Jenis dan Perubahan Bidang Kajian Dalam Pendidikan Islam Disusun oleh
Lukman hakim Rit onga
Makalah
“Sejarah Pemikiran dan Pendidikan Pada Masa Dinasti Abbasiyah“
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah pemikiran dan
pendidikan islam
Oleh :
Febrianty Bagunda
15.2.3.120
Dosen Pembimbing
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarahnya, pendidikan Islam telah mengalami pasang surut. Dari zaman
Rasulullah saw. hingga tiga rezim sesudahnya (kekhalifahan Rasyidin, Daulah
Umaiyyah, dan Abbasiyah) masing-masing dengan karakteristik perkembangannya
yang beragam sesuai dinamika yang berkembang pada masa itu. Masa keemasan Islam
atau sering disebut peradaban Islam dalam bidang pendidikan ditancapkan pada masa
Daulah Abbasiyah. Sebuah rezim yang dalam sejarah Islam dinisbahkan dari mana
silsilah keluarga Nabi Muhammad saw., al-Abbas (paman Nabi). Kemajuan yang pesat
diperoleh dinasti Abbasiyah dalam berbagai bidang kehidupan pada masa itu untuk
sekedar membandingkan dengan peradaban Islam kini secara jujur diakui, belum
tertandingi.
Masa ini dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam, yang
ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan
madrasah-madrasah (sekolah-sekolah) formal serta universitas-universitas dalam
berbagai pusat kebudayaan Islam. Lembaga-lembaga pendidikan, sekolah-sekolah dan
universitas-universitas tersebut nampak sangat dominan pengaruhnya dalam
membentuk pola kehidupan dan pola budaya kaum muslimin. Berbagai ilmu
pengetahuan yang berrkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan
pembentukan dan perkembangan berbagai macam aspek budaya kaum muslim.
Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam
dalam berbagai bidang, kususnya bidang ilmu pengetahuan. Pada zaman ini umat
Islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga ilmu
pengetahuan pada zaman ini mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Sebelum timbul sekolah dan universitas yang kemudian dikenal sebagai
lembaga pendidikan formal, dalam dunia islam sebenarya telah berkembang lembaga
lembaga pendidikan Islam yang bersifat non formal. Lembaga lembaga ini berkembang
terus dan bahkan bersamaan denganya tumbuh dan berkembang bentuk-bentuk
lembaga pendidikan non formal yang semakin luas
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan singkat tentang Dinasti Abbasiyah penulis mengangkat masalah :
A. Bagaimana Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
B. Apa Tujuan Pendidikan Pada masa Abbasiyah
C. Apa Saja Ilmu-ilmu Yang Berkembang Pada masa Abbasiyah
D. Apa Lembaga-lembaga Pendidikan Pada Masa Abasiyah
BAB II
PEMBAHASAN
1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (cet:20 Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008)
h..49
5 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (cet : 2Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011) h.147
6 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (cet: 1 Bogor: Prenada Media, 2003)h. 47.
Keturunan Ali (Alawiyin) pemimpinnya Abu Salamah;
Keturunan Abbas (Abbasiyah) pemimpinnya Ibrahim al-Iman;
Keurunan bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al-Khurasany. 7 Ketirunan Ali
yang pemimpinnya Abu salamah salah satu gerakan yang dibentuk guna meruntuhkan
Bani Ummayah, begitu juga dengan keturunan Abbas serta keturunan bangsa Persia
yang di himpun guna melancarkan gerakan untuk meruntuhkanBani Ummayah
Mereka memusatkan kegiatannya di Khurasan. Dengan usaha ini, pada tahun
132 H./750 M. tumbanglah Bani Umayyah dengan terbunuhnya Marwan ibn
Muhammad, khalifah terakhir Bani Umaiyah. Atas pembunuhan Marwan, mulailah
berdiri Daulah Abbasiyah dengan diangkatnya khalifah yang pertama, yaitu Abdullah
ibn Muhammad, dengan gelar Abu al-Abbas al-Saffah, pada tahun 132-136 H./750-754
M.8. Dengan persatuan yang dibangun oleh pendiri-pendiri abbasiyah pada tahun 132H
runtuhlah Bani Ummayah dengan terbunuhnya khilafah terakhir.
Dijadikan putra mahkota lebih dari jumlah satu orang seperti yang di kerjakan
oleh Marwan bin Muhammad yang menjadikan anaknya Abdulah dan Ubaidilah
7 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (cet: 1 Bogor: Prenada Media, 2003)h. 48.
8 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (cet:1 Bogor: Prenada Media, 2003)h. 48.
sebagai putra mahkota. Banyak menjadikan putra mahkota membuat banyak perbedaan
pemikiran yang berimbas pada datangnya banyak masalah.
KesombonganpembesarpembesarBaniUmmayahpadaakhirpemerintahannya.Kesombon
gan yang dilakukan Bani Ummayah membuat kekuasaan mereka cepat berakhir.
Timbulnya dukungan dari Al-Mawali (non Arab). Dukungan dari Al-Mawali ini
ternyata juga menjadi factor keruntuhan kekuasaan mereka.
10 Samsul munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (cet: 2 Jakarta: Amzah, 1992)h.138-141.
11 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam(cet: 4 Jakarta : Kencana,2011)h.67
Tujuan keagamaan dan akhlaq seperti pada masa sebelumnya. Anak-anak didik
diajar membaca/menghafal Al-Qur’an, ialah karena hal itu suatu kewajiban dalam
agama, supaya mereka mengikut ajaran agama dan berakhlak menurut agama. Begitu
juga mereka diajar ilmu tafsir, hadis dan sebagainya adalah karena tuntutan agama, lain
tidak. Tujuan keagamaan dan Ahlak ini ditujukan agar peserta didik yang diajar atau
dididik mempunyai pemaman keagamaan dan mempunyai ahlak yang baik sesuai
ajaran islam.
Tujuan Kemasyarakatan
Tujuan kemasyarakatan Selain tujuan keagamaan dan akhlak ada pula tujuan
kemasyarakatan, yaitu pemuda-pemuda belajar dan menuntut ilmu, supaya mereka
dapat mengubah dan memperbaiki masyarakat, dari masyarakat yang penuh kejahilian
menjadi masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan, dari masyarakat yang mundur
menjadi masyarakat yang maju dan makmur. Tujuan kemasyarakatan ini agar pemuda-
pemuda yang menuntut ilmu dapat memperbaiki masyarakat-masyarakat yang masih
dalam masa jahiliah.12
Tujuan Cinta akan ilmu pengetahuan Masyarakat pada saat itu belajar tidak
mengaharapkan apa-apa selain dari pada memperdalam ilmu pengetahuan. Mereka
merantau ke seluruh negeri islam untuk menuntut ilmu tanpa memperdulikan susah
payah dalam perjalanan yang umumnya dilakukan dengan berjalan kaki atau
mengendarai keledai. Tujuan mereka tidak lain untuk memuaskan jiwanya untuk
menuntut ilmu. Tujuan cibta akan ilmu pengetahuan ini dimaksudkan agar pemuda-
pemuda itu mencintai ilmu dan memperdakam ilmu pengetahuan.
12 Mamud Yunus. 1990. Sejarah Pendidikan Islam (cet: 7 Jakarta: PT. Hidakarya Agung)h.46
Tujuan Kebendaan
Tujuan kebendaan Pada masa itu mereka menuntut ilmu supaya mendapatkan
penghidupan yang layak dan pangkat yang tinggi, bahkan kalau memungkinkan
mendapat kemegahan dan kekuasaan di dunia ini, sebagaimana tujuan sebagian orang
pada masa sekarang ini. Tujuan kebendaan ini dimkasudkan agar pemuda-pemuda
yang menuntut ilmu dapat hidup yang layak karena memiliki ilmu.
13 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (cet : 7 Jakarta : PT Hidakarya Agung, 1963),h.
46
14 Mahrus As’ad, Sejarah Kebudayaan Islam, (cet : 4 Bandung: CV Amirco, 1994)h. 25-26
belaka yang berupa ibadah. Spirit kekaryaan belum sepenuhnya membumi
sebagaimana seharusnya. Akhirnya tampak beberapa ajaran yang menghendaki
kedinamisan dan kekreatifitasan dalam mengelola alam tidak terbukti kecuali hanya
ucapan –ucapan lisan yang tak berbekas.15 Banyak disebutkan dalam sejarah bahwa
penemuan-penemuan dan perkembangan ilmu pada masa abbasiyah belum ditemukan
kesamaannya khususnya dalam dunia islam.
Selama pemerintahan abbasiyah para guru mengikuti gaya Persia, mengenakan
tutup kepala Persia, celana lebar, rok, rompi, dan jaket. Semuanya ditutup dengan
jubah atau aba mantel luar dan taylasan diatas surban.16 Gaya guru-guru pada masa ini
banyak mengikuti gaya guru dari pesia.
Kemajuan yang dicapai oleh Bani Abbasiyah, khususnya dalam bidang ilmu
merupakan puncak kejayaan Islam sepanjang sejarah. Hal ini disebabkan karena :
Situasi dan kondisi sangat menunjang. Kondisi dan situasi pada saat Abbasiyah sangat
menunjang terjadinya kemajuan yang sangat pesat.
Keterlibatan semua pihak secara ikhlas dan sungguh-sungguh. Ikhlas dan sungguh-
sungguh juga menjadi factor yang sangat berpengaruh.
Adanya kemerdekaan dan kebebasan berfikir yang membuat umat Islam menjadi
sangat dinamis dan kreatif, jauh dari sikap fatalis dan taklid. Kemerdekan dan
kebebasan bagi umat islam yang membuat banyak pikiran-pikiran yang positif.
Perkembangan ini juga membawa Bani Abbasiyah menjadi terhormat dalam
kebudayaan, peradaban serta dunia pemikiran dan filsafat. Pada masa ini juga terlahir
ulama-ulama besar seperti:
bidang hukum: Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam ibn Hambal.
bidang teologi: Imam al Asy’ari, Abu al Huzail, al Nazzam, al Jubba’i.
16 Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, (cet: 2 Surabaya: Risalah
Gusti, 2003)h. 76-77
bidang mistisisme atau tasawwuf: Zunnun al Misri, Abu Yazid al Bustami, al Hallaj.
bidang filsafat: al Kindi, al Farabi, ibnu Sina, ibnu Maskawaih.
bidang ilmu pengetahuan: ibnu Al Hazam, Ibnu Hayyan, al Khawarizmi, al Mas’udi, al
Razi.17
Pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Tanpa pendidikan
manusia tidak akan menjadi manusia dalam arti sebenarnya, yaitu manusia yang utuh
dengan segala fungsinya, baik fisik maupun psikis.18 Pada masa Abbasiayh ini
pendidikan menjadi sangat penting untuk dikembangkan karena dengan pendidikan
akan melahirkan banyak kemajuan.
Pada masa Abbasiyah banyak kemajuan- kemajuan dalam bidang pendidikan
diantaranya yaitu:
Ilmu-ilmu itu diantaranya :
Ilmu Tafsir
Al Quran adalah sumber utama dalam agama Islam. oleh karena itu semua
perilaku umat Islam harus berdasarkan kepadanya, hanya saja tidak semua bangsa Arab
memahami arti yang terkandung di dalamnya. Maka bangunlah para sahabat untuk
menafsirkan, ada dua cara penafsiran, yaitu : yang pertama, tafsir bi al ma`tsur, yaitu
penafsiran Al Quran berdasarkan sanad meliputi al Qur’an dengan al Qur’an, al Qur’an
dengan aL Hadits. Yang kedua, tafsir bi ar ra`yi, yaitu penafsiran Al Qur’an dengan
mempergunakan akal dengan memperluas pemahaman yang terkandung
didalamnya.Ilmu tafsir adalah sumber utama bagi umat islam, pada masa ini ilmu tafsir
berkembang dengan baik, kehidupan umat islam berdasarkan al-quran walaupun tidak
semua orang arab memahai kandungannya.
Ahli tafsir bi al ma`tsur dipelopori oleh As Subdi (w.127 H), Muqatil bin
Sulaiman (w.150 H), dan Muhamad Ishaq. Sedangkan tafsir bi ar ra`yi banyak
dipelopori oleh golongan Mu`tazilah.Mereka yang terkenal antara lain Abu Bakar al
Diantara para ahli hadis pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Imam Bukhari
(194-256 H), karyanya Shahih al-Bukhari.Imam Muslim (w. 261 H), karyanya Shahih
Muslim.Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah, Abu Dawud, karyanya sunan Abu
Dawud.Imam an-Nasai, karyanya Sunan an-Nasai.Imam Baihaqi.21
Ilmu Filsafat
Ilmu Kedokteran
Pada masa daulah Abbasiyah berkembang pesat. Rumah-rumah sakit besar dan
sekolah kedokteran banyak didirikan. Di antara ahli kedokteran ternama adalah Abu
Zakaria Yahya bin Mesuwaih (w.242 H), seorang ahli farmasi di rumah sakit
Jundhisapur Iran.Abu Bakar ar-Razi (Rhazes) (864-932 M) dikenal sebagai “Galien
Arab”.Ibnu Sina (avicenna), karyanya yang terkenal adalah al-Qanun fi Ath-Thib
tentang teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas pengaruh obat-obatan, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, Canon of Medicine.Ar-Razi, adalah tokoh
pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles, ar-Razi adalah
22Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, (Cet. 3 Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999.) h. 72
penulis buku mengenai kedokteran anak. 23 Perkembangan dunia kedoktreran pada
masa ini sangat pesat sampai banyak sekolah-sekolah kedokteran yang dibangun.
Ilmu Tasawuf
pada zaman bani Abbasiyah juga ilmu tasawuf dan ilmu bahasa mengalami
kemajuan, ilmu tasawuf adalah ilmu syari’at.Inti ajarannya adalah tekun beribadah
dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan meninggalkan kesenangan
perhiasan dunia dan bersembunyi diri beribadah.dalam ilmu bahasa ini didalamnya
mencakup ilmu nahwu, shorof, ma’any, bayan, badi’, arudl, dan lain-lain. Ilmu bahasa
pada daulah bani Abbasiyah berkembang dengan pesat, karena bahasa arab semakin
berkembang memerlukan ilmu bahsa yang menyeluruh.24 Kemajuan ilmu tasawuf
pada masa ini sangat baik, dan terbilang sangat maju.
Sejak perkembangan luasnya Islam, dan bahasa Arab digunakan sebagai bahsa
pengantar oleh bangsa-bangsa di luar bangsa Arab yang beragama Islam, dan terutama
23Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam, (Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2004)h. 156.
24 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif islam, (cet: 2 Bandung: Remaja
Rosdakarya 2000)h. 60
di kota-kota yang banyak percampurannya dengan bahasa lain, masa bahasa Arab
berkembanga luas, tetapi bahasa Arab cenderung kehilangan keaslian dan kemurnian.
Orang-orang di luar bangsa Arab sering tidak bisa mengucapkan lafaz-lafaz dengan
baik, tidak tahu kaidah-kaidahnya sehingga sering salah mengucapkannya. Bahasa
Arab menjadi rusak dan menjadi bahasa pasaran. Oleh karena itu khalifah-khalifah
biasanya mengirimkan anak-anaknya ke badiah-badiah ini untuk mempelajari bahasa
Arab yang fasiih dan murni, dan mempelajari pula syair-syair serta sastra Arab dari
sumbernya yang asli. Banyak ulama-ulama dan ahli ilmu pengetahuan lainnya yang
pergi ke badiah-badiah dengan tujuan untuk mempelajari bahasa dan kesusasteraan
Arab yang asli lagi murni tersebut. Badiah-badiah tersebut lalu menjadi sumber ilmu
pengetahuan terutama bahasa dan sastraArab dan berfungsi sebagai lembaga
pendidikan Islam. Badiah atau padang pasir menjadi tempat-tempat untuk menuntut
ikmu pada masa ini, alas an mengapa badiah dijadikan tempat untuk menuntut ilmu
karena ulam-ulama arab ingin memperlajari atau memperdalam ilmu bahasa arab yang
hamper hilang keasliannya.
Rumah sakit
Kuttab atau maktab, berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau
tempat menulis. Jadi katab adalah tempat belajar menulis. Sebelum datangnya Islam
Kuttab telah ada di negeri Arab, walaupun belum banyak dikenal. Diantara penduduk
Mekkah yang mula-mula belajar menulis huruf Arab ialah Sufyan Ibnu Umaiyah Ibnu
Abdu Syams, dan Abu Qais Ibnu Abdi Manaf Ibnu Zuhroh Ibnu Kilat. Keduanya
mempelajari di negeri Hirah.26 Kuttab disini mendijadi tempat pendidikan dasar untuk
belajar membaca dan menullis.
Toko-toko kitab
Perpustakaan
Para ulama dan sarjana darri berbagai macam keahlian, pada umumnya menulis
buku-buku dalam bidangnya masing-masing dan selanjutnya untuk diajarkan atau
disampaikan kepada para penuntut ilmu. Bahkan para ulama dan sarjana tersebut
memberikan kesempatan kepada para penuntut ilmu untuk belajar di perpustakaan
28 Zuhairi, Sejarah Pendidikan Islam (cet : 5Jakarta : Bumi Aksara, 1997) h.99
para ulama disni dijadikan tempat untuk menutut ilmu karena para ulama sebagian
tidak dpat memberikan pelajaran diluar.
Masjid
Fungsi mesjid sebagaimana dijelaskan dalam bebagai leteratur, bukan sekedar
berfungsi sebagai tempat beribadah saja, melainkan juga berfungsi sebagai pusat
kegiatan pendidikan dan kebudayaan. Sistem pembelajaran di dalam masjid, berbentuk
halaqah, berkembang dengan baik pada masa Abbasiyah, sejalan dengan munculnya
bermacam-macam pengetahuan agama, sehingga terkadang di dalam suatu masjid
besar terdapat beberapa haqah dengan materi pembelajaran berbeda seperti; nahwu,
ilmu kalam, fiqh dan lain-lain. Ini terjadi dimasjid al Kasai dan al Manshur di
Bagdad.30 Disini fungsi masjid tidak hanya sebagai tempat beribada tetapi menjadi
tempat belajar dengan system belajar khalaqa.
Majelis atau saloon kesusasteraan
30Ramayulis. Sejarah Pendidikan Islam ; perubahan konsep, filsafat dan metotologi dari era
Nabi SAW sampai Ulama Nusantara (cet: 1 Jakarta:Kalam Mulia, 2012). h.10
masa itu adalah masjid Dimaksudkan untuk suatu majelis membahas berbagai macm
ilmu
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali
ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang
panjang, dari tahun 132 H. (750 M.) s. d. 656 H. (1258 M.) Pada masa pemerintahan
Dinasti Umayyah, Bani Abbas telah melakukan usaha perebutan kekuasaan, Bani
Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa khalifah Umar
bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Mereka memusatkan kegiatannya di Khurasan.
Dengan usaha ini, pada tahun 132 H./750 M. tumbanglah Bani Umayyah dengan
terbunuhnya Marwan ibn Muhammad, khalifah terakhir Bani Umaiyah. Atas
pembunuhan Marwan, mulailah berdiri Daulah Abbasiyah dengan diangkatnya
khalifah yang pertama, yaitu Abdullah ibn Muhammad, dengan gelar Abu al-Abbas al-
Saffah, pada tahun 132-136 H./750-754 M. Dengan persatuan yang dibangun oleh
pendiri-pendiri abbasiyah pada tahun 132H runtuhlah Bani Ummayah dengan
terbunuhnya khilafah terakhir.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, InsyaAllah kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul munir, Sejarah Peradaban Islam cet: 2 Jakarta: Amzah, 1992
Amin, Husayn Ahmad, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, Cet. 3 Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam cet:20 Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008
Yunus, Mamud .Sejarah Pendidikan Islam cet: 7 Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990
Zuhairi, Sejarah Pendidikan Islam cet : 5 Jakarta : Bumi Aksara, 1997