siswa yang berkarakter baik. Sebab, tidak menutup
kemungkinan karakter yang sudah baik malah menjadi buruk karena pengaruh lingkungan tempat
dia bergaul.

Penutup :
Hadirin yang saya hormati,

Jadi, marilah kita bersama-sama membangun karakter dan akhlak yang baik. Dengan demikian,
akan lahir pribadi pribadi yang cerdas secara intelektual dan moral. Jadikanlah momentum ini
sebagai langkah awal untuk mewujudkan harapan tersebut.

Hadirin yang saya hormati,

Demikianlah pidato dari saya. Mohon maaf jika ada kata kata yang kurang berkenan. Akhir kata
saya ucapkan Terimakasih

SYALOM………..

Anda mungkin juga menyukai