Hlm 97-115
Abstract
Law Number 37 Year 2004 concerning Bankruptcy and Postponement of Debt Payment
Obligation (PKPU) is enacted in good faith to protect the rights of creditors who have receivables
on the insolvent party, since in general the assets left by the insolvent party is less than the amount
of the debt . So that the condition is very potential to cause chaos if the number of creditors more
than one, because they each will fight each other to control the assets left behind as compensation
for the settlement of receivables, and eventually among the creditors will apply: "who fast/strong he
can, and who is slow / weak he bit the finger". With the stipulation of bankruptcy provisions in this
law, congruent lenders will no longer fight each other because each will get the compensation of
debt repayment proportionally according to the principle of "pari pasu pro rata parte".
Keywords : Proper Application of Bankruptcy Law
Abstrak
Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) diundangkan dengan itikad untuk melindungi hak-hak para kreditur
yang memiliki piutang pada pihak yang pailit, mengingat pada umumnya aset yang ditinggalkan
oleh pihak yang pailit jumlahnya lebih kecil daripada jumlah hutangnya. Sehingga kondisi tersebut
sangat berpotensi untuk menimbulkan kekacauan apabila jumlah kreditur lebih dari satu, karena
mereka masing-masing akan saling berebut untuk menguasai aset yang ditinggalkan sebagai
kompensasi pelunasan piutangnya, dan pada akhirnya diantara para kreditur akan berlaku: “siapa
cepat/kuat dia dapat, dan siapa lambat/lemah dia gigit jari”. Dengan diaturnya ketentuan pailit
dalam undang-undang ini, maka para kreditur kongruen tidak akan lagi saling berebut karena
masing-masing akan mendapatkan kompensasi pelunasan hutangnya secara proporsional sesuai
prinsip “pari pasu pro rata parte”.
Kata Kunci : Penerapan Undang-Undang Kepailitan Secara Benar.
de faillissement verordening (Staatsblad tidak ada sarana yang efektif yang dapat
1905-217) itu dinyatakan mulai berlaku pada digunakan Kreditor untuk dapat melindungi
tanggal 1 Nopember 1906.7 kepentingannya, khususnya agar Debitor yang
Meskipun pada dasarnya diperuntukan nakal dapat melunasi kewajibannya, jika perlu
sebagai salah satu instrument bagi para dengan melakukan paksaan secara hukum
pedagang (kaum pengusaha) dalam upaya melalui pengadilan.
menyelesaikan hutang piutang, namun dalam Sutau penjelasan yang lain adalah
praktek, faillissementverordening ini relatif bahwa para kreditor kurang mempercayai
sangat sedikit digunakan. Hal ini selain sistem peradilan di Indonesia, yang
kurang dikenal di tengah-tengah masyarakat, mengkhawatirkan bahwa debitor dapat
karena memang sejak awal diperuntukan bagi mempunyai akses yang lebih mudah di
pedagang yang tunduk pada hukum perdata Pengadilan untuk mempertahankan kasus
dan dagang barat, juga karena sebagian besar mereka, walaupun mereka tidak mempunyai
pedagang atau pengusaha pribumi Indonesia dasar argumentasi yang kuat. Diantara
adalah terdiri dari pedagang atau pengusaha kreditor asing sering ada perasaan bahwa
kecil dan menengah yang tidak banyak mereka bermain suatu "away game" di
melakukan transaksi besar, sehingga Indonesia dan bahwa mereka akan keluar
penyelesaian hutang-piutang melalui sebagai nomor dua tanpa memperdulikan
mekanisme kepailitan yang diatur dalam bobot tagihan mereka.
faillissementverordening menjadi tidak Berdasarkan alasan tersebut, kreditur
popular. asing ingin menghindari untuk berperkara di
Selain kedua alasan di atas, ternyata pengadilan dan lebih memilih untuk
keenganan perusahaan maupun pedagang, mengadakan penyelesaian damai di luar
menempuh mekanisme kepailitan juga pengadilan. Mereka mempunyai sedikit
dikarenakan prosedur yang diatur dalam kewenangan untuk melakukan negosisasi
ketentuan faillissementverordenin, dianggap dengan debitur yang telah melakukan defult.
cenderung lama dan bertele-tele. Hal ini dapat Ancaman untuk mengajukan permohonan
dimaklumi karena pada kenyataannya dalam pailit ke Pengadilan hanyalah upaya gertakan
hal beracara di pengadilan kreditur yang tidak berdaya. Kreditur asing
faillissementverordening masih mengacu menganggap bahwa mengajukan suatu
kepada prosedur hukum acara perdata umum permohonan kepailitan bukan suatu cara yang
yang selain memakan waktu cukup lama juga realistis untuk menyelesaikan suatu masalah
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.8 di Indonesia.9
Faktor lain yang tidak kalah rendahnya Seiring dengan terjadinya krisis
tingkat kepercayaan masyarakat pada moneter yang melanda sebagian besar
kemampuan lembaga pengadilan yang wilayah dunia, Indonesia juga tidak luput dari
disangksikan untuk dapat bersikap objektif imbasnya yang berakibat langsung pada
atau tidak memihak dan akan sungguh- ketidakmampuan para pengusaha/perusahaan
sungguh menegakan keadilan. Karena membayar utangnya dengan tepat waktu.
persepsi masyarakat yang negatif terhadap Dalam kodisi ini maka dirasa perlu dan
badan peradilan, maka masyrakat merasa mendesak untuk dilakukan perbaikan
(perubahan) terhadap peraturan hukum
kepailitan dan PKPU, karena dengan masih
7
Ibid, hlm. 26. tetap menggunakan ketentuan
8
Sesuai dengan ketentuan hukum acara perdata umum,
maka prosedur pemeriksaan ditingkat pengadilan
faillissementverordenin dianggap kurang
negeri akan memakan waktu cukup lama dan
9
kemudian masih dimungkin untuk naik banding Jerry Hoff, Undang-Undang Kepailitan Di Indonesia,
ketingkat Pengadilan Tinggj serta Kasasi ketingkat Penterjernah Kartini MuIjadi, PT. Tatanusa, Jakarta,
Mahkamah Agung. 2000, hlrn. 2-3.
mampu memenuhi kebutuhkan para pencari menerima 31 permohanan Pailit, tahun kedua
keadilan dalam menyelesaian masalah hutang jumlah tersebut meningkat menjadi 100
piutang yang terjadi pada saat itu. Hal ini pemohon.12
tentu dapat dimaklumi karena secara faktual Seiring dengan perkembangan
faillissementverordening Stb.1905 Nomor peradaban manusia berkembang pula
217 jo Stb.1906 Nomor 348, sudah banyak perkembangan hukum dan ekonomi. Hukum
yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan adalah peraturan-peraturan yang bersifat
mengingat usia peraturan perundang- memaksa, yakni peraturan-peraturan yang
undangan ini sudah hampir satu abad.10 dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib.
Atas dasar hal tersebut di atas serta Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tadi
desakan Dana Moneter berakibat diambilnya tindakan yaitu dengan
Internasional/Internasional Monetery Fund hukuman tertentu.13
(IMF), maka pada tanggal 22 April 1998 Kepastian hukum merupakan
diterbitkanlah Peraturan Pemerintah pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara
Pengganti Undangan-Undang No. I Tahun normatif, bukan sosiologis. Kepastian hukum
2008 yang kemudian pada tanggal 9 secara normatif adalah ketika suatu peraturan
September 1998 diundangkan menjadi dibuat dan diundangkan secara pasti karena
Undang-Undang No. 4 Tahun 2008, tentang mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti artian tidak menimbulkan keragu-raguan
Undang-Undang No. I tahun 2008 menjadi (multi-tafsir) dan logis dalam artian ia
Undang-Undang. Pada dasarnya Undang- menjadi suatu sistem norma dengan norma
Undang No. 4 tahun 1998 ini bukanlah lain sehingga tidak berbenturan atau
Undang-Undang Kepailitan yang baru menimbulkan konflik norma. Konflik norma
melaingkan hanya sekedar mengubah dan yang ditimbulkan dari ketidakpastian aturan
menambah faillissementverordening dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi
Staatsblad 1905 Nomor 217 jo Staatsblad norma atau distorsi norma. Pemikiran
1906 Nomor 348 . faillissementverordening mainstream beranggapan bahwa kepastian
terdiri dari 279 pasal, sedangkan Undang- hukum merupakan keadaan dimana perilaku
Undang No. 4 Tahun 1998 mencabut 6 pasal manusia, baik individu, kelompok, maupun
(Pasal 14A, 19, 218, 219, 221 dan 272 dan 1 organisasi, terikat dan berada dalam koridor
ayat (Pasal 149 ayat (3). Terdapat 93 pasal yang sudah digariskan oleh aturan hukum.
yang diubah dan menambah 10 pasal baru. Secara etis, pandangan seperti ini lahir dari
Dengan demikian pasal Undang-Undang No. kekhawatiran yang dahulu kala pernah
4 Tahun 1998 adalah 282 pasal.11 dilontarkan oleh Thomas Hobbes bahwa
Hukum kepailitan dan PKPU telah manusia adalah serigala bagi manusia lainnya
menjelma menjadi fenomena tersendiri dalam (homo hominilupus).14
sejarah hukum di Indonesia, Kepailitan dan Manusia adalah makhluk yang beringas
PKPU yang tadinya nyaris tidak pernah dilirik yang merupakan suatu ancaman. Untuk itu,
oleh praktisi hukum, dalam waktu singkat hukum lahir sebagai suatu pedoman untuk
mengalami lonjakan permohonan. Dalam tiga menghindari jatuhnya korban. Konsekuensi
tahun pertama, Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat rata-rata menerima 72 permohonan tiap 12
Aria Suyudi, Eryanto Nugroho, Herni Sri Nurbayanti,
tahunnya. Hanya dalam tiga bulan operasi Kepailitan di Negara Pailit, Pusat Studi Hukum &
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah Kebijakan Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 21.
13
C.S.T Kansil, dan Cristine S.T, Hukum Perusahaan
Indonesia Bag 1, Pradnya Paramita, Jakarta, 2005,
10
H. Man S. Sastrawidjaja, Hukum Kapailitan Dan hlm. 56.
Pendundaan Kewajiban Pembayaran Utang, PT. 14
“Apa Itu Kepastian Hukum”,
Alumni, Bandung, 2006, hlm. 14. http://yancearizona.wordpress.com, diakses tanggal
11
Sutan Remy Syahdeni, op.cit, hlm. 29. 10 September 2017.
dari pandangan ini adalah bahwa perilaku perorangan, kehidupan masyarakat, maupun
manusia secara sosiologis merupakan refleksi kehidupan berbangsa dan bernegara.18
dari perilaku yang dibayangkan dalam pikiran Indonesia merupakan suatu negara
pembuat aturan.15 hukum dimana kekuasaan tunduk pada
Negara dan bangsa Indonesia pun hukum. Sebagai negara hukum, maka hukum
menghendaki adanya tatanan masyarakat mempunyai kedudukan paling tinggi dalam
yang tertib, tenteram, damai dan seimbang, pemerintahan, hukum adalah perlindungan
sehingga setiap konflik, sengketa atau kepentingan manusia. Hukum mengatur
pelanggaran diharapkan untuk dipecahkan segala hubungan antar individu atau
atau diselesaikan: hukum harus ditegakkan, perorangan dan individu dengan kelompok
setiap pelanggaran hukum harus secara atau masyarakat maupun individu dengan
konsisten ditindak, dikenai sanksi. Kalau pemerintah.
setiap pelanggaran hukum ditindak secara Prinsip negara hukum menjamin
konsisten maka akan timbul rasa aman dan kepastian, ketertiban, dan perlindungan
damai, karena ada jaminan kepastian hukum. hukum yang berintikan kebenaran dan
Lembaga Pengadilan menurut Anton keadilan. Kepastian, ketertiban dan
Reinhart,16 yaitu memberi pelayanan hukum, perlindungan hukum menuntut antara lain
perlindungan hukum dan keadilan. Menurut bahwa lalu lintas hukum dalam kehidupan
M. Yahya Harahap,17 bahwa keberadaan masyarakat memerlukan adanya alat bukti
peradilan dibutuhkan dengan alasan : yang menentukan dengan jelas hak dan
Peradilan masih tetap diharapkan berperan kewajiban seseorang sebagai subyek hukum
sebagai “the last resort” sebagai tempat dalam masyarakat.
terakhir mencari kebenaran dan keadilan, Konsep di atas menunjukkan adanya
sehingga pengadilan masih diandalkan kompromi antara hukum yang bersifat tertulis
sebagai badan yang berfungsi menegakan sebagai suatu kebutuhan masyarakat hukum
kebenaran dan keadilan (to enforce the truth demi kepastian hukum dan living law sebagai
and to enforce justice). wujud dari pembentukan dari pentingnya
Sistem pemerintahan negara yang telah peranan masyarakat dalam pembentukan dan
dipertegaskan di dalam penjelasan Undang- orientasi hukum.19 Aktualisasi dari living law
Undang Dasar 1945 menyatakan antara lain tersebut bahwa hukum tidak dilihat dalam
bahwa Indonesaia adalah Negara yang wujud kaidah melainkan perkembangannya
berdasarkan atas hukum (rechstaat) dan tidak dalam masyarakat itu sendiri.
berdasarkan atas kekuasaan belaka Hukum merupakan kontrol sosial yang
(machtstaat). Hal ini mengandung makna dilakukan oleh pemerintah. Dengan perkataan
bahwa dinegara yang berdasarkan atas lain, kontrol sosial merupakan kehidupan
hukum, hukum harus menampilkan normatif sari suatu negara beserta warga
peranannya secara mendasar sebagai titik negaranya.20 Negara dan bangsa Indonesia
sentral dalam seluruh kehidupan orang- pun menghendaki adanya tatanan masyarakat
yang tertib, tenteram, damai dan seimbang,
sehingga setiap konflik, sengketa atau
18
Mulyana W. Kusumah, Perspektif, Teori dan
Kebijaksanaan Hukum, Rajawali, Jakarta, 1986, hlm.
15
Ibid. 29.
16 19
Anton Reinhard, Masalah Hukum (dari Katalog Lili Rasjidi dan Putra. I. B. Wiyasa, Hukum Sebagai
Sampai Kwitansi), Cet. 1, Aksara Persada, Jakarta, Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005,
1985, hlm. 103. hlm. 79.
17 20
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Rony Hanitijo Soemitro, Beberapa Masalah Dalam
Sistim Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, Cet. 1. Studi Hukum Dan Masyarakat, Remadja Karya,
Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1997, hlm. 237. Bandung, 1985, hlm. 91.
permohonan pernyataan pailit belum belum pernyataan pailit. Apabila curator bermaksud
diucapkan, setiap kreditor, kejaksaan, Bank untuk menebus barang-barang tersebut, maka
Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal, kurator wajib melunasi utang debitur pailit
atau Menteri Keuangan dapat mengajukan tersebut terlebih dahulu.
permohonan kepada pengadilan untuk : Suatu Putusan Pernyataan pailit
1. Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian mengubah status hukum debitor menjadi tidak
atau seluruh kekayaan debitur, atau; cakap untuk melakukan perbuatan hukum,
2. Menunjuk kurator sementara untuk menguasai, dan mengurus harta kekayaannya
mengawasi : Pengelolaan usaha debitur, sejak putusan pernyataan pailit diucapkan.
dan; Pembayaran kepada Kreditur, Akibat lain dari putusan pernyataan pailit
pengalihan, atau pengagunan kekayaan antara lain:
Debitur yang dalam kepailitan merupakan 1. Debitor demi hukum kehilangan haknya
wewenang Kurator. untuk menguasai dan mengurus
Namun, apabila pengadilan sudah kekayaannya yang termasuk dalam harta
memutuskan untuk mengambulkan pailit.
permohonan pernyataan pailit, keputusan itu 2. Kepailitan hanya mengenai harta pailit dan
akan mengakhiri semua kepengawasan tidak mengenai diri pribadi debitor pailit.
Kurator semestara dan debitur menjadi pailit, 3. Harta pailit diurus dan dikuasai kurator
kehilangan kepemilikan atas segala asetnya. untuk kepentingan semua para kreditor dan
Selama putusan atas permohonan pernyataan debitor dengan pengawasan dari Hakim
pailit belum ditetapkan, kreditur atau pengawas.
kejaksanaan dapat mengajukan permohonan 4. Tuntutan dan gugatan mengenai hak dan
kepada pengadilan untuk : kewajiban harta pailit harus diajukan oleh
1. Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau terhadap kurator.
atau seluruh kekayaan debitur; 5. Segala perbuatan debitor yang dilakukan
2. Menunjuk kurator sementara untuk : sebelum dinyatakan pailit, apabila dapat
Mengawasi pengelolaan usaha debitur. dibuktikan bahwa perbuatan tersebut
Mengawasi pembayaran kepada kreditur, secara sadar dilakukan debitor untuk
pengadilan atau penggunaan kekayaan merugikan kreditor, maka dapat dibatalkan
debitur yang dalam rangka kepailitan oleh kurator atau kreditor. Istilah ini
memrlukan persetujuan kurator. disebut dengan actio pauliana.
Dengan pernyataan pailit, debitur pailit 6. Hibah yang dilakukan Debitor dapat
demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dimintakan pembatalan kepada Pengadilan,
dan mengurus kekayaannya yang apabila Kurator dapat membuktikan bahwa
dimaksudkan dalam kepailitan, terhitung pada saat hibah tersebut dilakukan Debitor
sejak tanggal kepailitan itu. Akibat hukum mengetahui atau patut mengetahui bahwa
lain yang juga amat penting dari pernyataan tindakan tersebut akan mengakibatkan
pailit adalah bahwa untuk kepentingan harta kerugian bagi Kreditor.
pailit dapat dimintakan pembatalan atas 7. Perikatan selama kepailitan yang dilakukan
segala perbuatan hukum debitur yang telah debitor, apabila perikatan tersebut
dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan menguntungkan bisa diteruskan. Namun
kreditur, yang dilakukan sebelum pernyataan apabila perikatan itu merugikan, maka
pailit ditetapkan. Akibat hukum lainnya kerugian sepenuhnya ditanggung oleh
adalah adanya hak retensi yang diatur dalam debitor secara pribadi,atau perikatan itu
Pasal 59 yaitu hak kreditur untuk menahan dapat dimintakan pembatalan.
barang-barang kepunyaan debitur hingga 8. Hak eksekusi kreditor dan pihak ketiga
dibayarnya suatu utang tidak kehilangan hak untuk menuntut yang berada dalam
untuk menahan barang dengan diucapkannya penguasaan debitor pailit atau kurator,
diucapkannya putusan pailit terhadap debitor, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara
semua tuntutan hukum yang diajukan besar-besaran. Di Indonesia sendiri masalah
terhadapnya yang bertujuan untuk ketenagakerjaan diatur dalam Undang-
memperoleh pemenuhan kewajiban dari harta Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
pailit dan perkara yang sedang berjalan Ketenagakerjaan. Undang-Undang
menjadi gugur demi hukum. Dalam hal memberikan jaminan hak hak dasar
perkara tersebut dilanjutkan oleh kurator, pekerja/buruh dan menjamin kesamaan
maka kurator dapat mengajukan pembatalan kesempatan serta perlakuan tanpa
atas segala perbuatan yang dilakukan oleh diskriminasi atas dasar apapun untuk
debitor sebelum debitor dinyatakan pailit. mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
Terhadap perjanjian timbal balik yang keluarganya dengan tetap memperhatikan
dilakukan oleh debitor dimana debitor sendiri perkembangan kemajuan dunia usaha karena
belum memenuhi perjanjian atau baru dalam pelaksanaan pembangunan nasional,
dipenuhi sebagian, maka pihak pihak yang tenaga kerja mempunyai peranan dan
mengadakan perjanjian dengan debitor dapat kedudukan yang sangat penting sebagai
meminta kepada kurator untuk memberikan pelaku dan tujuan pembangunan.
kepastian tentang kelanjutan pelaksanaan Dalam Undang-Undang
perjanjian tersebut dalam jangka waktu yang Ketenagakerjaan sendiri juga diatur mengenai
disepakati oleh kurator dan pihak yang masalah Pemutusan Hubungan Kerja yang
bersangkutan. Bila kesepakatan tentang terjadi karena perusahaan mengalami pailit.
jangka waktu itu tidak tercapai, maka Hakim Dalam Pasal 165 Undang-Undang
Pengawaslah yang menetapkan jangka waktu Ketenagakerjaan menyatakan bahwa
yang dimaksud. Kurator yang sangup Pengusaha dapat melakukan pemutusan
melanjutkan perjanjian itu harus memberikan hubungan kerja terhadap pekerja/ buruh
kepastian dengan memberi jaminan untuk karena perusahaan pailit, dengan ketentuan
melaksanakan perjanjian tersebut. Bila yang pekerja/ buruh berhak atas uang pesangon
terjadi sebaliknya, dimana kurator tidak mau sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat
melanjutkan perjanjian itu, maka perjanjian (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1
tersebut berakhir, untuk menuntut haknya, (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan
pihak yang bersangkutan dapat menjadi uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal
kreditor konkuren. 156 ayat (4).
Mengenai perjanjian sewa menyewa Jika debitor pailit itu seorang suami
yang dilakukan oleh debitor pailit, dimana atau istri, Pasal 62 Undang-Undang Kepailian
debitor menjadi pihak yang menyewa maupun menyatakan bahwa dalam hal suami atau istri
pihak yang menyewakan, maka perjanjian dinyatakan pailit maka istri atau suaminya
sewa menyewa itu dapat dihentikan tentu berhak mengambil kembali semua benda
dengan syarat harus ada pemberitahuan bergerak dan tidak bergerak yang merupakan
terlebih dahulu menurut adat kebiasaan harta bawaan dari istri atau suami dan harta
setempat. Bila ternyata uang sewa telah yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah
dibayar di muka, maka perjanjian sewa ini atau warisan. Jika benda milik istri atau suami
tidak dapat dihentikan lebih awal sebelum telah dijual oleh suami atau istri dan harganya
berakhirnya jangka watu yang telah dibayar belum dibayar atau uang hasil penjualan
dan sejak putusan pailit itu diucapkan maka belum tercampur dalam harta pailit maka istri
uang sewa masuk ke dalam harta pailit. atau suami berhak mengambil kembali uang
Hal lain yang patut menjadi perhatian hasil penjualan tersebut.
ialah tentang nasib pekerjan yang bekerja
untuk debitor. Kita ketahui dengan putusan
pailit itu dapat dipastikan akan terjadi
3. Apabila kepailitan tersebut dijatuhkan atas tetap, tersedia upaya hukum luar biasa yaitu
harta benda debitur. peninjauan kembali.
Dengan demikian, jika kreditur tidak 1. Kasasi
dapat membayar lunas atau tidak terjadi Sebagaimana disebutkan dalam
perdamaian, terhadap hal tersebut tidak Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
berlaku rehabilitasi. Namun, kepailitan dapat tentang Mahkamah Agung, bahwa salah satu
berakhir dan debitur pailit memperoleh tugas dan wewenang Mahkamah Agung
kembali wewenangnya untuk melakukan adalah memeriksa dan memutus permohonan
tindakan pengurusan dan pemilikan (daden kasasi. Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang
van beheer er daden van eigendom). Oleh Mahkamah Agung menyebutkan bahwa
karena itu, jika debitur berusaha lagi setelah Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi
pailit dihapus, kreditur tetap dapat meminta membatalkan putusan atau penetapan
sisa utangnya dibayar penuh, tanpa perlu pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan
mengajukan gugatan baru, tetapi hanya minta peradilan karena:
dijalankan putusan pailit yang sudah ada a. tidak berwenang atau melampaui batas
sampai semua utangnya yang telah wewenang;
diverifikasi dibayar lunas.53 Sebab, suatu b. salah menerapkan atau melanggar hukum
pengakuan utang dalam kepailitan yang berlaku;
mempunyai kekuatan hukum yang sama c. lalai memenuhi syarat-syarat yang
dengan keputusan pengadilan. Jadi, hanya diwajibkan oleh peraturan perundang-
tinggal memohon pengeksekusiannya. undangan yang mengancam kelalaian itu
dengan batalnya putusan yang
Upaya Hukum Dalam Kepailitan Dalam bersangkutan.
Menciptakan Iklim Usaha Yang Baik Prosedur Permohonan Kasasi atas
Tujuan utama dalam suatu proses di Putusan Pailit. Upaya hukum kasasi dalam
muka Pengadilan adalah untuk memperoleh kepailitan diatur dalam Pasal 11 sampai
putusan Hakim yang berkekuatan hukum dengan Pasal 13 Undang-Undang Kepailitan,
tetap. Akan tetapi, setiap putusan yang prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
dijatuhkan oleh Hakim belum tentu dapat a. Pendaftaran Kasasi
menjamin kebenaran secara yuridis, karena b. Penyampaian Memori Kasasi
putusan itu tidak lepas dari kekeliruan dan c. Pengajuan Kontra Memori Kasasi
kekilafan, bahkan tidak mustahil bersifat d. Pegiriman Berkas ke Mahkamah Agung
memihak. Agar kekeliruan dan kekilafan itu e. Sidang Pemeriksaan
dapat diperbaiki, maka demi tegaknya f. Putusan Kasasi
kebenaran dan keadilan, terhadap putusan
Hakim itu dimungkinkan untuk diperiksa 2. Peninjauan Kembali
ulang. Cara yang tepat untuk dapat Kewenangan lain yang diberikan
mewujudkan kebenaran dan keadilan itu Undang-Undang kepada Mahkamah Agung
adalah dengan melaksanakan upaya hukum. ialah memeriksa dan memutus permohonan
Demikian pula terhadap putusan dari peninjauan kembali yang telah mempunyai
Pengadilan Niaga dalam perkara kepailitan. kekuatan hukum tetap. Peninjauan Kembali
Namun, perbedaan dari Pengadilan Niaga merupakan upaya hukum luar biasa, namun
ialah hanya tersedia upaya hukum kasasi ke sebenarnya lembaga ini bertentangan dengan
Mahkamah Agung. Pengadilan Niaga disebut asas kepastian hukum. Prinsip asas kepastian
sebagai pengadilan tingkat pertama dan tidak hukum menentukan bahwa putusan hakim
ada tingkat kedua atau sering disebut sebagai yang sudah berkekuatan hukum tetap, tidak
tingkat banding. Terhadap putusan-putusan bisa diubah lagi. Asas kepastian hukum ini
yang telah memperoleh kekuatan hukum disebut nebis in idem, artinya tidak boleh
terjadi dua kali putusan terhadap satu kasus puluh) hari setelah tanggal putusan yang
yang sama antara dua pihak dalam perkara dimohonkan peninjauan kembali
yang sama. memperoleh kekuatan hukum tetap.
Undang-Undang memberi kesempatan Prosedur permohonan peninjauan
untuk mengajukan peninjauan kembali kembali diatur tersendiri pada BAB IV, Pasal
dengan segala persyaratan yang ketat. 295 sampai dengan 298 Undang-Undang
Persyaratan yang ketat tersebut dimaksudkan Kepailitan. Permohonan peninjauan kembali
untuk menerapkan asas keadilan terhadap disampaikan kepada Panitera Pengadilan.
pemberlakuan asas kepastian hukum, karena Panitera Pengadilan mendaftar permohonan
itu peninjauan kembali berorientasi pada peninjauan kembali pada tanggal permohonan
tuntutan keadilan. Fungsi Mahkamah Agung diajukan, dan kepada pemohon diberikan
dalam Peninjauan Kembali adalah tanda terima tertulis yang ditandatangani
mengadakan koreksi terakhir terhadap Panitera Pengadilan dengan tanggal yang
putusan pengadilan yang mengandung sama dengan tanggal permohonan
ketidakadilan yang disebabkan kesalahan dan didaftarkan. Panitera Pengadilan
kekhilafan hakim. menyampaikan permohonan peninjauan
Peninjauan Kembali dalam Kepailitan. kembali kepada Panitera Mahkamah Agung
Rumusan Pasal 14 Undang-Undang Nomor dalam jangka waktu 2 (dua) hari setelah
37 Tahun 2004 memberikan hak untuk tanggal permohonan didaftarkan.
mengajukan perninjauan kembali atas putusan Pemohon peninjauan kembali wajib
pailit yang telah berkekuatan hukum tetap. menyampaikan kepada Panitera Pengadilan
Walau demikian permohonan peninjauan bukti pendukung yang menjadi dasar
kembali hanya dapat dilakukan pada dua pengajuan permohonan peninjauan kembali
macam alasan saja, yang masing-masing dan untuk termohon salinan permohonan
secara khusus telah dibatasi jangka waktu peninjauan kembali berikut salinan bukti
tertentu. Pasal 295 ayat (2) Undang-Undang pendukung yang bersangkutan, pada tanggal
Kepailitan menentukan bahwa peninjauan permohonan didaftarkan. Panitera Pengadilan
kembali dapat diajukan dengan alasan sebagai menyampaikan salinan permohonan
berikut: peninjauan kembali berikut salinan bukti
a. Setelah perkara diputus ditemukan bukti pendukung kepada termohon dalam jangka
baru yang bersifat menentukan yang pada waktu paling lambat 2 (dua) hari setelah
waktu perkara diperiksa di Pengadilan tanggal permohonan didaftarkan.
sudah ada, tetapi belum ditemukan. Bukti Pihak termohon dapat mengajukan
baru tersebut apabila diketahui pada tahap jawaban terhadap permohonan peninjauan
persidangan sebelumnya akan kembali yang diajukan, dalam jangka waktu
menghasilkan putusan yang berbeda. 10 (sepuluh) hari setelah tanggal permohonan
Permohonan peninjauan kembali dengan peninjauan kembali didaftarkan. Panitera
alasan ini diajukan dilakukan dalam jangka Pengadilan wajib menyampaikan jawaban
waktu paling lambat 180 (seratus delapan kepada Panitera Mahkamah Agung, dalam
puluh) hari setelah tanggal putusan yang jangka waktu paling lambat 12 (dua belas)
dimohonkan peninjauan kembali hari setelah tanggal permohonan didaftarkan.
memperoleh kekuatan hukum tetap. Mahkamah Agung segera memeriksa
b. Terdapat kekeliruan yang nyata pada dan memberikan putusan atas permohonan
putusan hakim sebelumnya atau hakim peninjauan kembali dalam jangka waktu
telah melakukan kesalahan berat dalam paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
penerapan hukum. Permohonan peninjauan tanggal permohonan diterima Panitera
kembali atas dasar alasan ini, dilakukan Mahkamah Agung. Putusan atas permohonan
dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga peninjauan kembali harus diucapkan dalam
yang juga memastikan bahwa dia mempunyai Profesi advokat tidak bisa dilepaskan
ilmu yang cukup dan juga moral yang baik.24 dari Kode Etik (Code of conduct) yang
Advokat sebagai profesi yang bebas, memiliki nilai dan moral di dalamnya. Di
mandiri, dan bertanggung jawab dalam Indonesia, satu-satunya organisasi Advokat
menegakkan hukum, perlu dijamin dan yang diakui adalah Perhimpunan Advokat
dilindungi oleh undang-undang demi Indonesia (PERADI) yang didirikan
terselenggaranya upaya penegakan supremasi berdasarkan perintah dan sesuai dengan
hukum. Lahirnya Undang-Undang Nomor 18 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
Tahun 2003 tentang Advokat menjadi Tentang advokat serta mendapat kekuatan
landasan hukum penting bagi profesi Advokat konstitusional oleh mahkamah Konstituso
sebagai salah satu pilar penegak hukum. Hal dalam Putusan Perkara Nomor 014/PUU-
ini ditegaskan dalam Pasal 5 ayat (1) Undang- IV/2006 dengan memberikan kedudukan
Undang Nomor 18 Tahun 2003 tersebut, yang “PERADI sebagai organ Negara.26
menyatakan bahwa Advokat berstatus Advokat dalam menjalankan tugas
penegak hukum, bebas dan mandiri yang dilarang membeda-bedakan karena jenis
dijamin oleh hukum dan peraturan perundang- kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau
undangan. Dalam Penjelasan Pasal 5 ayat (1) latar belakang sosial dan budaya. Advokat
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 lebih tidak dapat diidentikan dengan kliennya
ditegaskan lagi, bahwa yang dimaksud dalam membela perkara kliennya. Seperti
dengan “Advokat berstatus sebagai penegak dijelaskan dalam Pasal 18 dan Pasal 20
hukum” adalah Advokat sebagai salah satu Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang
perangkat dalam proses peradilan yang Advokat.27
mempunyai kedudukan setara dengan Tiap profesi termasuk Advokat
penegak hukum lainnya dalam menegakan menggunakan sistem etika, terutama untuk
hukum dan keadilan. menyediakan struktur yang mampu
Dalam menjalankan tugas membela menciptakan disiplin tata kerja, dan
kepentingan klien, sorang advokat memiliki menyediakan garis batas tata nilai yang bisa
kebebasan. Kebebasan tersebut dimaksudkan dijadikan acuan para profesional untuk
agar advokat dapat bertindak luwes dalam menyelesaikan dilemma etika yang dihadapi
menjalankan tugas. Kebebasan itu sendiri saat menjalankan fungsi pengemban
bukan berarti advokat bebas bertindak profesinya sehari-hari. Sistem etika tersebut
semuanya atau sebebas-bebasnya, tetapi bisa juga menjadi parameter bagi berbagai
kebebasan yang terbatas. Kebebasan dalam problematika profesi pada umumnya, seperti
mengurus perkara kliennya di batasi oleh menjaga kerahasiaan dalam hubungan klien
kode petik profesi dan peraturan perundang- profesional, konflik kepentingan yang ada,
undangan yang berlaku. Perbuatan advokat dan isu-isu yang berkaitan dengan tanggung
dibatasi antara lain oleh KUHAP, KUHP, jawab sosial profesi.
KIR, Undang-Undang Advokat.25 Dalam menjalankan tugas membela
kepentingan klien, seorang advokat memiliki
peran dalam proses kepailitan, dalam
24
“Empat Kiat Jadi Advokat Kepailitan Yang Handal, kaitannya dengan perseroan terbatas (PT),
Jika Tak Mau Dicurangi, Jangan Curangi Orang diantaranya adalah kebebasan. Kebebasan
Lain”, http://www.hukumonline. com/berita/
baca/lt5582549f59b6e/ empat- kiat- jadi- advokat-
26
kepailitan- yang- handal, diakses tanggal 10 Indonesia, Undang-Undang Advokat, Undang-
September 2017. Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat
25
Gatot Supramono, Bagaimana Mendampingi Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Seseorang di Pengadilan: Dalam Perkara Pidana Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
dan Perkara Perdata, Djambatan, Jakarta, 2008, hlm. Indonesia Nomor 4288.
27
14. Ibid., Pasal 18 dan Pasal 20.
tersebut dimaksudkan agar advokat dapat dijelaskan secara definitif yang dikategorikan
bertindak luwes dalam menjalankan tugas. sebagai jasa hukum adalah konsultasi hukum,
Kebebasan itu sendiri bukan berarti advokat bantuan hukum, menjalankan kuasa,
bebas bisa bertindak semuanya atau sebebas- mewakili, mendampingi, membela dan
bebasnya, tetapi kebebasan yang terbatas. melakukan tindakan hukum lain untuk
Kebebasan dalam mengurus perkara kliennya kepentingan klien. Dalam terjemahan tekstual
dibatasi oleh kode etik profesi dan peraturan pada rumusan pasal di atas, advokat
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 15 diterjemahkan secara umum sebagai suatu
Undang-Undang Advokat). Perbuatan profesi belaka, namun tidak menyinggung
advokat dibatasi antara lain oleh KUHAP, posisi advokat dalam hubungannya dengan
KUHP, HIR, Undang-Undang Advokat. negara yang memiliki karakter khusus dalam
Dengan kebebasan yang dimilikinya, menjalankan profesinya. Pola hubungan ini
advokat bebas dalam menyampaikan terekam dalam sistem peradilan Indonesia
pendapat atau pernyataan dalam membela sebagai manifestasi pelaksanaan kekuasaan
perkara di ruang sidang pengadilan. yudikatif.28
Pernyataan atau pendapat itu disampaikan Sistem peradilan sebagai bentuk
dengan bernada keras, menyindir, membuat mekanisme penegakan hukum diisi oleh
kuping panas, cenderung memperolok pihak aktor-aktor penegak hukum terdiri dari polisi,
lain, dan masih banyak yang tidak enak jaksa, hakim kemudian advokat. Kuartet ini
lainnya. Hal ini tidak akan menjadi masalah melalui sistem peradilan diharapkan dapat
sepanjang dilakukan dengan itikad baik dan menghadirkan proses penegakan hukum yang
semata-mata hanya untuk membela kepen- berkeadilan sesuai dengan cita negara hukum.
tingan klien di persidangan. Polisi, jaksa dan hakim adalah bentuk
Konsekuensi dari adanya kebebasan representasi negara dalam sistem peradilan,
tersebut, advokat tidak dapat dituntut secara sedangkan advokat bertindak mewakili
hukum, baik perdata maupun pidana. Dasar masyarakat pencari keadilan dan diposisikan
hukumnya adalah Pasal 16 Undang-Undang di luar sistem.
Advokat. Pasal ini merupakan jaminan hukum Secara historis peran advokat ada
bagi para advokat dalam melaksanakan seiring perkembangan hukum dan
kebebasannya. Kebebasan advokat juga masyarakat, hukum akan selalu ada selagi ada
termasuk tidak dapat dipengaruhi oleh pihak masyarakat dan masyarakat memerlukan
lain. Hubungan advokat dengan kliennya hukum sekaligus menghendaki penegakan
harus dapat dipertahankan sampai tugas hukum. Kemudian negara sebagai wujud
memberi jasa hukum benar-benar telah kekuasaan formal, bersama perangkat dan
selesai. Pengaruh pihak luar terhadap sistem hukumnya dipercayakan untuk
pekerjaan advokat akan terganggu dan dapat melengkapi hukum yang tadi masih berupa
berakibat merugikan kepentingan klien. Jadi kesadaran dan norma moral sehingga menjadi
siapapun juga tidak boleh mengintervensi aturan atau norma hukum yang dapat
kebebasan advokat. Dengan menghargai ditegakkan (enforceable). Dalam negara
kebebasan advokat diharapkan akan modern ialah dalam bentuk trias politica
berpengaruh terhadap penegakan hukum dan negara menjalankan tugasnya.
keadilan masyarakat. Bersama tumbuhnya masyarakat dan
Undang-undang advokat Pasal 1 huruf a negara, advokat tumbuh sebagai bagian
merumuskan advokat sebagai orang yang penegakan hukum yang substansial yang
berprofesi memberi jasa hukum, baik di mengunakan pendekatan langsung kepada
dalam maupun di luar pengadilan yang kepentingan hukum dan keadilan masyarakat
memenuhi persyaratan berdasarkan undang-
undang ini. Dan pada Pasal 1 huruf b
28
Ibid.
banyak. Hal ini jelas berbeda dengan apa dapat mengimbangi kualitas intervensi yang
yang dilakukan negara yang bertumpu ada. Apalagi hari ini tidak hanya penguasa
kekuasaan dengan pendekatan ketertiban yang mengintervensi proses hukum akan
umum (openbare order) dengan seperangkat tetapi juga banyak pihak-pihak lain yang
aturan (rules) guna memberikan kepastian mencoba merecoki proses hukum tersebut,
hukum. Sebagai pemegang mandat dan untuk ini dengan independensinya
kekuasaan, negara demi ketertiban hukum organisasi advokat harus bisa tetap berdiri
lantas membentuk organ atau struktur tegak dan berkata tidak pada segala jenis
penegak hukum (yudikatif) pelaksana sistem intervensi.
peradilan. Keberadaan UU advokat bagi kita
Disisi lain, advokat sebagai unsur pelaku profesi hendaknya musti disikapi
independen, dalam arti tidak terikat pada dengan arif dalam mengartikulasikannya pada
struktur kekuasaan negara, menjalankan kenyataan tidak sekedar terkungkung pada
perannya baik di dalam maupun di luar batasan orang yang memberikan jasa hukum
pengadilan. Independensi profetik yang sesuai bunyi undang-undang. Ia selayaknya
dimilikinya sungguh menjadi penjamin dibaca dalam lingkup yang lebih luas
profesi ini dimata masyarakat pencari mengingat suatu yang officium nobile tidak
keadilan sekaligus dihadapan penguasa, sebatas kerangka sempit definisi yang
dengan kepentingan utamanya yaitu diberikan undang-undang saja sehingga
memastikan keabsahan proses keadilan yang profesi tetap memiliki nilai dan peran
diselenggarakan negara pada setiap tahapan menentukan dalam perubahan sosial
(legislasi, eksekusi dan yudikasi). Adapun berikutnya.
setidaknya independensi profetik yang Nampak jelas bahwa advokat tidak
dimaksud ialah independensi etis dan termasuk dalam lingkup ketiga kekuasaan
independensi organisatoris. tersebut (eksekutif, legislative, dan yudikatif).
Independensi etis, merupakan keadaan Advokat sebagai penegak hukum
yang didasari oleh kesadaran akan moralitas menjalankan peran dan fungsinya secara
yang disertai dengan semangat mencari mandiri untuk mewakili kepentingan
keadilan dan kebenaran sebagai tujuan masyarakat (klien) dan tidak terpengaruh
utamanya. Moralitas yang dijunjung tinggi kekuasaan negara (yudikatif dan eksekutif).
adalah nilai-nilai kebaikan dengan kejujuran Dalam mewakili kepentingan klien dan
dan budi yang lurus bukan argumen-argumen membela hak-hak hukum tersebut, cara
pembenaran sebab keadilan diciptakan bagi berpikir advokat harus objektif menilainya
semua (justitia voor eideren) yang berdasarkan keahlian yang dimiliki dan kode
diberlakukan secara imparsial dan non- etik profesi. Untuk itu, dalam kode etik
diskriminasi. Sedangkan independensi ditentukan adanya ketentuan advokat boleh
organisatoris menekankan kemandirian menolak menangani perkara yang menurut
organisasi berdiri dengan konsisten keahliannya tidak ada dasar hukumnya,
berhadapan dengan penguasa dan kekuasaan. dilarang memberikan informasi yang
Dengan alasan kemandirian sebagai menyesatkan dan menjanjikan kemenangan
landasan dalam menjalankan proses kepada klien. Disisi lain, advokat juga
penegakan hukum yang adil. Ditambah memiliki peran dalam proses kepailitan dalam
dengan kenyataan kemampuan kaitannya dengan Perseroan Terbatas (PT)
negara/penguasa melakukan intervensi diantaranya adalah peran kebebasan.
terhadap berjalannya proses yang adil (due Kebebasan tersebut dimak-sudkan agar
proses of law), penguatan organisasi dalam advokat dapat bertindak luwes dalam
segala aspek menjadi agenda sangat penting menjalankan tugas. Dalam perkara pidana,
setidaknya dengan bersama dalam organisasi sesuai dengan KUHAP advokat yang