Anda di halaman 1dari 5

MAWADDAH NUR INSANI TARIGAN

210200506
HUKUM HUMANITER

1. Perang Saudara Amerika Serikat (1861-1865)


Perang Saudara Amerika adalah perang antara Amerika Serikat (di utara) dengan 11
negara bagian di wilayah selatan yang memisahkan diri dan membentuk Negara
Konfederasi Amerika. Sebelas negara bagian di wilayah selatan tersebut adalah
Carolina Selatan, Mississippi, Florida, Alabama, Georgia, Louisiana, Texas, Virginia,
Arkansas, Tennessee, dan Carolina Utara, yang mulai memisahkan diri dari tahun
1860-1861. Pertempuran antara dua kubu tersebut berlangsung selama empat tahun,
yaitu antara 12 April 1861 - 9 Mei 1865. Perang Saudara Amerika (12 April 1861 –
26 Mei 1865; juga dikenal dengan nama lain) adalah perang saudara di Amerika
Serikat. Perang ini terjadi antara Amerika Serikat (Union atau Utara) dan Konfederasi
Amerika (Selatan), yang dibentuk oleh negara bagian yang memisahkan
diri. Penyebab utama perang adalah masalah perbudakan. Khususnya perselisihan
mengenai perbudakan yang akan diizinkan untuk berkembang ke wilayah barat
sehingga akan mengarah ke lebih banyak negara bagian budak, atau mencegah
perkembangannya, yang akan membuat perbudakan menuju tahap akhirnya.

Penyebab Perang Saudara Amerika


Hal-hal yang memicu terjadinya Prang Saudara Amerika sangat kompleks, tapi
penyebab utamanya adalah masalah perbudakan. Perbudakan yang berlangsung di
Amerika sejak abad ke-17 menjadi sumber ketegangan politik di negara itu pada
1850-an. Pada 1850-an, ketika Amerika Serikat mengalami pertumbuhan yang luar
biasa, terdapat perbedaan pendapat terkait praktik perbudakan di wilayah utara dan
selatan. Di utara, di mana perusahaan manufaktur dan industrinya telah mapan,
penduduknya menentang perbudakan. Sementara penduduk di selatan sangat pro
terhadap perbudakan, karena sektor ekonominya bergantung pada pertanian yang
digarap oleh para budak kulit hitam. Para penentang perbudakan di utara kemudian
membentuk Partai Republik, guna mencegah penyebaran perbudakan ke negara-
negara bagian yang baru dibentuk. Setelah itu, muncul abolisionisme (gerakan untuk
menghapus perbudakan) yang semakin membuat penduduk di wilayah selatan kalang-
kabut. Keadaan semakin memanas saat Abraham Lincoln, yang anti perbudakan,
terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat pada 1860. Setelah Lincoln menang,
banyak pemimpin Selatan merasa bahwa perpecahan adalah satu-satunya pilihan
mereka. Dalam waktu beberapa bulan, Carolina Selatan, Mississippi, Florida,
Alabama, Georgia, Louisiana, dan Texas memilih untuk memisahkan diri dari
Amerika Serikat dan membentuk Negara Konfederasi Amerika.

Jalannya Perang Saudara Amerika


Ketika Abraham Lincoln mulai menjabat sebagai presiden, pada Maret 1861 pasukan
Konfederasi mulai memberikan tekanan ke Benteng Sumter. Pada 12 April 1861,
Lincoln mengirmkan armada ke Benteng Sumter dan di situlah terjadi serangan
pertama Perang Saudara Amerika. Setelah Benteng Sumter jatuh ke tangan
Konfederasi, Virginia, Arkansas, Tennessee, dan Carolina Utara juga memisahkan
diri dari Amerika Serikat. Meskipun kubu utara (Uni) diuntungkan karena terdiri dari
23 negara bagian dan memiliki pasokan senjata yang lebih mumpuni, pihak
Konfederasi memiliki pasukan militer sangat kuat. Dalam Pertempuran Bull Run
Pertama pada 21 Juli 1861, tentara Konfederasi di bawah komando Thomas Jonathan
"Stonewall" Jackson memaksa Uni mundur ke Washington. Hal ini membuat Lincoln
harus mengerahkan 500.000 pasukan lagi ke medan perang. Pada 17 September 1862,
saat tentara Uni menang dalam Pertempuran Antietam. Dalam pertempuran tersebut,
12.410 dari 69.000 tentara Uni tewas, dan 13.724 dari 52.000 tentara Konfederasi
juga tewas. Lincoln menggunakan kesempatan ini untuk mengeluarkan Proklamasi
Emansipasi pada 1 Januari 1863, yang isinya membebaskan semua budak dari negara-
negara Konfederasi. Meski Proklamasi Emansipasi tetap tidak digubris oleh pihak
Konfederasi, tetapi setelahnya para budak mulai berani melarikan diri ke Uni. Hal ini
membuat Lincoln harus mengerahkan 500.000 pasukan lagi ke medan perang. Pada
17 September 1862, saat tentara Uni menang dalam Pertempuran Antietam. Dalam
pertempuran tersebut, 12.410 dari 69.000 tentara Uni tewas, dan 13.724 dari 52.000
tentara Konfederasi juga tewas. Lincoln menggunakan kesempatan ini untuk
mengeluarkan Proklamasi Emansipasi pada 1 Januari 1863, yang isinya membebaskan
semua budak dari negara-negara Konfederasi. Meski Proklamasi Emansipasi tetap
tidak digubris oleh pihak Konfederasi, tetapi setelahnya para budak mulai berani
melarikan diri ke Uni. Setelah itu, perang masih terus berlanjut dan baik kubu
Konfederasi ataupun Uni secara bergantian memenangkan pertempuran di beberapa
wilayah. Pada 9 April 1865, Ulysses S. Grant dari Uni menerima penyerahan diri
Robert E. Lee dari Konfederasi. Namun, pada 14 April 1865, Amerika Serikat justru
kehilangan presidennya. Pasalnya, Abraham Lincoln dibunuh oleh John Wilkes
Booth, seorang simpatisan Konfederasi. Pada 26 April 1865, William Tecumseh
Sherman menerima penyerahan diri Johnston di Stasiun Durham, Carolina Utara,
yang secara resmi mengakhiri Perang Saudara Amerika.

Dampak Perang Saudara Amerika


a. Pembebasan para budak dari negara-negara Negara Konfederasi
b. Disahkannya Amandemen ke-13 Amerika yang menghapuskan perbudakan
c. Hancurnya perekonomian dan infrastruktur di negara-negara bagian selatan
d. Runtuhnya kemakmuran penduduk di wilayah selatan
e. Kebencian antara penduduk di wilayah selatan dengan utara dan orang-orang
kulit hitam masih tinggi
f. Menewaskan sekitar 620.000 tentara dan jutaan lainnya luka-luka

2. Perang Saudara Rusia (1918-1922)


Perang saudara Rusia yaitu perang saudara yang terjadi dari tahun 1918 sampai tahun
1922 selang beberapa kumpulan dan negara di Rusia. Pertempuran utama terjadi
selang dua kumpulan agung, yaitu Pemerintah Uni Soviet yang baru dengan Tentara
Merah dan Kumpulan Nasionalis Rusia dengan Tentara Putih. Tentara Merah yaitu
angkatan angkatan bersenjata Uni Soviet yang diwujudkan mengikuti Revolusi
Oktober tahun 1917. Tentara Putih yang disokong oleh beberapa negara sekutu,
seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Polandia, Italia, Jepangdan beberapa
negara lainnya melawan pemerintah Rusia yang baru dibawah kendali Bolshevik.
Beberapa negara juga memberontak terhadap pemerintahan komunis Uni Soviet.
Akhirnya, Uni Soviet sukses memenangkan perang ini dan semakin memperkuat
kedudukannya di atas daerah-daerah yang unggul di Rusia.

Awal Konflik
Kinerja bencana Rusia dalam Perang Dunia I adalah salah satu penyebab
utama Revolusi Rusia tahun 1917, yang menyapu dinasti Romanov dan membentuk
pemerintahan yang ingin mengakhiri pertempuran. Perjanjian Brest-Litosvk (1918) di
mana Rusia menyerahkan sebagian besar wilayahnya ke Jerman menyebabkan
pelanggaran antara kaum Bolshevik (1918) dan kaum Revolusioner Sosialis kiri, yang
kemudian meninggalkan koalisi. Pada bulan-bulan berikutnya ada dua kelompok
utama penentang Lenin Rusia: (1) kaum non-Bolshevik pergi, yang akhirnya
diasingkan dari Lenin dengan pembubaran Majelis Konstituante dan (2) putih kanan,
yang aset utamanya adalah Tentara Relawan di stepa kuban. Tentara ini, yang selamat
dari kesulitan besar pada musim dingin 1917-1918 dan yang berada di bawah
komando Jendral Anton I. Denikin (April 1918), sekarang merupakan pasukan tempur
yang baik, meskipun jumlahnya kecil. Pada saat yang sama, Sekutu Barat, yang mati-
matian didorong oleh serangan Jerman baru di Prancis utara pada musim semi 1918,
sangat ingin membuat front baru di timur dengan menghidupkan kembali setidaknya
bagian tentara Rusia. Pada bulan Maret 1918, pasukan kecil Inggris mendarat
di Murmansk dengan persetujuan dari Soviet lokal.
Faktor lebih lanjut adalah Legiun Cekoslowakia, yang terdiri dari pembelot Ceko dan
Slowakia dari tentara Austria-Hongaria, yang pemerintah Rusia sebelumnya
mengizinkan untuk membentuk unit mereka sendiri. Pada bulan Maret 1918,
pemerintah Bolshevik setuju membiarkan unit-unit ini meninggalkan Rusia oleh
Timur Jauh, tetapi pada bulan Mei insiden kekerasan terjadi selama evakuasi, dan
pada tanggal 29 Mei; dan Komite Anggota Majelis Konstituante, yang terdiri dari
kaum Sosialis Revolusioner, yang berbasis di Samara.
Peristiwa ini menyebabkan pemerintah Moskwa menindak keras kaum sosialis non-
Bolshevik. Deputi Menshelvik dan Sosialis Revolusi diusir dari Soviet pusat dan lokal
dan dicegah dari terlibat dalam kegiatan politik yang terorganisir. Akhirnya, pada
bulan September, pemerintah mengumumkan kampanye "Teror Merah", termasuk
menembak sandera dan memberikan peningkatan kekuasaan kepada Cheka (polisi
politik) dalam penangkapan, persidangan, dan eksekusi tersangka.

3. Perang Saudara Cina (1945-1949)


Perang Saudara China terjadi pada 1945-1949, melibatkan Nasionalis Kuomintang di
bawah Chiang Kai-shek dan Komunis pimpinan Mao Zedong. Selama Perang China-
Jepang II (1937–1945), China secara efektif dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu China
Nasionalis di bawah kendali pemerintah, China Komunis, dan wilayah yang diduduki
Jepang. Masing-masing pada dasarnya saling bermusuhan, meskipun pasukan militer
China seolah-olah bersekutu di bawah panji Front Persatuan. Saat Jepang menerima
persyaratan penyerahan Deklarasi Potsdam pada 14 Agustus 1945, China telah
mengalami puluhan tahun pendudukan Jepang dan delapan tahun perang brutal.
Jutaan orang tewas dalam pertempuran, dan jutaan lainnya tewas akibat kelaparan
atau penyakit. Namun, berakhirnya Perang Dunia II tidak menandai berakhirnya
konflik di China.

Penyebab Perang Saudara di China


kekalahan Jepang memicu persaingan antara Nasionalis dan Komunis untuk
mengendalikan sumber daya vital dan pusat populasi di China utara dan Manchuria.
Pasukan nasionalis yang menggunakan fasilitas transportasi militer AS, mampu
mengambil alih kota-kota utama dan sebagian besar jalur kereta api di China Timur
dan Utara. Sementara itu, pasukan Komunis menduduki sebagian besar pedalaman di
utara dan di Manchuria. Front Persatuan selalu rawan, dan baik Nasionalis maupun
Komunis diam-diam menyadari mereka hanya akan bekerja sama sampai Jepang
kalah. Nasionalis dan Komunis sempat akan berdamai sebelum penyerahan Jepang
diselesaikan. Pemimpin Nasionalis Chiang Kai-shek mengeluarkan serangkaian
undangan kepada pemimpin Komunis Mao Zedong untuk bertemu dengannya di
Chongqing, guna membahas penyatuan kembali dan pembangunan kembali negara
itu.

Dampak Perang Saudara Cina


Perang Saudara China berakhir pada 1950 dengan memakan 8 juta jiwa baik dari
militer maupun warga sipil. Dampak Perang Saudara China adalah berdirinya
Republik Rakyat China yang mengendalikan China Daratan, dan terbentuknya
Republik China di Pulau Taiwan.

4. Perang Saudara Spanyol (1936-1939)


Perang Saudara Spanyol (bahasa Spanyol: Guerra Civil Española) adalah perang
saudara di Spanyol yang berlangsung dari 17 Juli 1936 hingga 1 April 1939, adalah
konflik antara kaum Nasionalis yang dipimpin oleh Jenderal Francisco Franco yang
mengalahkan kaum Loyalis yang dipimpin oleh Presiden Manuel Azaña dari Republik
Spanyol Kedua. Kaum Loyalis mendapatkan senjata dan relawan dari Uni Soviet dan
gerakan Komunis internasional, sementara kaum Nasionalis (atau Francois) didukung
oleh negara-negara Fasis, termasuk Italia dan Jerman. Kaum Republikan terdiri atas
kaum sentris (tengah) yang mendukung demokrasi liberal kapitalis sampai komunis
dan kaum revolusioner anarkis. Basis kekuatan mereka terutama adalah sekular dan
urban (meskipun juga termasuk kaum buruh tani yang tidak benar tanah) dan
khususnya kuat di wilayah-wilayah industri seperti Asturias dan Catalunya. Negeri
Basque yang konservatif juga memihak dengan Republik, terutama karena beliau,
bersama-sama dengan tetangganya Catalunya, berupaya mendapatkan otonomi dari
pemerintahan pusat yang belakangan ditindas dengan menciptakan sentralisasi
terhadap kaum nasionalis. perang itu berlangsung hanya sekitar tiga tahun, situasi
politiknya sudah penuh dengan kekerasan selama beberapa tahun sebelumnya. Jumlah
korbannya dipertikaikan. Perkiraan umum menyebutkan antara 300.000 hingga 1 juta
orang terbunuh. Banyak di antara para korban ini disebabkan oleh pembunuhan-
pembunuhan massal yang dilakukan kedua belah pihak. Perang ini dimulai dengan
pemberontakan militer di seluruh Spanyol dan koloni-koloninya, yang diikuti oleh
pembalasan kaum Republikan terhadap Gereja, yang dipandang kaum Republikan
radikal sebagai lembaga yang menindas yang mendukung orde lama.

Dampak Perang Saudara Spanyol


Dampak perang ini sangat hebat: Dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk memulihkan
kembali ekonomi Spanyol. Dampak politik dan emosional dari perang ini terus
dirasakan jauh melampaui batas-batas negara Spanyol dan menyulut semangat kaum
komunitas intelektual dan politik internasional, yang sampai sekarang masih
ditemukan dalam politik Spanyol.

Anda mungkin juga menyukai