Pengadilan Niaga adalah Pengadilan dalam lingkungan Badan Peradilan Umum dan bukan lingkungan
badan peradilan yang berdiri sendiri (vide Pasal 1 butir 7 UUKPKPU). Pembentukan Pengadilan Niaga
diatur berdasarkan Berdasarkan Keppres No. 97 tahun 1999.
Kewenangan Pengadilan Niaga berdasarkan Pasal 300 Ayat (1) Undang Undang No. 37 tahun 2004
yang berbunyi “Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini, selain memeriksa dan
memutus permohonan pernyataan pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, berwenang
pula memeriksa dan memutus perkara lain di bidang perniagaan yang penetapannya dilakukan dengan
undang-undang”.
Pengadilan Niaga ini merupakan Pengadilan khusus yang memeriksa dan memutus perkara-perkara
dibidang perniagaan, termasuk tetapi tidak terbatas pada pemeriksaan perkara kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), tetapi juga pada perkara Hak Kekayaan Intelektual
(HKI).
Pengadilan Negeri
Peradilan Umum pada Pengadilan HKI
Niaga
Sengketa KPPU
PENGORGANISASIAN PENGADILAN NIAGA
▪ Mengenai pengorganisasian, sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi peradilan
umum. Untuk pertama kalinya Pengadilan Niaga dibentuk pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
dan kemudian dilakukan secara bertahap dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
▪ Berdasarkan Keppres No. 97 tahun 1999 tentang Pembentukan Pengadilan Niaga Pada
Pengadilan Negeri Ujung Pandang, Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri Surabaya, dan
Pengadilan Negeri Semarang, Pemerintah menetapkan pengadilan niaga pada 5 pengadilan
negeri, yaitu
1. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Ujung Pandang (sekarang dikenal Makassar);
2. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan;
3. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya;
4. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya; dan
5. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang.
P. Niaga
Meliputi: Prov. Sulsel, Sul. Tenggara, Sulteng,
Makassar Sulut, Maluku, Papua
KREDITOR PREFEREN
KREDITOR SEPARATIS
KREDITOR KONKUREN
Salinan putusan
Putusan disampaikan kpd
(maks. 60 hari) yg berkepentingan
(maks. 3 hari
setelah putusan)
PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
Salinan putusan
Putusan disampaikan kpd
(maks. 60 hari) yg berkepentingan
(maks. 3 hari
setelah putusan)
KURATOR
Balai Harta
Peninggalan
KURATOR
(vide Pasal 1 Angka 5
UUK PKPU)
Perorangan (Swasta)
15/03/2022
PENGURUSAN
KURATOR
(vide Pasal 69 UUK
PKPU)
PEMBERESAN
15/03/2022
▪ Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh Pengadilan
untuk mengurus dan membereskan harta Kreditor Pailit di bawah perusahaan pengawasan
Hakim Pengawas sesuai dengan Undang-undang ini. (vide Pasal 1 angka 5 jo Pasal 70 ayat (1)
UUK PKPU)
▪ Kurator merupakan pengampu (Curatele) dari Debitor pailit yang kehilangan haknya untuk
mengurus harta kekayaannya akibat pernyataan pailit. Kurator diangkat oleh Pengadilan
bersamaan dengan putusan permohonan pailit. Kurator merupakan satu-satunya pihak yang
akan menangani seluruh kegiatan pemberesan termasuk pengurusan harta pailit.
Tugas Kurator adalah melakukan PENGURUSAN dan/atau PEMBERESAN harta pailit (vide
Pasal 69), yang mana untuk melaksanakan tugas dan kewenangan, seorang Kurator perlu
untuk memilah kewenangan yang dimilikinya berdasarkan Undang-undang, yaitu:
1. Kewenangan yang dapat dilaksanakan tanpa diperlukan persetujuan dari instansi
atau pihak lain, dan
2. Kewenangan yang baru dapat dilaksanakan setelah memperoleh persetujuan dari
pihak lain, yang dalam hal ini adalah Hakim Pengawas. (vide Pasal 16 Ayat (1) dan
Ayar (2)
Dalam melaksanakan tugasnya ini, kurator wajib melaporkannya setiap 3 bulan kepada Hakim
Pengawas, terutama mengenai keadaan harta pailit (vide Pasal 74).
Kurator merupakan pihak yang memegang peranan dalam kepailitan, maka Kurator dengan segala daya
upaya yang perlu dan patut harus mengusahakan keselamatan harta pailit, karena Kurator
bertanggung jawab pribadi terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas
pengurusan dan/atau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit (vide Pasal 72).
Debitor PKPU dapat menawarkan rencana perdamaian kepada seluruh kreditor dalam proses PKPU. Rencana
perdamaian dapat diterima apabila memenuhi ketentuan Pasal 281 Ayat (1) UUK PKPU Jo PP Nomor 10 Tahun
2005.
Diterima Homologasi (vide Pasal 285 Ayat (1) UUK PKPU)
PKPU
Ditolak Pailit (vide Pasal 285 Ayat (3) UUK PKPU)
Note: Apabila rencana perdamaian yang diajukan oleh Debitor ditolak oleh
Kreditor dan PKPU berakhir dengan pailit, maka tidak dapat diajukan
perdamaian untuk kedua kalinya.
PAILIT
Ditolak Insolvensi (vide Pasal 178 Ayat (1) UUK PKPU)
Note: Apabila rencana perdamaian telah diajukan oleh Debitor pada saat proses
PKPU namun ditolak oleh Kreditor dan PKPU berakhir dengan pailit, maka Debitor
dinyatakan insolvensi tidak dapat diajukan perdamaian untuk kedua kalinya
dalam proses kepailitan.