Anda di halaman 1dari 38

PERAN LPSK

DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN DAN


PEMULIHAN BAGI SAKSI DAN KORBAN
TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

Disampaikan Oleh : Amalia Mahsunah


Masyarakat usul Lahir Tap MPR No 8 Tahun ➢ Salah Satu Amanatnya dibentuk LPSK
lahirnya peraturan 2011 tentang Rekomendasi ➢ Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2006
perundang-undangan Arah Kebijakan tentang Perlindungan Saksi dan Korban, diubah
yang melindungi hak Pemberantasan dan menjadi UU No. 31 Tahun 2014.
saksi dan korban. Pencegahan KKN. ➢ PP 7 tahun 2018 sebagaimana telah diubah
menjadi PP 35 tahun 2020 tentang kompensasi,
restitusi dan Bantuan
Latar
Belakang
Berdirinya Kantor Pusat ➢ Adanya perkembangan sistem peradilan pidana yang
LPSK Berada di DKI saat ini tidak saja berorientasi kepada pelaku, tetapi
Jakarta juga berorientasi kepada kepentingan Saksi dan
Korban. Keberadaan Saksi dan Korban dalam
pengungkapan suatu tindak pidana sangatlah penting,

➢ perlindungan bagi saksi dan korban sangat dibutuhkan


untuk menjamin keamanan dan kenyamanan dalam
Perwakilan pemeriksaan pada setiap tahapan proses peradilan
Sumatera pidana
Utara dan D.I
Yogyakarta
LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban


(LPSK) berdiri pada 8 Agustus 2008

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang


Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan
Saksi dan Korban

MANDAT
Memberikan perlindungan kepada saksi dan korban dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 diubah
proses peradilan pidana, dapat diberikan sejak tahap sebagian melalui Undang-Undang Nomor 31
penyelidikan dimulai (Pasal 8 ayat (1) UU Perlindungan
Tahun 2014
Saksi dan Korban

Memfasilitasi hak pemulihan bagi korban kejahatan * Perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk
(bantuan medis, psikologis, rehabilitasi psiko-sosial, fasilitasi memberikan rasa aman kepada Saksi dan/atau Korban yang wajib dilaksanakan oleh
kompensasi dan restitusi) LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan Undang – Undang (Perlindungan
Saksi dan Korban). Pasal 1 angka 8 UU Perlindungan Saksi dan Korban
Dalam menjalankan tugas memiliki wewenang
(Pasal 12 A UU 31/2014)
MEMINTA SALINAN ATAU FOTOKOPI SURAT MELAKUKAN
DAN/ATAU DOKUMEN TERKAIT YANG PENGAMANAN DAN MELAKUKAN
DIPERLUKAN DARI INSTANSI MANAPUN UNTUK PENGAWALAN. PENILAIAN
MEMERIKSA LAPORAN PEMOHON SESUAI GANTI RUGI
DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG- DALAM
UNDANGAN. PEMBERIAN
RESTITUSI DAN
KOMPENSASI.

03 MENGELOLA 09
RUMAH
AMAN. 07
06 08 10
02 04
MENELAAH MEMINTA
01 KETERANGAN,
SURAT,
INFORMASI
PERKEMBANGAN
05
DAN/ATAU KASUS DARI MEMINDAHKAN
DOKUMEN YANG PENEGAK ATAU MERELOKASI
MEMINTA KETERANGAN TERKAIT UNTUK MELAKUKAN
HUKUM. TERLINDUNG KE
SECARA LISAN MENDAPATKAN MENGUBAH IDENTITAS
TEMPAT YANG PENDAMPINGAN SAKSI
DAN/ATAU TERTULIS KEBENARAN TERLINDUNG SESUAI
LEBIH AMAN. DAN/ATAU KORBAN
DARI PEMOHON DAN ATAS DENGAN KETENTUAN
PIHAK LAIN YANG DALAM PROSES
PERMOHONAN. PERATURAN
TERKAIT DENGAN PERUNDANG- PERADILAN.
PERMOHONAN. UNDANGAN.
TINDAK PIDANA PRIORITAS LPSK
Tindak Pidana Prioritas
PENYIKSAAN
NARKOTIKA

KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP KORUPSI


ANAK

PELANGGARAN HAM BERAT PENCUCIAN UANG

TERORISME PENGANIAYAAN BERAT

TINDAK PIDANA LAINNYA


PERDAGANGAN ORANG
SUBYEK PERLINDUNGAN

Serta :
Saksi Pelaku Pelapor Orang yang dapat memberikan keterangan yang
Korban berhubungan dengan suatu perkara pidana meskipun ia
tidak dengar sendiri, tidak ia lihat sendiri dan tidak ia
Saksi Ahli alami sendiri, sepanjang keterangan orang tersebut
berhubungan dengan tindak pidana

Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu tindak pidana yang ia dengar sendiri, ia
lihat sendiri, dan/atau ia alami sendiri (Pasal 1 angka 1)
Saksi pelaku adalah tersangka, terdakwa, atau terpidana yang bekerja sama dengan penegak hukum untuk
mengungkap suatu tindak pidana dalam kasusyang sama. (Pasal 1 angka 2)
Korban adalah orang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang
diakibatkan oleh suatu tindak pidana. (Pasal 1 angka 3)
Pelapor adalah orang yang memberikan laporan, informasi, atau keterangan kepada penegak hukum
mengenai tindak pidana yang akan, sedang, atau telah terjadi. (Pasal 1 angka 4)
HAK SAKSI DAN KORBAN (UU NO 31
TAHUN 2014, PASAL 5)

1. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan


harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan
dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya;
2. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk
perlindungan dan dukungan keamanan;
3. Memberikan keterangan tanpa tekanan;
4. Mendapat penerjemah;
5. Bebas dari pertanyaan yang menjerat
6. Mendapat informasimengenai perkembangan kasus;
7. Mendapat informasi mengenai putusan pengadilan;
8. Mendapat informasi dalam hal terpidana dibebaskan;
9. Dirahasiakan identitasnya
10. Mendapat identitas baru;
11. Mendapat tempat kediaman sementara;
12. Mendapat tempat kediaman baru;
13. Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan
kebutuhan;
14. Mendapat nasihat hukum;
15. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas
waktu perlindungan berakhir; dan/atau
16. Mendapat pendampingan.
PROGRAM PERLINDUNGAN LPSK

Informasi (Perkembangan Penanganan, Putusan pengadilan


dan Status Hukum Pidana)

Fasilitasi Ganti Rugi (Kompensasi dan Restitusi)

Pemenuhan Hak Saksi Pelaku (Pemenuhan Hak


Prosedural dan Penghargaan Atas Kesaksian)

Layanan Bantuan (Medis, Psikologis, Rehabilitasi


Psikososial dan Santunan)

Perlindungan Fisik (Rumah Aman, Pengamanan Hak Atas Pembiayaan (Biaya Hidup Sementara dan
melekat, Pengawasan, Identitas Baru, Fasilitas Pergantian Biaya transport)
Kediaman)

Pemenuhan Hak Prosedural (Pendampingan, Perlindungan Hukum (Saksi, korban, saksi pelaku, dan/atau
Pemberian Keterangan tanpa tekanan, pelapor tidak dapat dituntut secara hukum atas kesaksian yang
Penerjemah, Bebas pertanyaan menjerat dan diberikan dan penanganan khusus bagi saksi pelaku)
Nasihat Hukum)
SYARAT PEMBERIAN PERLINDUNGAN
PASAL 28 AYAT (1), (2), DAN (3) UU 31/2014
SAKSI DAN/ATAU KORBAN PELAPOR DAN AHLI
SAKSI PELAKU

1. TINDAK PIDANA YANG AKAN DIUNGKAP MERUPAKAN 1. SIFAT PENTINGNYA KETERANGAN SAKSI 1. SIFAT PENTINGNYA KETERANGAN
TINDAK PIDANA TERTENTU (PRIORITAS LPSK) DAN/ATAU KORBAN PELAPOR DAN AHLI

2. TINGKAT ANCAMAN YANG 2. TINGKAT ANCAMAN YANG


2. SIFAT PENTINGNYA KETERANGAN SAKSI PELAKU UNTUK MEMBAHAYAKAN SAKSI DAN/ATAU MEMBAHAYAKAN PELAPOR DAN
MENGUNGKAP TINDAK PIDANA KORBAN AHLI
3. BUKAN PELAKU UTAMA DALAM PERKARA YANG 3. HASIL ANALISIS MEDIS DAN PSIKOLOG
DIUNGKAP
4. REKAM JEJAK KEJAHATAN / TINDAK
4. BERSEDIA MENGEMBALIKAN ASET YANG DIDAPAT DARI PIDANA YANG PERNAH DILAKUKAN
KEJAHATAN

5. ADANYA ANCAMAN FISIK MAUPUN PSIKIS, YANG


FAKTUAL MAUPUN POTENSIAL TERHADAP DIRI SAKSI
PELAKU MAUPUN KELUARGANYA
BENTUK ANCAMAN DAN BENTUK PERLINDUNGAN OLEH LPSK

Praktik LPSK selama ini, menemukan bentuk - bentuk ancaman yang dinilai dapat mengganggu pelapor/
saksi/korban pada proses peradilan, seperti :

ANCAMAN FISIK ANCAMAN NON FISIK


Penyerangan fisik berupa upaya Laporan balik baik secara pidana atau
pembunuhan dan penganiayaan perdata termasuk gugatan Perbuatan
Melawan Hukum atas kesaksian atau
keterangannya
LAYANAN
Bentuk kekerasan lainnya terhadap Gangguan psikologis, intimidasi, teror
fisik (penyiraman air keras, berupa ancaman langsung maupun
PERLINDUNGAN
pembakaran rumah/kantor dll) tidak langsung (SMS, telfon, dsb) DAN BANTUAN
Pengurangan hak-hak dalam
pekerjaan (seperti halnya dalam hak
atas penghasilan atau jabatan hingga
pemindahan) serta pemecatan atau
pemutusan hubungan kerja.
SAKSI
PEMOHON DAPAT TERDIRI DARI:
1. Saksi dan/atau Korban PELAPOR KORBAN
2. Keluarga dari Saksi/Korban
Subyek
3. Pendamping/Kuasa Hukum dari
Terlindung
Saksi dan/atau Korban LPSK
4. Aparat penegak hukum
5. Instansi terkait yang berwenang SAKSI SAKSI
AHLI PELAKU

PERMOHONAN DAPAT DIKIRIM MELALUI:


APARAT
PENEGAK
WEBSITE RESMI HUKUM/PIHAK
APLIKASI WHATSAPP HOTLINE LPSK
https://www.lpsk.go.id/ DATANG BERWENANG E-MAIL
SURAT 148
LANGSUNG bpp@lpsk.go.id 085770010048
g.

PERSYARATAN FORMIL
(PERATURAN LPSK NOMOR 2 TAHUN 2020 TTG PERMOHONAN
PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN)

Persyaratan Formil:
a. Surat permohonan tertulis;

b. Fotokopi identitas/ kk;

c. Asli surat kuasa, jika diajukan melalui kuasa hukum / pendamping;

d. Surat izin dari orang tua atau wali;

e. Surat keterangan atau dokumen dari instansi yg berwenang yg menerangkan


status saksi,korban, pelapor, saksi pelaku, atau ahli dalam perkara pidana
f. Surat resmi dari pejabat yang berwenang, jika diajukan oleh penegak hukum/
instansi yang berwenang lainnya; dan
g. Kronologi uraian peristiwa tindak pidana.
Pasal 29 A UU Perlindungan Saksi dan Korban 31 Tahun 2014

» Perlindungan LPSK terhadap anak saksi/ anak korban diberikan setelah mendapat izin dari
orang tua atau wali.
» Izin tersebut tidak diperlukan dalam hal :
a. orang tua / wali diduga sebagai pelaku tindak pidana terhadap anak yang
bersangkutan
b. orang tua atau wali patut diduga menghalang-halangi anak yang bersangkutan dalam
meberikan kesaksian.
c. orang tua atau wali tidak cakap menjalankan kewajiban sebagai orang tua atau wali.
d. anak tidak memiliki orang tua atau wali.
e. orang tua atau wali anak yang bersangkutan tidak diketahui keberadaaannya.
» Perlindungan tersebut diberikan berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Negeri
setempat atas permintaan LPSK.
Pemohon LPSK Pada 2019 – 2022 Berdasarkan Tindak Pidana
No Tindak Pidana Tahun Tahun Tahun Tahun 2022
2019 2020 2021 (Jan-Juni)
1 Pelanggaran HAM yang Berat (PHB) 323 162 349 190
2 Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang 81 50 54 2354 (2289
(TPPU) TPPU)

3 Terorisme 318 278 525 31


4 Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) 182 203 153 126
5 Narkotika-Psikotropika 10 1 5 1
6 Penyiksaan 24 13 24 13
7 Kekerasan Seksual Anak dan Perempuan 366 245 484 430
8 Penganiayaan Berat 34 58 55 25
9 Tindak Pidana Lain (TPL) 536 431 452 318
10 Bukan Tindak Pidana 24 13 82 68
Jumlah 1.898 1.454 2.183 3.556
❑ Pada tahun 2020 terjadi penurunan jumlah permohonan perlindungan sebesar 23,39% dibandingkan tahun 2019, namun pada 2021
jumlah permohonan kembali naik 50%
❑ Faktor penyebab utamanya adalah Pandemi COVID-19
Terlindung LPSK Pada 2019 – 2022
Berdasarkan Tindak Pidana
No Tindak Pidana Tahun Tahun Tahun Tahun 2022
2019 2020 2021 (Jan-Juni)
1 Pelanggaran HAM yang Berat (PHB) 1611 1105 361 415

2 Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang 115 54 56 48


(TPPU)
3 Terorisme 415 494 886 902
4 Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) 318 314 252 193
5 Narkotika-Psikotropika 3 3 5 5
6 Penyiksaan 26 37 21 24
7 Kekerasan Seksual Anak dan Perempuan 507 533 547 605
8 Penganiayaan Berat 0 65 123 134
9 Tindak Pidana Lain (TPL) 370 180 222 184
JUMLAH 3.365 2.785 2.473 2.510
Perlindungan LPSK 2019 – 2022
Berdasarkan Jenis Program Perlindungan
No. Program Perlindungan Tahun Tahun Tahun Tahun 2022
2019 2020 2021 (Jan-Juni)
1 Perlindungan Fisik 233 147 256 245
2 Pemenuhan Hak Prosedural 1480 1347 1340 1269
3 Rehabilitasi Psikologis 535 440 377 386
4 Rehabilitasi Psikososial 280 336 265 235
5 Bantuan Medis 1750 1375 559 559
6 Fasilitasi Restitusi 387 383 383 366
7 Fasilitasi Kompensasi 324 450 802 769
8 Perlindungan Hukum 0 49 70 65
9 Biaya Hidup Sementara 0 38 34 24
10 Santunan Kerohiman - 17 36 39
JUMLAH 4.989 4.582 4.122 3.957
PETA SEBARAN DOMISILI TERLINDUNG
LPSK 2021
TOTAL : 2473 ORANG
DI 31 PROVINSI

DKI Jakarta (636), Jawa Tengah (365), Jawa Barat (304), Sulawesi Tengah (211), Bali (147), DIY (114), Sumatera Utara (98), Sulawesi Selatan (92), Jawa
Timur (91), NTT (54), Banten (38), Lampung (34), Aceh (29), Kep. Riau (29), Sumatera Barat (28), Papua (22), Bengkulu (19), Sumatera Selatan (19),
Kalimantan Barat (19), NTB (16), Papua Barat (16), Kalimantan Selatan (14), Riau (13), Kalimantan Utara (11), Sulawesi Tenggara (11), Sulawesi Utara (9),
Kalimantan Timur (8), Jambi (7), Kalimantan Tengah (7), Babel (6), Maluku Jutara (6)
PETA SEBARAN DOMISILI TERLINDUNG
LPSK 2022 (Jan – Juni)
TOTAL : 2510 ORANG
DI 32 PROVINSI

DKI Jakarta (190), Jawa Tengah (425), Jawa Barat (430), Sulawesi Tengah (205), Bali (118), DIY (110), Sumatera Utara (274), Sulawesi
Selatan (101), Jawa Timur (102), NTT (57), Banten (60), Lampung (80), Aceh (31), Kep. Riau (23), Sumatera Barat (25), Papua (15),
Bengkulu (8), Sumatera Selatan (23), Kalimantan Barat (14), NTB (31), Papua Barat (13), Kalimantan Selatan (15), Riau (19), Kalimantan
Utara (17), Sulawesi Tenggara (11), Sulawesi Utara (29), Kalimantan Timur (18), Jambi (7), Kalimantan Tengah (3), Babel (11), Maluku
Utara (12), Maluku (5) serta di luar negeri sebanyak 19
Penderitaan Korban Tindak Pidana

Materil
FISIK
Hilangnya Harta
- Disabilitas
Benda
- Luka syaraf dan organ dalam
- Luka bakar
- Tertularnya penyakit menular
seksual
- Kehamilan dan melahirkan Ekonomi & Sosial

PSIKIS - Ancaman Putus Sekolah


- Kehilangan pekerjaan
- Trauma - Kehilangan tulang
- Dendam punggung keluarga
- Penyimpangan orientasi - Stigma Negatif
seksual - Diusir dari tempat
tinggalnya
PERLINDUNGAN LPSK DALAM HUKUM PIDANA

Peristiwa Pidana Pelaporan Penyelidikan/Penyidikan Penuntutuan Persidangan Pasca Proses Hukum

Asesmen Psikologis dan


Pemenuhan Hak Prosedural Medis dan Psikososial
Medis
Hak Atas Informasi (Jika dibutuhkan)
Pendampingan Psikologis

Perlindungan Fisik (Jika


dibutuhkan dalam kondisi Perlindungan Fisik
darurat) Fasilitasi Restitusi Pendampingan Psikologis
Pemulihan Jangka Panjang
Medis dan Psikososial
(Jika dibutuhkan)

Hak Atas Pembiayaan Perlindungan Hukum


PRAKTIK KERJASAMA LPSK DALAM PERLINDUNGAN KORBAN
Pemenuhan Hak Prosedural/Perlindungan Fisik/Restitusi

- Bekerjasama dengan kepolisian setempat dalam hal perlindungan fisik


(melekat/monitoring/pengawalan) dan dalam informasi pemanggilan Terlindung LPSK
serta terkait dengan hak atas restitusi
- Bekerjasama dengan JPU dalam hal pemanggilan Terlindung LPSK saat memberikan
kesaksian dan restitusi
Dalam memberikan perlindungan dan
- Bekerjasama dengan pengadilan dalam hal ruang tunggu dan/atau persidangan melalui
pemenuhan hak kepada para korban,
teleconfrence dalam kasus dengan tingkat ancaman tinggi
LPSK bekerjasama dengan Instansi lain

Layanan Rehabilitasi Medis

- LPSK bekerja sama dengan penyedia layanan medis : RS, Dokter,


Klinik. Pembayaran dilakukan pasca dilakukanya layanan medis.
- LPSK melakukan assement awal untuk mengetahui penderitaan
medis yang dialami Para Korban. Layanan Rehabilitasi Medis LPSK
sebagai salah satu usaha dalam mengembalikan keadaan medis
Korban pasca peristiwa dan memastikan Korban dalam keadaan siap
dalam persidangan.
- LPSK telah bekerjasama dengan RS PKU Muhammadiyah Tegal

Layanan Rehabilitasi Psikososial


Layanan Rehabilitasi Psikologis
Pemulihan fungsi sosial korban. Misalnya, LPSK telah
bekerjasama dengan Kemensos untuk memberikan
pelatihan kemampuan & bantuan sosial; kerjasama LPSK bekerjasaman dengan RS (Poli Kejiwaan),
dengan Dompet Duafa; Pengadaian (Bantuan Psikolog/Psikiater untuk pemulihan psikologi dan
modal usaha); Kemendikbud dan pemda setempat membantu melupakan trauma akan tindak pidana.
tentang keberlanjutan pendidikan. Kerjasama dimulai sejak tahap assesment dan
layanan. Belum menjangkau pemulihan korban.
FASILITASI RESTITUSI OLEH LPSK
UNDANG – UNDANG DAN
PERATURAN YANG BERKAITAN
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia Pasal 35 → PP Nomor 3 Tahun 2002 tentang Kompensasi,
Restitusi, dan Rehabilitasi terhadap Korban Pelanggaran HAM yang Berat.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-


Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
(Pasal 7 A)→ Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2018 (Pasal 19 s/d
Pasal 36)

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Orang (Pasal 48 s/d Pasal 50)

Undang-Undang 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang


Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Pasal 71 D) → Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2017

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Undang-Undang


Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
(pasal 36 A dan Pasal 36 B)
Perlindungan Korban dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Diatur dalam Bab V Bentuk-Bentuk Perlindungan Korban dalam UU TPPO


Perlindungan Saksi dan Korban,
a. Kerahasian identitas, bagi korban yang mendapatkan ancaman fisik dan psikis (Pasal
Pasal 43 sampai dengan Pasal 44)
55
b. Ruang pelayanan khusus untuk pemeriksaan ditingkat penyidikan di kantor
Pasal 43 kepolisian (provinsi dan kabupaten) (Pasal 45)
Ketentuan mengenai c. Pusat pelayanan terpadu bagi korban TPPO disetiap kabupaten (Pasal 46)
perlindungan saksi dan korban d. Perlindungan fisik bagi korban dan keluarganya (Pasal 47)
dalam perkara tindak pidana
perdagangan orang dilaksanakan e. Pengajuan restitusi/ ganti rugi ke pelaku (Pasal 48 s/d Pasal 50)
berdasarkan Undang-Undang f. Rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan, dan reintegrasi sosial (Pasal
Nomor 13 Tahun 2006 tentang 51), pusat perlindungan sosial dan pusat trauma (Pasal 52)
Perlindungan Saksi dan Korban, g. Perlindungan pribadi, kepentingan, dan pemulangan bagi korban TPPO yang berada
kecuali ditentukan lain dalam di luar negeri (Pasal 54)
Undang-Undang ini. h. Pencegahan dan Penanganan TPPO melalui pembentukan gugus tugas di tingkat
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemenrintah Kabupaten/ Kota (Pasal 56
s/d Pasal 58)
Definisi Restitusi
Tindak Pidana Undang-Undang/ PP Definisi Restitusi

Pelanggaran HAM yang Berat UU Nomor 26 tahun 2000 Ganti Kerugian yang diberikan kepada korban atau keluarganya oleh pelaku atau
PP Nomor 3 Tahun 2002 pihak ketiga, dapat berupa pengembalian harta milik, pembayaran ganti kerugian
Pasal 1 angka 5 untuk kehilangan atau penderitaan, atau penggantian biaya untuk tindakan tertentu

Merujuk Keputusan LPSK UU Nomor 31 tahun 2014 Ganti kerugian yang diberikan kepada Korban atau Keluarganya oleh pelaku atau
Pasal 1 angka 11 pihak Ketiga.
PP Nomor 7 Tahun 2018
Perdagangan Orang UU Nomor 21 Tahun 2007 Pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan
Pasal 1 angka 13 pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil dan/ atau
imateriil yang diderita korban atau ahli warisnya.

Perlindungan Anak UU Nomor 35 Tahun 2014 Pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan
PP Nomor 43 Tahun 2017 pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil/ imateriil yang
Pasal 1 angka 1 diderita korban atau ahli warisnya.

Terorisme UU Nomor 15 Tahun 2003 / Ganti kerugian yang diberikan oleh pelaku kepada korban atau ahli warisnya.
Perppu Terorisme Pasal 36 ayat
(3)
PP Nomor 7 tahun 2018
Pengajuan Permohonan Restitusi
Tindak Pidana Undang-Undang/ PP Pengajuan Keterangan

Pelanggaran HAM yang Berat PP No. 3 Tahun 2002 Berdasarkan perintah yang Dimuat dalam tuntutan
Pasal 4 tercantum dalam amar putusan
Pengadilan HAM
Merujuk Keputusan LPSK UU No. 31 tahun 2014 Pengajuan dapat dilakukan PP 7/2018 Pasal 31 ayat (4) teknis
Pasal 7 ayat (3) sebelum atau setelah putusan pelaksanaan permohonan restitusi setelah
pengadilan memperoleh kekuatan putusan berkekuatan hukum tetap akan
hukum tetap diatur dengan Peraturan Mahkamah
Agung
Perdagangan Orang UU No. 21 Tahun 2007 Pengajuan dilaksanakan sejak Mekanisme restitusi tidak menghilangkan
Penjelasan Pasal 48 Korban melaporkan kasus yang hak korban mengajukan gugatan atas
ayat (1) dialaminya kerugiannya

Perlindungan Anak PP No. 43 Tahun 2017 Pasal 5 ayat (2) diajukan melalui Pasal 5 ayat (3) : selain melalui tahap
Pasal 5 dan pasal 6 tahap penyidikan dan penyidikan dan penunututan dapat
penunututan. diajukan melalui LPSK
Pasal 6 diajukan setelah putusan Pasal 6 : diajukan melalui LPSK
pengadilan berkekuatan hukum
tetap.
Terorisme UU No. 5 Tahun 2018 Pengajuan sejak tahap penyidikan PP 35/2020
Pasal 36 A ayat (3) Tidak mengatur secara rinci terkait
restitusi korban terorisme
Perbandingan Komponen Ganti Kerugian dalam Permohonan Restitusi
TPPO Perlindungan Anak Perlindungan Saksi Pengadilan HAM Pemberantasan
(UU No. 21 Th. 2007) (UU N0. 35 Th. 2014, dan Korban (PP No. 3 Tahun 2002) Terorisme
PP No. 43 Th. 2017) (UU No.31 Th. 2014, (UU Nomor 5 tahun
PP No 7 Th. 2018) 2018, PP No. 7 Th.
2018)
Komponen Kerugian Komponen Kerugian Komponen Kerugian Komponen Komponen Kerugian
( Pasal 48 ayat (2)) (Pasal 3 PP) (Pasal 7A UU) : (Pasal 1 angka 5) : (Pasal 19) :
a. kehilangan kekayaan atau a. ganti kerugian atas a. ganti kerugian atas a. pengembalian harta a. ganti kerugian atas
penghasilan; kekayaan; kekayaan atau milik. kekayaan atau
b. penderitaan; b. ganti kerugian atas penghasilan; b. pembayaran ganti penghasilan;
c. biaya untuk tindakan perawatan penderitaan sebagai akibat b. ganti kerugian atas kerugian untuk b. ganti kerugian atas
medis dan/ atau psikologis; dan/ tindak pidana; dan/ atau yang ditimbulkan kehilangan atau yang ditimbulkan
atau c. penggantian biaya akibat penderitaan penderitaan. akibat penderitaan
d. kerugian lain yang diderita perawatan medis dan/ atau yang berkaitan c. penggantian biaya yang berkaitan
korban sebagai akibat psikologis. langsung sebagai untuk tindakan langsung sebagai
perdagangan orang. akibat tindak pidana tertentu akibat tindak pidana
Penjelasan kerugian lain : : dan/ atau : dan/ atau
i. kehilangan harta milik; c. penggantian biaya c. penggantian biaya
ii. biaya transportasi dasar; perawatan medis perawatan medis
iii. biaya pengacara atau biaya dan/ atau dan/ atau psikologis.
lain yang berhubungan psikologis.
dengan proses hukum; atau
iv. kehilangan penghasilan yang
dijanjikan pelaku.
Pengajuan Permohonan Restitusi
Sedikitnya Memuat

• Identitas korban
• Uraian tindak pidana
• Identitas pelaku tindak pidana
• Uraian kerugian yang nyata diderita korban
dan/atau keluarga
• Bentuk restitusi yang diminta
Dokumen Pendukung (Bukti dan Data Dukung)

• Fotokopi identitas korban yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.


Terdiri dari KTP, KK, Paspor, SIM, Surat Keterangan Domisili yang sah, Surat Kematian yang sah dan
Akte Kelahiran/Kenal Lahir/Ijazah.
• surat keterangan dari Polri yang menyatakan bahwa pemohon adalah korban tindak pidana
• Bukti kerugian yang nyata diderita oleh korban atau keluarga yang dibuat atau disahkan oleh
pejabat yang berwenang;
• Bukti biaya yang akan atau telah dikeluarkan selama perawatan dan/atau pengobatan yang
disahkan oleh instansi atau pihak yang melakukan perawatan atau pengobatan;
• Surat kuasa khusus, apabila permohonan restitusi diajukan oleh kuasa korban atau kuasa keluarga;
• Surat keterangan hubungan keluarga jika permohonan diajukan oleh keluarga
• Fotokopi surat kematian jika korban meninggal dunia
Peran LPSK
1 LPSK menerima pengajuan permohonan restitusi dari korban, LPSK menerima permintaan penyidik atau jaksa/ penuntut 2
untuk selanjutnya melaksanakan penilaian restitusi yang akan umum untuk melakukan penilaian restitusi atas pengajuan
diajukan kepada penyidik atau jaksa/ penunutut umum permohonan restitusi yang diajukan oleh korban

4 LPSK menyampaikan penilaian restusi kepada penyidik, jaksa/ LPSK dapat menanyakan kepada tersangka / terdakwa 3
penuntut umum, dan/ atau majelis hakim mengenai kesanggupan untuk melakukan pemberian
restitusi kepada korban

5 LPSK dapat dipanggil sebagai ahli yang menerangkan LPSK berkoordinasi dengan jaksa/penunutut umum dan 6
mengenai penilaian restitusi dan hasil penilaiannya pada pengadilan dalam hal pelaksanaan pemberian restitusi
tahap penyidikan dan/ atau pada saat pemeriksaan di
persidangan

LPSK diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada saksi dan/atau korban sejak awal pemeriksaan di proses
penyelidikan dan penyidikan
7
ALUR PROSES PERMOHONAN RESTITUSI

LAPORAN – PENYELIDIKAN PENYIDIKAN PRA PENUNTUTAN PENUNTUTAN PUTUSAN DAN EKSEKUSI

KORBAN / PENDAMPING KORBAN PENYIDIK PENUNUTUT UMUM JAKSA

Penyidik memberikan 1. Penuntut umum menitipkan uang 1. Jaksa melaksanakan putusan


informasi kepada korban 1. Penuntut umum pembayaran restitusi kepada restitusi dengan melaksanakan
mengenai hak korban memeriksa kelengkapan pengadilan melalui mekanisme serah terima pembayaran restitusi
untuk mengajukan berkas restitusi. konsinyasi, dalam hal terdakwa kepada korban dengan
restitusi 2. Berkas lengkap, telah menyerahkan uang berkoordinasi dengan LPSK /
Tidak Mengajukan dilanjutkan dengan pembayaran restitusi kepada pendamping
mengajukan restitusi pembuatan surat penuntut umum. 2. Jaksa menyiapkan surat
restitusi dakwaan yang 2. Pada saat persidangan Penuntut pernyataan yang ditandatangani
didalamnya memuat umum mengajukan pertanyaan terdakwa dalam hal terdakwa
permohonan restitusi kepada korban mengenai tidak sanggup membayar
BAP Permohonan 3. Dalam hal berkas permohonan restitusi. 3. Jaksa menyusun berita acara
menerangkan restitusi : dinyatakan belum 3. Pada saat persidangan penuntut pembayaran/ serah terima
korban tidak 1. Identitas korban lengkap Penuntut umum menanyakan kesanggupan restitusi dan menyiapakan saksi-
mengajukan 2. Uraian tindak umum memberikan terdakwa untuk membayar saksi untuk penyerahan restitusi
restitusi pidana petunjuk kepada restitusi
3. Identitas pelaku penyidik unstitusituk 4. Penuntut umum memasukkan
4. Uraian kerugian melengkapi berkas, permohonan restitusi ke dalam
yang nyata termasuk untuk surat tuntutan
diderita meminta penyidik berdasarkanpenilaian LPSK dan
untuk meminta LPSK fakta-fakta persidangan
melakukan penilaian
restitusi
Penyidik melengkapi
berkas sesuai petunjuk
penuntut umum dan
melimpahkan berkas
perkara
LPSK LPSK LPSK LPSK
Melalukan penilaian restitusi 1. Memberikan 1. Memberikan keterangan terkait 1. LPSK berkoordinasi dengan Jaksa
Memuat : keterangan kepada penilaian restitusi di persidangan dan Panitera dalam hal
1. Pengantar/penjelasan penilaian penyidik terkait jika diperlukan. pelaksanakan putusan pemberian
restitusi dengan penilaian 2. Menghadirkan saksi/ korban restitusi
2. Uraian Penghitungan kerugian restitusi jika diperlukan untuk memberikan kesaksian/ 2. LPSK menghadirkan korban/ ahli
3. Lampiran data dukung 2. Menghadirkan saksi/ keterangan warisnya pada saat pelaksanaan
korban untuk restitusi
memberikan
kesaksian/ keterangan
Konsinyasi / Penitipan Uang Pemberian Restitusi

UU TPPO Pasal 48 ayat (5)


Restitusi dapat dititipkan terlebih dahulu di pengadilan tempat perkara diputus

Penjelasan :
Dalam ketentuan ini penitipan dalam bentuk uang di pengadilan dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ketentuan disamakan dengan
proses penanganan perkara perdata dalam konsinyasi.

Dalam UU Perlindungan Saksi dan Korban , UU Perlindungan Anak, dan UU


Pemberantasan Terorisme “tidak diatur” ketentuan mengenai konsinyasi.
Sita Harta Kekayaan Terpidana
Pasal 50 UU TPPO mengenai pelaksanaan putusan restitusi
a. Terpidana tidak menjalankan putusan restitusi / melampaui jangka
waktu→ 14 hari
b. Pengadilan memberikan peringatan → 14 hari
c. Pengadilan memerintahkan penuntut umum untuk menyita harta
kekayaan terpidana dan melelang harta tersebut untuk pembayaran
restitusi.
d. Jika pelaku tidak mampu membayar, dikenai kurungan pengganti
maksimal 1 tahun

Dalam UU Perlindungan Saksi dan Korban, UU Perlindungan Anak serta UU


Pemberantasan Terorisme tidak mengatur mengenai Sita Harta Kekayaan
Terpidana
Data Fasilitasi Restitusi Tahun
2020
No Tindak Pidana Dihitung LPSK Diputus Hakim Dibayarkan Pelaku

1 Kekerasan Seksual Rp 2.130.183.947,- Rp 229.112.700,- Rp 10.364.000,-

2 Perdagangan Orang Rp 4.964.506.369,- Rp 598.263.089,- Rp 145.000.000-

3 Penganiayaan Berat Rp 639.407.426,- Rp 468.404.907,- Rp 91.350.000,-

4 Tindak Pidana Rp 175.561.645,- Rp 50.069.268,- Rp 0,-


Lainnya
Total Rp 7.909.659.387,- Rp 1.345.849.964,- Rp 246.714.000,-
DATA RESTITUSI LPSK 2021
Data Restitusi Tahun 2022 Yang Dibayarkan
Oleh Pelaku (s.d Juni 2022)
No Tindak Pidana Dihitung LPSK Diputus Hakim Dibayarkan Pelaku

1 Kekerasan Seksual Rp 222.348.458,- Rp 192.414.813,- Rp 120.414.813,-

2 TPPO Rp 90.925.150,- Rp 90.925.150,- Rp 90.925.150,-

3 Tindak Pidana Lainnya Rp 139.498.476,- Rp 134.498.476,- Rp 107.750.000,-


Total Rp 452.772.084 Rp 417.838.439 Rp 319.089.963
TERIMA KASIH

0857-7001-0048
Humas LPSK RI

@InfoLPSK

lpsk_ri@lpsk.go.id
148
www.lpsk.go.id
021-29681551

Anda mungkin juga menyukai