Anda di halaman 1dari 8

Batuan Beku Basa dan Ultrabasa

Dwi Nurul Annisa

ABSTRAK

Batuan beku terbentuk karena proses pendinginan di dalam ataupun di luar bumi. Batuan beku atau
igneus merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusive maupun di atas
permukaan bumi sebagai batuan ekstrusive. Pada praktikum kedua ini, analisis terhadap batuan
beku basa dan ultrabasa masih menggunakan klasifikasi Fenton (1940) dengan tujuan menentukan
tekstur batuan, struktur batuan, nama mineral hingga nama batuan. Seperti pada praktikum
sebelumnya, menentukan nama batuan ini dapat di identifikasi dengan melihat warna, komposisi
mineral dominannya, tekstur batuannya serta letak kedalaman saat batuan membeku. Tujuan
praktikum ini adalah untuk mengetahui mineral-mineral yang terdapat pada batuan dan untuk
mengetahui nama batuan dengan menggunakan klasifikasi Fenton (1940)
Kata kunci : Batuan beku, Klasifikasi Fenton, Identifikasi Batuan

PENDAHULUAN percobaan praktikum ini, penentuan nama

1.1 Latar Belakang batuan dapat ditentukan dengan


menggunakan klasifikasi Fenton. Pada
Batuan beku ultrabasa mengandung silika
klasifikasi Fenton, penentuan nama batuan
dan gas yang rendah sehingga membuat
dapat diidentifikasi dengan melihat warna,
batuan beku ultrabasa sangat cair. Batuan
komposisi mineral dominannya, tekstur
beku ultrabasa memiliki tingkat kekentalan
batuannya serta letak kedalaman saat batuan
yang rendah dan tahan arus.
membeku.
Batuan beku basa atau mafik merupakan
TINJAUAN PUSTAKA
batuan yang tersusun atas piroksin,
plagioklas yang kaya akan kalsium dan Batuan beku atau igneus merupakan jenis

sedikit olivine. Magma basa sedikit lebih batuan yang terbentuk dari magma yang

kental dibanding ultrabasa namun masih bisa mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa

mengalir dengan cepat. Selain itu batuan proses kristalisasi, baik di bawah permukaan

basa memiliki kandungan udara lebih sebagai batuan intrusive (plutonik) maupun

banyak daripada ultrabasa, akan tetapi tidak di atas permukaan sebagai batuan ekstrusive

sebanyak magma asam atau felsic. (vulkanik)

1.2 Tujuan Magma ini dapat berasal dari batuan yang


setengah cair maupun batuan yang sudah
Tujuan dari praktikum ini yaitu menentukan
ada, baik di mantel bumi ataupun di kerak
tekstur batuan, struktur batuan, nama
bumi. Pada umumnya, proses pelehan ini
mineral hingga nama batuan. Pada
terjadi karena kenaikan temperature,
penurunan tekanan, atau perubahan Dalam skema di atas, rekasi digambarkan
komposisi. dengan “Y”, dimana lengan bagian atas
mewakili dua jalur atau deret pembentukan
Dalam magma ini, terdapat beberapa bahan
yang berbeda. Lengan kanan atas merupakan
yang larut, bersifat volatile (air, CO₂,
deret reaksi yang berkelanjutan
Chlorine, Fluorine, Iron, Sulphur, dan lain-
(continuous), sedangkan lengan kiri atas
lain) yang merupakan penyebab mobilitas
adalah deret reaksi yang terputus-putus atau
magma, dan non-volatile (non-gas) yang
tidak bekelanjutan (discontinuous).
merupakan pembentuk mineral yang lazim
dijumpai dalam batuan beku. 2.1 Batuan Beku Basa

Batuan baku basa adalah batuan yang


terbentuk langsung dari pembekuan magma
dimana proses pembekuan ini berada di
bawah permukaan bumi (plutonik), proses
pembekuannya sangat lambat dengan
temperature yang rendah sehingga butiran
pada batuan beku basa lebih kasar, jarang
memperlihatkan struktur vesikuler (lubang-
Gambar 1.1 Bentuk umum batuan beku lubang gas) dan berwarna gelap (mafik).
pada kerak bumi Batuan beku basa memiliki kandungan silika
45-52%.
(sumber : https://www.gurupendidikan.co.id/wp-
content/uploads/2019/01/Bentuk-umum-tubuh- Mineral penyusun batuan beku basa adalah
batuan-beku.png) piroksin, plagioklas feldspar, kalsium dan

Saat magma mengalami penurunan suhu olivine (Lutgent & Tarbuck, 2012). Contoh

akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka batuan beku basa : Gabro, Basalt, dan

mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa Dolerite.

ini disebut dengan penghabluran.


2.2. Batuan Beku Ultrabasa

Batuan beku ultrabasa merupakan batuan


beku dengan kandungan silika yang rendah
dengan persentase < 45%, kandungan MgO
> 18%, tinggi akan kandungan FeO, rendah
akan kandungan kalium dan umumnya
kandungan mineral mafiknya > 90%. Batuan

Gambar 1.2 Bowen’s Reaction Series ultrabasa biasanya terdapat sebagai opiolit.

(Sumber : www.gurupendidikan.co.id)
METODE PENELITAN 3.4 Alat dan Bahan

3.1 Metode Alat :

Metode penelitian yang digunakan adalah  Loup


penelitian analisis dimana pada metode ini  Pensil
studi pustaka dengan mencari sumber jurnal.  Pulpen
Kemudian pengamatan dilakukan pada  Pensil warna
sampel batuan beku asam dan intermediet
Bahan :
baik secara penglihatan mata biasa maupun
menggunakan alat bantu loup. Setelah  Sampel batuan
dilakukan pengamatan, batuan tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN
dideskripsikan berdasarkan warna, tekstur,
struktur dan komposisi mineralnya. Sampel 1
Penentuan nama batuan dengan
Peraga dengan nomor 3 dalam keadaan segar
menggunakan klasifikasi Fenton (1940).
berwarna hitam pekat dan dalam keadaan
3.2 Diagram Alir lapuk berwarna abu-abu kehitaman. Batuan
ini memiliki kritalinitas yang hipokristalin
serta granularitas yang afanitik. Batuan ini
juga memiliki fabrik dengan bentuk anhedral
dan relasi yang equigranular. Struktur batuan
ini masif. Mineral yang terkandung pada
batuan ini antara lain :

(1) Piroksin dengan warna hijau


kehitaman dan bentuk yang
euhedral,
Gambar 1.3 Diagram alir
(2) Plagioklas dengan warna putih
3.3 Waktu dan Tempat tulang dan bentuk yang subhedral.

Praktikum acara 2 dilaksanakan pada hari Berdasarkan ciri di atas, menurut klasifikasi
Kamis, 24 Meret 2022, pukul 09.30 WITA. Fenton (1940), batuan ini bernama Basalt.
Bertempat di Laboratorium Oceanografi,
Jurusan Geografi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Makassar.
sangat cepat dan disertai dengan
terlepasnya gelembung gas
karbondioksida yang berada pada
magma,
(6) Pada akhirnya hasil pembekuan
magma tersebut akan menjadi batu
basalt.
Gambar 1.4 Batu Basalt
Sampel 2
Batu basalt merupakan salah satu jenis
batuan beku yang terbentuk dari pembekuan Peraga dengan nomor 2 dalam keadaan segar

magma di permukaan bumi yang bersifat berwarna hitam dan dalam keadaan lapuk

basa. berwarna abu-abu kecoklatan. Tekstur


batuan ini memiliki kritalinitas yang
Proses pembentukan batu basalt ini memiliki
hipokristalin, granularitas yang faneritik,
tahapan, antara lain :
serta fabrik yang bentuknya euhedral-
(1) Awalnya, magma yang merupakan anhedral dan relasi yang equigranular.
asal dari segala jenis batuan Struktur batuan ini adalah masif. Mineral-
melakukan pergerakan menuju ke mineral yang terkandung dalam batuan ini,
permukaan bumi, antara lain :
(2) Gas-gas yang berada pada perut
(1) Olivine dengan persentase 55%,
bumi selanjutnya memberi tekanan
warnanya hijau kehitaman dan
pada magma,
bentuknya prismatik,
(3) Magma yang tertekan akan
(2) Plagioklas dengan persentase 35%,
menerobos celah-celah pada kerak
warnanya putik coklat kehitaman
bumi sehingga keluar ke
dan bentuknya prismatic memipih.
permukaan bumi,
(4) Material erupsi dapat terlontar ke Berdasarkan ciri di atas, menurut klasifikasi

daratan maupun lautan. Sedangkan Fenton (1940), batuan ini bernama Gabro.

magma atau lava pembentuk batu


basalt yang ditemukan di bawah
permukaan air sungai, danau
maupun laut yang sering disebut
dengan pillow lava,
(5) Setelah terjadi letusan, magma yang
berada di atas permukaan bumi
akan mengalami pembekuan.
Gambar 1.5 Batu Gabro
Pembekuan tersebut berlangsung
Gabro merupakan batuan yang berwarna (2) Amphibole dengan persentase 10%
gelap yang tersusun atas kristal-kristal serta warna hitam dan bentuk yang
mineral berukuran kasa (coarse-grained). subhedral,
(3) Piroksen dengan persentase 15%
Batu Gabro terbentuk langsung dari
serta warnanya hijau kehitaman dan
pembekuan magma. Warnanya yang gelap
bentuk yang subhedral.
mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk
dari magma yang bersifat basa. Batuan ini Berdasarkan ciri di atas, menurut klasifikasi
membeku pada kedalaman dangkal atau Fenton (1940), batuan ini bernama Peridotit.
merupakan intrusi dangkal. Batuan ini masif
karena tidak mengalami gaya endogen yang
mengakibatkan adanya retakan.

Gambar 1.7 Batu Peridotit

Batu peridotit ini merupakan batuan beku


Gambar 1.6 Genesa batu gabro
ultrabasa plutonik, yang terjadi karena hasil
(Sumber :www.divergent-boundary-380.gif) pembekuan magma berkomposisi ultrabasa
pada kedalaman tertentu dari permukaan
Sampel 3
bumi. Batu peridotit ini terbentuk di wilayah
Peraga dengan nomor 1 dalam keaadaan yang paling dalam, yakni kerak bumi.
segar berwarna hijau kehitaman dan dalam Kristal batu peridotit terbentuk di magma
keadaan lapuk berwarna hijau kecoklatan. yang berada di mantel bumi atas kemudian
Batuan ini memiliki tekstur kritalinitas yang dibawa ke permukaan oleh aktivitas tektonik
holohyalin dan granularitas yang faneritik. atau vulkanik yang kemudian ditemukan
Fabrik dengan bentuk subhedral-anhedral dalam bentuk batuan beku ekstrusif.
dan relasinya inequigranular. Struktur
Sampel 4
batuan ini ialah masif. Mineral yang
terkandung pada sampel dengan nomor Peraga dengan nomor 5 dalam keaadaan
peraga 1, yaitu : segar berwarna hijau kehitaman dan dalam
keadaan lapuk berwarna abu-abu kehitaman.
(1) Olivine dengan persentase 65%
Batuan ini memiliki tekstur kritalinitas yang
serta warna kuning kehijauan dan
holokristalin dan granularitas yang
bentuk yang subhedral
faneroporfiritik. Fabrik dengan bentuk
subhedral-anhedral dan relasinya Serpentinite merupakan batuan beku
inequigranular. Struktur batuan ini ialah ultramafic yang mengalami alterasi, dimana
amigdaloidal. Mineral yang terkandung mineral olivin dan piroksen akan
pada sampel dengan nomor peraga 5, yaitu : membentuk mineral serpentin.

(1) Olivine dengan persentase 15% Berdasarkan analisa kimia, mineral


serta warnanya hitam gelap dan Serpentin memiliki susunan rumus kimia
bentuk yang subhedral-membutir (Mg, Fe)₆ Si₄ O₁₀ (OH)₈ adalah batuan
(2) Piroksen dengan persentase 4% yang memiliki kandungan unsur Magnesium
serta warnanya hijau kehitaman dan (Mg) hingga mencapai 40%. (Suharwanto,
bentuk yang subhedral, 1993).
(3) Serpentin dengan persentase 70%
Menurut Hess (1965 dalam Ringwood,
serta warnanya hijau-hitaman dan
1975) bahwa pada serpentinit dapat
bentuk yang fibrous,
dihasilkan dari mantel oleh hidrasi dari
(4) Amfibol dengan persentase 5%
mantel ultramafic. Dibawah pegunungan
serta warnanya hitam dan bentuk
tengah samudera (Mid Oceanic Ridge) pada
yang prismatic menjarum.
temperature <500° serpentin kemudian
Berdasarkan ciri di atas, menurut klasifikasi terbawa keluar melalui migrasi litosfer.
Fenton (1940), batuan ini bernama
Batu Serpentinit ini dapat digunakan sebagai
Serpentinit.
pengembangan dan penerapan kimia dan
sifat fisik untuk produksi pupuk, magnesium
porselen, bahan fluks metalurgi, magnesium
oksida cahaya dan silika berpori, obat-
obatan dan sebagainya.

Sampel 5

Peraga dengan nomor 4 dalam keaadaan


Gambar 1.8 Batu Serpentinit segar berwarna abu-abu kehitaman dan
dalam keadaan lapuk berwarna coklat
Berdasarkan strukturnya yang fosiliasi dapat
kehitaman. Batuan ini memiliki tekstur
diketahui bahwa pengaruh metamorfisme
kritalinitas yang holokristalin dan
yang dominan pada saat pembentukan
granularitas yang faneroporfiritik. Fabrik
batuan ini ialah tekanan. Tekanan
dengan bentuk subhedral-anhedral dan
mengakibatkan mineral-mineral yang pipih
relasinya inequigranular. Struktur batuan ini
mengelompok dan membentuk penjajaran
ialah masif. Mineral yang terkandung pada
mineral.
sampel dengan nomor peraga 4, yaitu :
(1) Amfibol dengan persentase 25% nama mineral untuk menentukan nama
serta warnanya hitam dan bentuk batuan dari sampel yang telah diamati.
yang prismatik menjarum,
Pada percobaan praktikum ini,penentuan
(2) Plagioklas dengan persentase 20%
nama batuan dapat ditentukan dengan
serta warnanya coklat kehitaman
menggunakan klasifikasi Fenton. Pada
dan bentuk yang prismatik
klasifikasi Fenton, penentuan nama batuan
memipih,
dapat diidentifikasi dengan melihat warna,
(3) Olivin dengan persentase 55% serta
komposisi mineral dominannya, tekstur
warnanya hijau dan bentuk yang
batuannya serta letak kedalaman saat batuan
euhedral.
membeku.
Berdasarkan ciri di atas, menurut klasifikasi
DAFTAR PUSTAKA
Fenton (1940), batuan ini bernama Gabro
Porphyri. Dewi Sartika, Reza Gunawan, Akmal Muhni
& Fahri Adrian. (2022). Petrogenesis
Batuan Beku di daerah Siron Krueng
dan sekitarnya, Kecamatan Kuto Cot
Glie, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi
Aceh. J.Aceh Phys. Soc 11 (1) 8-16
2022
Fauzi, Zuhdi Azmi and Winarno, Tri and
Gambar 1.9 Batu Gabro Porphyri
Kurniasih, & Anis. (2017). Studi
Gabro merupakan batuan yang paling Karakteristik Petrologi dan Geokimia
melimpah di kerak samudera. Batu Gabro Batuan Beku Ultrabasa dan Batuan
terbentuk langsung dari pembekuan magma. Beku Basa di Daerah Serakaman, Pulau
Warnanya yang gelap mengindikasikan Sebuku, Kalimantan Selatan.
bahwa batuan ini terbentuk dari magma yang Hasma Sarah, Fadhli Syamsudin, & Lono
bersifat basa. Batuan ini membeku pada Satrio. (2012). Mechanical Analysis of
kedalaman dangkal atau merupakan intrusi Serpentinite rock in Indrapuri, Tangse,
dangkal. Batuan ini masif karena tidak and Beutong. Journal of The Aceh
mengalami gaya endogen yang Physical Society, SS, Vol. 1, No. 1 pp.
mengakibatkan adanya retakan. 9-10
Muhammad Irvan Sultoni, Bambang
KESIMPULAN
Hidayat & Andri Slamet Subandrio.
Berdasarkan hasil praktikum, identifikasi (2019). Klasifikasi Jenis Batuan Beku
batuan ini dapat ditentukan dengan Melalui Citra Berwarna Dengan
mengamati warna, tekstur, struktur serta Menggunakan Metode Local Binnary
Pattern dan K-Nearst Neighbor. Jurnal
TEKTRIKA, Vol.4, No.1, Januari 2019
S. Bronto, G. Hartono, & B. Astuti. (2004).
Hubungan Genesa Antara Batuan Beku
Intrusi dan Ekstrusi di Perbukitan Jiwo,
Kecamatan Bayat, Klaten Jawa
Tengah. Majalah Geologi Indonesia,
Vol. 19, No.3 ; 147 – 163
Suharwanto, J. Soesilo, 1993, “Petrografi
Batuan Beku, Metamorf dan Sedimen.
Universitas Pengembangan Nasional
UPN “Veteran” Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai