Anda di halaman 1dari 8

Struktur jaringan tumbuhan sangat kompleks dan setiap bagiannya

memiliki manfaat. Sehingga tumbuhan digunakan sebagai model


dalam perkembangan teknologi. Inilah beberapa teknologi yang
terinspirasi dari tumbuhan:

1.Velcro

Pada tahun 1955, George de Mestral memperhatikan bahwa tanaman burdock burrs
sering menempel pada bulu anjingnya.
Rasa penasaran membuat Mestral mempelajari bagaimana tanaman burrs dapat
menempel pada bulu. Setelah dilihat dari mikroskop, tanaman burrs memiliki kaitan
pada ujung durinya, membuatnya dapat menempel dengan baik.
Hal ini menginspirasinya untuk membuat Velcro, perekat yang dapat digunakan
berkali-kali. Velcro digunakan pada tas, baju, dan bahan non logam lainnya.
Oleh karena itu usekrang penggunaan barang sehari hari kita terbantu berkat adanya
teknologi ini

2. Lapisan Anti Air


Bunga teratai hidup di air yang kotor dan berlumpur. Meski hidup dilingkungan yang
kotor, daun teratai tetap sangat bersih hal ini dikarenakan struktur permukaan daun
teratai.

Dilansir dari Teach Engineering, sifat superhydrophobic membuat teratai anti air dan
dapat membersihkan diri sendiri. Sifat ini membuatnya tetap kering, tidak dihinggapi
jamur, bakteri, dan kotoran apapun atau disebut dengan efek lotus. Efek lotus ini
menginspirasi ilmuan untuk membuat cat yang bisa membuat suatu permukaan
bersifat superhydrophobic. Penggunaan cat superhydrophobic membuat suatu
material tahan lama, anti air, dan anti bakteri, serta dapat membersihkan dirinya
sendiri.

Apabila dilihat melalui mikroskop, penampang melintang dari kedua daun tersebut
dan terlihat pada permukaan daun terdapat lapisan tebal yang disebut kutikula.
Kutikula ini tersusun atas senyawa lipid berupa lilin (wax) dan polimer hidrokarbon
yang disebut
kutan.

Lapisan lilin ini juga mampu mencegah menempelnya debu atau kotoran lain dan
membuat daun tetap bersih.
Selain itu, ternyata ilmuwan juga telah mengadopsi mekanisme ini dan
menerapkannya untuk membuat cat yang tidak mudah kotor, lapisan pengilap, dan
lapisan anti air.
Misalnya pada semir sepatu, lapisan pengilap pada mobil atau perabot rumah tangga,
dan lain sebagainya.

3. Panel Surya
Panel surya merupakan alat yang dapat mengubah sinar matahari menjadi energi
listrik.
Ketika cahaya matahari menabrak permukaan panel surya menyebabkan elektron
(partikel penyusun atom yang bermuatan negatif) pada panel surya bergerak melalui
suatu konduktor dan menjadi arus listrik.
Mekanisme kerja panel surya ini terinspirasi oleh mekanisme fotosintesis yang terjadi
pada daun tumbuhan.

Pada proses fotosintesis juga dibutuhkan cahaya dan zat hijau daun yang disebut
klorofil.
Melalui fotosintesis ini dihasilkan oksigen (O2) dan glukosa (C6H12O6).
Saat daun terkena sinar matahari, klorofil akan menyerap energi cahaya.
Elektron pada kompleks klorofil akan bergerak melalui suatu saluran dan
menyebabkan muatan positif ikut bergerak.
Muatan positif ini selanjutnya bergerak menuju kompleks enzim yang berfungsi
menghasilkan energi kimia berupa ATP dan NADPH.
Energi ATP dan NADPH ini selanjutnya akan digunakan untuk mengubah CO2
menjadi glukosa.

Selanjutnya, terdapat tumbuhan yang merambat pada dinding rumah yang sering
dijumpai.
Tumbuhan yang tumbuh merambat pada dinding rumah, misalnya tumbuhan sirih.
Selain sirih, banyak jenis tumbuhan yang hidupnya merambat, misalnya bunga ivy.
Bunga ivy merupakan tumbuhan yang banyak hidup di Benua Eropa.
Tumbuhan tersebut merambat pada dinding bangunan agar mendapatkan sinar
matahari yang diperlukan untuk fotosintesis.

Apabila masyarakat mencermati daun yang tumbuh, pasti daun-daun tumbuhan itu
menghadap ke arah datangnya sinar matahari.
Pertumbuhan tumbuhan yang merambat dan struktur daun tumbuhan tersebut
menginspirasi ilmuwan untuk mengembangkan pembangkit listrik.
Pembangkit listrik tersebut dikenal dengan “solar ivy”.
Solar ivy ini dapat dipasang dengan pola sesuai dengan keinginan manusia sehingga
memiliki nilai estetika yang bagus.
Namun, tetap dapat menghasilkan energi listrik dari sinar matahari.

4. Filter Air
a.) Pohon bakau hidup dipesisir pantai yang airnya asin dan berlumpur., namun
bukan berarti pohon bakau mengonsumsi air asin. Bakau menyerap air laut dan
menyaringnya dengan sangat, sehingga garam laut tidak dapat masuk ketubuhnya.
Para ilmuan menemukan bahwa penyaringan bakau sangat luar biasa dan mulai
mengembangkan filter air yang terinspirasi oleh akar bakau yang disebut dengan
membran biomimetik. Dilansir dari Water Tech Online, membran biomimetik untuk
penyaringan air dapat menyaring polusi air dan juga menghilangkan garam dalam air.

b.) Masyarakat juga tidak asing lagi dengan tanaman eceng gondok. Air di sekitar
tanaman eceng gondok terlihat jernih. Pada umumnya, perairan yang ditumbuhi
eceng gondok kondisi airnya jernih.
Ketika seseorang melihat akar eceng gondok, akar eceng gondok terlihat berbentuk
serabut-serabut yang banyak dan rapat. Akar-akar ini mampu menyerap partikel-
partikel yang terlarut dalam air sehingga air menjadi bersih. Bahkan, zat-zat
berbahaya seperti racun pun dapat diserap oleh eceng gondok.
Kemudian, apabila mengamati membran sel akar secara lebih teliti dengan
menggunakan mikroskop elektron, maka akan terlihat lubang-lubang atau saluran
kecil pada membran sel akar.
Saluran ini terbentuk dari protein dan memiliki lubang dengan ukuran tertentu dan
daya ikat tertentu pula. Salah satu salurannya bernama aquaporin. Aquaporin ini
merupakan saluran (protein kanal) yang hanya dapat dilewati oleh air, sehingga
partikel lain tidak dapat masuk lewat aquaporin.
Mekanisme tersebut menginspirasi ilmuwan untuk mengembangkan teknologi
penyaringan atau pemurnian air. Dengan teknologi ini, air yang kotor dapat disaring,
sehingga air hasil penyaringan benar-benar bersih dan aman untuk dikonsumsi.
5. Lampu Sensor Cahaya

Salah satu jaringan epidermis yang termodifikasi itu stomata. Stomata ini, banyak
menginspirasi para peneliti dalam temuan teknologinya.

Pernah melihat lampu yang yang menyala dan mati sendiri sesuai dengan keadaan hari?
Lampu ini biasanya dipasang saat pemiliknya hendak pergi lama. Fungsinya, supaya orang
menyangka bahwa si pemilik rumah ada di tempat sehingga lebih aman dari "calon
maling". Nah, lampu-lampu ini dipasangi sensor cahaya yang disebut sebagai fotoresistor
atau light-dependent resistor (LDR). Bukan, ini bukan berarti lampunya naksir sama lampu
tetangga di kompleks sebelah. Cara kerja dari sensor ini adalah mengikuti terang/redupnya
cahaya di sekitar lampu. Alhasil, ketika siang hari, saat lampu tersebut terkena cahaya, dia
akan mati. Sebaliknya, apabila sensor di dalamnya tidak terkena cahaya (malam hari)
secara otomatis akan membuat si lampu menyala.

Menariknya, teknologi ini terinspirasi dari stomata kaktus.

Stomata yang ada di tanaman kaktus punya sistem yang serupa. Ketika malam
hari, stomata kaktus akan menutup sementara siang hari akan membuka demi
mengurangi proses penguapan air. Proses membuka dan menutupnya stomata ini
didukung oleh aktivitas sel penjaga stomata. Sel penjaga stomata inilah yang
memiliki reseptor cahaya yang disebut sebagai fotoreseptor. Di siang hari,
fotoreseptor ini akan menangkap cahaya dan menyebabkan air di dalamnya
terpompa keluar oleh bantuan ion. Akibatnya, sel penjaga akan mengecil dan
stomata jadi menutup

Selain itu, Ketika seseorang mengamati lampu penerangan jalan, beberapa lampu
penerangan jalan tersebut ada yang dapat menyala sendiri ketika menjelang
malam dan mati sendiri saat menjelang pagi tanpa harus dinyalakan dan dimatikan
secara manual.
Lampu penerangan jalan tersebut mampu menyala dan mati secara otomatis
karena dilengkapi dengan sensor cahaya yang disebut fotoresistor atau light-
dependent resistor (LDR) dan sakelar pengatur on dan off.
Fotoresistor ini mampu mendeteksi ada dan tidak adanya cahaya di lingkungan
sekitar.
Fotoresistor ini merupakan resistor atau hambatan listrik yang dapat diubah nilai
hambatannya melalui penyinaran cahaya.
Hambatan listrik dari fotoresistor ini akan berkurang apabila terkena cahaya,
dengan kata lain jika terdapat cahaya, alat ini mampu menghantarkan listrik.
Saat menjelang pagi, sinar matahari akan mengenai fotoresistor.
Hal ini menyebabkan listrik mengalir menuju sakelar.
Aktifnya sakelar ini malah akan mematikan aliran listrik utama, sehingga lampu
penerangan jalan menjadi mati.
Saat menjelang malam, aliran listrik tidak dapat mengalir melalui fotoresistor ini
sehingga tidak ada aliran listrik yang mengalir menuju sakelar.
Akibatnya, sakelar berada dalam kondisi on sehingga lampu penerangan menyala.

6. Jaket Omius

Jaket omius terinspirasi dari stomata. (Sumber: omiustech.com)

Adapun orang yang berada di balik ini adalah Gustavo Cadena, CEO/CTO dari
Omius. Terinspirasi dari “sistem ventilasi” penguapan yang dilakukan stomata pada
tumbuhan, dia membuat jaket Omius. Sebuah jaket yang punya banyak “mata”
yang secara otomatis dapat membuka dan menutup  sesuai dengan suhu tubuh si
pengguna. Misalnya, badan kamu merasa kedinginan, maka secara otomatis
“stomata” di jaket ini akan menutup dan menghangatkan kamu. Sebaliknya, kalau
dia mendeteksi suhu tubuh kamu hangat, si stomata di jaket ini akan membuka dan
membuat badan kamu terasa adem.
TUGAS KLIPING IPA

ARTIKEL PEMANFAATAN TEKNOLOGI


BERDASARKAN STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN

Oleh:

NAMA : NADHIFA FAIRUZ


KELAS : VIII.2
GURU : Elmida, S.Pd
MTSN 1 KOTA PEKANBARU
TA. 2022/2023
TA. 2022/2022

Anda mungkin juga menyukai