Anda di halaman 1dari 13

MENGULIK MAKNA DIBALIK FENOMENA BAHASA

TERBALIK SEBAGAI BAHASA GAUL ANAK MUDA

(UNDERSTAND THE MEANING BEHIND THE PHENOMENA


OF INVERTED LANGUAGE AS YOUTH SLANG)

Penulis I (Garamond 12)


Afiliasi, (Garamond 10)
Email

Abstrak: Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi semakin pudar yang disebabkan oleh
semakin berkembangnya penggunaan bahasa Gaul dimasyarakat khususnya oleh kaum muda. Karya tulis ilmiah
ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab berkembangnya bahasa Gaul, mengidentifikasi pengaruh
bahasa Gaul terhadap anak remaja, dan menganalisis cara menanggulangi semakin berkembangnya penggunaan
bahasa Gaul dalam keseharian Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mempelajari bahasa gaul terbalik dalam
pelajaran bahasa asing sangat menarik baik bagi guru maupun bagi siswa. Nilai praktis pembelajaran bahasa gaul
sangat penting bagi mahasiswa karena pengetahuan tentang kosakata semacam itu sangat penting untuk kegiatan
penerjemahan yang berhasil. Namun, belajar bahasa gaul tidak cocok untuk semua kelompok siswa. Standar
Pendidikan Negara Bagian Federal (FSES) tidak memberikan pelatihan bahasa gaul dalam program akademik
dalam bahasa asing untuk berbagai kursus dan profil universitas teknik. Selain itu, jika “siswa perkotaan” tidak
menggunakan bahasa gaul dalam komunikasi sehari-hari atau jika sekelompok siswa memiliki tingkat
pengetahuan bahasa yang cukup rendah, mempelajari kosakata kelompok ini seharusnya tidak menjadi fokus
perhatian. bahasa Gaul digunakan hanya untuk komunitas dan golongan tertentu dengan tujuan setiap
pembicaraan mereka tidak diketahui oleh orang lain. Namun, seiring dengan berkembangnya waktu bahasa Gaul
ini menyebar secara cepat bahkan sudah menjadi bahasa sehari-hari untuk masyarakat terutama para remaja.
Kata Kunci Anak Remaja, Bahasa Gaul Terbalik, Bahasa Indonesia
Abstract: The use of good and correct Indonesian is increasingly fading due to the growing use of slang in
society, especially by young people. This scientific writing aims to explain the factors that cause the development
of slang, identify the influence of slang on teenagers, and analyze ways to deal with the growing use of slang in
everyday life. The method used in this scientific paper is qualitative with a descriptive approach. The results in
this study indicate that learning reverse slang in foreign language lessons is very interesting for both teachers and
students. The practical value of learning slang is very important for students because knowledge of such
vocabulary is very important for successful translation activities. However, learning slang is not suitable for all
groups of students. The Federal State Educational Standard (FSES) does not provide for slang training in
academic programs in foreign languages for technical university courses and profiles. In addition, if “urban
students” do not use slang in everyday communication or if a group of students has a fairly low level of language
knowledge, learning the vocabulary of this group should not be the focus of attention. Gaul is used only for
certain communities and groups with the aim that their conversations are not known by other people. However,
with the development of time, Gaul has spread rapidly and has even become the everyday language of society,
especially teenagers.
Keywords Adolescents, Reverse Slang, Indonesian
How to Cite
Copyright@2023,
This is an open access article under the CC–BY-3.0 license
PENDAHULUAN
Keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan suatu anugerah
melimpah yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Negara kita terbantang
dari Sabang sampai Merauke dengan beribu pulau dan berbagai
keanekaragamannya seperti suku, adat, dan budaya yang bergabung menjadi satu
yaitu negara Indonesia (Andino, 2022)1. Setiap suku di Indonesia memiliki
kebudayaan yang beragam. Setiap suku memiliki budaya, adat istiadat, dan cara
berbahasa yang berbeda pula.

Dengan latar belakang keragaman itulah pada tanggal 28 Oktober 1928


masyarakat Indonesia menyatukan kebinekaan dan menyamakan tekad
kebahasaan nasional. Termasuk dalam salah satu butir Sumpah Pemuda yang
berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia” (Azizah, 2019)2. Dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan, hambatan komunikasi yang disebabkan berbeda latar belakang sosial,
budaya, dan bahasa daerah dapat teratasi dengan bahasa pemersatu yaitu bahasa
Indonesia. Pada kitab UUD 1945 menerangkan kedudukan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan sangatlah kuat. Pasal 36 berbunyi, “Bahasa negara
adalah bahasa Indonesia”. Penjabaran pasal ini secara lebih luas dapat diartikan
bahwa penggunaan bahasa Indonesia menjadi kewajiban untuk setiap kepentingan
kenegaraan dan urusan tata pemerintahan. Konsekuensinya, usaha pelestarian,
pembinaan, dan mengembangan bahasa Indonesia menjadi tanggung jawab setiap
warga negara. Namun seiring dengan berkembangnya waktu, penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar menjadi semakin pudar yang disebabkan oleh
semakin berkembangnya penggunaan bahasa Gaul dimasyarakat khususnya oleh
kaum muda.

1
Andino, Y., & Syarif, H. (2022). An Analysis of Slang in Benjamin Zephaniah’s Selected Songs.
English Language and Literature, 10(1), 91. https://doi.org/10.24036/ell.v10i1.113053
2
Azizah, A. R. (2019). Volume 5 nomor 2, september 2019 33. Jurnal SKRIPTA: Jurnal
Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia, 5(2), 33–39.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang memiliki sifat unik, dimana
setiap bahasa memiliki kekhasannya sendiri, yang menjadikannya berbeda dengan
yang lainnya. Keunikan bahasa dapat berupa sistem bunyi, pembentukan kata,
frasa maupun kalimat, dll (Kurniawati, 2013). Salah satu bukti bahwa bahasa
memiliki sifat yang unik adalah munculnya kreatifitas linguistik berupa bahasa
gaul.

Salah satu ciri bahasa remaja adalah kreativitas sehingga memunculkan


banyak kata baru. Kemunculan kata-kata baru itu, dilihat dari segi kebahasaan,
menambah kekayaan perbendaharaan kata, setidaknya untuk kalangan remaja.
Begitu pun menurut Azizah (2019) berpendapat bahwa bahasa gaul dapat
dikatakan sebagai kode – kode taertentu yang hanya dimengerti oleh segelintir
orang saja. Bahasa gaul ini memunculkan istilah – istilah baru. Munculnya istilah-
istilah baru ini dikarenakan adanya modifikasi dari bahasa Indonesia yang
memiliki makna yang dapat berbeda dengan makna asli bahasa Indonesia. Hal ini
sejalan dengan yang diungkapkan oleh Saputra & Aida (2019), bahwasanya
bahasa gaul merupakan percampuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing
maupun bahasa daerah yang dilakukan oleh remaja atau generasi muda, yang
cenderung memberikan dampak negatif terhadap eksistensi bahasa Indonesia.

Percampuran bahasa ini memunculkan banyak kosakata baru untuk


menggantikan kata- kata dalam bahasa Indonesia. Bahasa Gaul adalah variasi
bahasa yang tidak terdapat di dalam KBBI dan EYD yang senantiasa berkembang,
bersifat sementara, dan biasanya berupa singkatan dan kosa kata baru. (Azizah,
2020)3. Bahasa Gaul pada awalnya digunakan oleh para preman pada tahun 1970-
an untuk merahasiakan pembicaraan antara mereka. Bahasa ini disebut bahasa
prokem. Kemudian para kaum waria ikut menggunakan bahasa prokem ini. Selain
untuk merahasiakan pembicaraan, bahasa Gaul telah menjadi bahasa yang
digunakan untuk menjaga gengsi dan merasa lebih percaya diri di depan teman-
teman sebayanya (Basri, 2022)4.

3
Azizah, A. R. (2020). Penggunaan Bahasa Indonesia Dan Bahasa Gaul Di Kalangan Remaja.
Jurnal Skripta, 5(2), 89–92. https://doi.org/10.31316/skripta.v5i2.424
1. Seiring berjalannya waktu, perkembangan bahasa Gaul sangatlah pesat.
perkembangan yang sangat pesat ini tidaklah semata-mata hanya berkembang
begitu saja, tentunya ada faktor-faktor yang menyebabkan bahasa Gaul dapat
berkembang secara cepat (Liu, 2019)5. Bahasa gaul adalah sejumlah kata atau
istilah yang mempunyai arti yang khusus, unik, menyimpang atau bahkan
bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari
subkultur tertentu (Luthfiana, 2020)6. Selain pendapat tersebut Bahasa gaul
adalah bahasa khas remaja (kata-katanya dibah-ubah sedemikian rupa,
sehingga hanya bisa dimengeri di antara mereka) bisa dipahami oleh hampir
seluruh remaja di tanah air yang terjangkau oleh media massa, padahal istilah
istilah itu berkembang, berubah dan bertambah hampir setiap hari (Pane,
2022)7. Kedua defenisi itu saling melengkapi. Pada defenisi yang pertama
hanya menerangkan bahwa bahasa gaul adalah bahasa yang mempunyai istilah
yang unik, sedangkan defenisi yang kedua diperjelas lagi bahwa yang
menggunakan bahasa tersebut adalah para remaja dan bahasa tersebut akan
terus berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor
penyebab berkembangnya bahasa Gaul terbalik, mengidentifikasi pengaruh
bahasa Gaul terhadap anak remaja, dan menganalisis cara menanggulangi
semakin berkembangnya penggunaan bahasa Gaul dalam keseharian.

METODE

4
Basri, P. I. L., Adam, A., & Andhira, D. A. (2022). Penggunaan bahasa gaul pada media sosial
Facebook dalam caption dan komentar. Jurnal Konsepsi, 11(1), 132–142.
5
Liu, S., Gui, D. Y., Zuo, Y., & Dai, Y. (2019). Good slang or bad slang? Embedding internet
slang in persuasive advertising. Frontiers in Psychology, 10(JUN).
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.01251
6
Luthfiana Arfani, A., & Sri Nugraheni, A. (2020). Analysis of the Popularity of the Use of
Standard Indonesian and Slang Language Among Teenagers in Yogyakarta. Sunan Kalijaga
International Journal on Islamic Educational Research, 4(1), 95–108.
https://doi.org/10.14421/skijier.2020.41.07
7
Pane, H. R., & Marpaung, M. S. (2022). an Analysis of Slang Language in Song’S Lyric “the
Man Who Can’T Be Moved” By the Script. Journal of Languages and Language Teaching, 10(2),
295. https://doi.org/10.33394/jollt.v10i2.4992
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah kualitatif deskriptif.
Kualitatif deskriptif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya mengenai makna dibalik fenomena Bahasa
terbalik sebagai Bahasa gaul anak muda. Jenis data yang digunakan merupakan
data primer yang diambil dari sumber data yang di peroleh langsung dari generasi
muda yang bisa menjelaskan fenomena Bahasa terbalik sebagai Bahasa gaul
secara terperinci. Dan juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
sumber-sumber informasi yang ada.

Teknik penelitian yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data dalam


penelitian ini melaui observasi atau wawancara. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan secara deskriptif dimana data yang dikumpulkan adalah
bukan data berupa angka-angka. Sementara sumber data tersebut berasal dari hasil
observasi atau wawancara, dokumen, foto, rekaman audio dan video yang
diperoleh melalui wawancara yang mendalam mengenai makna dibalik fenomena
Bahasa terbalik sebagai Bahasa gaul anak muda. Setelah peneliti mengumpulkan
data melalui penyebaran kuesioner, maka data tersebut akan di analisis dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Hal pertama yang perlu dilakukan peneliti tentunya mengumpulkan data


berdasarkan pertanyaan atau permasalahan yang sudah dirumuskan. Data
kualitatif bisa dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara mendalam, kajian
dokumen, atau focus group discussion.

2. Reduksi dan kategorisasi data

Setelah mengumpulkan data, langkah selanjutnya ialah mereduksi data.


Menurut Miles, reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari
data-data lapangan. Usai direduksi, peneliti harus mengkategorikan data sesuai
dengan kebutuhan. Misalnya, data dikelompokkan berdasarkan tanggal,
karakteristik informan, atau lokasi penelitian. Dalam tahap ini, dibutuhkan
kemampuan interpretasi data yang baik agar data tersebut tidak salah masuk
kategori.

3. Penampilan data

Display atau penampilan data merupakan tahap yang perlu dilakukan


setelah mereduksi dan mengkategorisasi data. Menurut Miles, display data adalah
analisis merancang deretan dan kolom sebuah metriks untuk data kualitatif.
Berdasarkan rancangan tersebut, peneliti dapat menentukan jenis serta bentuk data
yang dimasukkan ke dalam kotak-kotak metriks. Penampilan data bisa dilakukan
dalam bentuk naratif, bagan, flow chart, dan sebagainya.

4. Penarikan kesimpulan

Hal terakhir yang harus dilakukan adalah menarik kesimpulan. Secara garis
besar, kesimpulan harus mencakup informasi-informasi penting dalam penelitian.
Kesimpulan tersebut juga mesti ditulis dalam bahasa yang mudah dimengerti
pembaca dan tidak berbelit-belit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dewasa ini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul dan
parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa
gaul ini. Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul dari
pada pemakaian bahasa Indonesia. Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul
yang sangat luas di masyrakat, seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri
generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional (Sari, 2023)8.

Aktivitas berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi.


Kalau generasi negeri ini kian tenggelam dalam pudarnya bahasa Indonesia yang
lebih dalam, mungkin bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan dalam
8
Sari, N. M., Siagian, I., Seni, B., & Pgri, U. I. (2023). Dampak Penggunaan Bahasa Gaul yang
Menjadi Bahasa Superior Masyarakat Terhadap Bahasa Indonesia. 7(2018), 2596–2600.
memanggul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam
kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini kepada
generasi muda agar mereka tidak mengikuti pembusukan itu. Pengaruh arus
globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai
meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul (Sanchez,
2018)9. Karena bahasa gaul yang begitu mudah untuk digunakan berkomunikasi
dan hanya orang tertentu yang mengerti arti dari bahasa gaul, maka remaja lebih
memilih untuk menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari. Sehingga
bahasa Indonesia semakin pudar bahkan dianggap kuno di mata remaja dan juga
menyebabkan turunnya derajat bahasa Indonesia.

Bahasa gaul yang digunakan anak muda terbagi menjadi banyak kategori
seperti penyingkatan misalnya seperti “MAGER” yang memiliki kepanjangan
males gerak, pengingkatan dengan bahasa inggris misalnya seperti “BTW” yang
memiliki kepanjangan by the way, ada pula yang berbentuk membalikkan sebuah
kata seperti beberapa kata yang sempat saya kumpulkan di bawah ini:

Skuy : yang bermakna “yuk” dari asal kata ayo

Woles : yang bermakna selow

Ngab : yang bermakna “bang” dari asal kata abang

Kane : yang bermakna enak

Ogeb : yang bermakna bego

Ibab : yang bermakna babi

Itu hanya sebagian kecil data yang biasa di pakai oleh masyarakat muda di
indonesia selain terlihat adalah bahasa yang lumayan rumit jika kita tak terbiasa
mendengarnya tetapi bahasa tersebut mulai tersebar secara perlahan melalui

9
Sánchez-Gutiérrez, C. H., Mailhot, H., Deacon, S. H., Wilson, M. A., Diana, A., Lukman, E.,
Astria, M., Gultom, B., Rahmadini, N. F., Airlangga, U., & Dalam, J. D. (2018). the Relation of
the Use of Language in Social Media To Politeness Among Students. The 1st International
Conference on Social Sciences, 50(November), 1–2.
platform media sosial dan pemakaiannya makin hari makin bertambah, dan
jumlah kata yang di balikkan seperti contoh diatas juga berkembang secara pesat.

Gangguan komunikasi adalah masalah pada kemampuan untuk menerima,


mengirim, memproses, dan memahami konsep komunikasi. Dalam hal ini, konsep
komunikasi bisa berupa verbal, non-verbal, dan juga simbol grafis. Penyebabnya
bisa jadi oleh karena gangguan pendengaran hingga pelafalan. Penggunaan bahasa
Gaul di kalangan remaja sesungguhnya merupakan sebuah ajang kreativitas dalam
pencapaian eksistensi diri. Memang benar, kebutuhan berbahasa Indonesia yang
baik dan benar itu sangat diperlukan bagi warga negara Indonesia (Sa’idah,
2018)10. Namun demikian, berbahasa Gaul tentu saja tidak serta-merta berarti
bahwa kaum remaja pengguna bahasa gaul tersebut tidak mempertahankan dan
melestarikan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Penggunaan bahasa Gaul
ini dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan pribadi usia
remaja, yang sering memiliki keinginan untuk hidup dengan kelompoknya
menciptakan bahasa rahasia dalam kelompok tersebut. Oleh sebab itu, sering kali
terjadi bahwa bahasa gaul yang digunakan dalam sebuah kelompok hanya bisa
dimengerti oleh anggota kelompok itu sendiri (Shek, 2017)11.

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, dapat diketahui bahwa terdapat


perbandingan pendapat dengan penelitian sebelumnya, yaitu Penelitian yang
dibuat oleh Sari (2015) mengatakan bahwa bahasa gaul pada umumnya digunakan
sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun
tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam
mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan
remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia
lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya.

10
Sa’idah, U. N., Tantyas, I. R., & Murtisari, D. (2018). Pengaruh bahasa gaul terhadap
perkembangan afektif pada anak remaja di Kabupaten Pekalongan. Pertemuan Ilmiah Bahasa Dan
Sastra Indonesia (Pibsi), 441, 441–448.
https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/pibsi40/article/view/83
11
Shek, D. T. L., & Lin, L. (2017). Use of Foul Language Among Chinese Adolescents:
Developmental Change and Relations With Psychosocial Competences. Journal of Adolescent
Health, 60(3), 313–319. https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2016.10.010
Selanjutnya, menurut Suminar (2016), bahasa gaul sebagai bahasa pergaulan anak
muda merupakan keanekaragaman budaya negara ini di bidang bahasa.

Harafiahnya, penggunaan bahasa gaul yang secukupnya dan digunakan


tepat sesuai dengan porsinya akan jauh lebih baik dibandingkan dengan
penggunaannya secara berlebihan. Bahasa gaul sangat berperan dalam
pembentukan bahasa yang digunakan kalangan remaja karena penggunaannya
yang bersifat santai dan fleksibel. Remaja mempunyai bentuk bahasa tersendiri
dalam mengungkapkan ekspresi diri. Bahasa sebagai sarana komunikasi yang
digunakan oleh remaja untuk menyampaikan halhal yang dianggap penting
antaranggota kelompoknya, bertujuan agar maksud pembicara tidak diketahui oleh
khalayak umum. Masa remaja memiliki karakteristik, antara lain petualangan,
pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tecermin juga dalam bahasa mereka
(Muliana & Sumarni, 2015)

Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit pengguna bahasa Indonesia


dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan
untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bahasa gaul dapat
mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud
di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata
gaul tersebut (Sheshukova, 2019)12. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat
memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
Bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya dalam berkomunikasi dengan orang
lain dalam acara yang formal. Misalnya ketika sedang presentasi di depan kelas.

Penggunaan bahasa gaul mengarah ke kasar di media sosial mempengaruhi


kehidupan siswa. Mereka menganggap bahwa bahasa gaul, sarkasme, dan bentuk
bahasa tidak sopan lainnya dapat mengurangi rasa saling menghormati. Ini karena
bahasa kasar menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap orang lain. Selain itu,
bahasa kasar adalah juga dianggap tidak pantas untuk berkomunikasi dengan
teman, terutama orang yang lebih tua. Selain itu, penggunaan bahasa kasar dalam
12
Sheshukova, S., Lapitskaja, S., & Proudchenko, E. (2019). On the Analysis of Youth Slang as
one of the Subsystems of Modern Russian and English Languages. SHS Web of Conferences, 69,
00090. https://doi.org/10.1051/shsconf/20196900090
berkomunikasi juga meningkatkan rasa kesewenang-wenangan terhadap orang
lain. Bahasa yang rumit membuat kita merasa lebih unggul dari orang lain,
sehingga sering dianggap sebagai tindakan yang sewenang-wenang. Tanpa
disadari siswa, penggunaan bahasa kasar seringkali menyakiti perasaan orang lain.
Walaupun kita menggunakan bahasa yang menyinggung kepada teman dengan
maksud untuk bercanda, terkadang bahasa yang diucapkan dapat membekas di
hati seseorang (Sumaya, 2023)13

SIMPULAN
Mempelajari bahasa gaul dalam pelajaran bahasa asing sangat menarik
baik bagi guru maupun bagi siswa. Nilai praktis pembelajaran bahasa gaul sangat
penting bagi mahasiswa karena pengetahuan tentang kosakata semacam itu sangat
penting untuk kegiatan penerjemahan yang berhasil. Namun, belajar bahasa gaul
tidak cocok untuk semua kelompok siswa. Standar Pendidikan Negara Bagian
Federal (FSES) tidak memberikan pelatihan bahasa gaul dalam program akademik
dalam bahasa asing untuk berbagai kursus dan profil universitas teknik. Selain itu,
jika “siswa perkotaan” tidak menggunakan bahasa gaul dalam komunikasi sehari-
hari atau jika sekelompok siswa memiliki tingkat pengetahuan bahasa yang cukup
rendah, mempelajari kosakata kelompok ini seharusnya tidak menjadi fokus
perhatian. Namun, jika siswa sangat termotivasi untuk belajar bahasa asing,
berkomunikasi dengan penutur asli, berkeliling dunia, maka mempelajari
beberapa kata slang yang paling umum dan ekspresi idiomatik pasti diperlukan.
Bahasa Gaul digunakan hanya untuk komunitas dan golongan tertentu dengan
tujuan setiap pembicaraan mereka tidak diketahui oleh orang lain. Namun, seiring
dengan berkembangnya waktu bahasa Gaul ini menyebar secara cepat bahkan
sudah menjadi bahasa sehari-hari untuk masyarakat terutama para remaja.

UCAPAN TERIMA KASIH

13
Sumaya, N. (2023). penggunaan bahasa gaul dikalangan remaja dalam Instagram. 2(1).
Saya ucapkan Terima Kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, dosen mata
kuliah ini, orang tua, teman-teman, serta pihak-pihak lain yang telah berkontribusi
dalam pembuatan artikel ini dari awal hingga akhir. Saya menyadari bahwa artikel
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya memerlukan kritik dan saran
dari pihak lain untuk kebutuhan evaluasi saya dalam membuat penelitian
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Andino, Y., & Syarif, H. (2022). An Analysis of Slang in Benjamin Zephaniah’s


Selected Songs. English Language and Literature, 10(1), 91.
https://doi.org/10.24036/ell.v10i1.113053

Anindya, W. D., & Rondang, V. N. (2021). Bentuk Kata Ragam Bahasa Gaul Di
Kalangan Pengguna Media Sosial Instagram. PRASASTI: Journal of
Linguistics, 6(1), 120. https://doi.org/10.20961/prasasti.v6i1.43270

Azizah, A. R. (2019). Volume 5 nomor 2, september 2019 33. Jurnal SKRIPTA:


Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia, 5(2), 33–39.

Azizah, A. R. (2020). Penggunaan Bahasa Indonesia Dan Bahasa Gaul Di


Kalangan Remaja. Jurnal Skripta, 5(2), 89–92.
https://doi.org/10.31316/skripta.v5i2.424

Basri, P. I. L., Adam, A., & Andhira, D. A. (2022). Penggunaan bahasa gaul pada
media sosial Facebook dalam caption dan komentar. Jurnal Konsepsi, 11(1),
132–142.

Darmawan, I., Indana, N., & Rahman, Z. (2023). Analisis Fonem terhadap
Bahasa Slang di Sosial Media Twitter , Instagram dan Facebook. 05(04),
16229–16244.

Kurniawati, R.W. (2013). Pembentukan Bahasa Prokem pada Penutur Bahasa di


Yogyakarta. Jurnal Skriptorium Volume 1 Nomor 2 2013, 101-108.
Liu, S., Gui, D. Y., Zuo, Y., & Dai, Y. (2019). Good slang or bad slang?
Embedding internet slang in persuasive advertising. Frontiers in Psychology,
10(JUN). https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.01251

Luthfiana Arfani, A., & Sri Nugraheni, A. (2020). Analysis of the Popularity of
the Use of Standard Indonesian and Slang Language Among Teenagers in
Yogyakarta. Sunan Kalijaga International Journal on Islamic Educational
Research, 4(1), 95–108. https://doi.org/10.14421/skijier.2020.41.07

Muhammad Fajry Anugrah, Azis, dan U. (2016). Penggunaan Bahasa Gaul


dalam “Meme” di Media Sosial Instagram The Use of Slang in “Memes” on
Social Media Instagram. July, 1–23.

Pane, H. R., & Marpaung, M. S. (2022). an Analysis of Slang Language in Song’S


Lyric “the Man Who Can’T Be Moved” By the Script. Journal of Languages
and Language Teaching, 10(2), 295.
https://doi.org/10.33394/jollt.v10i2.4992

Sa’idah, U. N., Tantyas, I. R., & Murtisari, D. (2018). Pengaruh bahasa gaul
terhadap perkembangan afektif pada anak remaja di Kabupaten Pekalongan.
Pertemuan Ilmiah Bahasa Dan Sastra Indonesia (Pibsi), 441, 441–448.
https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/pibsi40/article/view/83

Sánchez-Gutiérrez, C. H., Mailhot, H., Deacon, S. H., Wilson, M. A., Diana, A.,
Lukman, E., Astria, M., Gultom, B., Rahmadini, N. F., Airlangga, U., &
Dalam, J. D. (2018). the Relation of the Use of Language in Social Media To
Politeness Among Students. The 1st International Conference on Social
Sciences, 50(November), 1–2.

Sari, Beta Puspa. 2015. Dampak penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja
terhadap Bahasa Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB
2015, halaman 2—5.
Sari, N. M., Siagian, I., Seni, B., & Pgri, U. I. (2023). Dampak Penggunaan
Bahasa Gaul yang Menjadi Bahasa Superior Masyarakat Terhadap Bahasa
Indonesia. 7(2018), 2596–2600.

Shek, D. T. L., & Lin, L. (2017). Use of Foul Language Among Chinese
Adolescents: Developmental Change and Relations With Psychosocial
Competences. Journal of Adolescent Health, 60(3), 313–319.
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2016.10.010

Sheshukova, S., Lapitskaja, S., & Proudchenko, E. (2019). On the Analysis of


Youth Slang as one of the Subsystems of Modern Russian and English
Languages. SHS Web of Conferences, 69, 00090.
https://doi.org/10.1051/shsconf/20196900090

Sumaya, N. (2023). penggunaan bahasa gaul dikalangan remaja dalam


Instagram. 2(1).

Suminar, R. P. (2016). Pengaruh bahasa gaul terhadap penggunaan Bahasa


Indonesia Mahasiswa Unswagati. Jurnal Logika, 18(3), 114—119.

Anda mungkin juga menyukai