Anda di halaman 1dari 43

MENGANTAR JARINGAN UNTUK PEMERIKSAAN

PATOLOGI ANATOMI KE LABORATORIUM


Klinik PKU
Muhammadiyah
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara
01/PG/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Mengantarkan jaringan yang akan dilakukan pemeriksaan patologi
anatomi ke ruang laboratorium.
Tujuan Menegakkan diagnosa.
Kebijakan Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses
penyembuhan.
Prosedur A. Persiapan Alat :
1. Jaringan yang akan diperiksa
2. Surat pengantar dari dokter
3. Pena, pensil dan buku serah terima
B. Pelaksanaan :
1. Memperlihatkan jaringan yang akan diperiksa ke pasien dan
atau keluarga.
2. Menjelaskan tujuan tindakan dan biaya pemeriksaan.
3. Menyerahkan jaringan yang akan diperiksa ke ruang
laboratorium beserta surat pengantarnya.
4. Menjelaskan pada pasien/keluarga tentang waktu selesainya
pemeriksaan patologi anatomi.
5. Mendokumentasikan dalam catatan perawatan.
Unit Terkait Poli Gigi, Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Laboratorium
ANAMNESA

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
02/PG/V/2014 0 1 dari 1
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Suatu tindakan dengan mengajukan pertanyaan yang terarah sehingga
didapatkan fakta-fakta pemeriksaan awal untuk mengetahui keluhan
pasien.
Tujuan Untuk membantu menegakkan diagnosa, untuk mengidentifikasi
kelainan yang ada pada gigi dan mulut.
Kebijakan Ditetapkan minimal oleh SMF Gigi.
Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai urutan.
2. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan kartu rawat jalan
pasien, jika tidak cocok petugas melakukan konfirmasi dengan
petugas pendaftaran.
3. Petugas menanyakan keluhan/kondisi gigi pasien.
4. Petugas menanyakan riwayat penyakit yang lalu yang dimiliki
selain keluhan tentang penyakit gigi.
5. Petugas melakukan pemeriksaan gigi.
6. Petugas mencatat/mendokumentasikan di dalam status rekam
medis pasien.
Unit Terkait Poli Gigi, Unit Rawat Jalan, RM, Yanmed
MEMPERSIAPKAN LARUTAN DISINFEKTAN

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
03/PG/V/2014 0 1 dari 3
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Menyiapkan atau membuat larutan disinfektan sesuai ketentuan dan
prosedur.
Tujuan Menyediakan larutan disinfektan yang dapat digunakan secara tepat
guna dan aman serta dalam keadaan siap pakai.
Kebijakan Tindakan dilakukan sesuai prosedur.
Prosedur 1. Jenis Larutan Disinfektan
a. Sabun, yang mempunyai daya antiseptik misalnya asepso,
sopoderm, dan lain-lain.
b. Lysol
c. Creolin
d. Salvon
e. Sublimat
f. PK (Permanganas Kalikus)
g. Betadin
2. Cara Membuat Sabun
a. Persiapan
1) Sabun padat, sabun cream atau sabun cair (teepol)
2) Gelas ukuran
3) Timbangan (bila ada)
4) Pisau atau sendok makan
5) Alat pengocok
6) Air panas atau hangat dalam tempatnya
7) Ember atau baskom
b. Pelaksanaan
1) Membuat larutan dari sabun padat tau cream:
Sabun padat sekurang-kurangnya empat gram
dimasukkan ke dalam ember berisi satu liter air panas
atau hangat, lalu aduk sampai larut.
2) Membuat larutan dari sabun cair (teepol):
3 cc sabun cair dicampurkan ke dalam ember berisi satu
liter air hangat, kemudian aduk sampai rata.
c. Penggunaan
Untuk mencuci tangan dan mencuci peralatan, seperti alat
tenun, logam, kaca, karet/plastik, kayu bercat dan yang
berlapis formika.
3. Cara membuat larutan lysol dan creloin
a. Persiapan
1) Larutan lysol
2) Gelas ukuran
3) Ember berisi air
4) Bember atau baskom
5) Creloin
6) Ember berisi air yang dibutuhkan
b. Pelaksanaan
1) Membuat larutan lysol atau creloin 1,5% :
5 cc lysol creloin dicampurkan ke dalam satu liter air.
2) Membuat larutan lysol dan creloin dicampurkan ke dalam
satu liter air.
c. Penggunaan
1) Lysol 0,5% : untuk mencuci tangan
2) Lysol 1% : untuk disinfektan peralatan perawatan atau
kedokteran
3) Lysol 2-3% : untuk merendam peralatan yang digunakn
pasien penyalit menular, selama 24 jam.
4) Creolin 0,5% : untuk mendisinfektan lantai-lantai
5) Creolin 2% : untuk mendisinfektan lantai kamar mandi
atau WC atau spulhok.
4. Cara membuat larutan Salvon
a. Persiapan
1) Salvon
2) Gelas Ukuran
3) Ember atau baskom air secukupnya
b. Pelaksanaan
1) Membuat larutan salvon 0,5% :
5 cc salvon dicampur ke dalam satu liter air
2) Membuat larutan salvon 1% :
10 cc salvon dicampur ke dalam satu liter air
c. Penggunaan
1) Salvon 0,5% : untuk mencuci tangan
2) Salvon 1% : untuk merendam peralatan perawatan dan
kedokteran
Unit Terkait Poli Gigi
MENGANGKAT JAHITAN PADA LUKA

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
04/PG/V/2014 0 1 dari 1
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Mengangkat atau membuka jahitan pada luka yang dijahit.
Tujuan Prosedur ini digunakan sebagai acuan penerapan langkah-langkah
melaksanakan tindakan keperawatan dalam mengangkat jahitan pada
luka yang dijahit untuk mencegah terjadinya infeksi dan mencegah
tertinggalnya benang.
Kebijakan Tindakan dilakukan terhadap :
1. Luka operasi yang sudah waktunya diangkat jahitannya
2. Luka pasca bedah yang sudah sembuh
3. Luka infeksi oleh jahitan
Prosedur 1. Persiapkan alat.
2. Pasien dirapikan dan beri penjelasan hal-hal yang akan dilakukan.
3. Posisi pasien disiapkan sesuai dengan kubutuhan.
4. Balutan lama dibuka dan dibuang ketempatnya.
5. Luka dibersihkan dengan kasa yang dibasahi larutan Nacl 0,9%
dilakukan satu arah.
6. Kasa kotor dibuang ke tempatnya.
7. Simpul jahitan ditarik sedikit keatas secara hati-hati memakai
pinset cirugis sehingga kelihatan benang yang ada di dalam kulit.
8. Benang dan ditarik dan digunting dengan hati-hati, kemudian
dibuang ke kasa yang telah disediakan.
9. Luka diolesi kembali dengan kasa yang diolesi betadine.
10. Luka ditutup dengan kasa steril dan kering, lalu diplester.
11. Setelah selesai, pasien dirapikan.
12. Bersihkan alat, bereskan dan kembalikan ke tempat semula.
Unit Terkait Poli Gigi
PENGOPERASIAN SUCTION PUMP

No. Dokumen No Revisi Halaman :


Klinik PKU
05/PG/V/2014 0 1 dari 1
Muhammadiyah
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Suction Pump adalah suatu alat yang digunakan untuk menghisap
cairan yang tidak diperlukan di dalam tubuh.
Tujuan Agar Suction Pump dapat digunakan dengan baik dan benar.
Kebijakan Suction Pump digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan
tindakan ke pasien, tetapi harus diperhatikan fungsi alat agar tidak
membahayakan pasien.
Prosedur 1. Tekan saklar pada pompa hisap kearah “ON”.
2. Masukkan ujung penghisap ke tempat yang dikehendaki.
3. Atur kekuatan tekanan hisap.
4. Bersihkan selang dengan air bila selang tersumbat.
5. Perhatikan isi gelas tampung, jangan sampai melebihi batas
maksimal.
6. Setelah selesai, tekan saklar pompa penghisap ke arah “OFF”.
7. Cabut kabel power cord dari stop kontak listrik.
8. Buang isi cairan di gelas tampung dan bersihkan.
9. Isi gelas tampung dengan cairan desinfektan secukupnya dan
masukkan gelas pada unit pompa hisap cairan.
10. Kembalikan alat pada tempatnya dan alat siap pakai.
Unit Terkait Poli Gigi
PENGOPERASIAN TENSIMETER

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
06/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Tensimeter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan darah manusia.
Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah penggunaan tensimeter.
Kebijakan Dilakukan terhadap semua pasien.
Prosedur A. Persiapan
1. Pasien tidur terlentang atau disesuaikan dengan keadaan
pasien.
2. Apibila memungkinkan, petugas berada di samping kanan
pasien dan menghadap ke arah kepala pasien atau petugas
menyesuaikan keadaan pasien.
3. Letakkan alat pada alas yang datar.
4. Buka tutup alat dengan menekan tombol dan tegakkan tutup
sampai tabung air raksa menjadi tegak lurus.
5. Buka klip tabung air raksa hingga menunjuk garis nol.
B. Pelaksanaan
1. Pasang manset pada lengan atas.
2. Putar kait kran pada tabung air raksa ke arah kanan dan air
raksa keluar menunjuk angka nol.
3. Putar klip aliran udara ke arah kanan hingga rapat dan tidak
bocor.
4. Pasang stetoskop di daerah pergelangan siku di bawah
manset.
5. Tekan pompa manset berulang-ulang sambil melihat
permukaan air raksa dalam tabung yang diikuti dengan suara
denyut nadi.
6. Putar klip penutup aliran udara ke arah kiri secara perlahan-
lahan sehingga udara keluar dan air raksa perlahan turun serta
diikuti suara denyut nadi.
7. Perhatikan bunyi denyut nadi yang pertama dan terakhir
dengan melihat angka skala tabung air raksa (sistol dan
diastol) serta catat dalam rekam medik.
8. Lepaskan manset dan masukkan dalam alat.
9. Miringkan alat ke posisi tabung air raksa seluruhnya masuk
tabung dan tutup klem air raksa ke arah kiri.
10. Tutup penutup alat sampai datar.
Unit Terkait Poli Gigi
PERAWATAN SALURAN AKAR (PULPEKTOMY)

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
07/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Penanganan Pearawatan saluran akar dilakukan pada gigi yang sudah
non vital/Gangren.
Tujuan Terapi kesehatan gigi.
Kebijakan Ditetapkan oleh SMF Gigi.
Prosedur A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Kaca mulut, pinset, sonde
b. Eskavator
c. Jarum Ekterpasi
d. K-file
2. Bahan
a. Rontgen gigi pengukuran panjang akar
b. Kapas, tampon
c. Chlor ethyl
d. Paper point
e. Cairan NaCOL 10%
f. Obat sterilisasi (Eugenol, Tkf, CHKM, Cresopen)
g. Gutap point
h. Pasta endometason
B. Prosedur Tindakan
1. Petugas memeriksa gigi yang dikeluhkan (sondage, perkusi,
chlor-ethyl).
2. Open bur, pengambilan jaringan lunak atau jaringan pulpa
dengan eskavator dan jarum ekstervasi.
3. Pelebaran saluran akar dengas K-file.
4. Irigasi denga cairan NaCOL 10%.
5. Mengeringkan dengan paper poit.
6. Aplikasi obat sterilisasi.
7. Tumpatan sementara 3-7 hari/ulang 3-4 x perawatan sterilisasi
menggunakan obat-obat sterilisasi.
8. Pengisian saluran akar dengan bahan (Gutap point, Seal :
pasta endometason, Tempotek).
9. Petugas menulis resep (jika diperlukan) dan meyerahkan
kepada pasien.
10. Petugas meminta pasien umum melakukan pembayaran
tindakan medis sesuai PERWAL.
11. Pasien pulang.
Unit Terkait Poli Gigi
PULPA CAPPING

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
08/PG/V/2014 0 1 dari 1
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Pulpa Capping adalah suatu tindakan perlindungan yang dilakukan
pada pulpa sehat yang masih ditutupi dentin tipis, menggunakan
obat-obat antiseptik dan sedative.
Tujuan Mempertahankan vitalitas pulpa dengan memberi obat yang
merangsang pulpa untuk membentuk dentin sekunder sehingga
mempertahankan pulpa dalam fungsi dan vitalitasnya.
Kebijakan Ditetapkan oleh SMF Gigi
Prosedur A. Alat dan bahan
1. Alat
a. Alat diagnostik
b. Plastis instrument
c. Eskavator
2. Bahan
a. Calxyl/Calcidor
b. Tempotek
c. Cotton roll/cotton palette
B. Prosedur Tindakan
1. Petugas mengexcavasi jaringan karies.
2. Petugas mempreparasi kavitas sampai daerah bebas karies.
3. Petugas meminta penderita untuk berkumur.
4. Petugas membersihkan dan mengeringkan kavitas.
5. Petugas mengisolasi gigi dengan cotton roll.
6. Petugas mengaplikasikan calxyl/Calcidor.
7. Petugas mengaplikasikan tambalan sementara.
8. Petugas meminta penderita untuk berkumur kembali.
9. Petugas memberi informasi untuk kembali 7 hari lagi.
Unit Terkait Poli Gigi
ALVEOLECTOMY

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
09/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Alveolectomy yaitu tindakan pembedahan untuk memperbaiki bentuk
proceccus alveolaris
Tujuan 1. Memperbaiki processus alveolaris untuk mendapatkan protesa
yang enak.
2. Untuk mendapatkan ruang intermaksilaris guna keperluan
pembuatan protesa.
3. Memperbaiki deformasi processus alveolaris untuk mendapatkan
protesa yang ideal.
4. Mengilangkan alveolus ridge yang runcing yang dapat
menyebabkan neuralgia, protesa tidak stabil dan sakit pada waktu
dipakai.
5. Menghilangkan undercut.
6. Membetulkan rahang atas/rahang bawah yang protrusive.
7. Menghilangkan tuberositas.
Kebijakan 1. Ditetapkan oleh SMF Gigi
2. Indikasi
a. Deformasi processus alveolaris
b. Keadaan mandibula atau maksila yang sangat protrusive
3. Kontra Indikasi
Penderita dengan keadaan umum yang jelek
Prosedur 1. Persiapan
a. Personal
1) Dokter Gigi/Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut
2) Perawat gigi
b. Peralatan
1) Set alat diagnostic
2) Set alat bedah mulut sederhana
3) Boor
4) Rontgen foto panoramic
c. Bahan
1) Anesthesi local
2) Analgetik/antibiotik
3) Antiseptik/desinfektan
2. Pelaksanaan
a. Diagnosa
b. Rontgen foto panoramik (bila perlu)
c. Suci hama alat & operator
d. Anesthesi local
e. Insisi flap
f. Pembuangan tulang alveolar
g. Tulang dihaluskan dan dibersihkan
h. Penjahitan
i. Asuhan paska bedah
Unit Terkait Poli Gigi
ANKYLOTOMY
(LINGUAL FRENECTOMY)
Klinik PKU
Muhammadiyah
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara
10/PG/V/2014 0 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Ankylotomy yaitu suatu tindakan pemotongan frenulum lingualis.
Tujuan Untuk mengurangi perlekatan lidah terhadap dasar mulut .
Kebijakan 1. Indikasi
a. Bila frenulum lingualis menyebabkan ankylogossia.
b. Bila menyebabkan gangguan dalam pembuatan protesa,
fungsi bicara dan fungsi pengunyahan.
2. Kontra Indikasi
a. Pada penderita dengan keadaan umum yang jelek.
b. Tidak menyebabkan gangguan bicara dan pengunyahan
Prosedur 1. Persiapan Peralatan
a. Set alat diagnostic
b. Set alat bedah mulut sederhana
c. Anaestesi local
2. Persiapan Bahan
a. Anaestesi local
b. Antiseptik/desinfektan
c. Analgetik/antibiotik
d. Kapas/tampon steril
3. Cara Kerja
a. Diagnosa
b. Suci hama & operator
c. Anaestesi local
d. Pembedahan
e. Asuhan paska bedah
Unit Terkait Poli Gigi
PENGELOLAAN DRY SOCKET

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
11/PG/V/2014 0 1 dari 1
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Pengelolaan dry socket yaitu tindakan pengobatan komplikasi
pencabutan gigi oleh karena terganggunya mekanisme penjendalan
darah yang rusak oleh bakteri.
Tujuan 1. Mengurangi rasa sakit.
2. Mempercepat penyembuhan.
Kebijakan Indikasi : adanya rasa sakit sampai telinga dan bau tidak enak dari
socket gigi 3 sampai 5 hari sesudah operasi
Prosedur 1. Persiapan Peralatan
a. Set alat diagnostik
b. Alar irigasi
c. Set alat anaestesi
2. Persiapan Bahan
a. Larutan garam fisiologis
b. H2 02 3%
c. Antispetik/desinfektan
d. Analgetik/antibiotic
e. Pasta Alvogyl
f. Obat anaestesi local
3. Cara kerja
a. Diagnosa
b. Anaestesi local
c. Irigasi socket
d. Aplikasi pasta
e. Pemberian analgetik/antiseptik/antibiotik
Unit Terkait Poli Gigi
EKSISI TUMOR JINAK JARINGAN LUNAK

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
12/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Eksisi tumor jinak jaringan lunak secara intoto yaitu suatu tindakan
penghentian pertumbuhan tumor jinak jaringan lunak, sekaligus
menghapuskannya dari tubuh penderita.
Tujuan Tujuan Kuratif : pengangkatan dengan ekstirpasi total jaringan tumor
jinak jaringan lunak sebanyak mungkin, khususnya yang
pertumbuhannya local sehingga membebaskan penderita dari
penderitaan oleh komplikasi yang terjadi dan timbul karena penyakit
itu.
Kebijakan 1. Ditetapkan oleh SMF Gigi
2. Terapi Simptomatik : menghilangkan keluhan sakit dan rasa nyeri
secara fiksi maupun keluhan kejiwaan penderita.
3. Terapi Supportif : perbaikan keadaan umum dan gizi yang
menunjang daya tahan tubuh.
4. Terapi korektif atau rehabilitasi fisik dan kejiwaan penderita
setelah dilakukan terapi.
5. Indikasi
a. Pada pemeriksaan klinis ada benjolan pada jaringan lunak,
tumbuh hebat, tanpa metastasis, tidak sakit, konsistensi
kenyal atau lunak, ukuran diameter lebih kurang 2 x 2 x 2 cm.
b. Benjolan pada jaringan lunak dengan hasil pemeriksaan PA
biopsy adalah tumor jinak tanpa tanda-tanda keganasan.
c. Penderita dengan keadaan umum baik.
6. Kontra Indikasi : penderita dengan keadaan umum tidak baik.
Prosedur 1. Persiapan
a. Personalia
1) Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut/Dokter Gigi
2) Perawat gigi
b. Alat
1) Set alat diagnostic
2) Set alat bedah mulut sederhana
3) Laboratorium patologi
c. Bahan
1) Anaestesikum umum/local
2) Antiseptik/desinfektan
3) Larutan fiksasi
d. Pemeriksa Penunjang
1) Radiologi
2) Hidro Patologi
2. Cara kerja
a. Diagnosa
b. Suci hama
c. Anaestesi umum/likal
d. Tehnik pembedahan eksisi
e. Pemeriksaan patologi
f. Asuhan paska bedah
Unit Terkait Poli Gigi
EKSISI TUMOR JINAK JARINGAN KERAS

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
13/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Eksisi tumor jinak jaringan keras yaitu suatu tindakan penghentian
pertumbuhan tumor jinak jaringan keras sekaligus menghapuskannya
dari dalam tubuh penderita.
Tujuan 1. Terapi kuratif
2. Terapi simptomatik
3. Terapi supportif
4. Terapi korektir/rehabilitatif
Kebijakan 1. Indikasi
a. Pada pemeriksaan klinis merupakan benjolan dengan
konsistensi keras, tidak dapat digerakkan dari dasarnya, warna
sama dengan sekitarnya, tumbuh lambat, tidak sakit.
b. Pada pemeriksaan rongten foto
1) Tumor odontogen : tampak gambaran gigi.
2) Tumor non-odontogen : gambaran radiopaque, gambaran
ground glass.
c. Pada pemeriksaan PA meruapakan tumor jinak jaringan keras
tidak tampak tanda-tanda ganas.
d. Keadaan umum pasien baik.
2. Kontra Indikasi : keadaan umum penderita tidak baik.
Prosedur 1. Persiapan
a. Personalia
1) Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut/Dokter Gigi
2) Perawat gigi
b. Alat
1) Set Alat diagnostik
2) Alat-alat bor
3) Laboratorium Patologi
c. Bahan
1) Anaestesi umum
2) Antiseptic/desinfektan
3) Larutan fiksasi
2. Cara Kerja
a. Diagnosa
b. Persiapan pasien untuk anaestesi umum/local
c. Suci hama
d. Pembedahan secara eksisi
e. Asukan paska bedah
Unit Terkait Poli Gigi
ENUKLEASI KISTA

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
14/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Enukleasi kista adalah pengambilan menyeluruh dari membrane
kista.
Tujuan 1. Untuk mengambil seluruh jaringan patologis
2. Untuk mempercepat proses regenerasi
Kebijakan 1. Ditetapkan oleh SMF Gigi
2. Indikasi
a. Kista tersebut merupakan focus infeksi.
b. Perluasan kista belum melibatkan gigi vital atau sinus
maksilaris.
c. Kista belum meluas ke jaringan lunak.
d. Kista memungkinkan untuk diambil secara menyeluruh.
3. Kontra Indikasi
a. Kista dentigerous, di mana gigi diinginkan untuk tumbuh.
b. Kista sangat besar sehingga melibatkan jaringan lunak atau
jika pengambilan kista tersebut sangat sukar.
Prosedur 1. Persiapan
a. Personalia
1) Dokter Gigi/Spesialis Bedah Mulut
2) Perawat Gigi
b. Peralatan
1) Set alat diagnostik dasar
2) Set bedah mulut sederhana
3) Set anaestesi local/umum
4) Peralatan dasar kedokteran gigi
5) Dental rontgen foto
c. Bahan
1) Kapas/tampon steril
2) Antiseptik/desinfektan
3) Obat anaestesi local/umum
4) Analgetik/antibiotik
5) Bahan untuk drainase
2. Cara Kerja
a. Diagnosa
b. Dental rontgen foto panonamik
c. Persiapan pasien untuk anaestesi umum (bila perlu)
d. Suci hama
e. Anaestesi local/umum
f. Pembedahan
1) Flap mukoperiosteal
2) Pengambilan jaringan tulang
3) Enukleasi
4) Tampon
5) Penjahitan luka insasi
g. Asuhan paska bedah
Unit Terkait Poli Gigi
FRENECTOMY

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
15/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Frenectomy yaitu suatu tindakan pembuangan/pengurangan frenulum
labialis superior.
Tujuan 1. Untuk keperluan frenulum menyebabkan diastema
2. Untuk keperluan perawatan ortodonsi
3. Untuk perbaikan estetika
4. Untuk menghilangkan speech defect
5. Untuk mengurangi perlekatan bibir atas terhadap rahang atas
Kebijakan 1. Ditetapkan oleh SMF Gigi
2. Indikasi
a. Bila adanya frenulum menyebabkan diastema
b. Bila adanya frenulum menyulitkan prosedur pembuatan
protesa
c. Apabila menyebabkan gangguan dalam berbicara
3. Kontra Indikasi
a. Pada penderita dengan keadaan umum yang jelek
b. Tidak menyebabkan gangguan dalam berbicara
Prosedur 1. Persiapan
a. Persobalia
1) Dokter Gigi/Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut
2) Perawat Gigi
b. Peralatan
1) Set alat diagnostik
2) Set alat bedah mulut sederhana
3) Anesthesia local
c. Bahan
1) Anesthesia local
2) Antispetik/desinfektan
3) Analgetik/antibiotik
4) Kapas/tampon steril
2. Cara Kerja
a. Diagnosa
b. Suci hama alat & operator
c. Anaestesi local
d. Pembedahan
e. Asuhan paska bedah
Unit Terkait Poli Gigi
INCISI ABSES

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
16/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Incisi abses ialah tindakan mengeluarkan nanah dengan cara
melakukan incise.
Tujuan 1. Terapi : menghilangkan fokal infeksi
2. Diagnosa : sensi test
Kebijakan 1. Ditetapkan oleh SMF Gigi
2. Indikasi
a. Terapi : abses di daerah oreoaksilofacial (odontogenik)
b. Diagnostic : pada kasus-kasus dicurigai adanya resistensi
bakteri penyebabnya
3. Kontra indikasi
a. Mutlak : tidak ada
b. Relatif : diastesis perdarahan yang tidak terkontrol
Prosedur 1. Persiapan
a. Personalia
1) Dokter Gigi
2) Perawat Gigi
b. Peralatan
1) Kaca mulut
2) Aplikator, kapas 6 ¾ inci
3) Pisau operasi No. 3 dan 11 + pegangannya
4) Medis transport untuk identifikasi bakteri + sensi test
5) Probe abses
6) Hemostat, mosquito lengkung 5 inci
7) Gunting lengkung, mayo ujung tumpul 5 ½ inci
8) Suction + handle
9) Pinset anatomi 5 inci
10) Drain (karet, kasa)
11) Needle holder, penjepit jarum 5 inci
12) Kasa 4x4 inci
13) Kasa roller : 2 inci x 6 yard
14) Plester : 2 inci x 5 yard
15) Benang silk 4,0 dan jarum ½ atau 2/3 circle (atraumatik)
16) Disinfektan
17) Anastetikum
2. Cara Kerja
a. Kerjakan dengan cara asepsis.
b. Tentukan lokasi anatomic abses.
c. Anastesi dilakukan dengan cara topikan atau nerve blok atau
general.
d. Tentukan tempat insisi dengan mempertimbangkan lokasi
anatomis dan aspek estetik .
e. Lakukan insisi.
f. Melalui garis insisi lakukan penetrasi ke ruang abses dengan
menggunakan hemostat sampai nanah dapat keluar.
g. Evaluasi pus dengan membuka/menggerakkan hemostat
keberbagai arah ruang abses.
h. Untuk keperluan test kepekaan kuman, bahan diambil dari pus
dan masukkan ke media transport yang telah disiapkan.
i. Pasang drain secukupnya untuk memperlancar evakuasi pus
j. Agar drain tidak bergerak difiksasi dengan jahitan.
k. Khusus untuk insasi ektra oral, pasang kasa tampon di daerah
luka insasi untuk menampung nanah.
Unit Terkait Poli Gigi
MARSUPIALISASI KISTA

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
17/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Marsupialisasi Kista ialah pembuatan lubang/jendela yang adekuat
(fenestrasi) pada dinding luar kista, dan melalui lubang tersebut isi
kista dikosongkan.
Tujuan 1. Agar tulang yang berbatasan dengan kista tidak terobek.
2. Mencegah kerusakan gigi, sinus maxillaries, nalveolaris inferior
akibat operasi.
3. Mencegah fraktur patologis.
4. Memperkecil terjadinya trauma pada waktu operasi.
Kebijakan 1. Ditetapkan oleh SMF Gigi
2. Indikasi
a. Pada eruption cyst.
b. Pada dentigerous cyst bila gigi itu diinginkan untuk tumbuh
baik.
c. Pada kista yang sudah meluas dan melibatkan beberapa gigi
yang hidup.
3. Kontra Indikasi : penderita usia lanjut.
Prosedur 1. Persiapan
a. Personalia
1) Spesialis Bedah Mulut
2) Perawat Gigi
b. Peralatan
1) Set alat diagnostik dasar
2) Set bedah mulut sederhana
3) Set anaestesi lokal/umum
4) Peralatan dasar kedokteran gigi
5) Dental rontgen foto
c. Bahan
1) Kapas/tampon steril
2) Antiseptic/desinfektan
3) Obat anaestesi lokal/umum
4) Analgetik/antibiotic
5) Pasta yodoform atau pasta antibiotic
2. Cara Kerja
a. Diagnosa
b. Rontgen foto
c. Persiapan pasien untuk anaestesi umum (bila perlu)
d. Suci hama
e. Anaestesi lokal/umum
f. Pembedahan
1) Incisi
2) Pengisian tampon + pasta yodoform/antibiotic
3) Jahit dinding kista dengan mukosa
g. Asuhan paska bedah
Unit Terkait Poli Gigi
OPERCULECTOMY

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
18/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Opeculectomy yaitu tindakan pengambilan operculum yang terletak
diatas gigi molar tiga bawah yang akan tumbuh.
Tujuan Untuk membuang jaringan fibrous periosteal yang terletak diatas gigi
molar tiga bawah, sehingga kemungkinan gigi tersebut dapat tumbuh
dan agar daerah tersebut mudah dibersihkan dari sisa-sisa makanan.
Kebijakan 1. Ditetapkan oleh SMF Gigi
2. Indikasi
a. Gigi molar tiga bawah diperkirakan dapat tumbuh normal.
b. Jarak antara rumus mandibula dengan bagian distal molar tiga
bawah lebih dari 0,5 cm.
c. Gigi tidak caries.
d. Gigi masih vital.
e. Keadaan umum penderita baik.
3. Kontra indikasi
a. Gigi impaksi
b. Perikoronitis akut
c. Gigi caries
d. Pada penderita dengan keadaan umum yang jelek
Prosedur 1. Persiapan
a. Personalia
1) 1 orang Dokter Gigi/Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut
2) 1 Perawat Gigi
b. Peralatan
1) Set alat diagnostic
2) Set anaestesi local
3) Set alat bedah mulut sederhana
4) Surgical loop (bila ada)
5) Dental rontgent foto panomanik
c. Bahan
1) Tampon/kapas steril
2) Antiseptik/antibiotic
3) Anaestesi local
4) Antibiotik/Analgetik
2. Cara Kerja
a. Diagnosa
b. Dental rontgen foto Pardiamik
c. Suci hama alat & operator
d. Anaestesi local
e. Pembedahan
f. Tampon
g. Asuhan paska bedah
Unit Terkait Poli Gigi
PENANGANAN PERDARAHAN

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
19/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Menghentikan perdarahan baik sebagai akibat pencabutan maupun
operasi-operasi lainnya dalam bidang bedah mulut.
Tujuan Mengheningkan perdarahan yang terjadi baik pada waktu operasi
maupun sesudah operasi.
Kebijakan 1. Ditetapkan oleh SMF Gigi
2. Indikasi
a. Perdarahan belum berhenti, sesudah Bleeding time
b. Prolog Bleeding
c. Bleeding akibat kumur-kumur dan lain-lain
d. Bleeding primer & SE
3. Kontra Indikasi : Penderita Hemophili
Prosedur 1. Persiapan Alat
a. Hemostat.
b. Obat-obatan penghenti perdarahan seperti : Anaroxyl,
Andrenalin, Vita dan lain-lain, Alvogyl, Spongostan.
c. Needle & Needle Holder.
d. Macam-macam benang seperti : Silk, Cotton, Cat gun dan
lain-lain.
e. Cauter.
2. Personalia
a. Dokter Gigi
b. Perawat
3. Cara Kerja
a. Pertama-tama dengan obat lokal : Tekan dengan adrelun,
spongostan dan lain-lain.
b. Belum berhenti-jahit
c. Belum berhenti juga-injeksi intra Vena Anaroxyl/vita atau
yang kuat.
d. Belum berhenti juga direfer ke Gawat Darurat.
4. Perawatan Pasca Tindakan
a. Pemberian antibiotic dan analgetik
b. Observasi adanya komplikasi
c. Observasi masih ada atau tidak pus didalam drain/tampon,
jika tidak pus, drain dilepas
5. Komplikasi
Kemungkinan terjadi kelloid pada bekas insasi, terutama pada
penderita yang mempunyai kecenderungan terjadinya keloid.
Unit Terkait Poli Gigi
PENCABUTAN AKAR GIGI
DENGAN PEMBEDAHAN (OPEN PROCEDURE)
Klinik PKU
Muhammadiyah No. Dokumen No Revisi Halaman :
Merden Banjarnegara 20/PG/V/2014 0 1 dari 3
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Pencabutan akar gigi dengan pembedahan (open procedur) adalah
tindakan pengambilan akar gigi dengan pembuatan flap jaringan
lunak (surgical flap).
Tujuan 1. Menghilangkan focus infeksi
2. Untuk keperluan pembuatan gigi tiruan
Kebijakan 1. Ditetapkan oleh SMF Gigi
2. Indikasi
a. Fraktur akar gigi yang baru saja terjadi, yang dalam waktu 4-5
menit berhasil dikeluarkan.
b. Ujung akar gigi melengkung.
c. Fraktur akar gigi setinggi kurang dari setengah dinding socket
gigi.
d. Sisa akar yang berada didalam rahang selama beberapa waktu
dan pertimbangkan menjadi terinfeksi.
3. Kotra Indikasi
a. Lokal
1) Infeksi akut pada selulitis akut yang tidak terkontrol
2) Perikoronitis akut
3) Stomatitis akut yang terinfeksi
4) Penyakit keganasan
5) Paska radiasi
b. Sistemik
1) Diabetis melitus yang tidak terkontrol
2) Penyakit jantung, seperti penyakit jantung koroner,
hipertensi, dekompensasi jantung
3) Blood dyscrasia, seperti anemia yang berat, penyakit
hemoragik seperti hemofili, leukemia
4) Debilitating disease
5) Penyakit addison
6) Demam yang asalnya tidak diketahui
7) Nefristis
8) Kehamilan
9) Senility
10) Psikosisi dan Nerosis
4. Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila
pencabutan dengan tang tidak mungkin dilakukan, gagal atau
apabila gigi impaksi (terpendam).
5. Pembedahan tidak boleh dilakukan secara sembarangan oleh
karena dapat menimbulkan efek samping/komplikasi yang tidak
diinginkan, misalkan perdarahan, edema, trismus, dry soket dan
masih banyak lagi.
Prosedur 1. Persiapan
a. Personalia
1) 1 orang Dokter Gigi/Spesialis Bedah Mulut
2) 1 Perawat Gigi
b. Peralatan
1) Set alat diagnostic
2) Disposable spuit
3) Set alat bedah mulut sederhana
4) Alat pencabut gigi
5) Peralatan standar kedokteran gigi
c. Bahan
1) Kapas/Tampan Steril
2) Antiseptik/desinfektan
3) Anestesi lokal/Lidocain injeksi
4) Analgetik/antibiotik
2. Cara Kerja
a. Diagnosa
1) Dental Rontgent foto
2) Suci hama
3) Anestesi lokal
b. Pembedahan
1) Insasi
2) Flap dibuka
3) Bifurkasi bila perlu dipecah
4) Mengambil tulang disekitar gigi
5) Gigi di gerakkan dengan bein
6) Gigi diambil dengan tang
7) Kuret, jahitan dan pasang tampon
8) Asuhan pasca bedah
Unit Terkait Poli Gigi
SCALLING

Klinik PKU No. Dokumen No Revisi Halaman :


Muhammadiyah 21/PG/V/2014 0 1 dari 1
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Pembersihan karang gigi adalah proses untuk menghilangkan karang
gigi. Karang gigi adalah deposit keras yang menempel pada
permukaan gigi, berwarna dari putih kekuningan hingga coklat
kehijau-hijauan. Karang gigi tidak dapat hilang hanya dengan
menggosok gigi, pembersihan karang gigi harus dilakukan dengan
alat-alat khusus (scaller) yang disebut dengan scalling.
Tujuan Mendapatkan gigi dan gusi terbebas dari karang gigi dan plak.
Kebijakan Ditetapkan oleh SMF Gigi
Prosedur A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Alat diagnostik (kaca mulut, sonde, pinset, excavator)
b. Ultra Sonic Scaller
c. Kapas
2. Bahan : Povidone iodine
B. Prosedur Tindakan
1. Petugas mengangkat karang gigi dengan scaller
manual/scaller ultrasonik.
2. Petugas mengoleskan Betadine pada permukaan gingiva yang
telah dibersihkan karang giginya.
3. Petugas meminta pasien untuk berkumur.
4. Petugas mencuci tangan dengan sabun.
5. Petugas memberikan penyuluhan agar menjaga kebersihan,
kontrol tiap 6 bulan.
6. Petugas menulis resep jika dibutuhkan.
7. Petugas meminta pasien umum membayar tindakan medis
sesuai Perwal.
Unit Terkait Poli Gigi
GIGI IMPAKSI/ODONTEKTOMY

Klinik PKU No. Dokumen No Revisi Halaman :


Muhammadiyah 22/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Semua gigi yang diduga tidak erupsi atau tidak terletak pada
tempatnya dipertimbangkan untuk dilakukan pengambilan atau
odontektomi.
1. Anamnesis
Keluhan sakit pada gigi akan tumbuh, adanya pembengkakan
atau permintaan penderita untuk dilakukan odontektomi.
2. Kriteria diagnosis
a. Gigi impaksi molar ketiga dibuat menurut klasifikasi Gregory
dan Pell yang meliputi klas 1, 2, dan 3 dengan tipe A, B, dan
C yang dapat ditentukan melalui x-ray foto panoramik.
b. Gigi kaninus impaksi diklasifikasi dengan letak labial, palatal
dan intermediate.
c. Gigi premolar impaksi.
d. Gigi mesiodens atau gigi-gigi lain yang impaksi.
3. Diagnosis gigi molar ketiga dan kaninus impaksi ditegakkan
berdasarkan klasifikasi dan dinyatakan apabila terdapat kelainan
patologis yang menyertai.
4. Pemeriksaan fisik
Menyangkut keadaan kesehatan secara umum dan pemeriksaan
keadaan lokal, terdaat pembengkakan oleh karena kelainan
patologis lain yang menyertai gigi impaksi.
5. Laboratorium
Kecurigaan pada gangguan kesehatan umum atau apabila
penderita menghendaki pembedahan dilakukan dengan bius
umum, maka dilakukan pemeriksaan darah (DL, CT, BT,
SGOT/SGPT, Elektrolit, fungsi ginjal, foto Rontgen dada dan
ECG).
Tujuan Bila dipersangkakan sebagai hal di bawah ini, untuk dihilangkan:
1. Focal of infection
2. Neuralgia, cephalgia, dll
3. Predisposisi caries
4. Penyebab protrusive
5. Penyebab crowded
Kebijakan 1. Ditetapkan oleh SMF Gigi
2. Penyulit
a. Pendarahan
b. Infeksi
c. Fragmen akar tertinggal
d. Gigi atau fragmen akar terdorong ke sinus maksilaris
e. Trauma N. Alveolaris Inferior dan N. Lingualis
f. Faraktur rahang
g. Kista
Prosedur 1. Tindakan odontektomi
a. Jika terdapat penyulit seperti infeksi, maka diberikan
antibiotika per oral sampai infeksi reda. Pada kasus tidak
dalam keadaan infeksi antibiotik diberikan untuk 5 hari dan
diberi minimum satu jam sebelum tindakan odontektomi.
Jenis antibiotik yang dapat diberikan adalah :
1) Amoksilin atau amoksisilin + asam klavunamik :
Dewasa/anak > 12 tahun 500 mg 3 x 1
2) Klindamisin 150-300 mg 3 x 1 sampai 4 x 1, anak : 8-16
mg/kg BB bila alergi terhadap golongan Penisilin.
b. Disinfektan intra dan ekstra oral
c. Anastesi blok, infiltrasi atau general anestesi
d. Pembuatan flap jaringan mukosa
e. Pengambilan tulang disekitar gigi impaksi, pengambilan gigi
f. Pembersihan dan penutupan luka
g. Perawatan pasca bedah Antibiotika, antiinflamasi dan
analgetika bila perlu anti pendarahan
h. Intruksi pasca bedah
i. Kontrol sehari, hari ke 5 dan ke 7 pasca pembedahan
j. Penderita yang memerlukan pembedahan dan medical
compromised sebelum tindakan, dirujuk ke bagian terkait.
2. Alat-alat low speed bur dan set odontektomi.
Unit Terkait Poli Gigi
TUMPATAN GLASS IONOMER

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
23/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Penumpatan glass ionomer adalah tumpatan tetap yang menggunakan
bahan glass ionomer sesuai dengan warna gigi yang dikehendaki.
Tujuan 1. Mencegah meluasnya gigi berlubang
2. Menutup lubang bekas caries
3. Mengembalikan fungsi pengunyahan
Kebijakan Ditetapkan oleh SMF Gigi
Prosedur A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Alat diagnostik (kaca mulut, sonde, pinset), excavator
b. Plastis spatel, Plastis instrument
2. Bahan
a. Kapas
b. Bahan tambalan glass ionomer
c. Alkohol 70%
B. Prosedur Tindakan
1. Petugas mempreparasi kavitas hingga daerah bebas caries.
2. Petugas meminta pasien untuk berkumur.
3. Petugas membersihkan dan mengeringkan kavitas.
4. Petugas mengisolasi gigi dengan cotton roll.
5. Petugas memasang celluloid strip pada penambalan dua
bidang atau lebih.
6. Petugas mengaplikasi glass ionomer, dan ditunggu sampai
kering.
7. Petugas membentuk dan menghaluskan permukaan.
8. Oleskan varnish ke permukaan kavitas.
9. Petugas meminta pasien untuk berkumur.
10. Petugas mencuci tangan sengan sabun.
11. Petugas memberi instruksi pada pasien untuk tidak
mengunyah di sisi gigi yang telah ditumpat.
12. Petugas meminta pasien umum melakukan pembayaran
13. Pasien pulang
Unit Terkait Poli Gigi
TUMPATAN LIGHT CURE/LASER

Klinik PKU
No. Dokumen No Revisi Halaman :
Muhammadiyah
24/PG/V/2014 0 1 dari 2
Merden Banjarnegara
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
STANDAR 2 Mei 2014 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Dwi Novrianto
Pengertian Penumpatan Light Curing adalah tumpatan tetap yang menggunakan
bahan komposit Nano yang sesuai dengan warna gigi yang
dikehendaki.
Tujuan 1. Mencegah meluasnya gigi berlubang
2. Menutup lubang bekas caries
3. Mengembalikan fungsi pengunyahan
Kebijakan Ditetapkan oleh SMF Gigi
Prosedur A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Alat diagnostik set (kaca mulut, sonde, pinset), Excavator
b. Plastis instrument
c. Grinding strip
d. Seluloid strip
2. Bahan
a. Kapas/cotton bud
b. Bahan tambalan komposit nano (etsa, bonding, flow,
komposit)
B. Prosedur Tindakan
1. Petugas mempreparasi kavitas hingga daerah bebas karies.
2. Petugas meminta pasien untuk berkumur.
3. Petugas membersihkan dan mengeringkan kavitas.
4. Petugas mengisolasi gigi dengan cotton roll.
5. Petugas memasang celluloid strip pada penambalan dua
bidang atau lebih.
6. Petugas mengaplikasi larutan etsa pada kavitas, dan ditunggu
kurang lebih 15 detik lalu dibersihkan dengan siringe serta
kapas kering sampai terlihat warna agak putih.
7. Petugas mengaplikasi larutan Bonding pada kavitas,lalu
disinar dengan sinar ultra violet selama 10 detik.
8. Petugas mengaplikasi bahan komposit ke dalam kavitas
secara bertahap lalu di sinar dengan sinar ultra violet selama
20 detik.
9. Di ulang sampai kavitas tertutup dengan sempurna
10. Petugas membentuk dan menghaluskan permukaan tambalan
agar di dapat hasil yang maksimal dan tidak terjadi over
hanging tambalan
11. Petugas meminta pasien untuk berkumur.
12. Petugas mencuci tangan sengan sabun.
13. Petugas meminta pasien umum melakukan pembayaran sesuai
Perwal.
14. Pasien pulang.
Unit Terkait Poli Gigi
DAFTAR ISI

1. Mengantar Jaringan untuk Pemeriksaan Patologi Anatomi ke Laboratorium


2. Anamnesa
3. Mempersiapkan Larutan Disinfektan
4. Mengangkat Jahitan pada Luka
5. Pengoperasian Suction Pump
6. Pengoperasian Tensimeter
7. Perawatan Saluran Akar (Pulpektomy)
8. Pulpa Capping
9. Alveolectomy
10. Ankylotomy (Lingual Frenectomy)
11. Pengelolaan Dry Socket
12. Eksisi Tumor Jinak Jaringan Lunak
13. Eksisi Tumor Jinak Jaringan Keras
14. Enukleasi Kista
15. Frenectomy
16. Incisi Abses
17. Marsupialisasi Kista
18. Operculectomy
19. Penanganan Perdarahan
20. Pencabutan Akar Gigi dengan Pembedahan (Open Procedure)
21. Scalling
22. Gigi Impaksi/Odontektomy
23. Tumpatan Glass Ionomer
24. Tumpatan Light Cure/Laser

Anda mungkin juga menyukai