Anda di halaman 1dari 4

Bahasa Anak Jaksel

Ryo Adi Buwono (226111126)

Sastra Inggris UIN Raden Mas Said Surakarta

1. Pendahuluan

Beberapa waktu yang lalu, kata which is, basically, literally mendadak
populer dan banyak digunakan oleh pengguna media sosial seperti Instagram dan
Twitter. Penggunaan bahasa campuran ini juga dikaitkan dengan lokasi geografis
Jakarta Selatan. Mereka menyebutkan bahwa bahasa tersebut disebut “Bahasa
Anak Jaksel.” Sebenarnya kata-kata ini adalah bentuk kosakata dasar dan umum
dalam Bahasa Inggris. Namun belakangan ini kata-kata tersebut mendadak
booming karena banyak dicampur dengan Bahasa Indonesia.

2. Isi

Menurut saya, munculnya fenomena bahasa anak jaksel ini bukan tanpa
alasan. Mencampur bahasa merupakan simbol yang menunjukkan status sosial,
tingkat pendidikan, dan bahkan kehormatan. Apalagi di era digital ini,
Penggunaan Bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional merupakan
sesuatu yang tak dapat dihindari. Setiap orang diharuskan untuk bisa berbahasa
internasional agar dapat berkomunikasi dengan siapa saja di seluruh dunia.

Di Indonesia sendiri, Bahasa Inggris ini diterapkan dengan


mencampurkannya dengan Bahasa Indonesia, penggabungan dua bahasa ini,
kemudian menarik perhatian banyak orang karena dinilai berbeda dari bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Namun, sebenarnya pencampuran dua bahasa ini
bukanlah hal yang aneh.

Hal ini terjadi dalam banyak bahasa, seperti di Indonesia sendiri misalnya.
Saya berasal dari keluarga Jawa dan Palembang. Jadi kami di rumah sering bicara
dengan Bahasa Palembang yang dicampur dengan Bahasa Jawa. Tapi di Indonesia
sendiri, mungkin tidak banyak keluarga dengan suku campuran seperti itu. Tapi
tak ada salahnya juga mencampur dua bahasa itu. Jadi penggabungan dua bahasa
seperti ini bukanlah hal yang buruk. Tren ini biasanya terjadi di antara teman-
teman, atau anak muda.

Pencampuran bahasa ini juga terjadi karena adanya kesenjangan kekuasaan


atau dikenal dengan power distance. Budaya dan masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa dengan kasta yang lebih
tinggi. Sehingga sebagian masyarakat yang mampu berbahasa Inggris dengan baik
dinilai mempunyai latar Pendidikan yang lebih tinggi dari yang lain.

Menurut pengamat sosial budaya dari Universitas Indonesia, Devie


Rahmawati, "Orang Indonesia terbiasa dengan struktur sosial hierarkis. Jadi, ada
status sosial tertentu yang bila digunakan akan mendapatkan penghormatan.
Bahasa Inggris dianggap mewakili simbol itu, berpendidikan tinggi, kekayaan dan
kehormatan,"

Penggunaan Bahasa Inggris di dalam Bahasa Indonesia itu juga dianggap


bisa mengangkat derajat sesorang yang memakainya. Dengan berbicara bahasa
Inggris, walaupun setengah-setengah, dilihat lebih keren, lebih oke, lebih pantas
dihormati dan lebih wow.

Sebenarnya bukan hanya anak Jakarta Selatan yang suka mencampur


bahasa. Namun mengapa fenomena campur aduk bahasa ini menjadi identik
dengan anak jaksel? Apakah mungkin karena wilayah Jaksel banyak diisi oleh
kelompok dengan kondisi ekonominya yang lebih memadai? Jakarta Selatan itu
diasosiasikan sebagai wilayah dengan penduduk dengan kondisi ekonomi yang
relatif tinggi. Sehingga dinilai relevan dengan bahasa tersebut dan dalam tanda
kutip sah-sah saja dikaitkan dengan Jaksel.

Sebagai mahasiswa dari program studi Sastra Inggris, saya melihat bahwa
pencampuran bahasa ini bukanlah sebuah masalah besar. Mereka melakukannya
untuk bersenang-senang, lifestyle, pergaulan, biar keren dan biar dianggap cool.
Tapi hal ini juga dapat melatih keberanian dan kemampuan mereka untuk bicara
dengan Bahasa Inggris
Menurut saya, mencampur dua bahasa ini juga punya nilai positif. Salah
satunya adalah meningkatkan keberanian untuk bicara dalam bahasa Inggris. Tak
bisa dipungkiri bahwa keberanian untuk bicara bahasa asing dengan orang asing
masih jadi kendala utama sebagian warga. Kebanyakan mereka takut jika mereka
melakukan kesalahan dengan tata bahasa atau kosakata mereka yang masih
terbatas. Namun Bahasa Inggris itu tidak semenakutkan yang kamu pikir.

Kalau ada kata yang salah ketika kita berbicara ke orang asing, orang
tersebut tidak akan mengoreksi ucapan kita, jika mereka mengulangi ucapan kita,
maka itu tujuannya hanya untuk mengklarifikasi maksud dari ucapan kita. Apakah
sama dengan yang mereka tangkap atau tidak. Dengan kata lain, mereka
bermaksud membantu kita untuk mengetahui kesalahan kita, sehingga kita dapat
belajar dari kesalahan yang kita lakukan.

Selain itu, penggunaan dua bahasa campuran ini menunjukkan kemampuan


berbahasa yang baik. Terdapat beberapa penelitian yang menyebut penggunaan
lebih dari satu bahasa menunjukkan kemampuan multitasking atau mengerjakan
banyak hal dalam satu waktu. Penelitian lain juga berpendapat bahwa kemampuan
lebih dari satu bahasa membuat seseorang dapat memutuskan pilihan dengan lebih
rasional. Studi lain pun mengatakan bahwa menguasai lebih dari satu bahasa
membuat seseorang lebih sensitif terhadap lingkungan.

Di balik sisi positif melatih keberanian, pencampuran bahasa ala bahasa


anak Jaksel ini sedikit banyak bisa menimbulkan sisi negatif, khususnya jika
dipandang dari sisi orang asing di Indonesia. Sisi buruknya, pencampuran bahasa
ini secara tak langsung akan membuat orang asing yang tinggal di Indonesia jadi
malas belajar Bahasa Indonesia. Mereka beranggapan bahwa kita orang Indonesia
saja mix bicara pakai Bahasa Inggris, jadi enggak masalah kalau mereka pakai
bahasa campur juga. Oleh karena itu mereka jadi tidak terlalu tertarik untuk
mempelajari Bahasa Indonesia, sehingga bahasa kita yang merupakan bagian dari
budaya kita malah tidak dikenal oleh orang dari luar negeri. Sisi negatif lainnya
adalah adanya kemungkinan hilangnya keaslian dari Bahasa Indonesia itu sendiri.
3. Kesimpulan dan Saran

Penggunaan bahasa campuran ini bukanlah hal yang buruk. Ada beberapa
dampak positif yang bisa kita dapat seperti pengembangan kemampuan berbahasa
Inggris dan keberanian berbicara. Namun, di balik manfaat yang dapat kita
rasakan, terdapat dampak negatifnya juga. Seringnya penggunaan bahasa
campuran ini akan menyebabkan keterbiasaan pada diri kita sehingga kita bisa
lupa akan bahasa asli kita. Oleh karena itu sangat penting untuk tetap membatasi
penggunaan bahasa campuran ini. Boleh mencampur bahasa, tapi tetap harus
mengingat bahasa asli kita.

Anda mungkin juga menyukai