Anda di halaman 1dari 3

Lunturnya Bersantun Bahasa di Kalangan Remaja Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan manusia lainnya.

Oleh karenanya, manusia dituntut untuk mampu menjalin komunikasi dengan

sesamanya. Dalam menjalin komunikasi dengan sesamanya, manusia mutlak memerlukan bahasa sebagai suatu media dalam berkomunikasi. Penerapan bahasa itu sendiri dalam berkomunikasi tidaklah sembarangan dalam penyampaiannya. Ada segenap acuan atau tata krama yang sudah semestinya diperhatikan dalam berkomunikasi karena kelancaran komunikasi dan hubungan sosial sangat ditentukan oleh bagaimana individu santun berbahasa. Santun berbahasa disini tidak sebatas pada nada suara yang digunakan, namun juga pada pemilihan kata-kata yang digunakan. Kalau kita mengkaji lebih dalam, apa yang kita ucapkan dan bagaimana cara kita berkomunikasi mencerminkan siapa diri kita sebenarnya. Kalau bahasa menunjukkan bangsa, maka santun berbahasa menunjukkan pribadi kita. Sejak dahulu bahasa memiliki kedudukan yang tinggi dalam pergaulan antar sesama manusia. Hal ini menunjukkan bahwa santun berbahasa telah mendarah daging dalam masyarakat kita. Salah satu contoh konkret adalah masyarakat Jawa yang memiliki tingkatan bahasa dalam pergaulan baik lisan maupun tulisan yang penerapannya disesuaikan dengan siapa lawan bicaranya. Dalam masyarakat Jawa dikenal ada bahasa Jawa Ngoko, Jawa Krama, dan Jawa Krama Inggil. Masing-masing dipergunakan pada waktu dan tempat yang berbeda. Misalnya, mereka yang lebih muda harus memakai bahasa Jawa Krama Inggil ketika berbicara kepada yang lebih tua. Mereka boleh menggunakan bahasa Jawa Ngoko ketika berkomunikasi dengan orang yang dianggap sebaya dengannya. Hal tersebut merupakan contoh penggunaan santun berbahasa yang seharusnya dilestarikan oleh masyarakat Jawa karena seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa jika kita mampu membiasakan diri bersantun bahasa dengan tepat maka komunikasi pun tidak akan mengalami hambatan dan akan tercipta suatu keadaan yang harmonis antar sesama manusia. Akan tetapi, fakta yang kita hadapi saat ini adalah kian melunturnya bersantun bahasa di kalangan remaja dimana mereka kurang menghiraukan acuan yang telah lama ada dalam masyarakat Jawa. Sekarang ini tidak jarang kita jumpai remaja-remaja yang menghilangkan etika santun berbahasa terhadap orang lain, khususnya terhadap orang

yang lebih tua. Mereka tidak lagi berbahasa sesuai dengan tata krama yang ada. Mereka tidak lagi menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, termasuk orang tuanya sendiri. Mereka cenderung lebih menggunakan bahasa Jawa Ngoko ataupun menggunakan kata-kata slank. Hal ini dianggap tidak mempunyai santun berbahasa yang baik karena mereka menggunakan pilihan kata yang tidak tepat. Apakah yang menyebabkan lunturnya santun berbahasa di kalangan remaja? Sebagai anggota masyarakat, sudah selayaknya jika remaja melatih diri untuk menerapkan santun berbahasa dengan baik terlebih dengan orang yang lebih tua. Dalam keseharian, remaja tidak hanya bersosialisasi dengan teman sebaya saja, melainkan juga dengan orang tua sehingga mereka pun dituntut untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua juga. Kasus yang sering terjadi adalah banyak ditemukannya para remaja yang tidak memilki santun berbahasa ketika berbicara dengan orang tua. Hal tersebut merupakan keadaan yang sangat memprihatinkan karena remaja sebagai generasi penerus justru melunturkan budaya santun berbahasa. Menurut pendapat saya, ada dua faktor utama yang menyebabkan remaja masa kini kurang memperhatikan santun berbahasa, khususnya terhadap orang yang lebih tua. Yang pertama adalah adanya pengaruh globalisasi. Usia remaja adalah usia yang rentan akan godaan dan pengaruh dari segala sesuatu, dalam hal ini adanya pengaruh budaya barat. Mereka akan lebih mengikuti pola hidup yang mereka anggap lebih up to date sehingga mereka menelantarkan adat kebiasaan mereka sendiri. Akibatnya, mereka pun meninggalkan santun berbahasa ala budaya mereka sendiri yang dalam masyarakat Jawa disebutkan bahwa mereka tidak lagi menerapkan tingkatan berbahasa dan lebih menyamaratakan setiap orang yang berkomunikasi dengannya sehingga menghilangkan santun berbahasa yang ada. Tidak hanya dalam masyarakat Jawa yang menuntut adanya santun berbahasa dalam berkomunikasi, Islam juga mengajarkan bahwa seorang muslim seharusnya berbicara yang baik dan sopan. Setidaknya terdapat dua hadits yang berkenaan dengan hal tersebut. Innalabda layatakalla bilkalimati m yatabayyanu fh yazullu bih ilannri abada m bainal masyriqi wal magribi.

Artinya: ada hamba yang mengucap satu kalimat tanpa ia pikir tentang (baik buruknya) kalimat itu yang menyebabkan ia tergelincir ke dalam neraka, yang lebih jauh daripada antara timur dan barat. (HR. Bukhari) Man kna yuminu billhi wal yaumil khiri falyaqul khoiron auliyamut. Artinya: barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir (kiamat), maka hendaklah ia berkata yang baik atau hendaklah ia diam. (HR. Bukhari) Faktor penyebab yang kedua adalah kurangnya perhatian keluarga terhadap pola perilaku anak. Peran keluarga, khususnya orang tua, sangat signifikan dalam perkembangan sikap anak saat menginjak remaja. Orang tua yang baik hendaknya memberikan bimbingan kepada si anak sejak usia dini tentang cara berbahasa yang tepat dan benar kepada orang lain. Jika anak tersebut telah terbiasa santun dalam berbahasa, maka sampai ia tumbuh dewasa pun akan tetap memperhatikan nilai-nilai yang telah hidup dalam budaya mereka yang adiluhung. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua hal penting yang sangat berpengaruh terhadap eksistensi santun berbahasa di kalangan remaja masa kini yang dalam hal ini berkenaan dengan pemilihan kata yang tepat pada siapa lawan bicara yang dihadapi. 1. Pengaruh globalisasi yang menyebabkan kurangnya kesadaran para remaja untuk tetap mempertahankan nilai-nilai yang telah ada dalam kehidupan masyarakat mereka. 2. Kurangnya peran serta orang tua dalam penbentukan karakter pribadi anak sejak usia dini sehingga menjadikan anak tersebut kurang mengerti terhadap santun berbahasa yang baik terhadap orang lain. Berkenaan dengan menurunnya kualitas santun berbahasa di kalangan remaja, setidaknya harus ada suatu upaya untuk mengembalikan esensi berbahasa yang diimbangi dengan pola kesantunan karena komunikasi antar individu baru dikatakan berhasil jika tercapai saling pengertian antarindividu yang terlibat. Saling pengertian tersebut dapat dicapai melalui santun berbahasa. Oleh karenanya, santun berbahasa menjadi hal yang sangat esensial dalam hidup bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai