Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK NEGATIF KEBIASAAN BERBICARA KOTOR TERHADAP

PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN DALAM


KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Oleh
Rosita Amelia
NIM : 11230130000049

“Belajarlah membahagiakan orang lain selain dirimu.


Belajarlah walau hanya dengan menjaga mulut
untuk tak menyakiti orang-orang di sekitarmu.”
-Opick

Pada saat ini berbicara kotor sudah semakin marak di negara kita, hal ini tentu saja
sangat memprihatinkan, karena pengaruh negatif yang sangat besar tentu akan berdampak
terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Anak muda sebagai generasi
penerus bangsa seharusnya menghindari kebiasaan berbicara buruk, karena penggunaan
bahasa sangat berpengaruh terhadap pola pikir manusia.

Pentingnya Mempelajari Bahasa Indonesia

Sebagai lambang identitas nasional, derajat bahasa indonesia sama dengan bendera
dan negara Indonesia. Di dalam melaksanakan fungsinya, bahasa Indonesia harus memiliki
ciri khas sehingga serasi dengan lambang-lambang kebangsaan yang lain. Hal tersebut
menuntut masyarakat pemilik dan penggunaannya untuk membina dan mengembangkan
bahasa Indonesia sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain, baik daerah
maupun asing (Gereda, Menggunakan Bahasa Indonesia secara Baik dan Benar 2020).

Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi yang harus dipelajari oleh setiap manusia
untuk menjalankan kehidupan bersosialisasi masyarakat di Indonesia, bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan yang harus dipelajari oleh setiap manusia di bangsa ini. Oleh
karena itu, sebagai generasi muda penerus bangsa, penerapan bahasa Indonesia yang baik
merupakan bagian penting yang harus dipelajari oleh setiap anak.

Keterampilan berbahasa sangatlah penting diperhatikan dan dipelajari oleh setiap


orang. Sehingga memiliki keterampilan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis
(Parapat 2022).
(Kurniadi et al., 2018) menyatakan pada dasarnya, faktor kesantunan berbahasa secara
lisan adalah ketepatan penggunaan intonasi, kuat lembutnya suara, penggunaan nada, dan
penggunaan pilihan kata dalam kalimat.

Eksistensi yang Negatif Terhadap Kehidupan Bermasyarakat


Seiring dengan berkembangnya zaman serta teknologi, bahasa pun juga ikut
mengalami perubahan dan perkembangan, bahkan sudah ada beberapa bahasa yang terkubur
oleh bahasa yang baru. Bermunculannya bahasa baru tersebut mengalami perkembangan
yang positif, seperti masyarakat lebih mudah mengingat kata per kata dari bahasa baru
tersebut. Celakanya, kata per kata tersebut ada yang memuat ujaran kebencian. Jika orang
dahulu lebih mengenal kata bedebah sialan, maka zaman sekarang dikenal dengan kata
bajingan, dll (Rahman et al., 1 C.E.).

Allah swt. Berfirman dalam Q.S. Al-Baqoroh ayat 263 yang artinya “Perkataan yang
baik dan pemberian maaf itu lebih baik dari pada sedekah yang diiringi tindakan yang
menyakiti. Allah maha kaya lagi maha penyantun”

Salah satu upaya untuk mencegah generasi yang toxic, kita harus menerapkan
kebiasaan untuk menggunakan bahasa yang baik di dalam kehidupan sehari-hari,
menciptakan lingkungan yang baik antar sesama, baik dalam keluarga, teman dan lingkungan
masyarakat umum.

Penggunaan bahasa yang kotor juga mempengaruhi terhadap jiwa manusia, karena
penggunaan bahasa yang kotor bisa memicu terhadap emosi manusia, sehingga menjadikan
hati yang keras dan arogan. Kebiasaan ini juga memicu terhadap kasus-kasus perkelahian di
Indonesia, dikarenakan banyak manusia yang sakit hati terhadap perkataan manusia yang
kotor, kasus perkelahian di indonesia ini tidak hanya terjadi di kalangan remaja, akan tetapi
banyak terjadi di kalangan masyarakat umum, karena tidak terima dengan perkataan kotor
yang dilontarkan dari mulut seseorang, sehingga memicu terjadinya permusuhan.

Lisan memiliki pengaruh yang kuat terhadap sikap dan perilaku seseorang. Jika
ucapan seseorang baik, itu memiliki efek yang baik meskipun itu jelas oleh kebaikan
perilakunya sehari-hari. Begitu pula sebaliknya ketika seseorang berbicara buruk, itu juga
berdampak buruk, meskipun terlihat jelas dalam keburukan sikap dan perilaku sehari-hari
(Rahman et al., 1 C.E.).

Maraknya Penggunaan Bahasa yang Kurang Baik


Zaman sekarang banyak orang menganggap berbicara kotor merupakan bahasa yang
gaul yang harus mereka gunakan, dan merasa keren dengan bahasa tersebut, sehingga
menjadi kebiasaan buruk yang sulit untuk dicegah.

Kebiasaan berbicara menggunakan bahasa yang kotor juga dapat memperhambat


pengembangan bahasa indonesia yang baik, karena telah menjadi kebiasaan sehari-hari
sehingga mereka sulit untuk beradaptasi berbicara dengan bahasa yang baik.

Kalangan ibu-ibu di Indonesia juga marak menggunakan bahasa yang kotor, dan
terdengar oleh sang anak, sehingga anak tersebut meniru dan mencontoh kebiasaan berbicara
kotor yang sering dilakukan oleh sang ibu.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik serta benar saat ini sangat kurang
diperhatikan oleh masyrakat Indonesia. Semakin berkembangnya zaman semakin
berkembang juga aneka macam teknologi. Berkembangnya teknologi munculah macam-
macam situs, contohnya media sosial . media sosial menjadi salah satu kegiatan dilakukan
oleh anak jaman sekarang dengan memakai handphone guna mencari sumber informasi
tercepat. Dengan sosial media anak sekolah dasar juga telah menggunakan dan bahkan
mengetahui informasi yang sedang trend diseluruh dunia. Semakin majunya perkembangan
zaman, maka semakin banyak pula anak muda khususnya anak usia sekolah yang terbawa
arus globalisasi dengan lebih cenderung menggunakan bahasa atau ungkapan yang sedang
populer (gaul) di berbagai negara. Dengan begitu, maka kedudukan bahasa Indonnesia
semakin terhimpit. Anak usia sekolah dasar sekarang dalam berinteraksi dan berkomunikasi
lebih sering menggunakan bahasa daerah dan dengan istilah-istilah asing dan tidak sesuai
dengan aturan dan kaidah bahasa Indonesia sesungguhnya. Banyak dari mereka mengatakan
bahwa mereka akan menyesuaikan dalam penggunaan bahasa tergantung dengan siapa
lawan bicaranya dan tidak harus menggunakan bahasa yang baik dan benar sebagaimana
yang diatur dalam kaidah bahasa Indonesia Indonesia sesungguhnya. Persepsi itu
berkembang dikalangan anak usia sekolah tersebut. Saat ini anak usia sekolah dasar dalam
berkomunikasi hanya menggunakan bahasa daerah sebagai alat komunikasi baik dengan
temannya bahkan dengan gurumya. Tidak jarang anak usia sekolah dasar ini juga
menggunakan bahasa daerah saat acara atau pembelajaran formal berlangsung dan akibatnya
Bahasa Indonesia menjadi sedikit terabaikan (Jadidah et al., 2023)

Dampak dari kebiasaan tersebut anak sekolah dasar akan kesulitan terhadap
pengembangan bahasa Indonesia, karena seharusnya bahasa Indonesia yang baik dan benar
harus ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga mereka dapat berbicara dengan baik dan
terhindar dari bahasa-bahasa kotor.

Menurut responden I yaitu ibu Rosalina,S.Pd, dan responden II ibu Tiara Ariska,
S.Pd. mereka sependapat bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu
sangat penting sekali diterapkan untuk anak usia sekolah dasar. Alasan yang diberikan oleh
responden mengenai pentingnya penggunaan bahasa Indonesia dilingkungan sekolah yaitu
dapat membantu peserta didik untuk menghilangkan pennggunaan kata-kata kasar dan kotor
yang sering digunakan anak usia sekolah dasar pada zaman sekarang, terkait banyaknya
penggunaan kata-kata dimedia sosial yang tidak layak atau tidak pantas untuk diucapkan.
Selain itu juga penggunaan bahasa Indonesia diberlakukan dan diterapkan untuk setiap
jentang pendidikan yang ada di Indonesia karena bahasa Indonesia adalah bahasa nasional
negara, terutama untuk anak usia sekolah dasar yang masih pemula menggunakan bahasa
Indonesia kalau tidak kita beri bekal berbahasa Indonesia dari usia mereka sekarang maka
mereka akan sering menggunakan bahasa daerah sampai mereka dewasa sehingga
menggunakan bahasa Indonesia yang baik akan menjadi kesulitan bagi mereka nantinya
ketika dewasa karena mereka belum terbiasa menggunakan bahasa Indonesia. Dan di
sekolah inilah anak usia sekolah dasar bisa belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar,
baik itu secara teori maupun praktek langsung menggunakan bahasa Indonesia (Jadidah et
al., 2023).

Dari pernyataan di atas, dampak negatif dari kurangnya penerapan bahasa Indonesia
yang baik, maka mengakibatkan anak akan terbiasa berbicara memakai bahasa daerah yang
bercampur dengan bahasa kasar sampai beranjak dewasa. Sehingga mengeluarkan perkataan
dengan bahasa yang kotor.

Hal ini tentu suatu kebiasaan yang harus kita ubah, untuk menciptakan generasi yang
baik bagi pengembangan bahasa Indonesia yang benar sesuai kaidah kebahasaan.

Faktor yang mempengaruhi siswa bergaul dengan remaja toxic meliputi faktor keluarga
menjadi timbulnya pergaulan dengan remaja toxic, sebab keluarga tidak mendapatkan
perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Mereka cenderung mendapatkan perlakuan
yang tidak baik dari orang tua. Sehingga siswa tersebut mencontoh apa yang mereka lihat.
Faktor pertemanan juga bisa mempengaruhi adanya pergaulan anatara siswa dan remaja
toxic, karena dia bisa terbawa ikut pertemanan dengan remaja tersebut oleh ajakan dari
temannya tersebut (Rismawanti et al., 2023).
Di era globalisasi ini penggunaan bahasa Indonesia populer semakin meraja dan terus
muncul kosakata-kosakata baru yang membuat eksistensi bahasa Indonesia kian menurun.
Tentu saja, media televisi, koran, radio, internet dan merek dagang import adalah faktor
pendorong utama yang ikut mencederai kebahasaan kita. Pengaruh globalisasi membuat
bahasa Indonesia populer dengan cepat menyebar dan memengaruhi kehidupan berbahasa
masyarakat kita. Fenomena ini sangat terlihat pada penggunaan bahasa oleh remaja saat ini.
Muncullah istilah bahasa gaul, bahasa alay dan sebagainya. (Assapari 2014)

Menurut Maddux dan Kleiman (2016) sebagian besar filsuf dan ahli teori psikologi
sepakat bahwa rasa kontrol atas perilaku diri sendiri, lingkungan, dan pikiran serta perasaan
diri sendiri sangat penting untuk kebahagiaan dan rasa kesejahteraan psikologis. Dengan
demikian, maka individu dapat menjadi agen pemrakarsa diri untuk perubahan dalam
kehidupan mereka sendiri dan kehidupan orang lain (Lewoleba et al., 2022).

Ciri-ciri orang tua yang memiliki perilaku toxic parents, orang tua sering menampakan
kebiasaan sering marah dengan hal sepele meluapkan amarah secara kasar pada anak. Selain
itu, mengekang anak untuk melakukan kegiatan, mendoktrin anak agar dapat merelasikan
keinginan orang tua (mampu calistung, dan mengaji lancar), melarang apa yang anak akan
coba, mempunyai rasa khawatir secara berlebihan pada anak, tidak memberikan kepercayaan
pada anak, selalu menuntut anak untuk menjadi juara kelas, dan seharusnya orang tua
membimbing anak untuk belajar bukan mengerjakan tugas anak sehingga anak tidak mandiri
serta bergantung pada orang tua (Ulfadhilah, 2021).

Perilaku tidak sopan siswa kepada temannya lebih karena perbuatan jail karena masuk
ke masa remaja, bukan karena media sosial Tik-Tok. Guru pun jika mendapati siswa
berbicara kotor atau berperilaku tidak sopan akan langsung menegur dan menasehati siswa
tersebut agar tidak mengulangi perbuatan yang sama. Begitupun saat di rumah, orang tua
tidak pernah mendengar anak mengatakan kata-kata kotor dan kasar. Hal ini membuktikan
bahwa kata-kata kotor dan kasar tersebut keluar dari mulut anak untuk menjahili teman
(Nabilah & Suprayitno, 2022).

Terkadang berbicara kotor hanya dijadikan alasan oleh seorang anak ketika ingin
menjahili teman. Akan tetapi hal ini bisa menjadi kebiasaan yang buruk.

Dengan demikian, marilah kita menjaga untuk tidak berbicara kotor. Dimulai dari anak
kecil, kalangan remaja, hingga dewasa, baik di rumah, sekolah, maupun di kalangan
masyarakat umum. Untuk menjaga eksistensi pengembangan bahasa Indonesia yang baik dan
benar sesuai kaidah kebahsaan.
DAFTAR PUSTAKA

Jadidah, I. T., Kiftiah, M., Bela, S., Pratiwi, S., & Hidayanti, F. N. (2023). Analisis
Pentingnya Menggunakan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar dalam Berkomunikasi
Di Kalangan Anak Usia Sekolah Dasar. JIMR : Journal Of International
Multidisciplinary Research, 02, 66–73.
Kurniadi, F., Hilaliyah, H., & Hapsari, S. N. (2018). Membangun Karakter Peserta Didik
Melalui Kesantunan Berbahasa. AKSIOLOGIYA : Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(1), 1–7. https://doi.org/10.30651/aks.v2i1.1023
Lewoleba, M. P., Kurniasa, M. V. A. D., Reandsi, H. W., & Basilisa, G. (2022).
Development of instagram social media as a non-toxic application with positive and
interactive information. Southeast Asian Journal of Technology and Science, 3(1), 23–
32.
Nabilah, & Suprayitno. (2022). Dampak Media Sosial (Tik-Tok) Terhadap Karakter Sopan
Santun Siswa Kelas VI Sekolah Dasar. PGSD,FIP Universitas Negeri Surabaya, 10(4),
735–745.
Rahman, M. R., Austin, D., Raihan, M., Wijayanti, R., Amalia, S., & Norlia. (1 C.E.).
Pandangan Mahasiswa Terhadap Bahasa Toxic Pada Pergaulan Remaja Di Masyarakat
Banjar. Jurnal Religion: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya, 1(2023), 1–11.
Rismawanti, S., Dede, ), Adiputra, K., & Sampurna, I. (2023). Analisa Dampak Penyebab
Siswa Sekolah Dasar Bergaul Dengan Remaja Toxic. Jurnal Pendidikan Dasar Setia
Budhi, 139(2), 2023. https://stkipsetiabudhi.e-journal.id/jpd
Ulfadhilah, K. (2021). The Effect Of Toxic Parents On Character In Childhood In Tkit Al-
Umm. Indonesian Journal of Islamic Early Childhood Education, 6(1), 27–36.
https://doi.org/10.51529/ijiece.v6i1.230

Gereda, Agustinus (2020). Menggunakan Bahasa Indonesia secara Baik dan Benar. Tasik
Malaya: EDU PUBLISHER.
Parapat, Lili Herawati (2022). Buku Ajar Menulis dan Berbicara Produktif. Indonesia: Cv
Azka Pustaka.
Assapari, Mughni, M (2014). Eksistensi Bahasa Indonesia. PRASI 3.

Anda mungkin juga menyukai