Anda di halaman 1dari 4

Review Jurnal Otopsi Psikologi

Judul Psychological autopsy: Future implementation in


Indonesia? (Otopsi Psikologis: Implementasi Masa
Depan di Indonesia?)
Sabrina Umi Khabibahsebuah, Ma’rifatul Ulab,
Penulis
Gandar Mahojwalac
Volume dan Halaman Vol. 6: 1-6
Tahun 2022
Nama Jurnal Forensic Science International: Mind and Law
Pendahuluan Otopsi psikologis (psychology autopsy) merupakan
salah satu metode pemeriksaan postmortem forensik.
Otopsi psikologis dikembangkan oleh Edwin
Schneidman bersama dengan rekan-rekannya Norman
Faberow dan Robert Litman pada tahun 1985. Istilah
otopsi psikologis digunakan untuk menganalisis
keadaan mental, tujuan dan faktor risiko dari seorang
mendiang (Botello et al., 2013). Yang kemudian
diadopsi oleh peneliti menjadi penyelidikan kasus
bunuh diri (Hawton et al., 1998). Otopsi psikologis
digunakan sebagai alat pengumpulan informasi untuk
mendapatkan bukti kriminalitas, penyebab kematian,
dan informasi lainnya yang tidak bisa didapatkan
hanya dengan otopsi medico-legal (Isomet, 2001).
Menurut Cavanagh et al. (2003) otopsi psikologis
adalah salah satu alat atau metode penelitian dan
investigasi dalam kasus bunuh diri. Otopsi psikologis
juga merupakan proses investigasi psikologis
postmortem atau postdictive yang menyelidiki tentang
keadaan atau kondisi mental seseorang sebelum bunuh
diri, mencari tahu bagaimana seseorang meninggal,
apakah kematian tersebut wajar atau tidak, kematian
yang tidak disengaja, kematian karna bunuh diri,
kematian akibat pembunuhan, atau tidak dapat
dideteksi (Caulkins, 2019). Di Amerika Serikat,
Australia dan beberapa negara lainnya, otopsi
psikologis telah digunakan sebagai alat forensik
selama lebih dari 20 tahun. Otopsi psikologis berfungsi
untuk mengumpulkan bukti kematian dan membantu
pengembangan kebijakan tentang pencegahan bunuh
diri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji literatur
yang relevan, studi empiris, ulasan dan pengamatan
Tujuan Penelitian
tentang kelayakan penggunaan otopsi psikologis dalam
metode pemeriksaan forensik di Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini
adalah deskriptif analitik dimana dilakukan dengan
Metode Penelitian
mengkaji literatur dan menjelaskan gambaran tentang
objek yang dibahas.
Hasil & Pembahasan Otopsi psikologis (PA) adalah salah satu dari banyak
metode dalam pemeriksaan postmortem forensik.
Otopsi Psikologi dapat membantu
mengontekstualisasikan faktor-faktor risiko bunuh diri
dan menetapkan karakteristik para penyintas atau
korban bunuh diri.
Terkait dengan kepentingan psikologisnya dalam kasus
forensik, PA memiliki beberapa tujuan:
1. Memperoleh informasi yang lebih lengkap dan
akurat tentang motif dan penyebab kematian (yaitu
penyebab alami, kecelakaan, bunuh diri, atau
pembunuhan).
2. Membantu dalam menganalisis kondisi seputar
kematian untuk membantu menentukan keadaan
mental.
3. Membantu mengilustrasikan faktor risiko bunuh
diri, yang mungkin mendukung tindakan dan kebijakan
pencegahan bunuh diri.
4. Membantu para penyintas atau yang berduka
sebagai mekanisme restoratif, mendorong kepatuhan
dan menangani kesedihan.
5. membantu dengan fungsi administrasi seperti klaim
kehidupan di jaminan atau selama pertanyaan
pemerintah.
PA biasanya terdiri dari dua jenis investigasi yaitu:
memahami faktor psikososial yang berkontribusi
terhadap kematian dan menentukan cara kematian.
PA menggunakan wawancara dengan kerabat dekat
dan rekan untuk memberikan informasi lebih lanjut
dalam kasus bunuh diri dan kematian samar-samar.
Konon, seperti yang telah kita bahas, PA bukanlah
metode yang sempurna untuk menentukan penyebab
dan cara kematian. Namun, PA tidak berdiri sendiri;
ini adalah pendekatan yang komprehensif dan ilmiah
untuk mendukung pemeriksaan medis dan investigasi
kematian. Lebih lanjut, PA dapat berfungsi sebagai
mekanisme restoratif untuk mendorong kepatuhan dan
memberikan dukungan kepada para penyintas atau
yang berduka. Dengan demikian, PA tidakhanya
Kesimpulan
berguna dalam konteks hukum dan forensik, tetapi
juga memiliki dimensi kemanusiaan yang merupakan
prinsip penting psikologi.
PA (otopsi psikologis) perlu disosialisasikan dan
didiskusikan lebih luas, karena akan mempengaruhi
berbagai kalangan. Oleh karena itu, kesadaran tentang
PA harus dibangun bagi praktisi, pemerintah, dan
masyarakat. Akhirnya, kami berharap PA menjadi
salah satu metode standar pemeriksaan forensik di
Indonesia, dan mengintegrasikannya ke dalam
yurisdiksi hukum kami adalah tujuan jangka panjang
bagi penulis artikel ini.

Anda mungkin juga menyukai