“Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Ekonomi Pembangunan”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
PENDIDIKAN EKONOMI
2022
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur mari kita panjatkan Tuhan yang masa esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan Makalah dengan judul “Teori
Ketergantungan Internasional”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah Ekonomi Pembangunan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tentunya banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak
yang terkait. Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin dengan segenap kemampuan untuk membuat makalah ini dengan sebaik
baiknya. Sebagai pemula tentunya penulis juga menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan juga saran agar makalah ini menjadi lebih baik.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah adanya teori ketergantungan?
2. Apa yang dimaksud dengan teori ketergantungan?
3. Bagaimana sistem pembangunan di Indonesia?
4. Faktor apakah yang menjadi penghambat lepasnya teori ketergantungan di
Indonesia?
5. Bagaimana revolusi dalam ketergantungan internasional?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah adanya teori ketergantungan.
2. Untuk mengetahui definisi tentang teori ketergantungan.
3. Untuk mengetahui sistem pembangunan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui faktor yang menjadi penghambat lepasnya teori
ketergantungan di Indonesia.
5. Untuk mengetahui revolusi dalam ketergantungan internasional .
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
lalu dan sekarang. Negara pinggiran atau negara satelit mucul akibat
terjadinya pembangunan di negara pusat. Menurut Andre Gunder Frunk
ciri-ciri dari perkembangan kapitalis satelit ini yaitu terjadinya
ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin di negara satelit. Dnegan
begitu negara yang tidak maju dan berkembang harus lepas hubungan
dengan negara maju agara negara berkembang ini bisa maju.
2. Teori dependensi modern. Teori ini dikemukakan oleh Fernando
Henrigue Cardoso yang mengatakan bahwa gejala pembangunan dan
ketergantungan masih seiring berjalan. Gejala ini disebabkan oleh
berubahnya bentuk ketergantungan. Ketergantungan yang klasik
berdasarkan pada eksploitasi bahan mentah. Dengan berkembangnya
teknologi, produksi bisa dilakukan dimana saja, termasuk di negara-
negara pinggiran. Intinya teori dependensi modern ini membutuhkan
kerja sama antara negara yang satu dengan lainnya.
Teori ketergantungan ini mempunyai kelemahan dan kekuatan.
Kelemahannya yaitu :
1. Menyalahkan kapitalis sebagai penyebab ketergantungan.
2. Hanya didefinisikan sebagai konsep dikotomi.
3. Tidak banyak membicarakan tentang proses yang memungkinkan suatu
negara bisa lepas dari teori tersebut.
4. Dianggap sebagai sesuatu yang negative.
Kekuatannya yaitu :
1. Menitikberatkan pada aspek internasional.
2. Membahas tentang akibat dari politik luar negeri.
3. Menitikberatkan pada kegiatan sektor swasta dalam hubungannya dengan
kegiatan perusahaan multinasional.
4. Mempersoalkan bagaimana kekayaan nasional dibagikan antar kelas
social, antar daerah, dan antar negara.
2.3 Sistem Pembangunan di Indonesia
Pada awal kemerdekaan, dibawah pimpinan Ir. Soekarno system yang dianut
adalah system pembangunan yang berdikari. Berdikari yang dimaksud ini adalah
Indonesia tidak boleh terlalu bergantung dengan negara lain apalagi dengan
4
negara maju seperti Amerika Serikat atau Uni Soviet. Namun setelah Ir.
Soekarno digantikan oleh Soeharto terdapat pergeseran yang awalnya anti
terhadap dunia luar berubah menjadi sangat pro. Pergeseran ini diperlihatkan
dengan membuka peluang bagi asing untuk berinvestasi menanamkan modal di
Indonesia. Banyak persekutuan yang diikuti Indonesia seperti
PBB,APEC,ASEAN dan lain sebagainya. Sebenarnya pembangunan nasional
Indonesia merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan
yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat,bangsa dan negara untuk
mewujudkan tujuan negara yang tertuang dalam UUD 1945. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembangunan Indonesia adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya dengan Pancasila
sebagai dasar,tujuan, dan pedoman pembangunan nasional.
2.4 Faktor Penghambat Penerapan Teori Ketergantungan di Indonesia
a. ASEAN : Suatu perkumpulan dari negara-negara di Asia Tenggara. ASEAN
dibentuk dengan tujuan untuk memperkuat hubungan internasional antar
negara di region Asia Tenggara sehingga pertumbuhan ekonomi,kemajuan
social dan kebudayaan semakin cepat.
b. PBB : Suatu organisasi internasional yang anggotanya hampir seluruh negara
di dunia. PBB ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum
internasional,keamanan internasional,pengembangan ekonomi, perlindungan
social,hak asasi dan pencapaian perdamaian dunia.
c. APEC : Kerjasama antar negara-negara Kawasan Asia-Pasifik yang bertujuan
untuk mengukuhkan pertumbuhan ekonomi dan mempererat komunitas negara
Asia-Pasifik.
5
pandangan dari teori itu diadopsi oleh para teoritisi dan pemimpin gerakan
antiglobalisasi, walaupun dengan bentuk yang sudah dimodifikasikan. Pada
intinya, model ketergantungan internasional memandang negara-negara dunia
ketiga sebagai korban kekakuan aneka faktor kelembagaan,politik, dan ekonomi,
baik yang berskala domestik maupun internasional. Mereka semua telah terjebak
ke dalam perangkap ketergantungan (dependence) dan dominasi (dominance)
negara-negara kaya. Di dalam pendekatan ini, terdapat tiga aliran pemikiran
yang utama, yaitu: model ketergantungan neokolonial (neocolonial dependence
model), model paradigma palsu (false-paradigm model), serta tesis
pembangunan-dualistik (dualistic-development thesis).
a. Model ketergantungan neokolonial
Aliran pemikiran yang pertama, yang kita sebut sebagai model
ketergantungan neokolonial (neocolonial dependence model), secara tidak
langsungan adalah suatu pengembangan pemikiran kaum marxis. Model
ini menghubungkan keberadaan dan kelanggengan negara-negara
terbelakangan kepada evolusi sejarah hubungan internasional yang sama
sekali tidak seimbang antara negara-negara kaya dengan negara-negara
miskin dalam suatu sistem kapitalis internasional. Terlepas dari sengaja
atau tidaknya sikap dan praktek eksploitatif negara-negara kaya terhadap
negara-negara berkembang koeksistensi negara miskin dan kaya dalam
suatu sistem internasional tidak bisa dipungkiri. Koeksistensi ini
digambarkan sebagai hubungan kekuasaan yang sangat tidak berimbang
antara pusat (center,core) yang terdiri dari negara-negara maju, serta
pinggiran (periphery), yakni kelompok negara yang sedang berkembang.
sampai batas tertentu pemikiran radikal ini telah mendorong negara-negara
miskin untuk mencoba lebih mandiri dan independen dalam upaya-upaya
pembangunan mereka, meskipun dalam prakteknya hal itu sangat sulit,
atau bahkan kadang-kadang mustahil untuk dilakukan.
b. Model paradigma palsu
Cabang atau aliran yang kedua dari teori ketergantungan internasional
terhadap topik pembangunan ini relatif tidak begitu radikal. Aliran ini
biasa disebut sebagai model paradigma palsu (false-paradigm model). Ia
6
mencoba menghubungkan keterbelakangan negara-negara dunia
ketiga dengan kesalahan dan ketidaktepatan saran yang diberikan oleh
para pengamat atau “pakar” internasional, meskipun saran-saran tersebut
baik tetapi sering tidak diinformasikan secara tepat; bias; dan hanya
didasarkan pada suatu kebudayaan tertentu saja yang bernaung di bawah
lembaga-lembaga bantuan negara-negara maju dan organisasi-organisasi
donor multinasional. Para pakar ini menawarkan konsep-konsep yang
serba canggih, struktur teori yang bagus, dan model-model ekonometri
yang serba rumit tentang pembangunan yang dalam prakteknya seringkali
hanya menjurus kepada terciptanya kebijakan-kebijakan yang tidak tepat
guna atau bahkan melenceng sama sekali. Faktor-faktor kelembagaan di
negara-negara dunia ketiga, seperti masih pentingnya struktur sosial
tradisional (yakni, kesukuan, kasta, kelas, dan sebagainya); sangat tidak
meratanya hak kepemilikan tanah dan kekayaan lainnya; tidak
memadainya kontrol kalangan elit terhadap aset-aset keuangan domestik
dan internasional; serta sangat timpangnya kesempatan ataupun
kemudahan dalam rangka mendapatkan kredit usaha; selama ini tidak
dipahami dan diperhitungkan secara memadai, sehingga tidak
mengherankan apabila kebijakan-kebijakan yang ditawarkan oleh para ahli
internasional tadi, yang biasanya mereka dasarkan pada model-model
surplus tenaga kerja dari lewis atau perubahan struktural dari chenery,
dalam banyak hal hanya melayani kepentingan sepihak kelompok-
kelompok domestik maupun internasional yang sedang berkuasa.
c. Tesis pembangunan dualistik
Unsur pemikiran pokok yang secara implisit terkandung di dalam
teori-teori perubahan struktural dan secara eksplisit telah dinyatakan
dalam teori ketergantungan internasional adalah gagasan akan adanya
sebuah dunia bermasyarakat ganda (a world of dual societies). Secara
garis besar, pandangan ini melihat dunia terbagi ke dalam dua kelompok
besar, yakni negara-negara kaya dan miskin dan di negara-negara
berkembang terdapat segelintir penduduk yang kaya di antara begitu
banyak penduduk yang miskin. Dualisme (dualism) adalah sebuah
7
konsep yang dibahas secara luas dalam ilmu ekonomi pembangunan.
Konsep ini menunjukkan adanya jurang pemisah yang kian lama terus
melebar antara negara-negara kaya dan miskin serta antara orang-orang
kaya dan miskin pada berbagai tingkatan di setiap negara. Pada dasarnya
konsep dualisme ini terdiri dari empat elemen kunci sebagai berikut:
1) Beberapa kondisi yang berbeda, terdiri dari elemen “superior” dan
“inferior”, hadir secara berkesamaan (atau berkoeksistensi) dalam
waktu dan tempat yang sama. Inilah hakekat dari konsep dualisme.
2) Koeksistensi tersebut bukanlah suatu hal yang bersifat sementara
atau transisional, melainkan sesuatu yang bersifat baku, permanen
atau kronis. Koeksistensi ini juga bukan merupakan fenomena sesaat
yang akan mengikis seiring dengan berlalunya waktu. Artinya,
elemen yang superior tidaklah mudah untuk meningkatkan
posisinya. Dalam kalimat lain, koeksistensi internasional antara kaya
dan miskin bukanlah hanya merupakan suatu fenomena sejarah yang
akan membaik dengan sendirinya bila saatnya sudah tiba. Meskipun
teori tahapan pertumbuhan ekonomi dan model perubahan struktural
secara implisit dilandaskan pada asumsi yang demikian, namun fakta
bahwa ketimpangan internasional semakin membesar secara jelas
membuktikan kekeliruan asumsi tersebut.
3) Kadar superioritas serta inferioritas dari masing-masing elemen
tersebut bukan hanya tidak menunjukkan tanda-tanda akan
berkurang, melainkan bahkan cenderung meningkat.
4) Hubungan saling keterkaitan antara elemen-elemen yang superior
dengan elemen-elemen yang inferior tersebut terbentuk dan
berlangsung sedemikian rupa sehingga keberadaan elemen-elemen
superior sangat sedikit atau sama sekali tidak membawa manfaat
untuk meningkatkan kedudukan elemen-elemen yang inferior.
Dengan demikian apa yang disebut sebagai prinsip “ penetesan
kemakmuran ke bawah “ ( trickle down effect ) itu sesungguhnya
sulit diterima. Bahkan di dalam kenyataannya, elemen-elemen
superior tersebut justru tidak jarang memanfaatkan, memanipulasi,
8
mengekploitasi ataupun menggencet elemen-elemen yang inferior.
Jadi yang mereka kembangkan justru keterbelakangannya.
9
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Teori ketergantungan (Dependency Theory) berkembang sejak akhir 1950-an
oleh Raul Presibich (Directur Economic Comission For Latin America, ECLA).
Adanya teori ketergantungan disebabkan adanya krisis teori Marx ortdoks di
Amerika Latin. ketergantungan merupakan suatu kondisi dimana perekonomian
negara terpengaruh oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi
negara lain.
Di bawah pimpinan Ir. Soekarno sistem yang dianut adalah sistem pembangunan
yang berdikari, maksudnya Indonesia tidak boleh terlalu bergantung dengan negara
lain. Adapun faktor yang menghambat penerapan teori ketergantungan di Indonesia
yaitu ASEAN, PBB, dan APEC.
10
DAFTAR PUSTAKA
11