Disusun oleh:
Segala puji dan syukur hanya milik Allah l, sholawat dan salam selalu
tercurah kepada baginda kita nabi besar Muhammad ﷺ. Berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
Pengaruh Westernisasi Terhadap Masyarakat Indonesia Dalam Bidang
Pendidikan.
Karya ilmiah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang tulus dan sabar memberikan sumbangan baik
berupa materi pembahasan, ide dan juga bantuan lainnya yang tidak dapat
dijelaskan satu per satu.
Penulis sadar bahwa karya ilmiah ini memiliki banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada ustadz Saefullah Abu Bakar selaku
guru pembimbing, penulis meminta perbaikan pembuatan karya ilmiah penulis di
masa yang akan datang dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari guru
pembimbing dan para pembaca.
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
BAB I..............................................................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................................
2.1.1. Masyarakat.............................................................................................3
2.1.2. Pendidikan............................................................................................11
2.2.1. Masyarakat...........................................................................................15
2.2.2. Pendidikan............................................................................................22
BAB III.........................................................................................................................................
3.1. Kesimpulan.................................................................................................37
3.2. Saran............................................................................................................37
Daftar Pustaka...............................................................................................................................
ii
iii
BAB I
Pendahuluan
1
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkan baik secara teoritis maupun praktis, diantarnya:
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
A. Bagi penulis: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat
dalam mengimplementasikan pengetahuan penulis tentang westernisasi, terutama
pada masyarakat dan pendidikan di Indonesia.
2
BAB II
Isi
Pengaruh tersebut terjadi pada masyarakat saat ini dalam berbagai bidang
kehidupan di antaranya, yaitu;
3
dan lingkungan, contohnya industri pertambangan yang dengan sengaja
mengabaikan kerusakan lingkungan pertambangan dan mencemari lingkungan
sekitar, jika limbah tambang tidak kelola dengan baik dan benar.4
Oleh karena itu, upaya westernisasi oleh negara-negara barat ini ditandai
sebagai salah satu upaya barat untuk menghancurkan prinsip-prinsip fundamental
umat Islam, yang akan terjebak dalam mentalitas dan kehidupan barat. Seiring
berkembangnya pemikiran barat dalam jiwa umat Islam, nilai-nilai budaya Islam
akan menjadi hampa dan kering dalam jiwa umat Islam. Pola budaya barat yang
terlihat dalam kehidupan umat Islam terlihat jelas dalam kehidupan saat ini.
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Yosepin Aprilianto, “Dampak Masuknya Budaya Barat Terhadap Masyarakat Indonesia”
(2017).
7
Ibid.
4
Setidaknya ini bisa dilihat di film, drama, acara TV, surat kabar, radio, dan dunia
lain yang mengabaikan nilai-nilai Islam.8
1. Pengaruh positif:
8
Ibid.
9
Ibid.
10
Louise Gaille. “15 Consumerism Pros and Cons” https://vittana.org/15-consumerism-pros-and-
cons
11
Ibid.
5
Karena minat pada barang semakin tinggi dan jumlah produksi barang
juga semakin meningkat. Maka semakin banyak jumlah produksi, semakin rendah
pula biaya yang dibutuhkan. Ini juga berdampak pada harga barang yang nanti
dibeli oleh konsumen menjadi lebih rendah.12
Konsumen saat ini diberikan lebih banyak pilihan produk oleh produsen,
sehingga konsumen dapat menemukan banyak pilihan daripada sebelumnya
beberapa kategori produk, seperti rasa minuman atau makanan baru dan banyak
lagi.14
2. Pengaruh negatif:
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Ibid.
6
ketersediaan sumber daya dan jumlah penawaran akan mengakibatkan kelangkaan
produk.15
B. Masalah kesehatan
E. Ketidakseimbangan ekologis
15
Amitabh Shukla. “The Effects of Consumerism” https://www.paggu.com/business/world-
economy/the-effects-of-consumerism/
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Ibid.
7
Untuk bisa memenuhi gaya hidup konsumtif, maka produksi juga harus
lebih intensif. Sayangnya, akan ada banyak habitat yang rusak demi menciptakan
lebih banyak produk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.19
19
Ibid.
8
3. Lunturnya budaya Indonesia akibat pengaruh globalisasi
20
Dewi Sutria, “Implementasi Metode Batu Pijar Dalam Pembelajaran Matematika Untuk
Meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar Siswa Sd Negeri 47 Kota Jambi,” Jurnal Pesona Dasar
7, no. 2 (2019): 1–9.
21
Ibid.
22
Ibid.
23
Ibid.
9
Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa sejak awal
dilaksanakan pembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang
menjalankan studi di luar negeri dan datangnya tenaga ahli dari negara asing,
proses globalisasi yang berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai
diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi di Indonesia. 24
1. Pengaruh positif:
10
Tingkatkan pendidikan menimpa tata nilai sosial budaya, metode hidup,
pola pikir yang baik ataupun ilmu pengetahuan serta teknologi dari bangsa lain
yang sudah maju dan tingkatkan etos kerja yang besar, suka bekerja keras,
disiplin, memiliki jiwa kemandirian, rasional, sportif, serta lain sebagainya.29
2. Pengaruh negatif:
B. Sikap individualisme
C. Kesenjangan sosial
2.1.2. Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya
untuk mengembangkan pada diri seseorang mengenai tiga aspek dalam
kehidupannya, yakni pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup.
29
Ibid.
30
Ibid.
31
Ibid.
32
Ibid.
11
Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah,
luar sekolah dan keluarga.33
Berikut ini adalah efek dari pengaruh globalisasi pada bidang pendidikan:
1. McDonaldisasi
33
Firqiyah Nur Mufida and Inayatul Hidayati, “PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP
PENDIDIKAN INDONESIA” (2010): 5–7.
34
Ibid.
35
McDonaldisasi: Istilah yang dipakai oleh sosiolog George Ritzer dalam bukunya, The
McDonaldization of Society (1993). Ia menjelaskan bahwa McDonaldisasi terjadi ketika
suatu budaya memiliki ciri-ciri restoran makanan cepat saji.
36
Ibid.
37
Nur Mufida and Hidayati, “PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN
INDONESIA.”
12
Namun Ritzer mengadopsi restoran cepat saji sebagai efisiensi,
kemudahan diperhitungkan, diprediksi dan dikontrol melalui teknologi dan
irasional rasionalitas (Ritzer, 201238; Abercrombie dkk, 201039).
2. Moralitas Global
Pada era global ini yang menjadi salah satu etika yang sesuai adalah etika
objektif Ayn Rand, di mana akal budi adalah tolok ukur moral yang mampu
berpikir adalah kualitas primer manusia. Ayn Rand terpengaruh oleh Hegel dan
Kant dalam kontribusi kedua filosof tersebut sangat tampak.42
38
Ritzer, G.. Teori Sosiologi: dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern
(Kedelapan ed.). (S. Pasaribu, Widada, & E. Adinugraha, Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2012
39
Abercrombie, N., Hill, S., & Turner, B. S. Kamus Sosiologi. (D. Noviyani, E. Adinugraha, &
Widada, Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
40
Nur Mufida and Hidayati, “PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN
INDONESIA.”
41
Smart, B. Sosiologi, Moralitas dan Etika: Tentang Kebersamaan Dengan Yang Lain. Dalam G.
Ritzer, & B. Smart, Hand Book Teori Sosial (I. Muttaqien, D. S. Widowatie, & Waluyati, Penerj.,
hal. 1016-1038). Bandung: Nusa Media, 2011.
42
Ibid.
13
Terutama pada asumsi Ayn Rand (2003: 2443) mengenai “Tiga nilai utama
etika objektif yang merupakan sarana bagi dan realisasi secara bersama dari nilai
tertinggi seseorang adalah akal, budi, tujuan, harga diri bersama tiga kebajikan
padanya: rasionalitas, produktivitas dan kebanggaan”. Jika moralitas menjadi
mungkin dikarenakan oleh masyarakat. Maka individu menjadi irasional dan apa-
apa yang dipandang baik oleh masyarakat belum tentu baik dan apa-apa yang
dibenarkan oleh masyarakat juga belum tentu benar.
Era global bisa menjadi era yang mencerai-beraikan umat manusia dan
tentu saja menuntut individu untuk menjaga satu-satunya kualitas untuk dapat
dikatakan manusia, yaitu berpikir.44
Pendidikan dalam arti luas ialah proses yang berkaitan dengan upaya
dalam mengembangkan pada diri seseorang mengenai tiga aspek dalam
kehidupannya, yakni pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup.
Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah,
luar sekolah dan keluarga.46
43
Rand, A. Kebajikan Sang Diri: Konsep Baru Ego. (A. Asnawi, Penerj.) Yogyakarta: Ikon
Teraliteria, 2000.
44
Nur Mufida and Hidayati, “PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN
INDONESIA.” hlm. 7
45
Ibid.
46
Ibid.
14
Menurut (Suryanto, 200647) “Ketika mendefinisikan hakikat pendidikan,
maka pendidikan merupakan suatu proses bagi manusia dalam mengenali diri
sendiri dengan segenap potensi yang dimilikinya serta memahami realitas yang
dihadapinya. Konsep pendidikan seperti itu mengacu pada pendidikan hadap
masalah”.
Menurut (Tilaar, 200350) “Saat ini banyak masalah yang akan dihadapi
oleh masyarakat Indonesia sebagai konsekuensi adanya perubahan-perubahan
sosial yang cepat pada masa mendatang. Oleh karena itu, arah serta konsep
kebijakan pendidikan nasional perlu mendapatkan perubahan dalam kebijakan
pendidikan, sehingga pendidikan mampu menjadikan dirinya sebagai bagian dari
proses perubahan”.
47
Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional dalam Percaturan Dunia Global, Jakarta: PSAP
Muhammadiyah, 2006.
48
Pendidikan hadap masalah: Metode pendidikan yang menjawab panggilan manusia untuk
menjadi subjek, di mana muatan pendidikan harus dapat disesuaikan dengan permasalahan-
permasalahan yang muncul.
49
Ibid.
50
Tilaar, H.AR, Kekuasaan dan Pendidikan Suatu Tinjauan dan Perspektif Studi Kultural, Jakarta:
Indonesia Terra, 2003.
15
2.2. Dampak Westernisasi
2.2.1. Masyarakat
Pengaruh arus globalisasi saat ini terjadi di setiap negara. Pengaruh ini
menyebabkan dampak luas di masyarakat pada setiap negara. Kemajuan ilmu dan
teknologi yang semakin maju menyebabkan perubahan budaya pada setiap
bangsa, arus asimilasi budaya akibat globalisasi ini setidaknya menyebabkan
banyak dampak negatif dan positif bagi agama dan budaya suatu bangsa
khususnya di Indonesia.51 Antara lain dampak negatif yang di timbulkan adalah:
Jika pun terdapat beberapa daerah di wilayah Indonesia seperti Aceh yang
berusaha menerapkan hukum syariat harus mengacu dan mengikuti aturan-aturan
hukum positif yang berlaku sekarang ini. Hal ini terjadi karena pengaruh
westernisasi di bidang hukum yang cukup mengakar dalam masyarakat Indonesia
dewasa ini.54
51
Suharni, Westernisasi Sebagai Problema Pendidikan Era Modern, vol. 1, p. .
52
Ibid.
53
Hukum positif (KBBI): Hukum yang sedang berlaku
54
Suharni, Westernisasi Sebagai Problema Pendidikan Era Modern, vol. 1, p. .
16
2. Akidah umat Islam yang rusak
55
Ibid.
56
Muhammad bin Jameel Zeeno. Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat: Arab Saudi,
1988, h. 130
57
Maslahat (KBBI): Sesuatu yang mendatangkan kebaikan, keselamatan dan sebagainya; faedah;
guna
17
tenggelam dalam kemewahan hidup, kesombongan, huru-hara karena
menganggap kehidupan dunia adalah kehidupan indah dan kekal selama-lamanya.
Disisi lain, mereka juga tidak menghiraukan masyarakat yang hidup di bawah
kemiskinan dan sebegitu egois mereka yang telah hilang kasih sayang sebagai
sesama umat dan warga Indonesia di zaman sekarang ini.58
Di samping itu ada beberapa dampak negatif yang timbul akibat dari
westernisasi dan ada juga membawa dampak positif yang sangat baik bagi negara
Indonesia, antara lain adalah umat Islam di Indonesia yang telah sadar atas
ketertinggalannya dalam bidang teknologi sehingga akan berusaha untuk
58
Suharni, Westernisasi Sebagai Problema Pendidikan Era Modern, vol. 1, p. .
59
Qana’ah atau Kanaah (KBBI): Rela menerima yang diberikan kepadanya oleh orang tua, atasan,
ataupun oleh Allah
60
Suharni, Westernisasi Sebagai Problema Pendidikan Era Modern, vol. 1, p. .
61
Ibid.
18
mengejar ketertinggalan itu. Kemudian pengaruh westernisasi dalam umat Islam
telah mengaktifkan kembali para dai untuk lebih giat dalam berdakwah kepada
umat Islam dan menyebarkan serta memperdalam agama Islam kepada
masyarakat luas dengan cara pengabdian, kajian-kajian, dan seminar-seminar
lainnya.62
62
Ibid.
63
Larasati, D. Pengaruh dan Eksistensi Hallyu (KoreanWave) versus Westernisasi di Indonesia.
Jurnal Hubungan Internasional, 2018
64
Ibid.
65
Castells, Manuel, The Network Society, Cambridge: Polity Press, 2000.
19
membuka peluang bagi terciptanya jaringan aktivis global di semua bidang
termasuk di antaranya bidang hak asasi manusia.66
Sekarang ini menjadi sangat jamak di mana para aktivis di seluruh dunia
mampu berkoordinasi satu sama lain untuk memperjuangkan suatu isu dan
gagasan-gagasan tertentu. Ini dimungkinkan karena kemajuan dibidang
telekomunikasi dan transportasi. Dalam kondisi semacam ini, teknologi informasi
mampu mempromosikan demokratisasi politik dan sosial dalam skala luas.
Dengan kata lain globalisasi turut mempromosikan terbentuknya jaringan para
aktivis sosial dibidang HAM, kebebasan sipil, gender, perlindungan terhadap
anak, lingkungan, dan lain-lain.67
66
Khanisa, Dilema Kebebasan Dunia Maya: Kajian Dari Sudut Pandang Negara Cyber-
Freedom’S Dilemma: Country’S Point of View, n.d.,
http://widyariset.pusbindiklat.lipi.go.id/index.php/widyariset/article/view/17.
67
Ibid.
68
Ibid.
69
Winarno, Budi, Dinamika Isu-isu Global Kontemporer. Jakarta: Center of Academic Publisihing
Service, 2014
20
B. Gerakan Perempuan Transnasional
Ideologi memiliki sejarah yang panjang dan kompleks, yang tampak dalam
karya beberapa ilmuwan dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Secara deskriptif
ideologi diistilahkan sebagai “cara berpikir, sistem kepercayaan, praktik-praktik
simbolik yang berhubungan dengan tindakan sosial dan politik.” (John B.
Thompson, 2014:1473) penggunaan istilah ini merupakan konsepsi yang netral
70
Transnasional (KBBI): Berkenaan dengan perluasan atau keluar dari batas-batas negara
71
Winarno, Budi, Dinamika Isu-isu Global Kontemporer, Jakarta: Center of Academic Publisihing
Service, 2014
72
Ibid.
73
Thompson, John B, Analisis Ideologi Dunia; Kritik Wacana Ideologi-ideologi Dunia,
Yogyakarta: IRCiSoD, 2014.
21
tentang ideologi, tidak ada upaya pada basis konsepsi ini untuk memisahkan
antara jenis-jenis tindakan dengan ideologi tersebut. Sedangkan istilah ideologi
secara kritis menunjukkan bahwa, “Ideologi secara mendasar berhubungan dengan
proses pembenaran hubungan kekuasaan yang tidak simetris dan berhubungan
dengan pembenaran sebuah dominasi”. (Thompson, 2014:1574)
74
Ibid.
75
Samhadi, Sri Hartati, Menunggu Revolusi Kedua, Kompas, Edisi 6 Desember 2006
76
Ibid.
22
2.2.2. Pendidikan
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi dunia
pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga
pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global
maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan,
baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikan
agar lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.77
1. Dampak Positif :
77
Herita Dewi. “Paradigma Analisis Kebijakan Pendidikan”
https://sumbarprov.go.id/home/news/8276-paradigma-analisis-kebijakan-pendidikan
78
Ibid.
23
B. Perubahan corak pendidikan
24
dapat membuat kebijakan pendidikan masing-masing sesuai wewenang yang
dilimpahkan kepada pemerintah Kabupaten/Kota dalam bidang pendidikan.
Bahkan dalam pengelolaan pendidikan pada tingkat Kabupaten/Kota, setiap
sekolah juga diberi peluang untuk membuat kebijakan sekolah (school policy)
masing-masing atas dasar konsep manajemen berbasis sekolah dan pendidikan
berbasis masyarakat.82
82
Ibid.
83
Ibid.
84
Kebijakan top down: Keputusan kebijakan yang dibentuk oleh para pejabat pemerintah (pusat)
dan implementasi kebijakan yang dilakukan tersentralistis dilaksanakan oleh administrator atau
birokrat pada level bawahnya.
25
besar upaya pengembangan pendidikan dilakukan dengan orientasi pendekatan
bottom up approach.85
Oleh karenanya, tidak heran bila sering terjadi unjuk rasa dari para guru,
siswa, orang tua siswa, dan masyarakat menuntut perbaikan kebijakan pendidikan
yang tidak sesuai dengan harapan mereka dan berbagai aspirasi yang baik sudah
seyogyanya diterima oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti.87
26
seakan tidak ada kaitan dengan pelajaran lain. Berbeda dengan itu, setelah
reformasi orientasi pengembangan bersifat holistik. Pendidikan diarahkan untuk
pengembangan kesadaran untuk bersatu dalam kemajemukan budaya, menjunjung
tinggi nilai moral, kemanusiaan dan agama, kesadaran kreatif, produktif, dan
kesadaran hukum.89
Sebelum otonomi, peran pemerintah sangat dominan. Hampir semua aspek
dari pendidikan diputuskan kebijakan dan perencanaannya di tingkat Pusat,
sehingga daerah terkondisikan lebih hanya sebagai pelaksana (Sumarno,
2001:391). Pendidikan yang dikelola tanpa mengembangkan kemampuan
kreativitas masyarakat malah cenderung meniadakan partisipasi masyarakat di
dalam pengelolaan pendidikan. Lembaga pendidikan terisolasi dan tanggung
jawab sepenuhnya ada pada pemerintah pusat. Sedangkan masyarakat tidak
mempunyai wewenang untuk mengontrol jalannya pendidikan. Selain itu, dengan
sendirinya orang tua dan masyarakat sebagai konstituen dari sistem pendidikan
nasional yang terpenting, telah kehilangan peranannya dan tanggung jawabnya.
Mereka termasuk peserta didik telah menjadi korban, yaitu sebagai obyek dari
sistem yang otoriter (Tilaar, 1999:11392). Sesudah otonomi, ada perluasan peluang
bagi peran serta masyarakat dalam pendidikan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
89
Herita Dewi. “Paradigma Analisis Kebijakan Pendidikan”
https://sumbarprov.go.id/home/news/8276-paradigma-analisis-kebijakan-pendidikan
90
Paul Suparno. Miskonsepsi & Perubahan Konsep Fisika Grasindo. Jakarta, 2005.
91
Sumarno. Kromatografi Teori Dasar, hal 30-34, Bagian Kimia Farmasi, Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada 2001.
92
Tilaar H.AR. Beberapa Agenda reformasi Pendidikan Nasional, Tera Indonesia, Jakarta, 1999.
27
5. Dari lemahnya peran institusi non sekolah menuju pemberdayaan institusi
masyarakat.
Sebelum era otonomi, peran institusi non sekolah sangat lemah. Dalam era
otonomi, masyarakat diberdayakan dengan segenap institusi sosial yang ada di
dalamnya, terutama institusi yang dilekatkan dengan fungsi mendidik generasi
penerus bangsa. Berbagai institusi kemasyarakatan harus ditingkatkan wawasan,
sikap, kemampuan, dan komitmennya sehingga dapat berperan serta secara aktif
dan bertanggung jawab dalam pendidikan. Institusi pendidikan tradisional seperti
pesantren, keluarga, lembaga adat serta berbagai wadah organisasi pemuda,
bahkan partai politik harus diberdayakan sehingga dapat mengembangkan fungsi
pendidikan dengan lebih baik dan menjadi bagian dari pendidikan nasional.93
93
Ibid.
94
Ibid.
95
Affirmative policy atau Kebijakan afirmatif: Kebijakan yang diambil yang bertujuan agar
kelompok/golongan tertentu gender ataupun profesi memperoleh peluang yang setara dengan
kelompok/golongan lain dalam bidang yang sama.
28
kekuasaan berlebihan dalam pembinaan guru, siswa, dan pihak-pihak lainnya.
Keadaan ini telah mematikan prakarsa, daya cipta, dan karya inovatif di sekolah-
sekolah.96
29
karena itu diperlukan metode pembelajaran baru seperti metode student centered
learning99 yang nantinya bisa merangsang daya pikir siswa dan juga
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.100
2. Dampak Negatif:
A. Komersialisasi pendidikan
30
layaknya perusahaan yang bebas mencari sumber keuangan mandiri. Akhirnya
berbagai perguruan tinggi negeri (PTN) membuka pintu masuk seluas-luasnya
bagi calon mahasiswa. Hal ini diterapkan oleh perguruan tinggi sebagai sarana
penyerapan anggaran dari biaya masuk calon mahasiswa baru. Kebijakan ini
membuat universitas lebih mengedepankan kuantitas dari pada kualitas.102
Kejahatan siber mempunyai lingkup lebih kecil dan menjadi dapur uji
coba persenjataan yang akan digunakan pada perang siber. Ancaman dari dunia
102
Ali Fikri, “Pengaruh Globalisasi Dan Era Disrupsi Terhadap Pendidikan Dan Nilai-Nilai
Keislaman,” Sukma: Jurnal Pendidikan 3, no. 1 (2019): 117–136.
103
Ibid.
104
Jeffrey Carr. Inside Cyber Warfare: Mapping the Cyber Underworld. 2011
31
maya dianggap begitu membahayakan sehingga pada hari ini keamanan siber
menjadi pilihan wajib bagi setiap negara untuk dikembangkan.105
C. Ketergantungan
105
Khanisa, Dilema Kebebasan Dunia Maya: Kajian Dari Sudut Pandang Negara Cyber-
Freedom’S Dilemma: Country’S Point of View.
106
Ibid.
107
Fikri, “Pengaruh Globalisasi Dan Era Disrupsi Terhadap Pendidikan Dan Nilai-Nilai
Keislaman.”
108
Ibid.
32
E. Meningkatnya kesenjangan sosial
Arus globalisasi yang sangat pesat juga bisa menggerus kebudayaan lokal
di sebuah negara. Perkembangan teknologi memungkinkan kontak budaya terjadi
melalui media massa, akibatnya pengaruh luar negeri dapat masuk dengan leluasa
ke sebuah negara.110
Sebagai contoh dapat kita lihat dari gejala-gejala yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari, remaja-remaja di Indonesia banyak yang berdandan meniru
selebriti Korea maupun Amerika. Remaja ini mengenakan pakaian yang tidak
pantas serta tidak sesuai dengan kebudayaan yang ada di Indonesia.112
109
Ibid.
110
Ibid.
111
Ibid.
112
Ibid.
33
G. Munculnya tradisi serba cepat dan instan
Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini
adalah sistem pendidikan yang sekuler. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi: Jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, keagamaan, dan
khusus. Dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pembagian
atas pendidikan agama dan pendidikan umum. Sistem pendidikan dikotomi
semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia yang saleh sekaligus mampu
menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi
secara kelembagaan.114
Ibid.
113
34
pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejuruan dan
perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat
kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan dilakukan
oleh Depdiknas dan dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama.
Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses
pendidikan justru kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar salah
satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan seluruh
aspek.115
115
Ibid.
116
Ibid.
117
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS): Pengelolaan satuan pendidikan untuk meningkatkan
mutu pendidikan melalui partisipasi warga sekolah dan masyarakat.
118
Salim, “Pengaruh Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan.”
35
Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas.
Hasilnya, setelah komite sekolah terbentuk, segala pungutan disodorkan kepada
wali murid sesuai keputusan komite sekolah. Namun dalam penggunaan dana,
tidak transparan. Karena komite sekolah adalah orang-orang dekat kepada
sekolah. Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum
Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke
bentuk Badan Hukum yang jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat
besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat melempar
tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada badan hukum yang tidak
jelas.119
119
Ibid.
120
Ruma Mubarok, “Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang Jl. Gajayana No. 50 Malang 65144 Jurnal El-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Maliki
Malang 102,” Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang, no. 50 (1993): 102–128.
121
Ibid.
36
Jika dipandang dari perspektif human capital theory,122 pendidikan Islam
sekarang ini dihadapkan pada persoalan underinvestment dalam modal manusia,
yaitu kurang dikembangkannya seluruh potensi SDM yang sangat dibutuhkan
bagi pembangunan dalam pendidikan dan ekonomi negara. Akibatnya, pendidikan
di Indonesia masih belum menunjukkan timbal balik yang dapat diukur dari
besarnya jumlah lulusan pendidikan yang terserap ke dalam dunia kerja. (Ace
Suryadi dan H.A.R. Tilaar, 1986: 15123)
122
Human captial theory atau teori modal manusia: Sebuah nilai ekonomi dari kemampuan dan
kualitas tenaga kerja yang memengaruhi produktivitas, termasuk pendidikan tinggi, pelatihan
teknis di tempat kerja, kesehatan, dan nilai-nilai lainnya seperti ketepatan waktu.
123
Ace Suryadi, HAR. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar, PT Remaja
Rosdakarya: Bandung. 1993
124
Ariel Heryanto. Identitas dan Kenikmatan: Politik Budaya Layar Indonesia, Kepustakaan
Populer Gramedia. 2015
125
Ibid.
37
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
Pengaruh westernisasi terhadap masyarakat dan pendidikan juga berimbas
kepada negara Indonesia saat ini baik dalam sistem dunia pendidikan maupun
kultur masyarakat Indonesia. Hal ini juga tidak terlepas dari peran para agen
perubahan, terutama para pengajar dan masyarakat yang didoktrin secara tidak
langsung oleh agen perubahan barat yang membawa ajarannya ke negara
Indonesia.
Ajaran yang dibawa oleh agen perubahan barat juga memiliki sisi positif
dan negatif. Namun pada kenyataannya lebih banyak membawa sisi negatif,
terutama dalam hal etika dan etiket masyarakat Indonesia.
Tentu hal ini bukan tanpa alasan karena kultur yang dibawa oleh agen
perubahan barat banyak yang tidak sesuai dengan budaya lokal, terutama dalam
hal etika dan etiket yang mana itu krusial dalam budaya di Asia termasuk
Indonesia.
3.2. Saran
Saran dari penulis adalah westernisasi tentu bisa menjadi tolak ukur dalam
menilai bagi negara maupun agen perubahan dalam menjalankan perubahan sosial
kepada masyarakat awam dan pendidikan. Akan tetapi, mereka harus memilah
mana sisi baik dan buruknya serta menerapkan sisi baiknya yang membangun
kualitas SDM Indonesia.
38
Daftar Pustaka
Amini, Qonita, Khofifah Rizkyah, Siti Nuralviah, and Nurvia Urfany. “Pengaruh
Globalisasi Terhadap Siswa Sekolah Dasar.” Jurnal Pendidikan dan Dakwah
2, no. 3 (2020): 375–385. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pandawa.
Fikri, Ali. “Pengaruh Globalisasi Dan Era Disrupsi Terhadap Pendidikan Dan
Nilai-Nilai Keislaman.” Sukma: Jurnal Pendidikan 3, no. 1 (2019): 117–136.
Khanisa. Dilema Kebebasan Dunia Maya: Kajian Dari Sudut Pandang Negara
Cyber-Freedom’S Dilemma: Country’S Point of View, n.d.
http://widyariset.pusbindiklat.lipi.go.id/index.php/widyariset/article/view/17.
39
Ritzer, G. Teori Sosiologi: dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir
Postmodern (Kedelapan ed.). (S. Pasaribu, Widada, & E. Adinugraha,
Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012.
Abercrombie, N., Hill, S., & Turner, B. S. Kamus Sosiologi. (D. Noviyani, E.
Adinugraha, & Widada, Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
40