Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS ILMU BUDAYA


DEPARTEMEN ARKEOLOGI

Program Studi Magister Arkeologi

REVIEW JURNAL
Reinventing Woolworth: Adaptive Reuse of a Historic Skyscraper

Mata Kuliah : “Manajemen Warisan Budaya”

Dosen Pengampu:Dr. Mimi Savitri, M.A..

Dikerjakan oleh :
Anggrita Salfa Pharmacytha
22/499452/PSA/20152

Tanggal Akhir Pengumpulan Tugas


Tanggal 28 November 2022
Pendahuluan

Review ini membahas mengenai jurnal yang berjudul Reinventing Woolworth: Adaptive
Reuse of a Historic Skyscraper. Jurnal ini ditulis oleh Gary Steficek, Partner, Gilsanz Murray
Steficek. Penulisan jurnal ini merupakan salah satu tulisan yang menyajikan studi kasus masalah
struktural dan logistik dalam penggunaan kembali gedung pencakar langit yang bersejarah
menggunakan konsep adaptive reuse. Kajian dalam penulisan ini bertujuan sebagai studi kasus
yang berhasil mereposisi menara perkantoran yang digunakan pada abad 1913 dan kurang
dimanfaatkan menjadi semacam hunian atau apartemen. Namun, karena bagunan ini merupakan
bagunan bersejarah sehingga upaya dalam adaptive reuse sebagai hunian mewah cukup sulit
untuk dilakukan. Tulisan ini dapat memberikan referensi dan penegtahuan tambahan bagi
pembaca mengenai permasalahan-permasalahan yang muncul dan kemungkinan yang dapat
diatasi terhadap bangunan bersejarah menggunakan konsep adaptive reuse sebagai upaya
konservasi.

Ringkasan

Jurnal berjudul Reinventing Woolworth: Adaptive Reuse of a Historic Skyscraper


merupakan salah satu tulisan yang mengkaji mengenai konsep adaptive reuse yang digunakan
terhadap bangunan bersejarah. Gedung Woolworth merupakan gedung pencakar langit yang
inovatif dan elegan. Bangunan ini bertahan hingga saat ini sebagai bentuk ikonik dari kota New
York. Bangunan ini mulai dirancang pada tahun 1910 dan menjadi gedung tertinggi hingga tahun
1930. Gedung Woolworth merupakan gedung bersejarah yang ada di Kota new York.

Gedung Woolworth ini mengalami beberapa permasalahan berkaitan dengan struktural


dan logistik dalam peggunaannya kembali di awal abad ke-20 secara adaptif. Bangunan yang
dbangun pada tahun 1910 dan menjadi bangunan perkantoran pada tahun 1913 kurang
dimanfaatkan untuk melayani pasar baru. Konteks bersejarah Gedung Woolworth, sistem
struktural yang ada dan ruang lingkup konversi perumahan diperinci, sementara masalah teknis
tertentu dijelaskan.

Penulis menjelaskan bahwa terdapat berbagai literasi desain struktural dan desain ulang
selama 17 tahun memfasilitasi konversi menara tahun 1913 ini, yang dulunya penuh sesak
dengan ruang kantor untuk dokter gigi dan tempat pangkas rambut, menjadi rumah mewah yang
luas. Bekas "Cathedral of Commerce," mencapai 792 kaki (241 meter), akan menjadi rumah bagi
beberapa tempat tinggal dengan ketinggian tertinggi di kota, termasuk penthouse "Castle in the
Sky" 6 lantai senilai $110 juta. Metode konstruksi dirancang sekitar dokumen berusia 100 tahun;
sistem struktural modern berinteraksi dengan framing terpaku bersejarah dan terakota struktural.
Proyek pembangunan kembali ini diatur oleh pedoman pelestarian landmark yang ketat dan
memberikan peluang untuk meningkatkan nilai sejarah bangunan melalui konstruksi baru.

Kritik

Penulis menjelaskan bahwa sistem struktural lama dan peraturan pelestarian yang ketat
membatasi opsi penggunaan kembali adaptif yang tersedia. Padahal secara bersamaan tekologi
baru dan teknik bangunan mendukung pembangunan kembali atau adaptive reuse dalam
penggunaan kembali bangunan gedung Woolworth. Selain itu penulis menyebutkan bahwa
geografi perkotaan yang padat seperti yang membatasi pembangunan kembali Gedung
Woolworth juga menjadi salah satu dari permasalahan adaptive reuse yang akan dilakukan.
Lokasi temppat beradanya Gedung Woolworth ini juga tunduk pada batasan distrik bersejarah
dan peraturan penggunaan lahan, sehingga terdapat batasan-batasan dalam upaya adaptive reuse
yang akan dilakukan terhadap bangunan ini.

Uraian yang dikemukan oleh penulis merupakan beberapa permasalahan yang dihadapi
pula dalam upaya adaptive reuse di Indonesia. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Cagar
Budaya dan nilai sejarah merupakan hal yang penting dalam upaya konservasi menggunakan
konsep adaptive reuse. Sehingga perlu adanya pegkajian lebih lanjut bagaimana strategi yang
dapat digunakan terhadap bangunan bersejarah menggunakan konsep adaptive reuse, supaya
upaya konservasi bangunan bersejarah dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan nilai
penting dari bangunan tersebut.

Artikel yang diuraikan oleh penulis merupakan salah satu tulisan yang dapat digunakan
sebagai referensi apabila ingin menggunakan konsep adaptive reuse bagi cagar budaya maupun
bangunan bersejarah dengan tetap menunjukan nilai kesejarahan tetapi bangunan tersebut dapat
dialihfungsikan sesuai kondisi masa kini.

Kesimpulan
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Gary Steficek, Partner, Gilsanz Murray Steficek
merupakan salah satu tulisan yang menyajikan masalah struktural dan logistik yang terlibat
dalam penggunaan kembali gedung pencakar langit awal abad ke-20 secara adaptif, dan
menguraikan kasus untuk mencapai keberlanjutan melalui penataan ulang tersebut. Pengembang
berusaha untuk memaksimalkan utilitas dari tapak bangunan yang ketat. Pembangunan ulang
gedung ini diusahakan untuk menemukan kembali gdeung-gedung tinggi yang ada dan
beradaptasi dengan perubahan profil pengguna. Artikel ini dapat dijadikan salah satu referensi
bagi pembaca yang menginginkan mengetahui informasi mengenai konsep adaptive reuse dalam
pembangunan gedung bersejarah.

Referensi

Gary Steficek, Partner, Gilsanz Murray Steficek. (2015). “Reinventing Woolworth: Adaptive
Reuse of a Historic Skyscraper”. Dalam CTBUH Journal , 2015, No. 4, Special 2015
Conference Themed Issue: New York (2015), pp. 40-45. Dapat diakses melalui
https://www.jstor.org/stable/44154472

Anda mungkin juga menyukai