Anda di halaman 1dari 61

PEMERIKSAAN DENYUT JANTUNG JANIN

DENGAN DOPPLER
Klinik PKU
Muhammadiyah
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara
01/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Suatu urutan tindakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap denyut
jantung janin.
Tujuan Untuk mengetahui detak jantung janin pada ibu hamil yang
merupakan tanda pasti kehamilan dengan janin hidup.
Kebijakan Pemeriksaan dilakukan terhadap semua ibu hamil.
Prosedur 1. Siapkan peralatan :
a. Alat doppler
b. Jelly
c. Tissue
d. Jam tangan
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan.
3. Mengatur posisi pasien, kemudian menentukan daerah punctum
maksimum.
4. Oleskan jelly pada probe doppler.
5. Menghidupkan tombol volume doppler.
6. Meletakkan probe pada daerah punctum maksimum.
7. Menghitung frekuensi DJJ/mendengarkan DJJ
8. Bekas jelly dibersihkan dengan tissue.
9. Beritahu hasil kepada ibu.
10. Alat-alat dibereskan.
Unit Terkait KIA/KB
PENGGUNAAN OKSITOSIN DRIP
Klinik PKU PADA PERSALINAN
Muhammadiyah
Merden Banjarnegara No. Dokumen No Revisi Halaman :
02/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Suatu tindakan pada ibu hamil, baik yang sudah inpartu maupun yang
belum inpartu.
Tujuan Sebagai pedoman pelaksanaan oksitosin drip baik untuk induksi
maupun akselerasi persalinan.
Kebijakan Tindakan dilakukan terhadap pasien inpartu dengan HIS tidak
adekuat.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Cairan RL
2. IV catheter
3. Infus set
4. Torniquet
5. Plester
6. Hipavix
7. Kapas DTT
8. Oxsitosin 1 ampul
9. Tiang infus
B. Pelaksanaan
1. Oxytosin drip hanya diberikan bila tidak ada kontra indikasi
pemberiannya, dan bila his memang tidak adekuat.
2. Dipergunakan 500 ml ringer laktat yang ditambah dengan 5
UI oxytosin.
3. Tetesan dimulai dengan 8 tetes/menit melakukan evaluasi
selama 15 menit, bila his belum adekuat tetesan dinaikkan
menjadi 12 tetes/menit sampai timbul his yang adekuat.
Pantau denyut jantung janin setiap akan menambah tetesan
infus.
4. Tetesan maskimal adalah 40 tetesan/menit. Bila dengan 40
tetesan/menit dan sudah 2 flabot Ringer Laktat habis his tetap
belum adekuat maka oksitosin dianggap gagal. Maka rujuk
ibu ke rumah sakit.
5. Pada waktu dilakukan drip timbul komplikasi yaitu fetal
distress, tetania uteri, ruptura uteri irroninens dan lain-lain.
Bila terjadi penyulit-penyulit seperti di atas, oxytosin drip
tidak boleh diulang kembali.
6. Bila ekselerasi persalinan berhasil, maka oksitosin drip
dilanjutkan dalam kala II dan dihentikan paling sedikit 2 jam
post partum.
Unit Terkait KIA/KB
PEMERIKSAAN DENYUT JANTUNG JANIN
DENGAN LENEX
Klinik PKU
Muhammadiyah
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara
03/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Suatu urutan tindakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap denyut
jantung janin.
Tujuan Untuk mengetahui detak jantung janin pada ibu hamil yang
merupakan tanda pasti kehamilan dengan janin hidup.
Kebijakan Pemeriksaan dilakukan terhadap semua ibu hamil.
Prosedur 1. Siapkan lenex dan jam tangan.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan.
3. Mengatur posisi pasien, kemudian menentukan daerah punctum
maksimum.
4. Meletakkan lenex pada daerah punctum maksimum, posisi
pemeriksa tetap menghadap pada ibu.
5. Mendekatkan telinga dengan lenex, dengar dan hitung frekuensi
denyut jantung janin selama 1 menit atau 60 detik.
6. Ulangi dengan menggunakan doppler sehingga ibu dapat
mendengar detak jantung janin.
7. beritahu hasil kepada ibu.
8. Alat-alat dibereskan.
Unit Terkait KIA/KB
PELAKSANAAN TINDAKAN PEMPROSESAN
ALAT KEBIDANAN
Klinik PKU
Muhammadiyah
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara
04/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Upaya yang dilakukan untuk mecegah infeksi dengan cara
mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
peralatan kebidanan.
Tujuan 1. Melindungi pasien dan pelayanan kesehatan dari akibat
tertularnya penyakit infeksi.
2. Mencegah infeksi silang dalam prosedur tindakan kebidanan,
3. Menurunkan risiko transmisi penyakit menular baik bagi pasien
maupun petugas kesehatan.
Kebijakan Tindakan dilakukan sesuai prosedur.
Prosedur A. Persiapan alat
1. Sarung tangan tebal (sarung tangan rumah tangga)
2. Sikat yang lembut
3. Detergen
4. Klorin 0,5% dalam wadah
5. Sterilisator alat listrik
B. Pelaksanaan
1. Menggunakan sarung tangan tebal kemudian rendam alat-alat
selama 10 menit dalam klorin 0,5% (pencampuran 1 bagian
pemutih detergen dengan 9 bagian air).
2. Setelah 10 menit, mencuci semua instrumen dengan air,
detergen, dan sikat yang lembut.
3. Menyikat semua geligi sambungan dan permukaan alat.
4. Membilas bersih hingga detergen hilang.
5. Mengeringkan instrumen.
6. Meletakkan semua alat yang telah dicuci kedalam sterilisator
alat listrik tertutup dan seluruh alat harus terendam air.
7. Mengatur waktu sterilisator alat listrik selama 30 menit
dengan cara memutar tombol sterilisator alat.
8. Menunggu sampai air mendidih.
9. Mendiamkan sterilisator selama kurang lebih 20 menit.
10. Mengembalikan korentang dalam tempatnya.
11. Mengeluarkan alat dari panci dan mngeringkan dalam wadah
tertutup yang kering.
12. Beri tanggal kadaluarsa (expired date) dengan menggunakan
label yang disediakan.
Unit Terkait Unit Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Jalan dan KIA
PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI IUD

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
05/KIA/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Pemasangan IUD (Intra Uterin Device) adalah menyisipkan alat
kontrasepsi IUD ke dalam rahim.
Tujuan IUD bertujuan untuk menjarangkan kehamilan dengan cara mencegah
pelepasan sel telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Selain itu
mengurangi mobilitas sperma agar tidak dapat membuahi sel telur
serta mencegah sel telur yang telah dibuahi menempel pada dinding
rahim.
Kebijakan Tindakan dilakukan sesuai prosedur.
Prosedur A. Persiapan alat
1. Lampu sorot
2. Speculum dua katup
3. Larutan antiseptic
4. Kassa steril
5. Sarung tangan bersih
6. Wadah berisi larutan clorin 0,5%
7. Tenakulum
8. Forseps steril 10 inci untuk memegang spons
9. Sonde uterus
10. Gunting yang cukup panjang untuk memotong benang
B. Pelaksanaan
1. Meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan
membersihkan area genetalianya.
2. Mempersilahkan ibu berbaring ke atas bed ginekologi dan
mengatur posisi.
3. Memastikan kandung kemih kosong dan tidak ada
pembesaran uterus.
4. Mencuci tangan menggunakan sabun.
5. Menyalakan dan mengarahkan lampu sorot ke arah genetalia.
6. Memakai sarung tangan steril.
7. Melakuka vulva hygiene/membersihkan vulva.
8. Memasang speculum dan melihat serviks.
9. Mengusap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik.
10. Menjepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati.
11. Memasukan sonde dengan cara “no touch technique”.
12. Mengukur kedalaman uterus dengan sonde uterus dan
menyesuaikan tabung inserter sesuai hasil pengukuran dengan
menggeser leher biru.
13. Memasang IUD dengan menggunakan “withdrawl technique”
tanpa menyentuh dinding vagina dan spekulummenarik
sedikit pendorong dari tabung inserter, kemudian inserter
didorong kembali de arah cranial sampai leher biru
menyentuh serviks dan merasa ada tahanan.
14. Mengeluarkan pendorong lalu menarik inserter sepanjang
benang yang akan dipotong dengan benar.
15. Menggunting benang IUD dan mengeluarkan inserter.
16. Mengeluarkan tenakulum dengan hati-hati
17. Menekan dengan kassa pada bekas jepitan tenakulum selama
30 sampai 60 detik.
18. Mengeluarkan speculum dengan hati-hati.
19. Membereskan dan merendam alat-alat ke dalam larutan clorin
0,5%, melepaskan sarung tangan dan merendamnya dalam
keadaan terbalik.
20. Mencuci tangan.
21. Memberitahukan pada pasien bahwa tindakan telah selesai
dilakukan.
22. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Unit Terkait KIA/KB
PELEPASAN ALAT KONTRASEPSI IUD

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
06/KIA/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Pelepasan alat kontrasepsi Intra Uterin Device (IUD) adalah
mengeluarkan alat kontrasepsi di dalam rahim.
Tujuan Mengeluarkan alat kontrasepsi dari dalam rahim yang telah terpasang
karena permitaan pemakai alat kontrasepsi tersebut, atau karena hal
lainnya.
Kebijakan Tindakan dilakukan sesuai prosedur.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Lampu sorot
2. Speculum dua katup
3. Klem lurus/klem ovum
4. Kom/wadah untuk meletakkan IUD yang telah dilepas
5. Larutan antiseptik
6. Kassa steril
7. Sarung tangan bersih
8. Wadah berisi larutan clorin 0,5%
9. Forseps steril 10 inci untuk memegang spons
B. Pelaksanaan
1. Menanyakan keluhan kepada pasien.
2. Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan.
3. Mempersilahkan ibu berbaring ke atas bed ginekologi dan
mengatur posisi.
4. Mencuci tangan menggunakan sabun.
5. Menyalakan dan mengarahkan lampu sorot kearah genetalia.
6. Memakai sarung tangan steril.
7. Melakuka vulva hygiene/membersihkan vulva.
8. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang
AKDR.
9. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2-3x.
10. Memberitahukan pada pasien sekarang akan dilakukan
pencabutan. Meminta pasien untuk tenang dan
memberitahukan mungkin akan menimbulkan nyeri, tetapi itu
normal.
11. Menjepit benang di dekat serviks menggunakan klem
lurus/klem ovum DTT.
12. Menarik benang pelan-pelan menarik benang dengan
kekuatan tetap untuk mencegah benang putus kemudian
mencabut AKDR secara perlahan. Bila bengan putus saat
ditarik tapi ujung benang AKDR masih dapat dilihat, maka
menjepit ujung AKDR tersebut dan menariknya keluar.
13. Meletakkan AKDR yang telah dicabut dalam wadah yang
telah disediakan.
14. Memberitahu ibu bahwa tindakan telah selesai dilakukan.
15. Merapikan ibu dan letakkan alat alat dalam wadah yang berisi
klorin 0,5% .
16. Mencuci tangan.
17. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Unit Terkait KIA/KB
PROSEDUR PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI
BAWAH KULIT (AKBK)
Klinik PKU
Muhammadiyah No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara 07/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Pemasangan alat kontrasepsi bawah kulit dalah menyisipkan alat
kontrasepsi di bawah kulit lengan atas bagian dalam.
Tujuan AKBK bertujuan menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi
migrasi sperma untuk menegah terjadinya kehamilan.
Kebijakan Tindakan dilakukan sesuai prosedur.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Sarung tangan steril
2. Wadah instrumen sebagai wadah peralatan yang steril
3. Pisau kecil atau bisturi
4. Trokar
5. Larutan antiseptik
6. Kassa steril
7. Spuit 3 cc
8. Obat anestesi (misalnya lidocain)
9. Kain dan perlak pengalas
10. Baskom berisi larutan klorin 0,5%
B. Pelaksanaan
1. Menanyakan keluhan ibu.
2. Mempersilahkan ibu mencuci tangan sampai lengan atas
dengan sabun dan air mengalir dan membilas sampai bersih.
3. Mencuci tangan.
4. Menyiapkan alat secara ergonomis dan menggunakan sarung
tangan.
5. Mengusap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik.
6. Memasang kain penutup steril/DTT di tempat pemasangan
implant.
7. Menyuntikkan anestesi lokal secara intrakutan.
8. Melakukan anestesi lanjutan subdermal di tempat insisi dan
alur pemasangan Implant (masing-masing 1 cc).
9. Menguji efek anestesi sebelum melakukan insisi pada kulit
yang akan dipasangi AKBK.
10. Membuat insisi 2mm dengan ujung bisturi/skalpel hingga
subdermal.
11. Memasukkan ujung trokar melalui luka insisi hingga
mencapai subdermal lalu angkat dan dorong sejajar kulit.
12. Mengeluarkan pendorong dan memasukkan kapsul ke dalam
trokar.
13. Memasukkan pendorong dan memasukkan kapsul ke dalam
trokar.
14. Menahan pendorong di tempatnya, lalu tarik trokar ke arah
pangkal pendorong untuk menempatkan kapsul 1 di
subdermal.
15. Menahan kapsul pada tempatnya, tarik trokar dan pendorong
(bersamaan) hingga tanda 2 mencapai luka incisi.
16. Mengarahkan ujung trokar ke samping kapsul pertama,
kemudian dorong trokar (mengikuti alur kaki segitiga
terbalik) hingga tanda 1 mencapai luka incisi.
17. Menarik pendorong keluar, masukkan kapsul kedua dan
dorong ke ujung trokar hingga terasa tahanan.
18. Menarik trokar ke arah pangkal pendorong untuk
menempatkan kapsul di subdermal.
19. Menarik trokar ke arah pangkal pendorong untuk
menempatkan kapsul di subdermal.
20. Menahan kapsul pada tempatnya, tarik trokar dan pendorong
(bersamaan) hingga keluar seluruhnya melalui luka.
21. Memeriksa kembali kedua kapsul telah terpasang di
subdermal pada posisi yang telah direncanakan.
22. Menutup luka insisi menggunakan band aid/plester
23. Beritahu ibu bahwa tindakan telah selesai dilakukan.
24. Meletakkan trokar dalam wadah yang berisi klorin 0,5% dan
melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik.
25. Mencuci tangan.
26. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Unit Terkait KIA/KB
PROSEDUR PELEPASAN ALAT KONTRASEPSI
BAWAH KULIT (AKBK)
Klinik PKU
Muhammadiyah No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara 08/KIA/V/2014 0 1 dari 2
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Pelepasan alat kontrasepsi bawah kulit adalah mengeluarkan alat
kontrasepsi di bawah kulit lengan atas bagian dalam.
Tujuan Pelepasan alat kontrasepsi bawah kulit bertujuan mengeluarkan alat
kontrasepsi yang terdapat di bawah kulit.
Kebijakan Tindakan dilakukan sesuai prosedur.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Air mengalir
2. Sabun untuk mencuci tangan
3. Sepasang sarung tangan steril
4. Larutan antiseptik
5. Anstesi local tanpa epineprin (misal lidocain)
6. Spuit 3cc
7. Skapel (pisau bedah) nomor 11
8. Plester untuk luka ringan atau kassa steril dengan plester
B. Pelaksanaan
1. Menanyakan keluhan ibu.
2. Mempersilahkan ibu mencuci lengan atasnya hingga bersih.
3. Mempersilahkan pasien berbaring dan lengan atas yang telah
disiapkan.
4. Mengatur posisi lengan ibu untuk memudahkan petugas
melakukan pelepasan implant.
5. Meraba kedua kapsul untuk menentukan lokasinya.
6. Mencuci tangan dengan sabun dan air.
7. Memakai sarung tangan steril.
8. Mengatur peralatan sehingga mudah dicapai.
9. Mengoleskan antiseptik pada area kapsul dan sekitarnya.
10. Melakukan anestesi intrakutan pada tempat insisi kmudian
memasukkan 0,3 larutan anstesi sehingga timbul gelembung
kecil pada kulit.
11. Memasukkan jarum secara hati hati ke subdermal di bawah
ujung kapsul (1 cm).
12. Memastikan efek anesetsi telah berlangsung dan sensasi nyeri
telah hilang.
13. Membuat insisi melintang yang kecil sekitar 4 mm
menggunakan skapel.
14. Mulai mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau
yang terdekat tempat insisi.
15. Mendorong ujung kapsul ke arah insisi dengan jari tangan
sampai ujung kapsul tampak pada luka insisi.
16. Saat ujung kapsul tampak pada luka insisi, memasukkan klem
lengkung dengan lengkung klem mengarah ke atas kemudian
menjepit ujung kapsul dengan klem tersebut.
17. Membaskan kapsul dari jaringan ikat yang melingkupinya.
18. Menjepit ujung kapsul yang telah terbebas dari jaringan ikat
menggunakan klem ke dua sambil mengendorkan jepitan
klem pertama pada batang kapsul.
19. Melakukan langkah yang sama untuk mengeluarkan kapsul
yang kedua.
20. Menunjukan pada pasien kedua kapsul yang telah
dikeluarkan.
21. Membersihkan tempat inisi dengan kassa antiseptik dan tutup
luka menggunakan plester.
22. Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai dilakukan.
23. Memasukkan alat alat kedalam wadah yang berisi klorin 0,5%
untuk mendekontaminasi..
24. Mencuci tangan segera dengan sabun dan air mengalir.
25. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Unit Terkait KIA/KB
PEMBERIAN METODE KONTRASEPSI SUNTIKAN

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
09/KIA/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Kontrasepsi suntik adalah pemberian suntikan yang mengandung
hormonal ke dalam tubuh pasien melalui metode suntikan pada
jaringan muskuler.
Tujuan Pemberian metode kontrasepsi suntik bertujuan menghalangi
terjadinya ovulasi sehingga mencegah terjadinya kehamilan.
Kebijakan Tindakan dilakukan sesuai prosedur.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Kapas DTT
2. Spuit 3cc
3. Obat suntikan KB dalam vial
B. Pelaksanaan
1. Menanyakan keluhan pada pasien.
2. Memastikan tanggal pasien mendapatkan suntikannya (jika
ini kunjungan ulang pasien).
3. Mencuci tangan menggunakan sabun.
4. Mngocok botol dengan baik hingga obat larut sepenuhnya.
5. Membuka dan membuang tutup logam pada vial yang
menutupi karet.
6. Buka kemasan spuit kemudian masukkan obat ke dalamnya.
7. Mengganti jarum spuit dengan jarum no. 26 yang baru.
8. Memposisikan ibu berbaring tengkurap.
9. Memberitahu ibu akan disuntik.
10. Mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan air DTT pada
area tempat penyuntikan.
11. Menyuntikkan secara intramuskuler di daerah bokong.
12. Mencabut spuit secara perlahan dan hati-hati.
13. Membuang spuit dalam wadah disposafe.
14. Memberitahu ibu bahwa tindakan telah slesai dilakukan.
15. Meberitahu ibu jadwal kunjungan ulang suntik berikutnya.
16. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Unit Terkait KIA/KB
PERTOLONGAN PERSALINAN
DENGAN DISTOSIA BAHU
Klinik PKU
Muhammadiyah
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara
10/KIA/V/2014 0 1 dari 2
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Distosia bahu adalah kejadian di mana bahu bayi tidak segera lahir
setelah lahirnya kepala.
Tujuan Tujuannya dalah dapat melahirkan bahu bayi dengan segera.
Kebijakan Tindakan dilakukan sesuai prosedur.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. APD lengkap
a. Tutup kepala
b. Masker
c. Kacamata google
d. Sarung tangan panjang
e. Celemek
f. Sepatu boot
2. Obat anestesi lidocain & aquabidest
3. Spuit 5 cc
4. Gunting episiotomi dalam wadah/bak instrumen steril
5. Kassa steril
B. Pelaksanaan
1. Memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan dan menggunakan APD lengkap.
3. Memberikan anestesi local dan melakukan episiotomi.
4. Setelah dilakukan episiotomi, memasukkan dua jari tangan
kanan ke arah anterior bahu belakang janin.
5. Meminta asisten untuk melakukan penekanan fundus uteri ke
arah bawah, kemudian memutar (searah jarum jam) bahu
belakang bayi dengan kedua jari tangan operator ke arah
depan sehingga lahir bahu belakang.
6. Perhatikan posisi punggung bayi karna putaran bahu belakang
ke depan adalah kearah punggung bayi.
7. Masih diikuti dengan dorongan pada fundus uteri dilakukan
putaran berlawanan arah putaran pertama sehingga akan
menyebabkan bahu depan dapat melewati simfisis.
8. Melahirkan badan hingga kaki bayi seperti biasa.
9. Memberitahu ibu bahwa tindakan telah selesai dilakukan.
10. Membereskan peralatan dan merendam dalam wadah berisi
larutan klorin 0,5%.
11. Memasukkan sarung tangan dan merendam dalam larutan
klorin 0,5% .
12. Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk yang
bersih dan kering.
Unit Terkait KIA/KB
PENERIMAAN AKSEPTOR KB BARU

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
11/KIA/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Adalah pelayanan yang diberikan kepada calon akseptor KB yang
belum pernah menggunakan metode kontrasepsi.
Tujuan Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas.
Kebijakan Prosedur ini dilakukan terhadap semua pasangan usia subur yang
belum pernah melakukan kontrasepsi apapun.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Buku status Rawat Jalan calon akseptor KB
2. Status peserta KB
3. Buku register harian poli KIA/KB
4. Kartu KB untuk kunjungan ulang ibu
B. Pelaksanaan
1. Mempersilakan pasien masuk ke poli KIA/KB setelah pasien
mendaftarkan diri di loket pendaftaran.
2. Menanyakan keluhan ibu.
3. Menanyakan biodata lengkap ibu dan menuliskannya di
lembar status peserta KB.
4. Melakukan pemeriksaan fisik.
5. Memberitahu dan menjelaskan pada ibu berbagai macam alat
kontrasepsi (mulai dari cara penggunaannya hingga kelebihan
dan kekurangan masing masing alat kontrasepsi).
6. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk bertanya.
7. Menanyakan kembali pada ibu alat kontrasepsi yang sesuai
dan disetujui ibu untuk digunakan.
8. Memberikan alat kontrasepsi yang telah disetujui untuk
digunakan oleh akseptor.
9. Setelah tidakan pemberian metode kontrasepsi selesai
dilakukan, mempersilakan ibu duduk kembali dan
memberitahukan jadwal kunjungan ulangnya dan menuliskan
di kartu KB ibu.
10. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan di status
Rawat Jalan, status peserta KB, dan di buku register harian
poli KIA/KB.
Unit Terkait KIA/KB
CARA PENERIMAAN AKSEPTOR LAMA KB

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
12/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Adalah pelayanan yang diberikan kepada calon akseptor KB yang
pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya.
Tujuan Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas.
Kebijakan Prosedur ini dilakukan terhadap semua pasangan usia subur yang
sudah pernah melakukan kunjungan ulang.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Buku status Rawat Jalan akseptor KB
2. Status peserta KB
3. Buku register harian poli KIA/KB
4. Kartu KB untuk kunjungan ulang ibu
B. Pelaksanaan
1. Mempersilakan pasien masuk ke poli KIA/KB setelah pasien
mendaftarkan diri di loket pendaftaran.
2. Menanyakan keluhan ibu.
3. Menanyakan biodata lengkap ibu, meliputi nama lengkap,
alamat lengkap, umur, nama kepala keluarga, dan tanggal
kunjungan terakhir.
4. Meminta ibu untuk menunjukkan kartu akseptor KB yang
dibawa ibu dan memastikan tanggal kunjungan ulangnya.
5. Pelakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital pasien.
6. Memberikan alat kontrasepsi yang digunakan ibu
7. Setelah tindakan selesai, memberitahukan pada ibu tanggal
kunjungan ulang berikutnya dan mencatatkan tanggalnya di
kartu KB milik ibu.
8. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan di buku
register harian, status peserta KB, dan di status RJ.
Unit Terkait KIA/KB, RM, RJ
CARA PENERIMAAN
KUNJUNGAN PERTAMA ANC
Klinik PKU
Muhammadiyah
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara
13/KIA/V/2014 0 1 dari 2
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil yang baru pernah
melakukan pemeriksaan kehamilan.
Tujuan Memberikan pelayanan antenatal yang berkualitas.
Kebijakan Prosedur ini dilakukan terhadap semua ibu hamil yang baru pernah
melakukan pemeriksaan kehamilan.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Buku status Rawat Jalan ibu
2. Status ANC
3. Buku register harian Poli KIA/KB
4. Buku KIA
B. Pelaksanaan
1. Mempersilakan pasien masuk ke poli KIA/KB setelah pasien
mendaftarkan diri di loket pendaftaran.
2. Menanyakan keluhan ibu.
3. Menanyakan biodata lengkap ibu dan menuliskan hasilnya.
4. Melakukan pemeriksaan fisik head to toe dan pengukuran
tanda-tanda vital
5. Melakukan pemeriksaan laboratorium (jika diperlukan)
dengan cara kolaborasi dengan petugas laboratorium .
6. Menjelaskan kepada ibu hasil dari pemeriksaan yang telah
dilakukan.
7. Memberikan konseling kepada ibu dan memberikan
kesempatan kepada ibu untuk bertanya.
8. Memberitahukan pada ibu jadwal kunjungan berikutnya .
9. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan
menuliskan hasilnya di buku status rawat jalan ibu, buku
status ANC, buku register harian poli KIA/KB dan di buku
periksa ibu (buku KIA).
10. Memberikan buku periksa/buku KIA pada ibu dan
memberitahukan pada ibu bahwa buku tersebut harus dibawa
saat ibu memeriksakan kehamilannya di manapun tempat ibu
melakukan pemeriksaan kehamilan.
Unit Terkait KIA/KB
CARA PENERIMAAN
KUNJUNGAN ULANG ANC
Klinik PKU
Muhammadiyah No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara 14/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil yang telah pernah
melakukan pemeriksaan kehamilan
Tujuan Memberikan pelayanan antenatal yang berkualitas.
Kebijakan Prosedur ini dilakukan kepada semua ibu hamil yang sudah pernah
melakukan pemeriksaan kehamilan
Prosedur A. Persiapan Alat : buku status Rawat Jalan ibu, status ANC, buku
register harian Poli KIA/KB, Buku KIA
B. Pelaksanaan
1. Mempersilakan pasien masuk ke Poli KIA/KB setelah pasien
mendaftarkan diri di loket pendaftaran.
2. Meminta ibu untuk memperlihatkan buku periksa/buku KIA.
3. Menanyakan keluhan ibu.
4. Melakukan pemeriksaan fisik head to toe dan pengukuran
tanda-tanda vital.
5. Melakukan pemeriksaan laboratorium (jika diperlukan)
dengan cara kolaborasi dengan petugas laboratorium.
6. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
7. Memberikan konseling kepada ibu dan memberikan
kesempatan kepada ibu untuk bertanya.
8. Memberitahukan pada ibu jadwal kunjungan berikutnya
sesuai dengan usia kehamilannya sekarang.
9. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan
menuliskan hasilnya di buku status rawat jalan ibu, buku
status ANC, buku register harian poli KIA/KB dan di buku
periksa ibu (buku KIA).
Unit Terkait KIA/KB, RM, Laboratorium
CARA KOLABORASI PERMINTAAN
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Klinik PKU
Muhammadiyah
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara
15/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien kebidanan yang
memerlukan pemeriksaan laboratorium.
Tujuan Memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas.
Kebijakan Tindakan dilakukan kepada semua pasien kebidanan yang
memerlukan pemeriksaan laboratorium.
Prosedur 1. Siapkan blangko permintaan laboratorium
2. Mempersilakan ibu untuk duduk setelah dilakukan pemeriksaan
fisik.
3. Mengisi lembar blangko permintaan laboratorium sesuai dengan
jenis pemeriksaan yang diperlukan dan menyerahkannya kepada
ibu.
4. Mempersilakan ibu untuk menuju ruang laboratorium dan jika
hasilnya telah keluar, meminta ibu untuk kembali ke Poli
KIA/KB dan membawa hasil laboratoriumnya.
5. Memberitahukan pada ibu hasil dari pemeriksaan
laboratoriumnya dan mendokumentasikan hasilnya.
Unit Terkait KIA/KB, Laboratorium
CARA PENYAMPAIAN
JADWAL KUNJUNGAN ULANG IMUNISASI
Klinik PKU
Muhammadiyah
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara
16/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Pelayanan yang diberikan kepada anak yang akan mendapatkan
imunisasi.
Tujuan Memberikan pelayanan imunisasi yang berkualitas.
Kebijakan Jadwal kunjungan imunisasi disampaikan ke orang tua anak/bayi.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Kartu/catatan imunisasi anak
2. Buku harian Poli KIA/KB
3. Buku register kunjungan imunisasi
4. Buku status Rawat Jalan anak
B. Pelaksanaan
1. Mempersilahkan ibu dan anak masuk ke ruang poli KIA/KB
setelah anak didaftarkan di ruang pendaftaran.
2. Menanyakan keluhan kepada ibu.
3. Memastikan kondisi anak dalam keadaan sehat dengan cara
menayakannya kepada ibu.
4. Meminta buku atau catatan imunisasi yang dimiliki anak dan
bayi kepada ibu.
5. Memastikan imunisasi yang akan diberikan sesuai jadwal.
6. Mengambil vaksin yang disimpan di kulkas.
7. Melakukan langkah-langkah imunisasi pada anak yang sesuai
dengan jadwal.
8. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan
menuliskannya secara benar dan lengkap di buku status rawat
jalan anak, di kartu imunisasi anak, dan di buku register
kunjungan imunisasi.
Unit Terkait KIA/KB
CARA PENYAMPAIAN
JADWAL KUNJUNGAN ULANG AKSEPTOR KB
Klinik PKU
Muhammadiyah
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara
17/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Pelayanan yang diberikan kepada semua akseptor KB yang
melakukan program kontrasepsi.
Tujuan Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas.
Kebijakan Pelayanan kepada semua akseptor KB yang memerlukan kunjungan
ulang.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Kartu KB/kunjungan ulang ibu
2. Kartu status peserta KB
B. Pelaksanaan
1. Mempersilakan ibu untuk duduk setelah dilakukan langkah-
langkah pemberian/pemasangan alat kontrasepsi.
2. Memberitahukan kepada ibu bahwa jadwal kunjungan ibu
berikutnya harus dilakukan pada hari dan jam kerja yaitu hari
Senin sampai hari Sabtu jam 07:00 sampai jam 20:00 WIB
selain Hari Libur Nasional (tanggal merah).
3. Menuliskan tanggal kunjungan berikutnya di kartu akseptor
KB dan di kartu status peserta KB.
Unit Terkait KIA/KB
KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC)
KUNJUNGAN ULANG
Klinik PKU
Muhammadiyah
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara
18/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Pemeriksaan terhadap wanita hamil secara teratur dan dalam periode
tertentu.
Tujuan Menjamin agar setiap kehamilan berakhir dengan kelahiran bayi yang
sehat tanpa mengganggu kesehatan ibu.
Kebijakan Pasien mendapatkan pelayanan yang optimal dan berkualitas.
Prosedur A. Kunjungan Pertama
1. Menentukan Resiko Kehamilan (KRR, KRT)
a). Melakukan anamnese tentang:
1) Umur suami istri
2) Pekerjaan
3) Pendidikan
4) Suku dan agama
5) Riwayat haid
6) KB dan kehamilan lalu dan sekarang
7) Pemeriksaan yang telah dilakukan
8) Gerakan janin
9) Riwayat perkawinan
10) Riwayat penyakit dahulu
11) Penyakit keluarga
b). Melakukan pemeriksaan fisik umum
1) Memeriksa GCS
2) Ada tidaknya anemia
3) Ikterus
4) Sianosis
5) Sesak
6) Mengukur tinggi badan
7) Memeriksa keadaan organ vital secara sistematis dan
singkat.
c). Melakukan pemeriksaan obstetris
1). Mengukur tinggi fundus rahim
2). Melakukan pemeriksaan leopold I-IV
3). Membandingkan umur kehamilan menurut anamnesa
dan pemeriksaan.
4). Melakukan penilaian UPD dan tes Osborn bila ada
indikasi.
5). Melakukan pemeriksaan laboratoris
6). Pemeriksaan Hb, Rduksi, Albuminuria
2. Menentukan Umur Kehamilan dengan Tepat
a). Menghitung umur kehamilan dengan rumus Naegele
b). Melakukan ulangan anamnese bila ada perbedaan umur
kehamilan
c). Mengusulkan pemeriksaan USG bila diperlukan
3. Menentukan Rencana Perawatan dan Persalinan (tergantung
jenis resiko dan umur kehamilannya)
a). Bila termasuk KRR
1). Diberikan tablet Fe dan imunisasi TT.
2). Mengusulkan pemeriksaan USG dan NST bila
diperlukan
3). Mengusulkan pemeriksaan tambahan, konsultasi dan
tindakan
4). Kunjungan berikutnya :
 1 bulan berikutnya sampai minggu ke 28
 2 Minggu berikutnya sampai minggu 36
 1 Minggu berikutnya sampai minggu partus
b). Bila termasuk KRT
1). Seperti KRR ditambah yang sesuai dengan policy
KRT-nya
2). Rencana persalinan berupa :
 Spontan belakang kepala
 Percepatan kala II
 SC
B. Kunjungan Berikutnya (Ulang)
Pada KRR diperiksa pada kamar KRR dan KRT pada KRT.
1. Janin
a). DJJ
b). Ukuran dan perubahannya
c). Jumlah ketuban
d). Bagian terendah dan penurunannya
e). Serta aktivitas janin
2. Ibu
a). Tekanan darah
b). Berat badan dan perubahannya
c). Tinggi fundus
d). Keluhan-keluhan
Unit Terkait KIA/KB
EKSTRAKSI VAKUM

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
19/KIA/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi
tenaga negatif (vakum) pada kepala janin.
Tujuan Bertujuan untuk segera melahirkan janin sehingga dapat
menyelamatkan jiwa ibu maupun janin. Alat ini dinamakan ekstraktor
vakum atau ventouse.
Kebijakan Tindakan dilakukan sesuai prosedur.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Mangkuk (cup)
Bagian yang dipakai untuk membuat kaput. Sukesedaneum
artifisialis. Dengan mangkuk inilah kepala diekstraksi.
Diameter mangkuk : 3, 4, 5, 6 cm. Pada dinding belakang
mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda letak denominator.
2. Botol
Tempat membuat tenaga negatif (vakum). Pada tutup botol
terdapat manometer, saluran menuju ke pompa penghisap,
dan saluran menuju ke angkuk yang dilengkapi dengan pentil.
3. Karet penghubung
4. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang
5. Pemegang (extraction bandle)
6. Pompa penghisap (vakum pomp)
B. Indikasi
1. Ibu
Untuk memperpendek kala II, misalnya : penyakit jantung
kompensata, penyakit paru-paru fibrotik.
Waktu : Kala II yang memanjang
2. Janin
a. Janin hidup
b. Cukup bulan (aterm)
c. Presentase kepala
d. Penurunan kepala pada Hodge 2 atau dasar panggul
e. Ketuban sudah pecah
C. Cara Kerja
1. Persiapan Penolong dan Pasien
a. Alat ekstraktor vakum masih berfungsi baik
b. Partus set lengkap
1). Memberi tahu pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan.
2). Penolong memakai alat perlindungan diri lengkap.
3). Pasien disiapkan dengan posisi litotomi.
4). Alat-alat didekatkan dengan pasien.
5). Operator memasang alat ekstraktor vakum kemudian
memasangkan cup dirangkai dengan rantai
penghubung antara mangkuk/cup dengan pemegang
kemudian disambungkan ke pompa penghisap atau
vakum pompa.
6). Operator memasangkan cup pada kepala janin.
7). Asisten memompa kekuatan sesuai dengan yang
diinstruksikan oleh operator.
8). Operator menarik kepala hingga lahir dahi, muka,
hidung, mulut selanjutnya menolong seperti
persalinan normal.
2. Dokumentasi dan Mencuci Alat
Unit Terkait KIA/KB
RUJUKAN NEONATUS DENGAN ASFIKSIA
Klinik PKU
Muhammadiyah No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara 20/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Kegagalan nafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir dan
perlu pertolongan yang lebih lengkap.
Tujuan Menolong keselamatan bayi yang akan lahir.
Kebijakan Tindakan dilakukan terhadap semua bayi yang lahir dengan risiko
asfiksia yang akan dirujuk.
Prosedur A. Alat dan Bahan
1. Selimut hangat/tebal, yang bersih/popok serta kain penyeka
muka.
2. Sungkup no. 1 untuk bayi cukup bulan dan no. 0 untuk bayi
kurang bulan.
3. Penghisap lendir atau dilly, slym dan tong spatel (penekan
lidah) 1 set.
4. Meja kering, bersih dan hangat.
5. Pemotong dan pengikat tali pusat 1 set.
6. Timer (jam tangan yang ada detikannya).
7. Oksigen, ventilasi dengan oksigen.
B. Pelaksanaan
1. Penanganan umum
a. Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus
dengan kain yang hangat yang kering.
b. Jika belum dilakukan, segera klem dan kemudian potong
tali pusat.
c. Letakan bayi ditempat keras dan hangat (di bawah radiant-
heater) untuk resusitasi.
d. Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan
tindakan perawatan dan resusitasi.
2. Resusitasi
3. Membuka jalan nafas/mengatur posisi bayi sebagai berikut:
a. Terlentang.
b. Kepala lurus dan sedikit tengadah/ekstensi (posisi
mencium bau).
c. Bayi diselimuti, kecuali muka dan dada.
d. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap mulut lalu
hidung, jika terdapat darah/meconium di mulut atau
hidung, hisap segera untuk menghindari aspirasi.
Catatan : Jangan menghisap terlalu dala ditenggorokan,
karena dapat mengakibatkan turunnya rekuensi
denyut jantung bayi atau bayi berhenti
bernafas.
e. Tetap jaga kehangatan tubuh bayi.
f. Nilai kembali keadaan bayi :
1) Jika bayi mulai mengangis atau bernafas lanjutkan
dengan asuhan awal bayi baru lahir.
2) Jika bayi tetap tidak bernafas lanjutkan dengan
ventilasi.
4. Ventilasi bayi baru lahir
a. Cek kembali posisi bayi (kepala sedikit ekstensi)
b. Posisi sungkup dan cek perlekatannya
c. Pasang sungkup diwajah, menutupi pipi, mulut dan hidung
d. Rapatkan perlekatan sungkup dengan wajah
e. Remas balon dengan 2 jari atau seluruh tangan tergantung
besarnya balon
5. Ventilasi bayi jika perlekatan baik dan terjadi pengembangan
dada. Pertahankan frekuensi (sekitar 40x/menit) dan tekanan
(amati dada mudah naik dan turun).
a. Jka dada naik maka kemungkinan tekanan adekuat
b. Jika dada tidak naik :
1) Cek kembali dan koreksi posisi bayi
2) Reposisi sungkup untuk pelekatan lebih baik
3) Remas balon lebih kuat untuk mukus,
darah/mekonium
6. Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti dan nilai apakah
terjadi nafas spontan
a. Jika pernafasan normal (frekuensi 30-60x/menit), tidak
ada tarikan dinding dada dan suara merintih dalam 1
menit, resusitasi tidak diperlukan lanjutkan dengan asuhan
awal bayi baru lahir.
b. Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan
ventilasi sampai nafas spontan terjadi.
7. Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan amati nafas
selama 5 menit setelah tangis berhenti
a. Jika pernafasan normal (frekwensi 30-60x/menit), tidak
ada tarikan dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit
resusitasi tidak diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan awal
bayi baru lahir.
b. Jika frekuensi 30x/menit, lanjutkan ventilasi.
c. Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dan
oksigen, jika tersedia, rujuk kekamar bayi atau tempat
pelayanan yang dituju.
8. Jika nafas belum teratur setelah 20 menit ventilasi
a. Rujuk ke pelayanan yang dituju
b. Selama dirujuk, jaga bayi tetap hangat dan berikan
ventilasi jika diperlukan.
9. Jika tidak ada usaha bernafas, megap-megap atau tidak ada
nafas setelah 20 menit ventilasi, hentikan ventilasi, bayi lahir
mati, berikan dukungan psikologis kepada keluarga.
Unit Terkait KIA/KB
PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
21/KIA/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Akta Kelahiran adalah bukti sah mengenai status dan peristiwa
kelahiran seseorang yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil. Bayi yang dilaporkan kelahirannya akan terdaftar
dalam Kartu Keluarga dan diberi Nomor Induk Kependudukan (NIK)
sebagai Dasar untuk Memperoleh Pelayanan Masyarakat Lainnya.
Tujuan Agar setiap anak mendapat pengakuan/legalitas keluarga
Kebijakan Pelayanan terhadap semua bayi yang baru lahir.
Prosedur 1. Kelurahan
a. Surat keterangan lahir dari bidan yang asli.
b. Ada keterangan lahir dari desa.
c. Fotokopi surat nikah yang dilegalisir KUA setempat kalau di
luar kota boleh dilegalisir oleh pengadilan negeri sebanyak 1
lembar.
d. Fotokopi KTP suami istri @ 1 lembar.
e. Fotokopi KK, harus punya sendiri .
f. Sebelum datang ke kelurahan harus lapor ke RT dan RW
meminta pengantar untuk membuat akta kelahiran.
2. Kecamatan
Syaratnya semua berkas dibawa yang telah dilegalisir oleh dinas
terkait.
3. Dispenduk (Kantor Catatan Sipil)
Berkas yang sudah disiapkan dari kelurahan diserahkan ke
petugas, beberapa tambahan yang harus diisi di catatan sipil
syaratnya :
a. Surat keterangan kelahiran dari dokter/bidan/rumah sakit
yang asli.
b. KK dan KTP orang tua bayi.
c. Surat Keterangan Kelahiran dari Lurah (F-2.01 dan F-2.02).
d. Akta perkawinan/Surat Nikah orang tua dilegalisir.
e. Akta kelahiran Ibu bagi yang lahir diluar nikah.
f. Berita Acara Kepolisian setempat (bagi anak lahir yang tidak
diketahui orang tuanya).
g. SKTT orang tua bayi (bagi orang asing status tinggal terbatas)
h. Dokumen Imigrasi orang tua bayi (bagi orang asing
pemegang izin singgah atau visa kunjungan).
i. Setelah lengkap semuanya diserahkan ke petugas catatan sipil
untuk dicek kembali bila lolos maka bisa ditunggu selama 10
hari .
Unit Terkait KIA/KB
PERTOLONGAN PERSALINAN KALA DUA

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
22/KIA/V/2014 0 1 dari 3
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Proses-proses fisiologis yang terjadi pada ibu yang akan melahirkan
mulai dari adanya gejala dan tanda kala dua persalian dan berakhir
dengan lahirnya bayi.
Tujuan 1. Memberikan asuhan persalinan kala dua kepada ibu yang akan
melahirkan dengan bersih dan aman.
2. Mencegah terjadinya penyulit.
3. Mengenali gangguan atau komplikasi.
Kebijakan Asuhan pertolongan persalinan kala dua diberikan kepada ibu
bersalin.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Alat Perlindungan Diri:
a. Celemek
b. Topi
c. Kacamata
d. Masker
e. Alas kaki tertutup
2. Partus Set:
a. Klem tali pusat 2 buah
b. ½ chokher
c. Gunting tali pusat
d. Gunting episiotomi
3. Handuk bersih (diutamakan yang lembut, digunakan untuk
mengeringkan bayi)
4. Kain bersih 3 helai
5. Topi bayi
6. Sarung tangan DTT
7. Sarung tangan panjang
B. Pelaksanaan
1. Mendengar, melihat, memeriksa gejala dan tanda kala dua.
2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa
dalam.
5. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik.
6. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukkan lengkap, bila selaput ketuban belum pecah maka
amniotomi.
7. Periksa DJJ setelah kontraksi.
8. Memberitahukan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap,
bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan seesuai
dengan keinginannya.
9. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran.
10. Meletakkan handuk bersih untuk meneringkan bayi di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter
sepanjang 5-6 cm.
11. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
12. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
13. Pakai sarung tangan.
14. Melindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi dengan
kain bersih dan kering, sedangkan tangan yang lain menahan
kepala bayi menahan posisi defeksi dan membantu lahirnya
kepala.
15. Menganjurkan kepada ibu untuk bernafas pendek dan
dangkal.
16. Memeriksa adanya kemungkinan lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera
melanjutkan kelahiran bayi.
17. Melahirkan bahu bayi setelah kepala melakukan putaran
paksi.
18. Melahirkan badan dan tungkai.
19. Malakukan penilaian (selintas).
20. Mengeringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu.
21. Memastikan janin tunggal.
22. Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin.
23. Menjepit tali pusat dengan klem, gunting tali pusat.
24. Mengikat tali pusat.
25. Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit dengan ibu
dalam posisi tengkurap.
26. Menyelimuti bayi dengan kain hangat dan memasang topi
pada kepala bayi.
Unit Terkait KIA/KB
PENATALAKSANAAN AKTIF KALA TIGA

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
23/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Proses fisiologis kelahiran bayi dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Tujuan Menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah.
Kebijakan Asuhan penatalaksanaan aktif kala tiga ini diberikan kepada ibu
bersalin.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. APD:
a. Celemek
b. Topi
c. Kacamata
d. Masker
e. Alas kaki tertutup
2. Partus Set:
a. Klem tali pusat 2 buah
b. ½ chokher
c. Gunting tali pusat
d. Gunting episiotomi
3. Handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)
4. Kain bersih 3 buah
5. Topi bayi
6. Sarung tangan DTT
7. Sarung tangan panjang
B. Pelaksanaan
1. Memindahkan klem pada talipusat higga berjarak 5-10 cm
dari vulva.
2. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi
atas symfisis, untuk mendeteksinya dengan cara tangan lain
memegang tali pusat.
3. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang.
4. Melakukan penegangan tali pusat dan dorongan dorso-kranial
hingga plasenta terlepas.
5. Melahirkan plasenta saat plasenta sudah terlihat diintroitus
vagina.
6. Melakukan masase uterus selama 15 detik.
7. Memeriksa kelengkapan plasenta dengan memeriksa kedua
sisi plasenta.
8. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perinium.
9. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
10. Melakukan asuha pasca persalinan dengan memastikan
kontraksi uterus berkontraksi dengan baik.
11. Memberikan waktu melakukan kontak kulit ibu-bayi di dada
ibu paling sedikit selama 1 jam.
12. Melakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis dan vitamin k1 1 mg intramuskular di
paha kiri anterolateral setelah 1 jam kontak kulit ibu-bayi.
13. Memberikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah 1 jam
pemberian vitamin K).
14. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
per vaginam:
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama persalinan
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
15. Mengevaluasi dan estimasi perdarahan.
16. Memriksa kondisi bayi.
17. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi, selama kurang lebih 10
menit.
18. Cuci bilas setelah didekontaminasi.
19. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi.
20. Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT.
21. Memastikan ibu merasa nyaman.
22. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5%.
23. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%.
24. Mencuci kedua tangan dengan sabun.
25. Melengkapi partograf.
Unit Terkait KIA/KB
PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
24/KIA/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Tindakan menjahit robekan perineum yang diakibatkan laserasi jalan
lahir.
Tujuan 1. Menghentikan perdarahan.
2. Menyatukan kembali jaringan tubuh.
Kebijakan Asuhan penjahitan robekan perineum diberikan kepada ibu bersalin
dengan laserasi jalan lahir.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Heacting Set:
a. Sepasang sarung tangan
b. Pemegang jarum (nalfoder)
c. Jarum
d. Chromic catgut atau catgut no. 2/0 atau no. 3/0
e. Pinset
f. Gunting
2. Kassa steril
3. Spuit
4. Lidokain 1% tanpa epinefrin
B. Pelaksanaan
1. Memposisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur,
dengan posisi litotomi.
2. Memasang kain bersih di bawah bokong ibu.
3. Mengatur lampu sorot/senter ke arah vulva/perinium ibu.
4. Memakai sarung tangan.
5. Mengisi tabung suntik dengan lidokain 1% tanpa epinefrin.
6. Melengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan.
7. Menggunakan kassa, untuk membersihkan daerah luka dari
darah atau bekuan darah, dan nilai kembali luas dan dalamnya
robekan pada daerah perinium.
8. Memberitahu ibu akan disuntik.
9. Menusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan perinium,
masukkan jarum secara subkutan sepanjang tepian luka.
10. Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap.
11. Menyuntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum
suntik pada tepi luka daerah perinium.
12. Mengarahkan jarum suntik sepanjang tepi luka pada mukosa
vagina, lakukan aspirasi, suntikan cairan lidokain 1% sambil
menarik jarum.
13. Menunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan luka.
14. Melakukan inspeksi vagina dan perinium untuk melihat
robekan.
15. Menempatkan jatum pada pemegang jarum, kemudian kunci
pemegang jarum.
16. Memasang benang.
17. Melakukan penjahitan pertama ± 1 cm diatas puncak luka
robekan di dalam vagina.
18. Ikat jahitan pertama dengan simpul mati.
19. Menjahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur
hingga tepat dibelakang lingkaran hymen.
20. Meneruskan jahitan jelujur sampai kebagian bawah luka.
21. Menjahit jaringan subkutis kanan kiri ke arah atas hingga
tepat di muka lingkaran hymen.
22. Menusukkan jarum di depan lingkaran hymen ke mukosa
vagina di belakang lingkaran hymen.
23. Buat simpul mati di belakang lingkaran hymen dan potong
benang hingga tersisa 1 cm.
24. Menasehati ibu agar membasuh perinium dengan sabun dan
air, terutama setelah buang air besar (arah basuhan dari
bagian muka ke belakang).
Unit Terkait KIA/KB
PEMERIKSAAN BAYI BARU LAHIR

Klinik PKU No. Dokumen No Revisi Halaman :


Muhammadiyah 25/KIA/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Pemeriksaan keadaan umum dan fisik terhadap bayi yang baru lahir.
Tujuan Mendeteksi secara dini adanya kelainan pada bayi baru lahir.
Kebijakan Asuhan diberikan kepada setiap bayi yang baru lahir.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Tempat yang bersih
2. Termometer
3. Stetoskop
4. Jam tangan atau jam dinding
5. Timbangan bayi
6. Kain yang bersih
7. Air bersih, sabun dan handuk kering
8. Sarung tangan
B. Pelaksanaan
1. Memerisa catatan medis dan menentukan apabila bayi butuh
imunisasi.
2. Mencuci tangan dengan sabun.
3. Mengamati bayi dan ibu sebelum menyentuh bayi.
4. Melihat postur normal bayi, tonus dan aktivitas.
5. Melihat kulit bayi.
6. Menghitung pernafasan bayi saat sedang tidak menagis.
7. Menghitung detak jantung bayi dengan stetoskop.
8. Meraba kehangatan bayi.
9. Melihat dan meraba bagian kepala.
10. Melihat pada mata bayi.
11. Melihat bagian dalam mulut.
12. Melihat dan meraba bagian perut.
13. Melihat tali pusat.
14. Melihat punggung dan raba tulang belakang.
15. Melihat adanya lubang anus dan alat kelamin.
16. Menanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar atau
buang air kecil.
17. Memakaikan pakaian pada bayi.
18. Menimbang bayi.
19. Mengukur panjang dan lingkar kepala.
20. Mencuci tangan dengan sabun.
21. Melengkapi catan medis atau melakukan pendokumentasian.
Unit Terkait KIA/KB
EPISIOTOMI MEDIO LATERALIS

Klinik PKU No. Dokumen No Revisi Halaman :


Muhammadiyah 26/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Tindakan pelebaran jalan lahir karena adanya distocia bahu.
Tujuan Melonggarkan jalan lahir.
Kebijakan Tindakan asuhan diberikan kepada ibu bersalin dengan indikasi
distocia bahu.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. APD
2. Gunting episiotomi
3. Kassa steril
4. Lidokain 1%
5. Spuit
B. Pelaksanaan
1. Membersihkan vulva degan air DTT.
2. Memberitahukan pasien akan disuntik.
3. Menyuntikkan anestesi lokal.
4. Memastikan bahwa anestesi sudah bekerja.
5. Melindungi daerah dalam perinium dengan jari telunjuk dan
tengah tangan kiri dengan agak direnggangkan.
6. Memberi sedikit tekanan lembut ke arah luar pada perinium.
7. Menentukan tempat incisi tepat di tengah-tengah komisura
posterior.
8. Episiotomi dengan gunting episiotomi tajam pada komisura
posterior 45° ke arah serong kanan/kiri sepanjang 3-4 cm.
9. Episiotomi dilakukan dengan satu kali guntingan.
10. Menekan daerah luka episiotomi dengan kassa.
11. Membereskan alat-alat dan merendam ke larutan klorin 0,5%
dan mencuci tangan dengan sabun.
Unit Terkait KIA
PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B
PADA BAYI BARU LAHIR
Klinik PKU
Muhammadiyah
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara
27/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Memasukkan vaksin ke dalam tubuh bayi dengan suntikan.
Tujuan Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B (lever)
yang disebabkan virus hepatitis B.
Kebijakan Asuhan diberikan kepada bayi baru lahir normal atau dengan berat
badan lebih dari 2500 gram.
Prosedur 1. Siapkan vaksin hepatitis B uniject, kapas DTT/kering, air DTT.
2. Memberitahukan pada ibu tujuan penyuntikan Hepatitis B.
3. Meletakkan bayi pada jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan.
4. Bebaskan bagian paha sebelah kanan.
5. Memberitahukan ibu bayi akan disuntik.
6. Memegang bagian kaki bayi agar tidak bergerak aktif.
7. Desinfeksi bagian yang akan disuntik.
8. Menyuntikkan vaksin Hepatitis B secara intamuskular (IM) pada
paha bagian anterolateral.
9. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi.
10. Mencuci tangan dengan sabun.
11. Melakukan pendokumentasian.
Unit Terkait KIA/KB
PEMBERIAN SUNTIKAN VITAMIN K1
PADA BAYI BARU LAHIR
Klinik PKU
Muhammadiyah
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara
28/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Memasukkan vitamin K1 ke dalam tubuh bayi dengan suntikan.
Tujuan Untuk mencegah timbulnya perdarahan.
Kebijakan Asuhan diberikan kepada setiap bayi baru lahir.
Prosedur 1. Siapkan vitamin K1 1 mg, spuit 1 cc, kapas DTT/kering
2. Menyiapkan alat dan bahan, masukkan ke dalam tabung spuit
vitamin K1 1 mg (0,1 cc).
3. Memberitahukan pada ibu tujuan penyuntikan vitamin K1.
4. Meletakkan bayi pada jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan.
5. Bebaskan bagian paha sebelah kiri.
6. Memberitahukan ibu bayi akan disuntik.
7. Memegang bagian kaki bayi agar tidak bergerak aktif.
8. Desinfeksi bagian yang akan disuntik.
9. Menyuntikkan vitamin K1 secara intramuskular (IM) pada paha
bagian anterolateral.
10. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi.
11. Mencuci tangan dengan sabun.
12. Melakukan pendokumentasian.
Unit Terkait KIA/KB
PEMBERIAN IMUNISASI POLIO

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
29/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Memasukkan vaksin polio ke dalam tubuh bayi dengan suntikan.
Tujuan Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit poliomillitis, yang
merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh virus polio.
Kebijakan Asuhan diberikan kepada bayi usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan.
Prosedur 1. Siapkan vaksin polio.
2. Menyiapkan alat dan bahan.
3. Memberitahukan pada ibu tujuan pemberian imunisasi polio.
4. Meletakkan bayi pada jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan.
5. Memberitahu ibu untuk memegangi bayi.
6. Membuka mulut bayi dengan cara ibu jari kita membuka bagian
dagu bayi.
7. Memberitahukan ibu bayi akan ditetes polio.
8. Memberikan imunisasi polio per oral 2 tetes.
9. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi.
10. Mencuci tangan dengan sabun.
11. Melakukan pendokumentasian.
Unit Terkait KIA/KB
PEMBERIAN IMUNISASI BCG

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
30/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Memasukkan vaksin BCG ke dalam tubuh bayi dengan suntikan.
Tujuan Untuk mencegah penyakit Tuberkulosis (TBC).
Kebijakan Asuhan diberikan kepada bayi usia 1 bulan.
Prosedur 1. Siapkan vaksin BCG, spuit, kapas DTT/kering, air DTT.
2. Menyiapkan alat dan bahan, masukkan kedalam tabung spuit
vaksin BCG dengan dosis 0,05 ml.
3. Memberitahukan pada ibu tujuan pemberian imunisasi BCG.
4. Meletakkan bayi pada jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan.
5. Bebaskan bagian pangkal lengan kanan atas.
6. Memberitahukan ibu bayi akan disuntik.
7. Memegang bagian tangan agar tidak bergerak aktif.
8. Memberitahu ibu untuk memegangi bayi.
9. Desinfeksi bagian yang akan disuntik.
10. Menyuntikkan vaksin BCG secara intrakutan (IC) pada pangkal
lengan kanan atas.
11. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi.
12. Mencuci tangan dengan sabun.
13. Melakukan pendokumentasian.
Unit Terkait KIA/KB
PEMBERIAN IMUNISASI DPT-HB

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
31/KIA/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Memasukkan vaksin DPT-HB ke dalam tubuh bayi melalui cara
suntikan.
Tujuan Untuk memberikan kekebalan dalam waktu yang bersamaan terhadap
difteria, pertusis, tetanus dan hepatitis.
Kebijakan Asuhan diberikan kepada bayi usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Vaksin DPT-HB
2. Spuit
3. Kapas DTT/kering
4. Air DTT
B. Pelaksanaan
1. Menyiapkan alat dan bahan, masukkan ke dalam tabung spuit
vaksin DPT-Hb dengan dosis 0,5 ml.
2. Memberitahukan pada ibu tujuan dari pemberian imunisasi
DPT-HB.
3. Meletakkan bayi pada jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan.
4. Bebaskan bagian paha bagian luar.
5. Memberitahukan ibu bayi akan disuntik.
6. Memegang bagian tangan agar tidak bergerak aktif.
7. Memberitahu ibu untuk memegangi bayi.
8. Desinfeksi bagian yang akan disuntik.
9. Menyuntikkan vaksin DPT-HB secara intramuskular (IM)
pada paha bagian luar.
10. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi.
11. Memberitahu pada ibu efek samping imunisasi DPT-HB yaitu
panas.
12. Berikan parasetamol syrup dan beritahu ibu untuk
mengompres dan tetap menyusui bayi saat panas.
13. Mencuci tangan dengan sabun.
14. Melakukan pendokumentasian.
Unit Terkait KIA/KB
PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
32/KIA/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Memasukkan vaksin campak ke dalam tubuh bayi dengan
menggunakan suntikan.
Tujuan Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit campak yang
disebabkan oleh virus campak.
Kebijakan Asuhan diberikan kepada bayi usia 9 bulan.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Vaksin campak
2. Spuit
3. Kapas DTT/kering
4. Air DTT
B. Pelaksanaan
1. Menyiapkan alat dan bahan, masukkan ke dalam tabung spuit
vaksin campak dengan dosis 0,5 ml.
2. Memberitahukan pada ibu tujuan pemberian imunisasi
campak.
3. Meletakkan bayi pada jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan.
4. Bebaskan bagian lengan kiri atas.
5. Memberitahukan ibu bayi akan disuntik.
6. Memegang bagian tangan agar tidak bergerak aktif.
7. Memberitahu ibu untuk memegangi bayi.
8. Desinfeksi bagian yang akan disuntik.
9. Menyuntikkan vaksin campak secara subkutan (SC) pada
lengan kiri atas.
10. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi.
11. Memberitahu pada ibu efek samping imunisasi campak yaitu
panas.
12. Berikan parasetamol syrup dan beritahu ibu untuk
mengompres dan tetap menyusui bayi saat panas.
13. Mencuci tangan dengan sabun.
14. Melakukan pendokumentasian .
Unit Terkait KIA/KB
PEMBERIAN IMUNISASI TT

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
33/KIA/V/2014 0 1 dari 1
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Memasukkan vaksin ke dalam tubuh bayi dengan suntikan.
Tujuan 1. Pada wanita usia subur diberikan untuk memberikan kekebalan
terhadap tetanus.
2. Pada ibu hamil diberikan untuk memberikan kekebalan dan
mencegah Tetanus neonatorum.
Kebijakan Asuhan diberikan kepada Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil
Prosedur 1. Persiapan Alat dan Bahan:
a. Vaksin TT
b. Spuit
c. Kapas DTT/kering
d. Air DTT
2. Menyiapkan alat dan bahan, masukkan ke dalam tabung spuit
vaksin TT dengan dosis 0,5 ml.
3. Memberitahukan pada ibu tujuan pemberian imunisasi DPT-HB.
4. Bebaskan bagian lengan kiri atas.
5. Memberitahukan ibu akan disuntik.
6. Desinfeksi bagian yang akan disuntik.
7. Menyuntikkan vaksin TT secara Subkutan (SC) pada lengan kiri
atas.
8. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi.
9. Mencuci tangan dengan sabun.
10. Melakukan pendokumentasian.
Unit Terkait KIA/KB
STANDAR PELAYANAN ANC

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
34/KIA/III/2015 0 1 dari
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 15 Maret 2015 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Standarisasi pelayanan pemeriksaan kehamilan, sesuai yang
ditetapkan Dinas Kesehatan.
Tujuan Meningkatkan mutu pelayanan ANC di PKU Muhammadiyah
Merden.
Kebijakan 1. Wajib dilakukan terhadap semua pasien.
2. Minimal 1 kali pemeriksaan kehamilan (ANC) oleh Dokter.
Prosedur 1. Timbang badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi
4. Ukur TFU
5. Tentukan presentasi dan Detak Jantung Janin
6. Skrining status imunisasi
7. Pemberian tablet tambah darah (min 90 tab selama kehamilan)
8. Test lab sederhana (golongan darah, Hb, gula protein urin) dan
atau berdasarkan indikasi (HbsAg, sifilis, HIV, malaria, TBC)
9. Tata laksana kasus
10. Test kelenjar gondok
Unit Terkait KIA/KB
PEMERIKSAAN PELAYANAN ANC TERPADU

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
35/KIA/III/2015 0 1 dari
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 15 Maret 2015 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Standarisasi pelayanan pemeriksaan kehamilan, sesuai yang
ditetapkan Dinas Kesehatan.
Tujuan Meningkatkan mutu pelayanan ANC di PKU Muhammadiyah
Merden.
Kebijakan Minimal 1 (satu) kali pemeriksaan kehamilan (ANC) oleh Dokter.
Prosedur Pemeriksaan pelayanan ANC terpadu dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut :
No Jenis Pemeriksaan TM1 TM2 TM3
1 Keadaan umum v v v
2 Suhu tubuh v v v
3 Tekanan darah v v v
4 BB v v v
5 LILA v v v
6 TFU v v
7 Presentasi janin v v
8 DJJ v v
9 Golongan darah v
10 Pemeriksaan Hb v
11 Protein Urine * *
12 Gula darah/reduksi * * *
13 Darah malaria v* * *
14 BTA sputum * * *
15 IMS/Sifilis * * *
16 Serologi HIV v* * *
17 USG * * *
Keterangan :
v : Periksa rutin
* : Pemeriksaan atas indikasi
v* : Malaria : Px rutin pada daerah endemis
HIV : Px rutin pada daerah endemis meluas dan
terkontaminasi, sedangkan endemis rendah
hanya pada ibu hamil IMS dan TB.
Unit Terkait KIA/KB
DAFTAR ISI

1. Pemeriksaan Denyut Jantung Janin dengan Doppler


2. Penggunaan Oksitosin Drip pada Persalinan
3. Pemeriksaan Denyut Jantung Janin dengan Lenex
4. Pelaksanaan Tindakan Pemprosesan Alat Kebidanan
5. Pemasangan Alat Kontrasepsi IUD
6. Pelepasan Alat Kontrasepsi IUD
7. Prosedur Pemasangan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
8. Prosedur Pelepasan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
9. Pemberian Metode Kontrasepsi Suntikan
10. Pertolongan Persalinan dengan Distosia Bahu
11. Penerimaan Akseptor KB Baru
12. Cara Penerimaan Akseptor Lama KB
13. Cara Penerimaan Kunjungan Pertama ANC
14. Cara Penerimaan Kunjungan Ulang ANC
15. Cara Kolaborasi Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
16. Cara Penyampaian Jadwal Kunjungan Ulang Imunisasi
17. Cara Penyampaian Jadwal Kunjungan Ulang Akseptor KB
18. Kunjungan Antenatal Care (ANC) Kunjungan Ulang
19. Ekstraksi Vakum
20. Rujukan Neonatus dengan Asfiksia
21. Pembuatan Akta Kelahiran
22. Pertolongan Persalinan Kala Dua
23. Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga
24. Penjahitan Robekan Perineum
25. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
26. Episiotomi Medio Lateralis
27. Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir
28. Pemberian Suntikan Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir
29. Pemberian Imunisasi Polio
30. Pemberian Imunisasi BCG
31. Pemberian Imunisasi DPT-HB
32. Pemberian Imunisasi Campak
33. Pemberian Imunisasi TT
34. Standar Pelayanan ANC
35. Pemeriksaan Pelayanan ANC Terpadu

Anda mungkin juga menyukai