Anda di halaman 1dari 52

1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil-hasil penelitian yang berkenaan

dengan pengaruh partisipasi masyarakat terhadap implementasi kebijakan RTH

di Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen Kota Malang yang didahului dengan

gambaran umum penelitian, yaitu kondisi Kelurahan Bareng, kemudian dilakukan

pembahasan terhadap permasalahan yang diteliti. Berikut ini disajikan uraian

lengkap hasil penelitian yang diperoleh, sebagai berikut:

4.1. Deskripsi Area Penelitian

Kelurahan Bareng merupakan salah satu dari enam kelurahan di

Kecamatan Klojen Kota Malang yang terbagi dalam 8 rukun warga (RW) dan 74

rukun tetangga (RT), dengan kondisi geografis terletak 467 meter di atas

permukaan laut (m dpl), memiliki curah hujan sebesar ± 1.835 mm/tahun serta

temperature/suhu tahunan berkisar 24oC – 35oC. Batas-batas wilayah kelurahan

meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Gading Kasri dan

Kelurahan Kauman, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kauman,

sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjungrejo, dan sebelah barat

berbatasan dengan Kelurahan Pisang Candi.

Berdasarkan laporan Monografi Semester II Tahun 2008, Kelurahan

Bareng memiliki luas wilayah sekitar 106.500 m 2 atau 106,5 Ha dapat dikatakan

bahwa hampir keseluruhan lahannya merupakan tanah kering yang meliputi

pekarangan, bangunan, dan emplasemen yakni seluas 100,10 Ha (93,99%),

sedangkan sisa lahan seluas 6,40 Ha (6,01%) merupakan lahan untuk

tegal/kebun.
2

Data ini menunjukkan bahwa seluruh ruang/lahan yang tersedia di

kelurahan ini telah difungsikan oleh penduduknya untuk kepentingan

pemukiman, keperluan fasilitas sosial seperti tempat ibadah, sarana pendidikan,

kesehatan, bangunan jasa dan perdagangan, perkantoran dan sebagainya.

Pengamatan lapangan yang terjadi menunjukkan juga adanya kesamaan kondisi

seperti dalam data monografi Kelurahan Bareng tersebut. Sedangkan

peruntukan lahan pertanian, hutan kota, taman rekreasi dan pemakaman tidak

ditemukan di wilayah ini, yang ada hanya ditemukan 3 (tiga) buah lapangan olah

raga, 1 (satu) buah taman kota dan 2 (dua) buah jalur hijau.

Melihat data kependudukan, jumlah penduduk Kelurahan Bareng adalah

18.693 jiwa (4551 KK) yang terdiri dari 9139 orang penduduk laki-laki dan 9554

orang penduduk perempuan. Dari jumlah 4551 orang kepala keluarga tersebut

sebagian besar tinggal di daerah pemukiman padat penduduk atau pemukiman

perkampungan yaitu di RW I, RW II, RW III, sebagian RW IV, RW VII dan RW

VIII, sedangkan sebagian kecil kepala keluarga tinggal di pemukiman yang telah

tertata (perumahan modern), yaitu di sebagian di RW IV, RW V dan di RW VI.

Lebih lanjut, data penduduk Kelurahan Bareng menurut kelompok umur

dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1. Identitas Penduduk Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa)


0–5 1557
6 – 15 2175
16 – 60 14.049
61 – ke atas 912
Jumlah 18.693
Sumber: Data Monografi Kel. Bareng, tahun 2008

Berdasarkan data tersebut, penduduk menurut kelompok umur 16-60

tahun berjumlah paling banyak, artinya potensi usia produktif pada wilayah
3

Kelurahan Bareng sangat besar dan ini merupakan modal dalam pengembangan

sumber daya manusia dan peningkatan derajat sosial ekonomi mereka.

Apabila dilihat data penduduk menurut jenis pekerjaan yang dimiliki,

gambaran penduduk Kelurahan Bareng dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 4.2. Identitas Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan


Jumlah Persentase
No. Jenis Pekerjaan
(orang) (%)

1. Buruh Bangunan 10 0,50


2. Pedagang 360 17,60
3. Pengangkutan 11 0.54
4. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1070 52,30
5. TNI/Polri 60 2,93
6. Pensiunan PNS/TNI 535 26,15

Sumber: Data Monografi Kel. Bareng, tahun 2008

Berdasarkan data tersebut, penduduk yang memiliki pekerjaan sebagai

pegawai negeri sipil/PNS merupakan jumlah terbanyak yaitu sebesar 52,30%,

kemudian pensiunan PNS/TNI dan pedagang masing-masing sebesar 26,13%

dan 17,60%.

Apabila dilihat data penduduk menurut tingkat pendidikan, maka

komposisi penduduk Kelurahan Bareng dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 4.3. Identitas Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Jumlah Persentase Kumulatif


No. Tingkat Pendidikan
(orang) (%) (%)

1. Belum Sekolah 1565 19,73 19,73


2. Tidak Tamat SD 1985 25,03 44,76
3. Tamat SD/sederajat 3100 39,09 83,85
4. Tamat SLTP/sederajat 365 4,60 88,45
5. Tamat SMU/sederajat 576 7,36 95,71
6. Tamat Akademi/sederajat 185 2,33 98,05
7. Tamat Sarjana/sederajat 98 1,24 99,28
8. Buta Huruf 57 0,72 100

Sumber: Data Monografi Kel. Bareng, tahun 2008


4

Berdasarkan data tersebut, ditemukan bahwa tingkat pendidikan

penduduk di Kelurahan Bareng masih rendah atau sebesar 83,85% memiliki

pendidikan setingkat sekolah dasar/SD ke bawah. Kemudian yang menarik

adalah bahwa masih ditemukan adanya warga yang belum melek huruf atau buta

huruf sebanyak 52 orang atau sebesar 0,72%.

4.2. Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Kebijakan Ruang Terbuka

Hijau Taman Lingkungan Pemukiman

Pedoman yang dijadikan dasar dalam implementasi kebijakan RTH taman

lingkungan pemukiman di Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Kota Malang

adalah Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2003 tentang

Pengelolaan Pertamanan Kota Dan Dekorasi Kota. Dalam pasal 5 dan pasal 6

Perda tersebut dijelaskan bahwa setiap orang atau Badan yang membangun

diwajibkan menanam pohon atau tanaman di depan bangunan dalam

pekarangan, dengan maksud untuk mewujudkan nilai manfaat seperti

keseimbangan ekosistem perkotaan, keserasian lingkungan fisik kota dan upaya

meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pertamanan.

Selanjutnya, diatur juga ketentuan tentang banyaknya pohon atau

tanaman berdasarkan luas tanah yang dimiliki oleh setiap pemilik rumah tinggal

sebagai berikut:

a. Kavling dengan ukuran < 120 m2 wajib ditanami 1 pohon pelindung


atau tanaman produktif dan penutup tanah/rumput.
b. Kavling dengan ukuran 120-240 m2 wajib ditanami 1 pohon pelindung
atau tanaman produktif, perdu dan semak hias serta penutup
tanah/rumput.
c. Kavling dengan ukuran 240-500 m2 wajib ditanami 2 pohon pelindung
atau tanaman produktif, perdu dan semak hias serta penutup
tanah/rumput.
d. Kavling dengan ukuran > 500 m2 wajib ditanami 3 pohon pelindung
atau tanaman produktif, perdu dan semak hias serta penutup
tanah/rumput.
e. Terhadap kavling yang tidak dimungkinkan untuk ditanami pohon
pengjhijauan wajib ditanami dengan sistem pot atau tanaman
gantung.
5

Namun dalam pelaksanaan di lapangan segala ketentuan yang

menyangkut penanaman pohon, media pot, tanaman gantung lebih banyak

didasarkan kepentingan individual, untuk lahan pekarangan dan halaman rumah,

sedangkan untuk media tanam di areal jalan masuk gang atau di atas selokan

harus didasarkan pada kesepakatan bersama yang telah disetujui sebelumnya

dalam rapat tingkat RT/RW atau dasa wisma atau karang taruna.

Selain itu, berdasarkan peraturan daerah nomor Tahun 2008 tentang

Transparansi Dan Partisipasi Dalam Perencanaan Pembangunan disebutkan

pula mekanisme penyelenggaraan Musrenbang Kelurahan sebagai ruang

partisipasi masyarakat dalam rangka penyusunan rencana pembangunan

tahunan daerah. Dalam Musrenbang Kelurahan tersebut, masyarakat berhak

menyampaikan rumusan permasalahan dan usulan penyelesaian terkait proses

pembangunan di lingkungannya masing-masing.

Masyarakat juga dapat berperan secara individu atau kelompok dalam

penyediaan dan pemanfaatan RTH. Pada kondisi yang lebih berkembang,

masyarakat dapat membentuk suatu forum atau komunitas tertentu untuk

menghimpun anggota masyarakat yang memiliki kepentingan terhadap RTH,

membahas permasalahan, mengembangkan konsep serta upaya-upaya untuk

mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Untuk mencapai peran tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat

dilakukan masyarakat, antara lain:

a ” Anggota masyarakat baik individu maupun kelompok yang memiliki


keahlian dan/atau pengetahuan mengenai ruang terbuka hijau dapat
membentuk suatu komunitas ruang terbuka hijau. Misalnya:
membentuk forum masyarakat peduli ruang terbuka hijau atau
komunitas masyarakat ruang terbuka hijau di setiap daerah;
b Mengembangkan dan memperkuat kerjasama antara pemerintah,
masyarakat dan swasta dalam penataan ruang terbuka hijau;
c Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menyikapi
pemanfaatan ruang terbuka hijau melalui sosialisasi, pelatihan dan
diskusi di kelompok-kelompok masyarakat;
6

d Meningkatkan kemampuan masyarakat (forum, komunitas, dan


sebagainya) dalam mengelola permasalahan, konflik yang muncul
sehubungan dengan penataan terkait ruang terbuka hijau”.
(Wawancara dengan Bapak Nugroho D., SH, Lurah Bareng, tanggal 8
April 2009 pukul 09.00 WIB)

Dalam rapat/musyawarah warga kelurahan atau yang dikenal dengan

Musbangkel (musyawarah pembangunan kelurahan) ini dihadiri oleh perwakilan

tokoh-tokoh masyarakat/agama, pengurus RT/RW, dan generasi muda di

lingkungan Kelurahan Bareng. Pembahasan materi rapat/musyawarah

musbangkel dimulai dengan usulan-usulan sejak tingkat RT, kemudian dibahas di

tingkat RW, selanjutnya usulan-usulan yang telah dipilih dan disepakati bersama

disampaikan pada rapat/musyawarah tingkat kelurahan. Sebagaimana dikatakan

oleh salah satu ketua RW bahwa dalam forum inilah terdapat proses

partisipasi/pelibatan warga Kelurahan Bareng dalam proses-proses

pembangunan di wilayahnya, sebagai berikut:

”.... biasanya pihak kelurahan memberikan pemberitahuan (undangan)


untuk hadir. Dalam pertemuan itulah warga menyampaikan urun rembug
serta keluhan yang berkaitan dengan pembangunan dan kondisi di
lingkungan kelurahan sini. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa 70
persen warga di sini aktif dalam kegiatan-kegiatan kewargaan terutama
golongan ibu-ibu rumah tangganya, bahkan dalam satu bulan mereka
memiliki 4-5 jenis pertemuan”. (Wawancara dengan Bapak Bambang,
Ketua RW 8, tanggal 25 Maret 2009, pukul 16.30 WIB).

Pernyataan yang sama mengenai tanggapan partisipasi masyarakat

dalam pemanfaatan ruang terbuka hijau, juga disampaikan oleh salah seorang

responden di RT 03/07 sebagai berikut:

”..... ibu-ibu anggota dasa wisma di lingkungan sini macam-macam


kemauannya jika berbicara tentang menanam bunga (tanaman), mereka
sangat ingin lingkungannya terlihat asri, sejuk dan berkesan meski
tempatnya sempit dan terbatas. Kita, barangkali, hanya sedikit saja yang
tahu kalau itu istilahnya ‘ruang terbuka hijau’, bagi kita yang penting
adalah bagaimana menciptakan kenyamanan dan keasrian di lingkungan
kita sendiri melalui penanaman bunga di pot, pekarangan, halaman
rumah dan di jalan-jalan masuk gang-gang”. (Wawancara dengan Ibu
Boesro, Pengurus Dasa Wisma Cempaka I RT 03/RW 7, tanggal 5 April
2009 pukul 10.30WIB).
7

Pernyataan salah satu pengurus dasa wisma di RT 03/RW 7 itu dapat

dipahami bahwa hanya sebagian kecil saja dari anggota dasa wisma yang

memahami pengetahuan tentang ruang terbuka hijau di lingkungan pemukiman

mereka. Tetapi kondisi ini tidak berbanding lurus dengan pengalaman dan

kemauan diri mereka untuk aktif dalam upaya menciptakan lingkungan sekitar

yang bersih, asri, nyaman dan sehat, artinya sebagian besar mereka memiliki

komitmen dan perilaku positif dalam pengelolaan ruang terbuka hijau di

lingkungan pemukiman mereka.

4.3. Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Impelementasi Kebijakan

Ruang Terbuka Hijau Pemukiman

4.3.1. Uji Validitas dan Reliabiltas

Instrumen penelitian yang digunakan harus diuji dengan menggunakan uji

validitas dan reliabilitas untuk memperoleh tingkat ketepatan dan keajegan yang

tinggi. Validitas dan reliabilitas data hasil penelitian dapat diketahui melalui

masing-masing item (pertanyaan) dari variabel yang diteliti dengan terlebih

dahulu dilakukan uji pendahuluan terhadap kuesioner, yang telah disebarkan

kepada 30 responden. Dari pengumpulan data di lapangan diperoleh data skor

mentah seperti dalam tabel L1 (Lampiran 1). Kemudian skor yang diperoleh diuji

validitas dan reliabilitasnya.

Berikut ini hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner penelitian

dengan menggunakan Program SPSS for Windows versi 15.


8

Tabel 4.4. Hasil Analisis Korelasi Item Instrumen dengan Total Skor Item

Variabel Item Korelasi (rxy) Keterangan


X1 X1.1 0.683 Valid
X1.2 0.859 Valid
X1.3 0.710 Valid
X1.4 0.870 Valid
X2 X2.1 0.742 Valid
X2.2 0.836 Valid
X2.3 0.824 Valid
X2.4 0.854 Valid
X3 X3.1 0.680 Valid
X3.2 0.819 Valid
X3.3 0.850 Valid
X3.4 0.729 Valid
X4 X4.1 0.737 Valid
X4.2 0.748 Valid
X4.3 0.639 Valid
X4.4 0.891 Valid
Y Y1 0.866 Valid
Y2 0.934 Valid
Y3 0.922 Valid
Y4 0.819 Valid
Sumber: data primer diolah

Dari uji validitas tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara

seluruh variabel baik bebas maupun terikat terhadap semua item atau

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah valid atau mampu menunjukkan

derajat ketepatan antara data sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data

yang dapat dikumpulkan dalam penelitian.

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa apabila dihubungkan antara

seluruh variabel Kesiapan SDM (X1), Interaksi Warga (X2), Pengambilan

Keputusan (X3), dan Kemandirian Masyarakat (X4) serta Implementasi Kebijakan

RTH (Y) dengan seluruh itemnya, koefisien korelasi (rxy) yang diperoleh telah di

atas 0.3.

Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach, hasil

pengujian diperoleh hasil seperti dalam tabel berikut ini:


9

Tabel 4.5. Hasil uji reliabilitas variabel

Variabel Alpha Keterangan


Kesiapan SDM (X1) 0.791 Reliabel
Interaksi Warga (X2) 0.830 Reliabel
Pengambilan Keputusan (X3) 0.774 Reliabel
Kemandirian Warga (X4) 0.742 Reliabel
Implementasi Kebijakan RTH (Y) 0.904 Reliabel
Sumber: Print out SPSS ver. 15 for windows

Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa semua instrumen telah

reliabel, karena nilai alpha semua instrumen telah di atas 0.6. Dengan demikian

keempat variabel yang diteliti adalah reliabel sehingga dapat digunakan untuk

pengujian lebih lanjut.

4.3.2. Deskripsi Responden

Gambaran atau deskripsi keadaan dari masing-masing responden terpilih

sebanyak 80 orang dapat diperlihatkan pada tabel-tabel sebagai berikut:

Apabila identitas responden dilihat berdasarkan jenis kelamin, diperoleh

data sebagai berikut:

Tabel 4.6. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Responden
Jenis Kelamin
. Jumlah Persentase (%)

1. Laki-laki 37 46,25
2. Perempuan 43 53,75

Jumlah 80 100
Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas, responden perempuan memiliki jumlah yang

lebih banyak dibandingkan dengan responden laki-laki, atau dapat dikatakan

bahwa mayoritas, yaitu 43 (53,75%) responden adalah perempuan.


10

Apabila identitas responden dilihat berdasarkan kelompok umur, diperoleh

data sebagai berikut:

Tabel 4.7. Identitas Responden Berdasarkan Umur

No Responden
Umur
. Jumlah Persentase

1. > 20 tahun 5 6,25


2. 21 – 40 tahun 48 60,00
3. < 40 tahun 27 33,75

Jumlah 80 100
Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak48 responden atau sebesar 60% dari

keseluruhan responden berada pada usia antara 21-40 tahun atau merupakan

mayoritas responden. Hal ini diharapkan pada saat usia produktif mereka akan

mengetahui dan terlibat aktif dalam persoalan-persoalan lingkungan sosial

mereka sendiri.

Apabila identitas responden dilihat berdasarkan status rumah, diperoleh

data sebagai berikut:

Tabel 4.8. Identitas Responden Berdasarkan Status Rumah

No Responden
Status Rumah
. Jumlah Persentase

1. Milik Sendiri 59 73,75


2. Sewa 3 3,75
3. Ikut Keluarga 18 22,50

Jumlah 80 100
Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 59 responden mengaku memiliki

rumah sendiri atau sebesar 73,75% dari seluruh responden yang diteliti,

sedangkan sebanak 18 responden atau sebesar 22,50% mengaku tinggal


11

bersama keluarga (rumah milik orang tua atau mertua responden). Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kebebasan dalam

menentukan dan mengatur lingkungan tempat tinggalnya sendiri.

Apabila identitas responden dilihat berdasarkan lama tinggal di Kelurahan

Bareng Kota Malang, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.9. Identitas Responden Berdasarkan Lama Tinggal

No Responden
Lama Tinggal
. Jumlah Persentase

1. Kurang dari 10 tahun 12 15,00


2. 10 – 20 tahun 47 58,75
3. Lebih dari 20 tahun 21 26,25

Jumlah 80 100
Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 47 responden atau sebesar 58,75%

mengaku telah tinggal di Kelurahan Bareng sekitar 10-20 tahun, sedangkan

sebanyak 21 responden atau sebesar 26,25% mengaku telah tinggal selama

lebih dari 20 tahun. Hal ini diharapkan mereka juga akan mengetahui dan terlibat

aktif dalam persoalan-persoalan lingkungan sosial mereka sendiri.

Apabila identitas responden dilihat berdasarkan tingkat pendidikan,

diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.10. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Responden
. Pendidikan Jumlah Persentase

1. Tamat SD 5 6,25
2. Tamat SLTP 26 32,50
3. Tamat SMU 37 47,50
4. Tamat D3/S1 11 13,75
5. Tamat S2 0 0

Jumlah 80 100
Sumber: Data primer diolah
12

Berdasarkan tabel di atas, sebagian responden memiliki pendidikan pada

tingkat SMU dan SLTP dengan jumlah masing-masing sebanyak 37 responden

(47,50%) dan 26 responden (32,50%) dari keseluruhan responden, sedangkan

yang berpendidikan setingkat diploma/D3 atau sarjana/S1 sejumlah 11

responden (13,75%). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di Kelurahan Bareng

memiliki sumber daya manusia yang realtif cukup berkembang untuk dapat

mengantisipasi kemajuan pembangunan di Kota Malang.

Apabila identitas responden dilihat berdasarkan tingkat penghasilan,

diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.11. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan

Responden
No. Tingkat Penghasilan
Jumlah Persentase

1. Kurang dari Rp 1.500.000,- 16 20,00


2. Rp 1.500.000,- s/d Rp 2.000.000 47 58,75
3. Rp 2.000.000,- s/d Rp 2.500.000 15 18,75
4. Lebih dari Rp 2.500.000,- 2 2,50

Jumlah 80 100
Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas , sebanyak 47 responden atau sebesar 58,75%

mengaku memiliki penghasilan rata-rata antara Rp 1.500.000,00 hingga Rp

2.000.000,00 per bulan, sedangkan sebanyak 16 responden atau sebesar 20%

mengaku memiliki penghasilan rata-rata hanya Rp 1.500.000,00 per bulan serta

15 responden lainnya atau sebesar 18,75% mengaku memiliki penghasilan rata-

rata antara Rp 2.000.000,00 hingga Rp 2.500.000,00 per bulan. Hanya 2

responden atau 2,50% saja dari keseluruhan responden yang memiliki

penghasilan rata-rata lebih dari Rp 2.500.000,00 per bulannya.


13

4.3.3. Deskripsi Variabel-Variabel

Deskripsi atau gambaran dari masing-masing variabel yang diteliti bisa dilihat

pada tabel distribusi frekuensi masing-masing variabel, sebagai berikut:

1). Partisipasi Masyarakat

(1). Kesiapan Sumber Daya Manusia (X1)

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi masing-masing Item Variabel Kesiapan Sumber


Daya Manusia (X1)

1 2 3 4 Rata-
Item rata
f % f % f % f % skor
56,
Tingkat Pengetahuan 6 7,5 6 7,5 45 23 28,8 3,06
3
33,
Pengalaman 5 6,3 9 11,3 27 39 48,8 3,25
8
35,
Kemauan Diri 4 5,0 7 8,8 28 41 51,3 3,33
0
22,
Adaptasi Lingkungan 6 7,5 6 7,5 18 50 62,5 3,40
5
Rata-rata variabel 3,24
Sumber: Data Primer diolah
Keterangan: skala 1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = tinggi, 4 = sangat tinggi

Berdasarkan tabel di atas, untuk item pertama, yaitu tingkat pengetahuan

masyarakat terhadap keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di lingkungan

pemukiman diperoleh data, responden memilih jawaban C (3) mencapai 56,3%,

jawaban D (4) mencapai 28,8%, serta jawaban A (1) dan B (2) masing-masing

mencapai 7,5%.

Untuk item kedua, yaitu tentang pengalaman masyarakat dalam

pengelolaan RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data, responden memilih

jawaban D (4) mencapai 48,8%, jawaban C (3) mencapai 33,8%, sedangkan

pilihan jawaban B (2) mencapai 11,3% dan sebesar 6,3% memilih jawaban A (1).
14

Untuk item ketiga, yaitu tentang kemauan diri untuk berperan serta dalam

program RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data, responden yang memilih

jawaban D (4) mencapai 51,3%, jawaban C (3) mencapai 35%, sedangkan

pilihan jawaban B (2) mencapai 8,8% dan sebesar 5% memilih jawaban A (1).

Untuk item keempat, yaitu tentang tingkat penyesuaian diri atau adaptasi

responden dalam lingkungan pemukiman, diperoleh data, responden yang

memilih jawaban D (4) mencapai 62,5%, jawaban B (2) mencapai 48,8%,

sedangkan pilihan jawaban C (3) mencapai 22,5% dan sebesar 7,5% memilih

jawaban A (1).

2). Interaksi antar Warga (X2)

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi masing-masing Item Variabel Interaksi antar


Warga (X2)

1 2 3 4 Rata-
Item rata
f % f % f % f % skor
Frek. Pertemuan 5 6,2 11 13,8 47 58,8 17 21,3 2,95
Frek. Kehadiran 6 7,5 13 16,3 32 40,0 29 36,2 3,05
Kemukakan Pendapat 4 5 13 16,3 37 46,2 26 32,5 3,06
Tukar Pendapat 9 11,3 7 8,8 27 33,8 37 46,3 3,15
Rata-rata variabel 3,05
Sumber: Data Primer diolah
Keterangan: skala 1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = tinggi, 4 = sangat tinggi

Untuk item kelima, yaitu tentang frekuensi pertemuan warga dalam

membahas masalah RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data, responden

yang memilih jawaban C (3) mencapai 58,8%, jawaban D (4) mencapai 21,3%,

sedangkan pilihan jawaban B (2) mencapai 13,8% dan sebesar 6,2% memilih

jawaban A (1).

Untuk item keenam, yaitu tentang frekuensi kehadiran warga dalam

membahas masalah RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data, responden

yang memilih jawaban C (3) mencapai 40%, jawaban D (4) mencapai 36,2%,
15

sedangkan pilihan jawaban B (2) mencapai 16,3% dan sebesar 7,5% memilih

jawaban A (1).

Untuk item ketujuh, yaitu tentang partisipasi dalam penyampaian

pendapat dalam pertemuan membahas masalah RTH di lingkungan pemukiman,

diperoleh data, responden yang memilih jawaban D (4) mencapai 46,3%,

jawaban D (4) mencapai 32,5%, sedangkan pilihan jawaban B (2) mencapai

16,3% dan sebesar 5% memilih jawaban A (1).

Untuk item kedelapan, yaitu tentang kemampuan tukar pendapat dalam

membahas masalah RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data, responden

yang memilih jawaban D (4) mencapai 46,3%, jawaban C (3) mencapai 33,8%,

sedangkan pilihan jawaban A (1) mencapai 11,3% dan sebesar 8,8% memilih

jawaban B (2).

3). Pengambilan Keputusan (X3)

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi masing-masing Item Variabel Pengambilan


Keputusan (X3)

1 2 3 4 Rata-
Item rata
f % f % f % f % skor
Rumuskan Masalah 5 6,3 11 13,8 58 70 8 10 2,84
Tk. Kebersamaan 7 8,8 11 13,8 46 57,5 16 20,0 2,89
Pemecahan Masalah 4 5 12 15 36 45 28 35 3,10
Musyawarah Mufakat 6 7,5 7 8,8 25 31,3 42 52,5 3,29
Rata-rata variabel 3,03
Sumber: Data Primer diolah
Keterangan: skala 1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = tinggi, 4 = sangat tinggi

Untuk item kesembilan, yaitu tentang kemampuan perumusan masalah

terkait RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data, responden yang memilih

jawaban C (3) mencapai 70%, jawaban B (2) mencapai 13,8%, sedangkan

pilihan jawaban D (4) mencapai 10% dan sebesar 6,3% memilih jawaban A (1).
16

Untuk item kesepuluh, yaitu tentang tingkat perumusan masalah secara

bersama-sama terkait RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data, responden

yang memilih jawaban C (3) mencapai 57,5%, jawaban D (4) mencapai 20%,

sedangkan pilihan jawaban B (2) mencapai 13,8% dan sebesar 8,8% memilih

jawaban A (1).

Untuk item kesebelas, yaitu tentang kemampuan pemecahan masalah

terkait RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data, responden yang memilih

jawaban C (3) mencapai 45%, jawaban D (4) mencapai 35,8%, sedangkan

pilihan jawaban B (2) mencapai 15% dan sebesar 5% memilih jawaban A (1).

Untuk item kedua belas, yaitu tentang pencapaian musyawarah mufakat

dalam pengambilan keputusan oleh warga terkait masalah RTH di lingkungan

pemukiman, diperoleh data, responden yang memilih jawaban D (4) mencapai

52,5%, jawaban C (3) mencapai 31,3%, sedangkan pilihan jawaban B (2)

mencapai 8,8% dan sebesar 7,5% memilih jawaban A (1).

4). Pengambilan Keputusan (X4)

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi masing-masing Item Variabel Kemandirian (X4)

1 2 3 4 Rata-
Item rata
f % f % f % f % skor
Kesamaan Pendapat 4 5,0 7 8,8 64 80,0 5 6,3 2,88
Rencana Kerja 5 6,3 14 17,5 49 61,3 12 15,0 2,85
Kemandirian Program 3 3,8 14 17,5 36 45,0 27 33,8 3,09
Swadaya Masyarakat 5 6,3 9 11,3 13 16,3 53 66,3 3,43
Rata-rata variabel 3,06
Sumber: Data Primer diolah
Keterangan: skala 1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = tinggi, 4 = sangat tinggi

Untuk item ketiga belas, yaitu tentang kegiatan pertemuan rutin untuk

menyamakan pendapat terkait RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data,

responden yang memilih jawaban C (3) mencapai 80%, jawaban B (2) mencapai
17

8,8%, sedangkan pilihan jawaban D (4) mencapai 6,3% dan sebesar 5% memilih

jawaban A (1).

Untuk item keempat belas, yaitu tentang pembuatan rencana kerja

sebagai dasar kerja bersama terkait RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh

data, responden yang memilih jawaban C (3) mencapai 61,3%, jawaban B (2)

mencapai 17,5%, sedangkan pilihan jawaban D (42) mencapai 15% dan sebesar

6,3% memilih jawaban A (1).

Untuk item kelima belas, yaitu tentang pengelolaan mandiri untuk

kesuksesan program terkait RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data,

responden yang memilih jawaban C (3) mencapai 45%, jawaban D (4) mencapai

33,8%, sedangkan pilihan jawaban B (2) mencapai 17,5% dan sebesar 3,8%

memilih jawaban A (1).

Untuk item keenam belas, yaitu tentang upaya swadaya untuk

pelaksanaan kegiatan terkait RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data,

responden yang memilih jawaban D (4) mencapai 66,3%, jawaban C (3)

mencapai 16,3%, sedangkan pilihan jawaban B (2) mencapai 11,3% dan sebesar

6,3% memilih jawaban A (1).

2). Implementasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Pemukiman (Y)

Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi masing-masing Item Variabel Implementasi


Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Pemukiman (Y)

1 2 3 4 Rata-
Item rata
f % f % f % f % skor
Kesesuaian implementasi 4 5 8 10 28 30 44 55 3,35
Kendala 5 6,3 9 11,3 8 10,0 58 72,5 3,49
Keuntungan 4 5,0 7 8,8 4 5,0 65 81,3 3,63,
Keberhasilan 5 6,3 6 7,5 12 15,0 57 71,3 3,51
Rata-rata variabel 3,50
Sumber: Data Primer diolah
Keterangan: skala 1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = tinggi, 4 = sangat tinggi
18

Untuk item ketujuh belas, yaitu tentang kesesuaian implementasi

kebijakan terkait RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data, responden yang

memilih jawaban D (4) mencapai 55%, jawaban C (3) mencapai 30%, sedangkan

pilihan jawaban B (2) mencapai 10% dan sebesar 5% memilih jawaban A (1).

Untuk item kedelapan belas, yaitu tentang kemampuan mengatasi

kendala implementasi kebijakan RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data,

responden yang memilih jawaban D (4) mencapai 72,5%, jawaban B (2)

mencapai 11,3%, sedangkan pilihan jawaban C (3) mencapai 10% dan sebesar

6,3% memilih jawaban A (1).

Untuk item kesembilan belas, yaitu tentang nilai keuntungan yang

diperoleh terkait implementasi kebijakan RTH di lingkungan pemukiman,

diperoleh data, responden yang memilih jawaban D (4) mencapai 81,3%,

jawaban B (2) mencapai 8,8%, sedangkan responden yang memilih jawaban C

(3) dan jawaban A (1) masing-masing sebesar 5%.

Untuk item kedua puluh, yaitu tentang keberhasilan implementasi

kebijakan RTH di lingkungan pemukiman, diperoleh data, responden yang

memilih jawaban D (4) mencapai 71,3%, jawaban C (3) mencapai 15%,

sedangkan pilihan jawaban B (2) mencapai 7,5% dan sebesar 6,3% memilih

jawaban A (1).

Secara keseluruhan hasil analisis deskriptif variabel penelitian dapat

dijelaskan dalam tabel 4.17 berikut ini:

Tabel 4.17. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Rata-rata
Skor
Variabel skor yang Deskripsi
tertinggi
diperoleh
Kesiapan Sumber Daya
4 3,24 Tinggi
Manusia
Interaksi Warga 4 3,05 Tinggi
Pengambilan Keputusan 4 3,03 Tinggi
19

Kemandirian Warga 4 3,06 Tinggi


Implementasi Kebijakan RTH 4 3,50 Tinggi
Sumber: Data Primer diolah

4.3.4. Uji Analisis Jalur (Path Analysis)

(1) Untuk mengetahui hubungan atau pengaruh variabel kemandirian warga (X4)

terhadap variabel kesiapan SDM (X1) dilakukan uji terhadap model

persamaan 1. Hasil uji path analysis persamaan 1, ditunjukkan tabel di

bawah ini:

Tabel 4.18. Hasil Uji Analisis Jalur Persamaan 1

Variabel Beta t Sig t Keterangan


X4 0.821 12.689 0.000 Signifikan
R Square = 0.674
Variabel dependen = X1
Sumber: Print out SPSS ver. 15 for windows

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa :

a. Dari nilai Sig t sebesar 0.000. Jadi Sig t < 5%. Artinya bahwa variabel X 4

berpengaruh terhadap X1. Karena koefisien bertanda positif (0.821) maka

pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya semakin tinggi X 4, semakin

tinggi pula X1.

b. Dari nilai R Square menunjukkan nilai sebesar 0.674 atau 67.4%. Artinya

bahwa variabel X1 dipengaruh sebesar 67.4% oleh X4 sedangkan sisanya

32.6% dipengaruhi oleh variabel lain di luar X4 yang diteliti.

c. Hasil analisis path persamaan 1:

ZX1 = 0.821 ZX4 + e1


20

(2) Untuk mengetahui hubungan atau pengaruh variabel kemandirian warga (X4)

terhadap variabel interaksi warga (X2) dilakukan uji terhadap model

persamaan 2. Hasil uji path analysis persamaan 2, ditunjukkan tabel di

bawah ini:

Tabel 4.19. Hasil Uji Analisis Jalur Persamaan 2

Variabel Beta t Sig t Keterangan


X4 0.807 12.090 0.000 Signifikan
R Square = 0.652
Variabel dependen = X2
Sumber: Print out SPSS ver. 15 for windows

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa :

a. Dari nilai Sig t sebesar 0.000. Jadi Sig t < 5%. Artinya bahwa variabel X 4

berpengaruh terhadap X2. Karena koefisien bertanda positif (0.807) maka

pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya semakin tinggi X 4, semakin

tinggi pula X2.

b. Dari nilai R Square menunjukkan nilai sebesar 0.652 atau 65.2%. Artinya

bahwa variabel X2 dipengaruh sebesar 65.2% oleh X4 sedangkan sisanya

34.8% dipengaruhi oleh variabel lain di luar X4 yang diteliti.

c. Hasil analisis path persamaan 2:

ZX2 = 0.807 ZX4 + e2

(3) Untuk mengetahui hubungan atau pengaruh variabel kesiapan SDM (X 1),

variabel kemandirian warga (X4), dan variabel interaksi warga (X2) terhadap

variabel pengambilan keputusan (X3) dilakukan uji terhadap model

persamaan 3. Hasil uji path analysis persamaan 3, ditunjukkan tabel di

bawah ini:
21

Tabel 4.20. Hasil Uji Analisis Jalur Persamaan 3

Variabel Beta t Sig t Keterangan


X1 0.293 2.675 0.009 Signifikan
X2 0.472 4.456 0.000 Signifikan
X4 0.177 1.820 0.073 Tidak signifikan
R Square = 0.652
Variabel dependen = X3
Sumber: Print out SPSS ver. 15 for windows

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa :

a. - Dari nilai Sig t untuk X1 sebesar 0.009. Jadi Sig t < 5%. Artinya bahwa

variabel X1 berpengaruh terhadap X3. Karena koefisien bertanda positif

(0.293) maka pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya semakin tinggi

X1, semakin tinggi pula X3.

- Dari nilai Sig t untuk X2 sebesar 0.000. Jadi Sig t < 5%. Artinya bahwa

variabel X2 berpengaruh terhadap X3. Karena koefisien bertanda positif

(0.472) maka pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya semakin tinggi

X2, semakin tinggi pula X3.

- Dari nilai Sig t untuk X4 sebesar 0.073. Jadi Sig t > 5%. Artinya bahwa

variabel X4 tidak berpengaruh terhadap X3. Artinya berapapun besar X4,

tidak akan mempengaruhi X3.

b. Dari nilai R Square menunjukkan nilai sebesar 0.796 atau 79.6%. Artinya

bahwa variabel X3 dipengaruh sebesar 79.6% oleh X1, X2, dan X4 sedangkan

sisanya 34.8% dipengaruhi oleh variabel lain di luar X1, X2, dan X4 yang

diteliti.

c. Hasil analisis path persamaan 3:

ZX3 = 0.293 ZX1 + 0.472 ZX2 + 0.177 ZX4 + e2


22

(4) Untuk mengetahui hubungan atau pengaruh variabel kesiapan SDM (X 1),,

variabel pengambilan keputusan (X3), variabel interaksi warga (X2), dan

variabel kemandirian warga (X4) terhadap variabel Implementasi Kebijakan

RTH (Y) dilakukan uji terhadap model persamaan 4. Hasil uji path analysis

persamaan 4, ditunjukkan tabel di bawah ini:

Tabel 4.21. Hasil Uji Analisis Jalur Persamaan 4

Variabel Beta t Sig t Keterangan


X1 0.320 4.263 0.000 Signifikan
X2 0.118 1.515 0.134 Tidak signifikan
X3 0.383 5.096 0.000 Signifikan
X4 0.198 3.030 0.003 Signifikan
R Square = 0.913
Variabel dependen = Y

Sumber: Print out SPSS ver. 15 for windows

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa :

a. - Dari nilai Sig t untuk X1 sebesar 0.000. Jadi Sig t < 5%. Artinya bahwa

variabel X1 berpengaruh terhadap Y. Karena koefisien bertanda positif

(0.320) maka pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya semakin tinggi

X1, semakin tinggi pula Y.

- Dari nilai Sig t untuk X2 sebesar 0.134. Jadi Sig t > 5%. Artinya bahwa

variabel X2 tidak berpengaruh terhadap Y. Artinya berapapun besar X2,

tidak akan mempengaruhi Y.

. - Dari nilai Sig t untuk X3 sebesar 0.000. Jadi Sig t < 5%. Artinya bahwa

variabel X3 berpengaruh terhadap Y. Karena koefisien bertanda positif

(0.383) maka pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya semakin tinggi

X3, semakin tinggi pula Y.


23

- Dari nilai Sig t untuk X4 sebesar 0.003. Jadi Sig t < 5%. Artinya bahwa

variabel X4 berpengaruh terhadap Y. Karena koefisien bertanda positif

(0.198) maka pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya semakin tinggi

X4, semakin tinggi pula Y.

b. Dari nilai R Square menunjukkan nilai sebesar 0.913 atau 91.3%. Artinya

bahwa variabel Y dipengaruhi sebesar 91.3% oleh X1, X2, X3 dan X4

sedangkan sisanya 8.7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar X 1, X2, X3, dan

X4 yang diteliti.

c. Hasil analisis path persamaan 4:

ZY = 0.320 ZX1 + 0.118 ZX2 + 0.383 ZX3 + 0.198 ZX4 + e2

4.3.4.1. Goodness of Fit Model

Pengujian Goodness of Fit model menggunakan koefisien determinasi

total. Hasil keempat persamaan diperoleh sebagai berikut:

R21 = 0.674

R22 = 0.652

R23 = 0.796

R24 = 0.913

Sehingga diperoleh

P2e1 = 1 – 0.674 = 0.326

P2e2 = 1 – 0.652 = 0.348

P2e2 = 1 – 0.796 = 0.204

P2e2 = 1 – 0.913 = 0.087

Sehingga diperoleh koefisien determinasi total adalah sebagai berikut:

R2m = 1 – 0.326x0.348x0.204x0.087 = 0.997 atau 99.7%


24

Jadi hasil analisis korelasi antara variabel kesiapan SDM, variabel

interaksi warga, variabel pengambilan keputusan, dan variabel kemandirian

warga dengan implementasi kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman di

Kelurahan Bareng yang dapat dijelaskan oleh model tersebut adalah sebesar

99.7%, dengan kata lain informasi yang terkandung dalam data 99.7% dapat

dijelaskan oleh model tersebut. Sedangkan yang 0.3% dijelaskan oleh variabel

lain (yang belum terdapat di dalam model).

4.3.4.2. Model yang diperoleh

Gambar 4.1 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat

Model di atas dapat menjelaskan 99.7% dari keadaan sebenarnya. Garis

putus-putus menunjukkan path yang nonsignifikan (tidak berpengaruh).

(1) Pengaruh Langsung


25

Pada tabel berikut ini dapat dilihat hasil pengukuran pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara langsung, tanpa melalui variabel
lain.

Tabel 4.22. Hasil Analisis Pengaruh Langsung Variabel Dependen dan Variabel
Independen

Variabel Variabel
Beta Sig t Keterangan
Independen Dependen
X4 X1 0.821 0.000 Signifikan
X4 X2 0.807 0.000 Signifikan
X1 X3 0.293 0.009 Signifikan
X2 X3 0.472 0.000 Signifikan
X4 X3 0.177 0.073 Tidak Signifikan
X1 Y 0.320 0.000 Signifikan
X2 Y 0.118 0.134 Tidak Signifikan
X3 Y 0.383 0.000 Signifikan
X4 Y 0.198 0.003 Signifikan
Sumber: Data primer diolah

(2) Pengaruh Tidak Langsung

Pengaruh tidak langsung diperoleh dari hasil kali antara pengaruh

langsung. Jika kedua pengaruh langsung tersebut signifikan, maka pengaruh

tidak langsung juga signifikan. Sebaliknya jika salah satu di antara pengaruh

langsung tidak signifikan maka pengaruh tidak langsung tidak signifikan.

Terdapat beberapa pengaruh tidak langsung, sebagai berikut:

1. Pengaruh tidak langsung antara variabel Kemandirian Warga (X 4)

terhadap variabel Pengambilan Keputusan (X3)

a) Pengaruh tidak langsung variabel X4 terhadap variabel X3 melalui

variabel X1

0.821 0.293
Kemandirian Warga (X4) Kesiapan SDM (X1) Pengambilan Keputusan (X3)

Gambar 4.2. Pengaruh tidak langsung X4 terhadap X3 melalui X1


26

Pengaruh tidak langsung antara X4 terhadap X3 diperoleh dari

perkalian dua pengaruh langsung yaitu: (1) pengaruh langsung X 4 ke

X1 sebesar 0.821, dengan (2) pengaruh langsung X1 ke X3 sebesar

0.293. Sehingga diperoleh pengrauh tidak langsung sebesar 0.821 x

0.293 = 0.241. Karena kedua pengaruh langsung signifikan, maka

pengaruh tidak langsung antara variabel X4 terhadap variabel X3

melalui Variabel X1 adalah signifikan.

Koefisien bertanda positif menandakan bahwa pengaruhnya

searah, semakin tinggi nilai variabel X 4, semakin tinggi pula nilai

variabel X3, jika nilai variabel X1 juga semakin tinggi.

b) Pengaruh tidak langsung variabel X4 terhadap variabel X3 melalui

variabel X2

0.807 0.472
Kemandirian Warga (X4) Interaksi Warga (X2) Pengambilan Keputusan (X3)

Gambar 4.3. Pengaruh tidak langsung X4 terhadap X3 melalui X2

Pengaruh tidak langsung antara variabel X4 terhadap variabel X3

diperoleh dari perkalian dua pengaruh langsung, yaitu: (1) pengaruh

langsung X4 ke X2 sebesar 0.807, dengan (2) pengaruh langsung X 2 ke

X3 sebesar 0.472. Sehingga diperoleh pengaruh tidak langsung 0.807 x

0.472 = 0.381. Karena kedua pengaruh langsung signifikan, maka

pengaruh tidak langsung antara X4 terhadap X3 melalui X2 adalah

signifikan. Koefisien bertanda positif menandakan bahwa pengaruhnya

searah. Semakin tinggi X4, semakin tinggi pula X3, jika X2 juga semakin

tinggi. Sehingga pengaruh tidak langsung antara X4 terhadap X3 melalui

X1 dan X2 sebesar 0.241 + 0.381 =0.622.


27

2. Pengaruh tidak langsung antara variabel Interaksi warga (X 2) terhadap Y


melalui variabel Pengambilan Keputusan (X3)

0.472
Interaksi Warga (X2) Pengambilan Keputusan (X30.198
) Implementasi Kebijakan (Y)

Gambar 4.4. Pengaruh tidak langsung X4 terhadap X2 melalui X3

Pengaruh tidak langsung antara X2 terhadap Y diperoleh dari

perkalian dua pengaruh langsung yaitu (1) pengaruh langsung X2 ke X3

sebesar 0.472, dengan (2) pengaruh langsung X3 ke Y sebesar 0.383.

Sehingga diperoleh pengaruh tidak langsung 0.472 x 0.383 = 0.181.

Karena kedua pengaruh langsung signifikan, maka pengaruh tidak

langsung antara X2 terhadap Y melalui X3 adalah signifikan. Koefisien

bertanda positif menandakan bahwa pengaruhnya searah. Semakin tinggi

X2, semakin tinggi pula Y, jika X3 juga semakin tinggi.

Berdasarkan teori trimming (revisi model), jalur pengaruh langsung yang

tidak signifikan dibuang, sehingga diperoleh model yang didukung oleh data

empirik. Kemudian dengan telaah pengaruh langsung dan tidak langsung

diperoleh diagram pada gambar 4.5., sebagai berikut:

Kesiapan SDM (X1)

0.320
0.821
0.293

Kemandirian Warga (X4) Pengambilan Keputusan (X0.383


3) Implementasi Kebijakan RTH (Y)

Tdk langsung melalui X1 dan X2 sebesar : 0.241+0.381= 0.622

0.807 0.472
Tdk langsung melalui X3 sebesar 0.093
Interaksi Warga (X2)

0.198

Gambar 4.5 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Bebas terhadap


Variabel Terikat Menggunakan Trimming Theory
28

Keterangan: garis lurus menyatakan pengaruh langsung, dan garis putus-


putus menyatakan pengaruh tidak langsung.

4.3.5. Pengujian Hipotesis

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat

variabel bebas, yaitu: Kesiapan Sumber Daya Manusia, Interaksi Warga,

Pengambilan Keputusan serta Kemandirian Warga, dan satu variabel terikat,

yaitu Implementasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau/RTH. Untuk menguji

hipotesis yang yang diajukan telah dilakukan uji analisis jalur sebagaimana

terlihat hasilnya pada poin 4.3.4 dan pada model gambar 4.5 tersebut di atas.

Hasil pengujian hipotesis yang diperoleh dapat dikemukakan sebagai berikut:

Tabel 4.23. Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Hasil pengujian Keterangan

Hip. 1: X4 ke X1 Signifikan dan positif Melalui pengaruh langsung


Hip. 2: X4 ke X2 Signifikan dan positif Melalui pengaruh langsung
Hip. 3: X1 ke X3 Signifikan dan positif Melalui pengaruh langsung
Hip. 4: X2 ke X3 Signifikan dan positif Melalui pengaruh langsung
Melalui pengaruh tidak
Hip. 5: X4 ke X3 Signifikan dan positif
langsung (melalui X1 dan X2)
Hip. 6: X1 ke Y Signifikan dan positif Melalui pengaruh langsung
Hip. 7: X3 ke Y Signifikan dan positif Melalui pengaruh langsung
Melalui pengaruh tidak
Hip. 8: X2 ke Y Signifikan dan positif
langsung (melalui X3)
Hip. 9: X4 ke Y Signifikan dan positif Melalui pengaruh langsung
Sumber: Data Primer diolah

4.3.6. Uji Asumsi Model

(1) Uji Normalitas


29

Pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Asumsi

linieritas terpenuhi, jika nilai p-value lebih besar dari 5%. Hasil Pengujian yang

diperoleh adalah sebagaimana terlihat pada tabel 4.24., sebagai berikut:

Tabel 4.24. Hasil Pengujian Asumsi Normalitas

Persamaan P-value Keterangan


1 0.078 Asumsi Normalitas Terpenuhi
2 0.546 Asumsi Normalitas Terpenuhi
3 0.492 Asumsi Normalitas Terpenuhi
4 0.226 Asumsi Normalitas Terpenuhi
Sumber: Print out SPSS ver. 15 for windows

Terlihat semua nilai P-value > 0.05, sehingga asumsi normalitas

terpenuhi, maka model regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel

terikat (implementasi kebijakan RTH) berdasarkan variabel bebasnya.

(2) Uji Kebebasan

Pengujian kebebasan menggunakan Uji Durbin Watson. Asumsi

kebebasan terpenuhi jika nilai Durbin Watson terletak di antara dU dan 4-dU

(nilai dU diperoleh dari tabel statistika Durbin Watson). Hasil Pengujian yang

diperoleh adalah sebagaimana terlihat pada tabel 4.25., sebagai berikut:

Tabel 4.25. Hasil Pengujian Asumsi Kebebasan

Persamaan Durbin dU 4- dU Keterangan


Watson
1 1.91 1.66 2.34 Asumsi Kebebasan
Terpenuhi
2 1.89 1.66 2.34 Asumsi Kebebasan
Terpenuhi
3 1.82 1.72 2.29 Asumsi Kebebasan
Terpenuhi
4 2.26 1.74 2.26 Asumsi Kebebasan
Terpenuhi
Sumber: Print out SPSS ver. 15 for windows
30

Terlihat semua nilai Durbin Watson terletak di antara dU dan 4-dU,

sehingga asumsi kebebasan terpenuhi.

(3) Uji Linieritas

Pengujian asumsi linieritas menggunakan metode Curve Fit. Jika model

linier signifikan atau seluruh model nonsignifikan, maka asumsi linieritas

terpenuhi. Hasil Pengujian yang diperoleh adalah sebagaimana terlihat pada

tabel 4.26., sebagai berikut:

Tabel 4. 26. Hasil Pengujian Asumsi Linieritas

Variabel Variabel Hasil Pengujian Keterangan


Bebas Terikat
X4 X1 Sig model linier 0.000 < 0.05 Linier
(model linier signifikan)
X4 X2 Sig model linier 0.000 < 0.05 Linier
(model linier signifikan)
X1 X3 Sig model linier 0.000 < 0.05 Linier
(model linier signifikan)
X2 X3 Sig model linier 0.000 < 0.05 Linier
(model linier signifikan)
X4 X3 Sig model linier 0.000 < 0.05 Linier
(model linier signifikan)
X1 Y Sig model linier 0.000 < 0.05 Linier
(model linier signifikan)
X2 Y Sig model linier 0.000 < 0.05 Linier
(model linier signifikan)
X3 Y Sig model linier 0.000 < 0.05 Linier
(model linier signifikan)
X4 Y Sig model linier 0.000 < 0.05 Linier
(model linier signifikan)
Sumber: Print out SPSS ver. 15 for windows

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil pengujian memperoleh

angka signifikan kurang dari 0,05 (model linier signifikan), sehingga model tepat

bila digunakan untuk uji regresi linier atau asumsi linieritas memenuhi

persyaratan.
31

4.4. Pembahasan Hasil

4.4.1. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan RTH

merupakan upaya melibatkan masyarakat atau perseorangan baik pada tahap

perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Upaya ini dimaksudkan untuk

menjamin hak masyarakat, untuk memberikan kesempatan akses dan mencegah

terjadinya penyimpangan pemanfaatan RTH oleh masyarakat dalam pengelolaan

RTH.

Partisipasi masyarakat dalam penataan ruang kawasan perkotaan

merupakan suatu keharusan agar berbagai ide dan aspirasi orisinil stakeholders

dapat terakomodasi secara adil dan seimbang, termasuk bagi kelompok-

kelompok marginal perkotaan. Pelibatan masyarakat perlu dikembangkan

berdasarkan konsensus yang disepakati bersama serta dilakukan dengan

memperhatikan karakteristik sosial-budaya setempat dan model kelembagaan

setempat seperti misalnya melalui forum kota atau rembug masyarakat. Dalam

konteks ini pembinaan peran serta masyarakat dalam penataan ruang telah

diatur melalui Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan

Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat yang

merupakan penjabaran dari Undang-Undang No.24 Tahun 1992.

Apabila dikaji dari segi teoritis, hasil penelitian tentang implementasi

kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman di Kelurahan Bareng, Kecamatan

Klojen, Kota Malang mendukung pendapat Cormick (Arimbi, 2008) dan Mitchell

(Setiawan, 2003:20), dimana keputusan tentang persoalan terkait ruang terbuka

hijau taman lingkungan pemukiman sepenuhnya di tangan masyarakat.

Partisipasi dilaksanakan pada forum rapat/musyawarah atau urun rembug tingkat


32

kelurahan (musbangkel) melalui perwakilannya seperti: ketua-ketua RT/RW,

BKM dan tokoh-tokoh masyarakat/agama.

Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat terhadap implementasi

kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman dapat dihitung dengan cara

melakukan pembagian antara skor tertinggi kriterium dengan skor data yang

diperoleh. Skor tertinggi kriterium untuk variabel bebas ( kesiapan SDM, interaksi

warga, pengambilan keputusan, dan kemandirian warga) adalah 6400, yang

diperoleh dari perkalian antara skala jawaban pertanyan (4), item pertanyaan

untuk partisipasi (20), dan jumlah responden (80), yaitu (4 x 20 x 80). Sedangkan

jumlah skor total variabel partisipasi masyarakat terhadap implementasi

kebijakan RTH berdasarkan data lapangan adalah 3968 (Lampiran 1, Tabel L1).

Dengan demikian tingkat partisipasi masyarakat terhadap implementasi

kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman di Kelurahan Bareng, Kecamatan

Klojen, Kota Malang diperoleh angka sebesar:

Total skor data lapangan


TPM = ------------------------------------- x 100%
Total skor tertinggi kriterium

3968
= ------- x 100%
6400

= 62%

Hasil penghitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat

partisipasi masyarakat Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang

terhadap implementasi kebijakan RTH taman lingkunga pemukiman termasuk

kategori tinggi, yakni sebesar 62%. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan

penghitungan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.17 dan tabel 4.23 serta

sesuai dengan pernyataan salah satu pengurus RW 08 Kelurahan Bareng yang


33

pernah disampaikan dalam sebuah wawancara bahwa 70% warganya aktif

dalam kegiatan-kegiatan kewargaan.

Dengan metode penghitungan yang sama, yaitu membandingkan antara

total skor kriterium tertinggi dengan total skor hasil masing-masing item dari

variabel bebas akan diketahui proporsi untuk masing-masing item tersebut

sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.27 berikut ini:

Tabel 4.27. Proporsi Total Item dari masing-masing Variabel Bebas

Proporsi
No. Variabel Item
(%)

1) Tingkat Pengetahuan
Kesiapan Sumber Daya Manusia 2) Pengalaman
1. 20.51
(X1) 3) Kemauan Diri
4) Adaptasi Lingkungan
5) Frekuensi Pertemuan
Interaksi Warga 6) Frekuensi Kehadiran
2. 19.21
(X2) 7) Kemukakan Pendapat
8) Tukar Pendapat
9) Rumuskan Masalah
Pengambilan Keputusan 10) Tingkat Kebersamaan
3. 19.05
(X3) 11) Pemecahan Masalah
12) Musyawarah Mufakat
13) Kesamaan Pendapat
Kemandirian Warga 14) Rencana Kerja
4. 19.25
(X4) 15) Kemandirian Program
16) Swadaya Masyarakat
Sumber: Data Primer diolah

Kemudian, untuk mendapatkan gambaran dari masing-masing variabel

bebas dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Kesiapan Sumber Daya Manusia


34

Kemampuan melakukan adaptasi dengan warga setempat merupakan

salah satu faktor nyata yang dapat dirasakan untuk membangun ruang

komunikasi dan menyampaikan maksud (kehendak bersama) guna

melaksanakan kegiatan. Selain itu, terdapat faktor pendukung lain yang juga

cukup penting untuk mensukseskan pengelolaan RTH lingkungan pemukiman,

yakni kemauan diri berpartisipasi, pengalaman, serta pemahaman/pengetahuan.

Berdasarkan tabel 4.12, ditinjau dari aspek kesiapan sumber daya

manusia, implementasi kebijakan ruang terbuka hijau taman lingkungan

pemukiman di Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang dinilai oleh

responden 3,24 dengan Skala likert termasuk dalam penilaian tinggi. Proporsi

terbesar diperoleh dalam wujud kemampuan melakukan adaptasi lingkungan

dengan nilai rata-rata sebesar 47,80%, sedangkan proporsi paling rendah

diperoleh pada tingkat pemahaman/pengetahuan warga tentang RTH dengan

nilai rata-rata sebesar 6,58%. Diagram pada gambar 4.6 berikut ini

memperlihatkan tingkat kesiapan SDM terhadap implementasi kebijakan RTH

taman lingkungan pemukiman.

Hasil penelitian ini mendukung teori Michelsen (1976: 90) bahwa pola dan

gaya hidup masyarakat bawah yang menganut pola hidup komunal sangat erat

dalam membentuk kesiapan SDM dalam mengelola masalah kebersihan dan

pemeliharaan lingkungan tempat tinggal mereka, dan hasil survei Cohen dan

Elmicke bahwa masyarakat menganggap taman merupakan kebutuhan hidup

ang esensial (Verdiansyah, 2006:15).

Kuantitas Kesiapan SDM (%)

6.58
47.80 8.78
sangat rendah
rendah
tinggi
sangat tinggi
36.90
35

Gambar 4.6 Chart Kuantitas Kesiapan Sumber Daya Manusia


terhadap Implementasi Kebijakan RTH Pemukiman

2) Interaksi Warga

Kemampuan melakukan tukar pendapat (diskusi) dengan warga yang lain

merupakan salah satu faktor nyata yang dapat dirasakan untuk membangun

ruang komunikasi dan menyampaikan maksud (kehendak bersama) guna

melaksanakan kegiatan. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan faktor lain

untuk mensukseskan pengelolaan RTH lingkungan pemukiman, yakni frekuensi

pertemuan warga, frekuensi kehadiran dalam pertemuan-pertemuan, dan

partisipasi dalam mengemukakan pendapat.

Berdasarkan tabel 4.13, jika ditinjau dari aspek interaksi warga,

implementasi kebijakan ruang terbuka hijau taman lingkungan pemukiman di

Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang dinilai oleh responden 3,05

dengan Skala Likert termasuk dalam penilaian tinggi.

Proporsi terbesar diperoleh dalam wujud kemampuan bertukar pikiran

(diskusi) dengan nilai rata-rata sebesar 44,73%, sedangkan proporsi terbesar

kedua diperoleh pada tingkat seringnya menyampaikan pendapat/usul dalam

urun rembug warga tentang RTH dengan nilai rata-rata sebesar 34,10%.

Diagram pada gambar 4.7 berikut ini menggambarkan kuantitas interaksi warga

terhadap implementasi kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman.


Kuantitas Interaksi Warga (%)

7.53
13.73
34.10 sangat rendah
rendah
tinggi
sangat tinggi
44.73
36

Gambar 4.7 Chart Kuantitas Interaksi Warga terhadap Implementasi


Kebijakan RTH Pemukiman

Hasil penelitian ini mendukung teori Madanipour (1996:11) bahwa

taman/ruang terbuka dipahami sebagai ruang publik seharusnya dapat diakses

oleh masyarakat yang berbeda kelas, dan Tibbalds (2001:1) bahwa taman/ruang

terbuka dipahami oleh masyarakat sebagai bagian dari bidang publik ruang

perkotaan, serta Hariyono (2007:196) bahwa kecenderungan pergaulan sosial

yang bersifat out-door living sangat mendukung kelancaran dan keberhasilan

program pembangunan.

3) Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan mengambil tempat yang sangat menentukan

dalam rangka mewujudkan tanggung jawab sosial dan membentuk perilaku

masyarakat. Beberapa faktor yang dikaji terkait dengan pengambilan keputusan

dalam penelitian ini adalah kemampuan warga dalam perumusan masalah,

tingkat kebersamaan, kemampuan problem solving, serta pencapaian

musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

Berdasarkan tabel 4.14, jika ditinjau dari aspek pengambilan keputusan,

implementasi kebijakan ruang terbuka hijau taman lingkungan pemukiman di


37

Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang dinilai oleh responden 3,03

dengan Skala Likert termasuk dalam penilaian tinggi.

Proporsi terbesar diperoleh dalam wujud kemampuan problem solving

antar warga dengan nilai rata-rata sebesar 50,95%, sedangkan proporsi terbesar

kedua diperoleh pada tingkat pencapaian musyawarah mufakat dalam

pengambilan keputusan dengan nilai rata-rata sebesar 29,38%. Diagram pada

gambar 4.8 berikut ini menggambarkan kuantitas pengambilan keputusan

terhadap implementasi kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman.

Kuantitas Pengambilan Keputusan (%)

6.80 12.85 sangat rendah


29.38 rendah
tinggi
sangat tinggi
50.954

Gambar 4.8 Chart Kuantitas Pengambilan Keputusan terhadap


Implementasi Kebijakan RTH Pemukiman

Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Canter

(1977), Cormick (1979), Goulet (1989), dan Wingert (1979) tentang partisipasi

masyarakat sebagai suatu kebijakan, strategi, alat komunikasi, alat penyelesaian

sengketa, dan sebagai terapi. Pengambilan keputusan mengambil tempat yang

sangat menentukan dalam rangka mewujudkan tanggung jawab sosial dan

membentuk perilaku masyarakat, baik mulai dari perumusan masalah, tingkat

kebersamaan, kemampuan problem solving, hingga tahap pencapaian

musyawarah mufakat.
38

4) Kemandirian Warga

Berdasarkan tabel 4.15, jika ditinjau dari aspek kemandirian warga,

implementasi kebijakan ruang terbuka hijau taman lingkungan pemukiman di

Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang dinilai oleh responden 3,06

dengan Skala Likert termasuk dalam penilaian tinggi.

Proporsi terbesar diperoleh dalam wujud pengelolaan mandiri oleh warga

untuk menunjang kesuksesan RTH dengan nilai rata-rata sebesar 50,65%,

sedangkan proporsi terbesar kedua diperoleh pada upaya swadaya pelaksanaan

kegiatan penataan RTH dengan nilai rata-rata sebesar 30,35%. Diagram pada

gambar 4.9 berikut ini menggambarkan kuantitas kemandirian warga terhadap

implementasi kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman.

Kuantitas Kemandirian Warga (%)

5.35 13.78
sangat rendah
30.35 rendah
tinggi
sangat tinggi
50.65

Gambar 4.9 Chart Kuantitas Kemandiriran Warga terhadap


Implementasi Kebijakan RTH Pemukiman
39

Hasil penelitian ini mendukung teori Smith (1982), Korten (1989), Howell

(1987), dan Pinkerton (1989) bahwa partisipasi masyarakat akan ditentukan oleh

paling tidak oleh aspek inisiatif/prakarsa/kemandirian, aspek kontrol masyarakat,

dan aspek manfaat hasil pembangunan bagi komunitas setempat.

4.4.2. Implementasi Kebijakan RTH Lingkungan Pemukiman

Berkaitan dengan implementasi kebijakan RTH lingkungan pemukiman

tentu barhubungan dengan berapa besar proses implementasi berhasil seperti

yang diharapkan oleh pembuat kebijakan. Kemampuan suatu organisasi atau

aktor untuk melaksanakan keputusan kebijakan sehingga ada jaminan

pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Terdapat 3 (tiga)

pendekatan sudut pandang yang digunakan dalam melihat proses implementasi,

(1) pemrakarsa/pembuat kebijakan; (2) pejabat-pejabat pelaksana di lapangan;

dan (3) kelompok-kelompok sasaran/target group (Wahab, 1997:63).

Dengan mengacu pada cara penilaian yang dikemukakan oleh Wahab

tersebut, maka untuk menilai keberhasilan implementasi kebijakan RTH taman

lingkungan pemukiman di Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Kota Malang,

peneliti menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu: (1) implementasi dari sudut

pandang pelaksana di lapangan; dan (2) implementasi dari sudut pandang aktor-

aktor perorangan diluar badan pemerintahan atau kelompok-kelompok sasaran.

Selain itu, penting sekali untuk memperhatikan faktor-faktor seperti

penilaian kesesuaian harapan dan hasil implementasi, faktor kendala-kendala

selama impelemntasi, nilai tambah atau keuntungan akibat implementasi serta

manfaat yang diperoleh setelah implementasi dicapai. Tabel 4.28 berikut ini
40

menggambarkan tingkat proporsi masing-masing item variabel implementasi

kebijakan RTH di Kelurahan Bareng, sebagai berikut:

Tabel 4.28. Proporsi Total Item dari Variabel Terikat

Proporsi
No. Variabel Item
(%)

17) Kesesuaian
implementasi
Implementasi Kebijakan RTH
1. 18) Kendala 22.00
(Y) 19) Keuntungan
20) Merasakan Keberhasilan
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.16, jika ditinjau dari aspek implementasi kebijakan

ruang terbuka hijau taman lingkungan pemukiman di Kelurahan Bareng,

Kecamatan Klojen, Kota Malang dinilai oleh responden 3,50 dengan Skala Likert

termasuk dalam penilaian tinggi.

Proporsi terbesar diperoleh dalam wujud keberhasilan pelaksanaan

kegiatan penataan RTH dengan nilai rata-rata sebesar 70,03%, sedangkan

proporsi minimal diperoleh terhadap kesesuaian implementasi dengan harapan

warga tentang RTH dengan nilai rata-rata sebesar 5,65%. Diagram pada gambar

4.10 berikut ini menggambarkan kuantitas implementasi kebijakan RTH taman

lingkungan pemukiman.

Kuantitas Implementasi Kebijakan


RTH Pemukiman (%)

5.65 9.40 15
sangat rendah
rendah
tinggi
sangat tinggi
70.03
41

Gambar 4.10 Chart Kuantitas Implementasi Kebijakan RTH Pemukiman

4.4.3. Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Implementasi Kebijakan

Ruang Terbuka Hijau Lingkungan Pemukiman

Partisipasi masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam

setiap proses pembangunan yang berorientasi peningkatan kesejahteraan

manusia, tingkat keterlibatan masyarakat memiliki makna sangat strategis

terhadap kelancaran dan berhasilnya program pembangunan. Conyers

(1994:154) bahkan menganggap bahwa pembangunan yang mengabaikan

partisipasi masyarakat memiliki peluang lebih besar mengalami kegagalan.

Kartasasmita (Purwaningsih, et. al., 2004:66) menunjukkan bukti empiris bahwa

kegagalan pembangunan atau pembangunan tidak memenuhi sasaran karena

kurangnya partisipasi masarakat, sering juga terjadi upaya penentangan

terhadap kebijakan program pembangunan itu sendiri.

Penataan dan pengelolaan ruang terbuka hijau merupakan salah satu

kerangka upaya melaksanakan program pembangunan berkelanjutan, yang tidak

hanya memperhatikan aspek fisik lingkungan pemukiman perkotaan tapi juga

sangat memperhatika aspek estetika, daya dukung dan daya tampung

lingkungan itu sendiri terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang erat (signifikan) antara partisipasi masyarakat terhadap

implementasi kebijakan ruang terbuka hijau taman lingkungan pemukiman di

Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Kota Malang. Keeratan hubungan ini

ditunjukkan dengan nilai koefisien determinan total sebesar 99,7%. Hal ini
42

sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Sinapoy (1999), Sahnung

(2000), Hanim (2003), Sam beckman (2004), dan Soegijoko (2005).

Penelitian juga menunjukkan bahwa ragam korelasi bentuk-bentuk

partisipasi masyarakat terhadap implementasi kebijakan ruang terbuka hijau

taman lingkungan pemukiman di Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Kota

Malang melalui uji analisis jalur (path analysis) diperoleh hasil sebagai berikut:

1). Variabel kemandirian warga (X4) berpengaruh terhadap variabel kesiapan

SDM (X1). Hasil uji path analysis diperoleh nilai Sig t sebesar 0.000. Jadi Sig

t < 5%. Artinya bahwa variabel X4 berpengaruh terhadap X1. Karena koefisien

bertanda positif (0.821) maka pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya

semakin tinggi X4, semakin tinggi pula X1. Sedangkan nilai R Square

menunjukkan nilai sebesar 0.674 atau 67.4%. Artinya bahwa variabel X 1

dipengaruh sebesar 67.4% oleh X4 sedangkan sisanya 32.6% dipengaruhi

oleh variabel lain di luar X4 yang diteliti.

2). Variabel kemandirian warga (X4) berpengaruh terhadap variabel interaksi

warga (X2). Hasil uji path analysis diperoleh nilai Sig t sebesar 0.000. Jadi Sig

t < 5%. Artinya bahwa variabel X4 berpengaruh terhadap X2. Karena koefisien

bertanda positif (0.807) maka pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya

semakin tinggi X4, semakin tinggi pula X2. Sedangkan nilai R Square

menunjukkan nilai sebesar 0.652 atau 65.2%. Artinya bahwa variabel X 2

dipengaruh sebesar 65.2% oleh X4 sedangkan sisanya 34.8% dipengaruhi

oleh variabel lain di luar X4 yang diteliti.

3). Variabel kesiapan SDM (X1), variabel kemandirian warga (X4), dan variabel

interaksi warga (X2) berpengaruh terhadap variabel pengambilan keputusan

(X3). Uji path analysis diperoleh hasil sebagai berikut:


43

a) Dari nilai Sig t untuk X1 sebesar 0.009. Jadi Sig t < 5%. Artinya bahwa

variabel X1 berpengaruh terhadap X3. Karena koefisien bertanda positif

(0.293) maka pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya semakin tinggi

X1, semakin tinggi pula X3.

b) Dari nilai Sig t untuk X2 sebesar 0.000. Jadi Sig t < 5%. Artinya bahwa

variabel X2 berpengaruh terhadap X3. Karena koefisien bertanda positif

(0.472) maka pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya semakin tinggi

X2, semakin tinggi pula X3.

c) Dari nilai Sig t untuk X4 sebesar 0.073. Jadi Sig t > 5%. Artinya bahwa

variabel X4 tidak berpengaruh terhadap X3. Artinya berapapun besar X4,

tidak akan mempengaruhi X3. Kemudian dilakukan uji lanjutan untuk

mengetahui pengaruh tidak langsung antara variabel Kemandirian Warga

(X4) terhadap variabel Pengambilan Keputusan (X3) melalui variabel

Kesiapan SDM (X1) dan melalui variabel Interaksi Warga (X2).

Pengaruh tidak langsung antara X4 terhadap X3 diperoleh dari perkalian

dua pengaruh langsung yaitu: (1) pengaruh langsung X 4 ke X1 sebesar

0.821, dengan (2) pengaruh langsung X 1 ke X3 sebesar 0.293. Sehingga

diperoleh pengrauh tidak langsung sebesar 0.821 x 0.293 = 0.241.

Karena kedua pengaruh langsung signifikan, maka pengaruh tidak

langsung antara variabel X4 terhadap variabel X3 melalui Variabel X1

adalah signifikan. Koefisien bertanda positif menandakan bahwa

pengaruhnya searah, semakin tinggi nilai variabel X4, semakin tinggi pula

nilai variabel X3, jika nilai variabel X1 juga semakin tinggi.

Pengaruh tidak langsung antara variabel X4 terhadap variabel X3

diperoleh dari perkalian dua pengaruh langsung, yaitu: (1) pengaruh

langsung X4 ke X2 sebesar 0.807, dengan (2) pengaruh langsung X2 ke X3

sebesar 0.472. Sehingga diperoleh pengaruh tidak langsung 0.807 x


44

0.472 = 0.381. Karena kedua pengaruh langsung signifikan, maka

pengaruh tidak langsung antara X4 terhadap X3 melalui X2 adalah

signifikan. Koefisien bertanda positif menandakan bahwa pengaruhnya

searah. Semakin tinggi X4, semakin tinggi pula X3, jika X2 juga semakin

tinggi. Sehingga pengaruh tidak langsung antara X4 terhadap X3 melalui

X1 dan X2 sebesar 0.241 + 0.381 =0.622.

Sedangkan nilai R Square menunjukkan nilai sebesar 0.796 atau 79.6%.

Artinya bahwa variabel X3 dipengaruh sebesar 79.6% oleh X1, X2, dan X4

sedangkan sisanya 34.8% dipengaruhi oleh variabel lain di luar X 1, X2,

dan X4 yang diteliti.

4). Variabel kesiapan SDM (X1), variabel pengambilan keputusan (X3), variabel

interaksi warga (X2), dan variabel kemandirian warga (X4) berpengaruh

terhadap variabel Implementasi Kebijakan RTH (Y). Hasil uji path analysis

diperoleh nilai sebagai berikut:

a) Dari nilai Sig t untuk X1 sebesar 0.000. Jadi Sig t < 5%. Artinya bahwa

variabel X1 berpengaruh terhadap Y. Karena koefisien bertanda positif

(0.320) maka pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya semakin tinggi

X1, semakin tinggi pula Y.

b) Dari nilai Sig t untuk X2 sebesar 0.134. Jadi Sig t > 5%. Artinya bahwa

variabel X2 tidak berpengaruh terhadap Y. Artinya berapapun besar X 2,

tidak akan mempengaruhi Y. Kemudian dilakukan uji lanjutan untuk

mengetahui pengaruh tidak langsung antara variabel Interaksi warga (X 2)

terhadap Y melalui variabel Pengambilan Keputusan (X3). Pengaruh tidak

langsung antara X2 terhadap Y diperoleh dari perkalian dua pengaruh

langsung yaitu (1) pengaruh langsung X2 ke X3 sebesar 0.472, dengan (2)

pengaruh langsung X3 ke Y sebesar 0.383. Sehingga diperoleh pengaruh

tidak langsung 0.472 x 0.383 = 0.181. Karena kedua pengaruh langsung


45

signifikan, maka pengaruh tidak langsung antara X 2 terhadap Y melalui X3

adalah signifikan. Koefisien bertanda positif menandakan bahwa

pengaruhnya searah. Semakin tinggi X2, semakin tinggi pula Y, jika X3

juga semakin tinggi.

c) Dari nilai Sig t untuk X3 sebesar 0.000. Jadi Sig t < 5%. Artinya bahwa

variabel X3 berpengaruh terhadap Y. Karena koefisien bertanda positif

(0.383) maka pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya semakin tinggi

X3, semakin tinggi pula Y.

d) Dari nilai Sig t untuk X4 sebesar 0.003. Jadi Sig t < 5%. Artinya bahwa

variabel X4 berpengaruh terhadap Y. Karena koefisien bertanda positif

(0.198) maka pengaruhnya adalah searah (positif). Artinya semakin tinggi

X4, semakin tinggi pula Y.

Sedangkan nilai R Square menunjukkan nilai sebesar 0.913 atau 91.3%.

Artinya bahwa variabel Y dipengaruhi sebesar 91.3% oleh X1, X2, X3 dan

X4 sedangkan sisanya 8.7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar X 1, X2,

X3, dan X4 yang diteliti.

Apabila ditinjau dari pengaruh hubungan antar variabel diperoleh hasil

bahwa partisipasi masyarakat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

implementasi kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman di Kelurahan Bareng,

Kecamatan Klojen, Kota Malang. Kondisi ini menunjukkan bahwa adanya

kesadaran yang tinggi dari masyarakat Kelurahan Bareng untuk meningkatkan

partisipasi mereka dalam memanfaatkan lahan lingkungan tempat tinggalnya

untuk menumbuhkan kesan keasrian/keindahan (fungsi estetis), kenyamanan

(fungsi sosial/budaya), serta kesejukan (fungsi ekologis/klimatologis).

Penelitian ini juga dapat menunjukkan bahwa meskipun tingkat

pendapatan masyarakat Kelurahan Bareng, Kecamatan Sukun, Kota Malang


46

masih belum dapat dikatakan mapan, tetapi kondisi ketertinggalan secara

ekonomi dan pendidikan tidak selalu memiliki kaitan terhadap kerusakan

lingkungan. Sebaliknya, terdapat upaya yang sungguh-sungguh masyarakat

Kelurahan Bareng untuk menjaga dan memanfaatkan lahan lingkungan sekitar

mereka sebaik mungkin dan peduli pada permasalahan kualitas hidup manusia

dan lingkungannya.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kemandirian masyarakat,

kesiapan SDM, dan pengambilan keputusan memiliki pengaruh secara langsung

terhadap implementasi kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman, yang

berarti ketiga aspek tersebut memegang peran yang sangat penting dan

dominan dalam mendukung keberhasilan proses kebijakan pembangunan dan

implementasinya. Menumbuhkan dan menjaga konsistensi kemandirian warga

Kelurahan Bareng, Kecamatan Sukun, Kota Malang merupakan langkah yang

sangat penting untuk dipertahankan dalam menghadapi masalah-masalah

lingkungannya. Kemandirian berarti menunjukkan tingkat kematangan solidaritas

masyarakat Kelurahan Bareng dan juga menunjukkan rendahnya derajat

ketergantungan kepada siapapun dalam melakukan identifikasi kebutuhan diri

dan solusi mencapai tujuan sosial bersama-sama.

Sedangkan pengaruh interaksi antar warga/masyarakat terhadap

implementasi kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman dapat dikatakan

signifikan apabila memperoleh pengaruh dari aspek pengambilan keputusan

yang disepakati oleh warga Kelurahan Bareng. Artinya, semakin tinggi dan cepat

tingkat kesepakatan yang diambil warga akan juga membawa pengaruh terhadap

kelancaran interaksi masyarakat dalam implementasi kebijakan RTH taman

lingkungan pemukiman di Kelurahan Bareng, Klojen-Kota Malang. Model

interaksi demikian, dalam konteks budaya bangsa kita lebih tepat dikatakan

sebagai kerja bersama-sama atau gotong royong. Dapat dikatakan bahwa gerak
47

warga Kelurahan Bareng dalam melaksanakan kegiatan membangun wilayahnya

sangat mengedepankan keterlibatan seluruh warga secara bersama-sama

sebagai bentuk tanggung jawab kolektif masyarakat terhadap kondisi

lingkungannya sendiri.

Pengambilan keputusan warga secara bersama-sama memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap implementasi kebijakan ruang terbuka

hijau/RTH taman lingkungan pemukiman di Kelurahan Bareng, Klojen-Kota

Malang. Artinya, masyarakat di Kelurahan Bareng memiliki komitmen yang tinggi

dengan mengambil langkah-langkah cepat dan terencana dalam melakukan

penataan lahan lingkungan sekitarnya guna mewujudkan lingkungan yang

bersih, nyaman, menarik, indah, dan sejuk.

Hal yang menarik dalam penelitian ini adalah meskipun tingkat

pemahaman/pengetahuan masyarakat tentang ruang terbuka hijau masih

rendah, dengan tingkat proporsi sebesar 6,58% (gambar 4.6), namun tingkat

kemandirian masyarakatnya dalam pengelolaan program RTH taman lingkungan

pemukiman ternyata memiliki tingkat proporsi tinggi, yakni sebesar 50,65%

(gambar 4.9). Kondisi ini cukup signifikan mempengaruhi tingkat keberhasilan

implementasi kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman di Kelurahan Bareng,

dibuktikan dengan nilai yang tinggi, yakni pada tingkat proporsi sebesar 70,03%

(gambar 4.10).

Melihat bentuk partisipasi sebagaimana dijelaskan di atas, menurut

Cormick (Arimbi, 2008) termasuk kategori partisipasi yang bersifat kemitraan.

Tingkat kemandirian warga terhadap persoalan pengelolaan lingkungan tempat

tinggalnya mendorong responden untuk berpartisipasi dalam implementasi

kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman, sejak melakukan perencanaan

program, pembahasan masalah, mencari alternatif pemecahan masalah hingga

membahas pengambilan keputusan.


48

4.4.4. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu

Untuk menjelaskan perbandingan hasil penelitian yang diperoleh dengan

penelitian sebelum ini, dapat dilihat sebagaimana yang ada pada tabel 4.29

berikut:

Tabel 4.29. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu

No. Nama Fokus Penelitian Hasil Penelitian Keterangan


Peneliti
(1) (2) (3) (4) (5)

1 SINAPOY Pengaruh Keterlibatan Nilai manfaat proyek yang Mendukung


(1999) Masyarakat Terhadap sesuai dengan kebutuhan
Pelaksanaan Program dan lingkungan setempat
Pembangunan memiliki pengaruh positif
Prasarana Kota terhadap partisipasi warga
Terpadu (P3KT) pada
Proyek Perbaikan
Kampung

2 SAHNUNG Implementasi Partisipasi masyarakat dalam Mendukung


(2000) Kebijakan Pemerintah mendukung program
Daerah Dalam kebersihan lingkungan dan
Program Kebersihan penanganan persampahan
Lingkungan Dan cukup tinggi. Kesadaran
Penanganan mereka tentang hal ini
Persampahan dilandasi motivasi nilai-nilai
budaya, estetika, agama, dan
kesehatan.

3 HANIM Partisipasi Masyarakat Keterlibatan tokoh Mendukung


(2003) Dalam Pengendalian masyarakat berada di posisi
Lingkungan Dari Sudut kunci, sehingga muncul
Pandang/Aspek sikap tanggung jawab untuk
Hukum Dan Kebijakan melaksanakan peraturan.
Serta Kelembagaan Bahkan secara tegas diatur
Yang Mengelola Das pula, jika pengusaha tidak
terlibat akan ada sanksi yang
tegas dan jelas.

4 SAM Mencari Upaya mengembangkan Mendukung


BECKMAN Keseimbangan pengelolaan TNAP menjadi
49

(2004) Pengelolaan Interaksi pengelolaan partisipatif lebih


antara Masyarakat dan menjamin keberlanjutan
Kawasan Taman kawasan konservasi serta
Nasional Alas Purwo peningkatan taraf ekonomi
(TNAP) dan budaya masyarakat.

5 SOEGIJOKO Partisipasi Masyarakat Keberhasilan dan Mendukung


(2005) Dalam Pemetaan Dan keberlanjutan partisisipasi
Perencanaan dipengaruhi oleh:(a). Tempat,
Kemisikinan waktu, dan orang-orang yang
tepat; (b). Kesiapan materi
dan sumberdaya manusia;
(c). Dukungan dan komitmen
pemerintah.

6 AHMAD Pembangunan Pemerintah maupun swasta Tidak


MONY Pembangkit Listrik (investor) menggunakan pola Mendukung
(2007) Tenaga Panas Bumi partisipasi semu dengan
(Geothermal) memobilisasi masyarakat
untuk menyetujui tanpa
terlebih dahulu ada informasi
yang benar dan komprehnsif
kepada publik tentang
pembangunan PLT Panas
Bumi

Sumber: Data sekunder diolah

Melihat hasil-hasil penelitian terdahulu sebagaimana tampak pada tabel

4.29 maupun hasil yang diperoleh dari penelitian ini, terdapat kesamaan nilai

bahwa keberhasilan program-program pembangunan yang berlangsung di

daerah-daerah merupakan dampak adanya bentuk partisipasi masyarakat dalam

setiap tahapan pembangunan. Program pembangunan yang tidak melibatkan

partisipasi masyarakat akan mengalami berbagai hambatan dan dampak negatif,

baik mulai tahap perencanaan, kemudian pada tahap implementasi sampai pada

tahap evaluasi, seperti yang terjadi pada kasus hasil penelitian yang dilakukan

oleh Ahmad Mony (2007).

Hasil penelitian lain, yakni yang dilakukan oleh Soekamto (et. al., 2004)

juga memberikan gambaran positif mengenai partisipasi masyarakat

sebagaimana juga penelitian yang dilakukan oleh Sinapoy (1999), Sahnung

(2000), Hanim (2003), Sam Beckman (2004), dan Soegijoko (2005). Penelitian
50

Soekamto (et. al., 2004) tentang pelaksanaan program penanggulangan

kemiskinan perkotaan (P2KP) di Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun Kota

Malang memberikan kesimpulan bahwa partispasi masyarakat memiliki pengaruh

signifikan atas keberhasilan pelaksanaan program-program ang disusun oleh tim

P2KP.

Perbedaan yang tampak antara penelitian ini dengan beberapa penelitian

terdahulu adalah: Pertama, mengenai obyek penelitian yang terkait dengan

partisipasi masyarakat, Sinapoy (1999) lebih fokus pada program pembangunan

prasarana kota terpadu (P3KT); Sahnung (2000) memfokuskan penelitiannya

pada kebijakan pemerintah daerah dalam program kebersihan lingkungan dan

penanganan persampahan; Hanim (2003) memfokuskan penelitiannya pada

pengendalian lingkungan dari sudut pandang/aspek hukum dan kebijakan serta

kelembagaan yang mengelola DAS; sementara Sam Beckman (2004) fokus pada

penelitian tentang upaya mencari keseimbangan pengelolaan interaksi antara

masyarakat dan Kawasan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP); dan Soegijoko

(2005) fokus pada penelitian tentang pemetaan dan perencanaan kemisikinan;

Kedua, partisipasi masyarakat yang dikaji oleh 2 (dua) peneliti terdahulu, yakni

Sam Beckman (2004) dan Soegijoko (2005) dalam kaitannya dengan

perencanaan program pembangunan sedangkan dalam penelitian ini mengkaji

partisipasi masyarakat dari aspek implementasi program pembangunan sebagai

hasil keputusan/kebijakan pemerintah.

Sementara tujuan penelitian ini yang mengkaji partisipasi masyarakat di

Kelurahan Bareng Kota Malang mendapatkan kesimpulan bahwa implementasi

kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman dipengaruhi secara signifikan oleh

partisipasi masyarakat kelurahan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan nilai

koefisien determinasi total (R2) sebesar 99,7%. Dapat pula dikatakan bahwa

informasi yang terkandung dalam data 99,7% dapat oleh model hipotesis.
51

4.4.5. Implikasi Penelitian

A. Perspektif Teori

Dalam perspektif pengembangan teori, penelitian ini dapat dianggap

sebagai pengembangan teori partisipasi masyarakat khususnya tentang aspek

kesiapan SDM, interaksi masyarakat, pengambilan keputusan serta kemandirian

masyarakat.

Temuan dalam penelitian ini membawa implikasi secara teoritik bahwa

kemandirian masyarakat memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap

kesiapan SDM dan interaksi masyarakat dalam meningkatkan partisipasi untuk

mendukung pembangunan dan implementasi kebijakan pembangunan

pemerintah Kota Malang, terutama tentang RTH pemukiman di lingkungan

tempat tinggalnya. Dengan demikian, penelitian ini mendukung teori/temuan

Michelsen (1976: 90), Madanipour (1996:11), Tibbalds (2001:1), Hariyono

(2007:196), Smith (1982), Korten (1989), Howell (1987), dan Pinkerton (1989),

serta Soekamto (et. al., 2004), Sinapoy (1999), Sahnung (2000), Hanim (2003),

Sam Beckman (2004), dan Soegijoko (2005). Sebaliknya, penelitian ini tidak

menghasilkan temuan yang sama dengan yang dilakukan oleh Mony (2007).

B. Implikasi Praktik

Temuan membawa implikasi secara praktik bahwa aspek kesiapan SDM,

interaksi masyarakat, pengambilan keputusan serta kemandirian masyarakat

memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan keberhasilan implementasi

kebijakan RTH taman lingkungan pemukiman di Kelurahan Bareng, Klojen, Kota

Malang. Oleh Karena itu, untuk lebih meningkatkan partisipasi masyarakat

Kelurahan Bareng, Klojen, Kota Malang menjadi sebuah bentuk partisipasi yang
52

aktif dan mandiri, relevansi tentang RTH harus terus disosialisasikan agar dapat

dipahami, diterima dan menjadi kesadaran bersama tentang manfaat dan nilai

penting dalam rangka implementasi kebijakan pengelolaan lingkungan

pemukiman yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai